Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEUKEMIA

Yusama Hia (181101100)

yusamahia@gmail.com

ABSTRAK
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga
terjadi dihati,limpa dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti
meninges,traktus gastrointestinal,ginjal,dan kulit. Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi
pada anak-anak. Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih
muda ) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang
terkakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blasitosit) yang
disertai dengan penyebaran organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan
ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda. Selain akut dan kronik, ada juga leukemia
kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.

Kata kunci : Pasien leukemia, Leukemia limfositik akut, Perawatan luka.

PENDAHULUAN a) Kerusakan membran mukosa oral

Menurut Kurnianda (2007), AML, b) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang


merupakan 32% dari seluruh kasus dari kebutuhan tubuh
leukemia. Penyakit ini di temukan pada
c) imsomnia
anak-anak sebesar (15%) kasus. Leukemia
akut pada masa anak-anak merupakan 30- Diagnosa Keperawatan
40% dari keganansan. Insidens rata-rata 4-
4,5 kasus/tahun/100.000 anak dibawah 15 a. Kerusakan membran mukosa oral
tahun. Di Negara berkembang 83% ALL, berhubungan dengan
17% AML, lebih tinggi pada anak lebih imunosupresan.
tinggi dari pada anak kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Di Asia kejadian b. Resiko ketidakseimbnagan nutrisi kurang
leukemia pada anak lebih tinggi dari pada dari kebutuhan tubuh
anak kulit putih. Di Jepang mencapai
berhubungan dengan mual muntah.
4/100.000 anak,dan diperkirakan tiap tahun
terjadi 1000 kasus baru. c. Imsomnia berhubungan dengan
lingkungan yang tidak familiar.
METODE DAN HASIL
PENELITIAN PEMBAHASAN
1. Pengkajian Keperawatan temukan pada kasus An. A karena semua
data mengacu pada teori.
a. Data yang ada pada paada teori tetapi
tidak ditemukan pada kasus An. 2. Diagnosa Keperawatan

A yaitu: a. Diagnosa yang ada pada teori tapi tidak


muncul pada kasus.
1) Pasien tidak mengalami gangguan
penglihatan karena pasien 1) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
berhubungan dengan
masih dapat melihat orang yang datang dan
dapat membedakan kurang terpajan pada sumber.

orang tuanya. Dan yang di maksud Kurangnya pengetahuan adalah keadaan


mengalami ganguan dimana kekurangan

pengelihatan adalah terjadinya pengelihatan informasi kognitif mengenai perawatan


ganda atau kesulitan penderita diabetes melitus

dalam melihat (Price dan Wilson, 2006). (Wilkinson & Nancy, 2012).

2) Pasien tidak merasakan atau tidak 2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan


timbulnya keringat malam yang Tidak keseimbangan

muncul, pasien tidak mengeluhkan dan suplai dan kebutuhan oksigen.


merasakan rasa kedinginan
Intoleransi aktifitas adalah ketidakcukupan
atau kepanasan pada tubuhnya. energi fisiologi atau

3) Pada pasien tidak ditemukannya data psikologis untuk melanjutkan atau


tentang adanya gout. menyelesaikan aktivitas sehari

Pengertian gout adalah penyakit metabolik hari yang ingin atau harus dilakukan
yang di sebabkan oleh (Wilkinson & Nancy, 2012).

kelebihan kadar senyawa urat di dalam Penulis tidak memasukkan kedua diagnosa
tubuh; baik karena keperawatan tersebut

produksi berlebih, eliminasi yang kurang kedalam diagnosa keperawatan dalam kasus
atau peningkatan asupan nyata karena dalam pengkajian

purin (Esther, 2011). tidak didapatkan tanda dan gejala kurangnya


penegtahuan. Sedangkan
Data yang ada pada kasus tetapi tidak ada
pada teori yaitu tidak di diagnosa intoleransi aktifitas tidak di
temukan pada pasien.
b. Diagnosa yang tidak ada pada teori tetapi KESIMPULAN DAN SARAN
muncul pada dalam kasus.
Kesimpulan
1) Diagnosa 1
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Kerusakan membran mukosa oral
berhubungan dengan dalam asuhan keperawatan

imunosupresan (Wilkinson & Nancy, 2012). pada An. A dengan gangguan Akute
Myeloid Leukemia, maka kesimpulan
kerusakan membran mukosa oral adalah
gangguan pada bibir atau yang didapatkan untuk meningkatkan
jaringan lunak di rongga mulut (Wilkinson mutu asuhan keperawatan sebagai
& Nancy, 2012).
berikut:
Penulis mengangkat diagnosa ini sebagai
diagnosa pertama karena 1. Saat pengkajian keperawatan pada
An. A, penulis menemukan data-data
jika pasien mengalami gangguan jaringan
pada mulut berarti kebutuhan yang pada dasarnya sama dengan data
yang diteori. Adapun data-data yang
metabolik pada tubuh akan berkurang. Data-
data yang mendukung di angkat penulis temukan adalah terdapat
diagnosa tersebut adalah: yang di tandai stomatitis pada mulut, makan lewat
dengan mukosa bibir kering, lidah
selang NGT, mual dan muntah dan
tampak kotor, terdapat stomatitis dan kurangnya durasi tidur.
Leukosit= 4.5 ribu/ul.
2. Setelah dilakukan analisa data
2) Diagnosa 2
ditemukan 3 diagnosa keperawatan
Resiko ketidakseimbnagan nutrisi kurang yaitu:
dari kebutuhan tubuh
Kerusakan membran mukosa oral
berhubungan dengan Mual muntah berhubungan dengan imunosupresan,
(Wilkinson & Nancy, 2012).
Resiko ketidakseimbnagan nutrisi
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan adalah asupan kurang dari kebutuhan tubuh

nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi berhubungan dengan Mual muntah,


kebutuhan metabolik Imsomnia berhubungan dengan
(Wilkinson & Nancy, 2012). lingkungan yang tidak familiar.
3. Rencana keperawatan yang mukosa oral, resiko
dirancang terdiri atas observasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
keadaan kebutuhan dan

pasien, pemberian tindakan insomnia.


keperawatan mandiri, pemberian
Saran
edukasi
1. Bagi perawat
kepada pasien dan keluarga serta
kolaborasi dengan tim kesehatan lain Sebagai perawat harus memberikan
pelayanan yang baik kepada pasien,
dalam pemberian terapi.
sesuai norma-norma dan nilai-nilai
4. Proses implementasi yang
yang berlaku, perawat harus
dilakukan menyesuaikan dengan
kebutuhan memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan benar,
pasien, adapun implementasi yang
sudah dilakukan meliputi observasi melakukan pengkajian yang teliti
pada pasien untuk menentukan
keadaan pasien, pemberian tindakan
keperawatan mandiri, pemberian ketepatan diagnosa, menentukan
prioritas masalah, perawat harusnya
edukasi kepada pasien dan keluarga
serta kolaborasi dengan tim kesehatan mendokumentasikan hasil tindakan
pada status pasien setelah selesai
lain dalam pemberian terapi yang
tepat dapat mengurangi masalah yang melakukan tindakan keperawatan.
muncul. 2. Bagi pembaca
Pada evaluasi tentang hasil asuhan Pembaca disarankan banyak mencari
keperawatan selama 3 hari didapatkan informasi tentang penyakit yang
hasil bahwa tidak semua masalah dialami, harus menjaga pola hidup
keperawatan dapat teratasi. Adapun sehat dengan makan makanan sehat
masalah keperawatan yang belum sesuai kebutuhan, melakukan olah
teratasi yaitu kerusakan membran raga yang teratur, selalu
memeriksakan keadaan kesehatan ke Cahyono, J. B & Suhardjo B. (2012).
pusat pelayanan kesehatan terdekat Membangun budaya keselamatan pasien
dalam praktek kedokteran. Yogyakarta:
seperti puskesmas yang tertur untuk Kanisius.
mengetahui status kesehatan. Castle, N. G. (2006). Nurse aides’ ratings of
the resident safety culture in nursing homes.
3. Memperbanyak koleksi buku-buku
Int J Qual Health C, 18(5):370-76.
tentang asuhan keperawatan pada
Dewi, S. C. (2011). Hubungan fungsi
AML dengan pengarang buku-buku manajemen kepala ruang dan karakteristik
yang berkualitas. Sehingga akan perawat dengan penerapan keselamatan
pasien di IRNA I RSUP dr. Sardjito
memperbanyak litelatur bagi pembaca Yogyakarta. Tesis. FIK UI.
untuk meningkatkan
Fenny, Y. A. (2007). Hubungan persepsi
pengetahuannya tentang perawatan perawat tentang perencanaan jangka pendek
pasien AML (Akut Myeloid kepala ruangan dengan kinerja perawat
pelaksana di ruangan rawat inap RSUP
Leukimia). Fatmawati Jakarta. Jakarta: FIK UI.

DAFTAR PUSTAKA Gillies, D. A. (1996). Manajemen


keperawatan suatu pendekatan sistem. (2nd
Aiken, L.H., Clarke, S.P., Sloane, D.M., et Edition) Illinois.
al. (2002). Hospital nurse staffing and
patient mortality, nurse burnout, and Handiyani, H. (2003). Hubungan peran dan
job dissatisfaction. JAMA. 23 – 30 Oktober. fungsi manajemen kepala ruang dengan
288(16). keberhasilan upaya kegiatan pengendalian
infeksi nasokomial di RSUPN Dr. Cipto
Anugrahini (2010) Hubungan faktor Mangunkusumo Jakarta. Tesis Tidak
individu dan organisasi dengan kepatuhan Dipublikasikam. FIK UI.
perawat dalam menerapkan pedoman patient
safety di RSAB Harapan Kita Jakarta. Tesis. Hidayati, R. I. (2015). Pengaruh
Depok: Magister Keperawatan FIK UI. pengetahuan, motivasi, sikap perawat dan
2010. bidan terhadap penerapan budaya patient
safety di RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Tesis
Baldo V, Floreani A, Dal Vecchio L, Pascasarjana. Yogyakarta: UMY.
Cristofoletti M, Carletti M, Majori S, Di
Tommaso AD. and Trivello R. (2002). Institute of Medicine. (2000). To err is
Occupational risk of bloodborne viruses in human: Building a safer health system.
healthcare workers: A 5-Year Surveillance Kohn, L.T., Corrigan, J.M., Donaldson,
Program. Infect Control Hospital M.S. (Ed). Washington DC: National
Epidemiology. Academy Press.
Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Suriadi & Yuliani, Rita. (2006).
EGC. Asuhan Keperawatan pada Aanak.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.
(2007). Buku Kuliah 1: ilmu Wilkinson, Judith M., & Ahern, N.R.
kesehatan anak (11th ed.). Jakarta: (2012). Buku Saku: Diagnosa
Infomedika. Keperawatan (9th ed) (Esty
Wahyuningsih & Dwi Wdiarti,
Penerjemah.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai