Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS DAN KECEMASAN DENGAN

PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA

Nama : Diah Ayu Ismawati


NPM : 19.156.01.11.046
Kelas : 3B Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES MEDISTRA INDONESIA
Jl. Cut Mutia Raya No.88A Kel. Sepanjang Jaya-Rawa Lumbu Bekasi
Telp. (021) 82431375, Fax. (021) 82431374
Website : http//www.stikesmedistra-indonesia.ac.id, e-mail : stikesmi@yahoo.com
TA. 2021/2022
1.1. Latar Belakang
Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai
dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan
kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada
lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan
jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010).
Stres adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang
terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu
yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stress yang dapat mengancam
keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2009). Setiap individu mempunyai persepsi dan respon
yang berbeda-beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,
pengalaman dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, pengalaman
masalalu serta stres mekanisme koping (Psychology Foundation of Australia, 2010).
Stres pada lansia dapat didefinisikan sebagai tekanan yang diakibatkan oleh stresor
berupa perubahan-perubahan yang menuntut adanya penyesuaian dari lansia. Tingkat stres
pada lansia berarti pula tinggi rendahnya tekanan yang dirasakan atau dialami oleh lansia
sebagai akibat dari stresor berupa perubahan-perubahan baik fisik, mental, maupun sosial
dalam kehidupan yang dialami lansia (Indriana, 2008).
Kondisi tekanan darah pada hipertensi akan meningkat perlahan seiring bertambahnya
usia. Hipertensi terjadi akibat beban kerja yang berlebihan saat memompa darah keseluruh
tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi. Hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah berada di atas garis normal yaitu tekanan sistolik ≥ 140 mmHg
dan untuk tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (Pujasari, Setyawan, Udiyono, 2016). Menurut
WHO (World Health Organization) di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang
mengidap hipertensi. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan
639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Octavian et al., 2015).
Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pula penyakit yang muncul dan
sering diderita khususnya pada lansia atau lanjut usia. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai
kemunduran pada organ tubuh karena perubahan fisik yang terjadi terhadap peroses penuaan,
sejalan dengan bertambahnya umur, lansia sudah tidak produktif lagi, kemampuan fisik
maupun mental mulai menurun, tidak mampu lagi melakukan pekerjaan pekerjaan yang lebih
berat oleh sebab itu para lansia mudah sekali terkena penyakit seperti hipertensi. Seorang
lansia akan mengalami perubahan yang bersifat normal akibat dari proses penuaan yang
terjadi meliputi perubahan biologis dan psikologis, sosial bahkan spiritual dengan begitu
lansia secara progresif akan mengalami masalah kesehatan berawal dari kemunduran sel-sel
tubuh dan kehilangan daya tahan terhadap infeksi serta akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti hipertensi
beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia diantaranya, pola makan,
psikologis, kebiasaan sehari-hari dan kualitas tidur yang terjadi pada lansia penyebabnya
dikarenakan faktor psikologis seperti depresi, cemas dan stress (Windani et al., 2019, Azizah,
2017)
Hipertensi pada lansia berdampak pada aspek fisik, psikososial, spiritual, ekonomi
yang dapat mengakibatkan stress. Orang dengan hipertensi yang mendapatkan
penatalaksanaan hipertensi ataupun tidak cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi
meski ada kalanya tekanan darah mereka dalam batas normal. Namun disisi lain, lansia
dengan hipertensi dan pengobatan serupa akan menunjukkan gambaran yang tidak sama
disebabkan oleh tingkat stress yang dialami seseorang berbeda-beda. Kondisi ini akan
diperburuk dengan adanya peningkatan tekanan darah akibat stress, maka tekanan darah pada
penderita akan menjadi semakin tinggi (Sitepu dkk dalam Agustina Boru Gultom dkk, 2018).
Prevalensi stress akibat hipertensi pada lansia cukup tinggi hampir 350 juta penduduk di
dunia, berkisar 5–8 % yang mengalami stress akibat hipertensi hasil survei dari berbagai
negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata stress pada lansia yang mengidap penyakit
hipertensi adalah 13,5% dengan perbandingan pria dan wanita sebesar 14,1 : 8,5 sementara
prevalensi tingkat stress pada lansia yang mengalami hipertensi dan menjalani perawatan
dirumah sakit dan panti perawatan sebesar 30-45 % dan data prevalensi stess pada lansia di
Indonesia cukup tinggi berdasarkan penelitian kesehatan Universitas Indonesia dan Oxford
Institute of aging menunjukkan bahwa 30% dari jumlah lansia di Indonesia mengalami stress
akibat hipertensi (Komnas lansia, 2016). Gejala stress pada lansia sering diabaikan dan tidak
diobati karena bertepatan dengan masalah lain yang dihadapi oleh lansia misalnya stress
lingkungan sering menyebabkan gangguan mental pada lansia. Banyak lansia kehilangan
kemampuan mereka untuk hidup mandiri karena keterbatasan mobilitas, sakit kronis,
kelemahan atau masalah mental atau fisik lainnya, dan memerlukan beberapa bentuk
perawatan jangka panjang. Selain itu lansia lebih cenderung mengalami kejadian seperti
berkabung, turun status sosiol-ekonomi dengan masa pensiun, atau cacat, dan stress akibat
penyakitnya (World Health Organization, 2016) situasi internal atau lingkungan yang
membebankan lansia dalam tuntutan penyesuaian terhadap individu yang bersangkutan akan
berdampak buruk bagi kesehatan (Pascoe, 2020) Semua faktor ini dapat berakibat pada
kesehatan jiwa lansia seperti ansietas, demensia, delirium, kesepian, dan depresi dalam
penyesuaian kehidupannya yang baru (Stanly & Beare, 2010).
Lansia yang mengalami hipertensi tidak mampu terkontrol dikarenakan adanya beban
pikiran dan stres yang membuat keseharian lansia selalu merasa cemas akan kondisi
kesehatan mereka. Gejala ini akan berdampak pada lansia, mereka cenderung mengalami
kesedihan, tubuh menjadi lemah, berkurangnya nafsu makan dan minat dalam segala hal yang
membuat perubahan emosi yang semakin labil, mudah tersinggung, gampang merasa
dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan perasaan tidak berguna. (Siregar
& Hidajat, 2017). Dampak stres pada lansia akibat hipertensi ini akan berpengaruh terhadap
kualitas hidup dan kesejahteraan lansia dalam hal perawatan dirinya yang berpusat pada
kepatuhan dalam pengobatan serta manajemen diri dan motivasi untuk sembuh jika kondisi
ini dibiarkan berlarut –larut maka memiliki dampak yang fatal karena mempunyai efek yang
luas bahkan bisa berujung pada kematian. (Glover et al, 2016; Perrin et al, 2017). Oleh
karena itu berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
study literature riview yang berjudul hubungan tingkat stress dengan kejadian hipertensi pada
lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini “Adakah hubungan antara tingkat stress dengan keadaan hipertensi pada
lansia
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kejadian stres pada lansia dengan kejadian hipertensi
pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo
Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
3. Menganalisa hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di
Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pengembangan ilmu keperawatan. Serta akan menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dibidang gerontik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Stres merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan dimana dari hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada individu
(Manurung, 2016). Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan
individu di dalam lingkungan (Lestari, 2015). Peneliti menyimpulkan bahwa stres adalah
respons fisiologis dan psikologis dari tubuh terhadap rangsangan emosional yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan dalam kehidupan seseorang
(Hartanti, 2016).Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivitas sistem saraf
simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara interminten (tidak menentu)
(Andria, 2013). Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan
meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan
denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang
tersebut akan mengalami hipertensi (Sounth, 2014).
2.1.2 Gejala-gejala Stress
Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis (Bandiyah, 2011) :
1. Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas cepat dan memburu
/terengah-engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri
kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan,
merasa gerah, panas otot tegang .
2. Keadaan stres dapat membuat orang-orang yang mengalaminya merasa gejala-gejala
psikoneurosa, seperti cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung,
salah paham, agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.
2.1.3 Sumber-sumber Stress
Sumber stres dapat berubah seiring dengan perkembangannya individu, tetapi kondisi stres
dapat terjadi setiap saat selama hidup berlangsung. Berikut ini sumber-sumber stres antara
lain (Manurung, 2016) :
1. Diri individu
Sumber stres dari individu ini hal yang berkaitan dengan adanya konflik dikarenakan
dapat menghasilkan dua kecenderungan yaitu approach conflict (muncul ketika kita
dihadapkan pada sutu pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan).
2. Keluarga
Sumber stres keluarga menjelaskan bahwa perilaku,kebutuhan dan kepribadian dari
setiap anggota keluarga bedampak pada interaksi dengan orang-orang dari anggota
lain dalam keluarga yang dapat menyebabkan stres. Faktor keluarga yang cenderung
dapat memungkinkan menyebabkan stres adalah hadirnya anggota baru,perceraian
dan adanya keluarga yang sakit.
3. Komunitas dan masyarakat
Kontak dengan orang diluar keluarga menyediakan banyak sumber stres. Misalnya,
pengalaman anaka di sekolah dan persaingan. Adanya pengalaman-pengalaman
seputar dengan pekerjaan dan juga dengan lingkungan yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi stres
2.1.4 Penyebab Stres
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya
respon stres. Stressor berasal dari berbagai sumber baik dari kondisi fisik, psikologis, maupu
sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah dalam kehidupan sosial, dan lingkungan
luar lainnya. Stressor dapat berwujud atau berbebtuk fisik seperti populasi udara dan dapat
juga berkaitan dengan lingkungan sosial seperti interaksi sosial. Pikiran dan peras`aan
individu sendiri yang dianggap suatu ancaman baik yang nyata atau imajinasi dapat juga
menjadi stressor. Adapun tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres antara lain (Lestari,
2015) :
1. Daily Hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti
masalah kerja dikantor, sekolah dan sebagainya.
2. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar
terhadap suatu yang terjadi ada level individual seperti kehilangan orang yang
dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya. Umur
adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah
umur seseorang, semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan
oleh faktir fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan
seperti kemampuan visual, berfikir, mengingat dan mendengar. Pengalaman kerja
juga mempengaruhi munculnya stres kerja.
3. Appraisal yaitu penelitian terhadap sesuatu keadaan yang dapat menyebabkan stres
disebut stres appraisal. Menilai suatu keadaan yang dapat mengakibatkan stres
tergantung dari dua faktor yaitu, faktor yang berhubungan dengan orangnya (personal
faktors) dan faktor yang berhubungan dengan situasinya. Persrsonal faktors
didalamnya termasuk intelektual, motivasi, dan personality characterities.
Selanjutnya masih ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres
yaitu, kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan juga tipe
kepribadian tertentu.
2.1.5 Model Stress
Model stres adalah untuk membantu individu dalam mengatasi respons yang tidak sehat dan
tidak produktif terhadap stressor. Setiap model menekankan aspek stres yang berbeda.
Adapun model stres menurut Potter& Perry(2005) antara lain :
1. Model stres berdasarkan respon
Model stres ini berkaitan dengan khususkan respon atau pola respon tertentu yang
mungkin menunjukkan stressor.
2. Model stres berdasarkan stimulus
Stres ini berfokus pada karakteristik yang mengganggu di dalam lingkungan. Riset
klasik yang mengidentifikasi stres sebagai stimulus telah
menghasilkan pekembangan dalam skala penyesuaian sosial, yang mengukur efek
peristiwa besar dalam kehidupan dalam penyakit. Model berdasarkan stimulus ini
memfokuskan pada asumsi berikut :
a. Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal dan perubahan ini
membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang sama.
b. Individu adalah respon pasif dari stres, dan persepsi mereka terhadap peristiwa
adalah tidak relevan.
c. Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama.
3. Model stres berdasarkan transaksi
Model stres ini memandang individu dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis
dan interaktif. Model ini berfokus pada proses yang berkaitan dengan stres seperti
penilaian kognitif dan koping.
2.1.6 Respon Terhadap Stress
3. Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi

stres, Namun demikian, sebagaian besar dari riset tentang stres berfokus

pada respon fisiologis dan psikologis, meski dimensi ini sling tumpang

tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain. Ketika terjadi

stres,seseorang menggunakan energi fisiologis dan psikologis untuk


berespon dan mengadaptasi. Besarnya energi yang dibutuhkan dan

keefektifan dari upaya untuk mengadaptasi bergantung pada intensitas,

cakupan dan durasi stressor lainnya. Adapun macam- macam respon

terhadap stres menurut Potter & Perry (2005) yaitu:

1. Respon Fisiologis
Dalam respon fisiologis terhadap stres ini mengidentifikasi dua jenis
localadaptation syndrome (LAS) dan general adaptation syndrome (GAS)
2. Respon Psikologis
Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respon adaptif psikologis dan
fisiologis. Ketika seseorang terpanjan pada stressor, maka kemampuan mereka
untuk memenuhi kebutuhan darah menjadi terganggu. Gangguan atau
ancaman ini dapat menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan. Perilaku
adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan stres dan
didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu
dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima.

2.2 konsep Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi juga sering disebut sebagai sillent killer karena termasuk penyakit yang
mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan Hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan
mematikan serta dapat meningkatkan resiko serangan gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(Jill Lolong, 2016).
Hipertensi suatu penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaaan kronis yang ditandai
dengan meningkatnya tekanandarah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut
mengakibatkan jatung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah (Yanita, 2017).
Tekanan sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak memompa
darah. Pada saat beristirahat, sistolik dikatakan normal jika berada pada nilai 100/140 mmHg,
sedangkan diastolik dikatakan normal jika berada pada nilai 60-90 mmHg (Yanita, 2017).
Kesimpulan dari Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua.
2.2.2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi di sebebakan oleh berbagai faktor yang sangat
mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing- masig orang tidak sama sehingga faktor
penyebab hipertensi pada setiap orang sangan berkalinan
Yekti, 2011).
Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu
saja mengenai tubuh kita maka dengan mudah kita akan menderita hipertensi Yekti, 2011).
1. Toksin
Toksin adalah zat- zat sisa pembuangan yang seharusnya di buang karena bersifat
racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan mengeluarkan sisa- sisa pembuangan
melalui saluran usus dan kulit. Sementara ginjal mengeluarkan sisa-sisa pembuangan
melalui saluran kencing atau kantung kencing.
2. Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga dengan
orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi atau tekanan darah dari pada idividu yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi atau tekanan darah. Ada baiknya mulai sekarang kita
memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan antisipasi dan
pencegahan.
2.2.3 klarifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization (WHO) klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi
menjadi kelompok hipotensi, normal, prehipertensi, Hipertensi derajat 1, Hipertensi derajat 2,
dan Hipertensi tingkat darurat.
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO

Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Hipotensi <90 <60
Normal 90-119 60-79
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 160-179 100-109
Hipertensi tahap 3 atau ≥180 ≥110
darurat
2.3 Konsep Lansia
2.3.1 Definisi Lansia
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi
tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua (Azizah,
2011). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan (Pujiastuti, 2003 dikutip dalam Effendi, 2013). Lansia merupakan seorang pria
atau wanita yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Undang-Undang No. 13 tahun 1998,
dalam Nugroho, 2008). Peneliti menyimpulkan bahwa lansia adalah lansia sangat penting
bagi perawat dalam menangani lansia dengan hipertensi untuk mengingatkan atau
membimbing terhadap pemenuhan kebutuhan spiritualnya guna mengurangi stres atau
ketegangan psikologis dalam hidup, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya
2.3.2 Klarifikasi Lansia
Klasifikasi lansia dibagi menjadi 5 yaitu pralansia, lansia, lansia resiko tinggi, lansia
potensial, dan lansia tidak potensial. Pralansia (prasenelis) adalah seseorang yang berusia
antara 45-59 tahun. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, untuk lansia
resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan bermasalah dengan
kesehatan seperti, menderita rematik, demensia, mengalami kelemahan dan lain-lain,
sedangkan lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang ataupun jasa, Lansia tidak potensial yaitu lansia
yang tidak berdaya memcari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
(Nugroho, 2017). Batasan-batasan lansia :
Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah :
1. Usia Pertengahan (middle age) 45 – 59 tahun
2. Lansia (elderly) 60 – 74 tahun
3. Lansia tua (old) 59-90 tahun
4. Lansia sangat tua (vey old) diatas 90 tahun
5. Menurut Depkes RI, 2009 klasifikasi lansia adalah :
6. Lansia awal 46 – 55 tahun
7. Lansia akhir 56 – 65 tahun
8. Lansia manula atas 65- samapai atas
2.3.3 Tipe-tipe Lansia
Tipe lansia di bagi menjadi 5 yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe
pasrah dan tipe bingung (Nugroho, 2017).
1. Tipe arif bijaksana yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, penyesuaian diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
2. Tipe mandiri yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas yaitu konflik lahir batin menantang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung yaitu kaget, kehilangan, kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
2.3.4 Perubahan Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak profesional (Nugroho, 2017).
Proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada lansia. Perubahan-perubahn
itu meliputi perubahan fisik, psikososial, dan kognitif (Ratnawani, 2010) :
1. Kardiovaskuler : Kemampuan memompa darah menurun, elstis pembuluh darah
menurun, serta mengkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
2. Respirasi : Elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik
nafas lebih berat, dan terjadi penyempita bronkus.
3. Persyarafan : Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun dan lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress.
4. Muskuloskeletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (Osteoporosis),
bengkak (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku.
5. Gastrointestinal : Esofagus membesar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan
paristaltik menurun.
6. Vesika urinaria : Otot – otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine.
7. Kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, elastisitas menurun, rambut
memutih (uban), dan kelenjar keringat menurun
2.4 Kerangka Teori
Kerangka Koseptual adalah merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan
dari fakta-fakta, observasi dan tinjuan pustaka.

Kerangka konsep dalam penelitian faktor yang mempengaruhi


ini adalah factor yang hipertensi pada lansia :
mempengaruhi stress pada lansia :
1. Toksin
1. Daiky hasles 2. Faktor genetic
2. Personal 3. Umur
3. Stressor 4. Jenis kelamin
4. appraisal 5. Obesitas
6. Merokok
7. Narkoba

Tingkat stress
pada lansia
Hipertensi pada
lansia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desai Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi melalui

pendekatan Cross Sectional. Dimana seluruh variabel yang diamati,

diukur pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan

data primer untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan

kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas Tarumajaya. Dimana

variabel bebas yaitu tingkat stres dan variabel terikat yaitu terjadinya

kejadian hipertensi yang akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami

hipertensi di puskesmas Tarumajaya yang berjumlah 42 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan menyeleksi

porsi dan populasi yang dapat mewakili kriteria populasi

(Nursalam, 2016). Besar sample dalam penelitian ini menggunakan

rumus Slovin

Anda mungkin juga menyukai