Anda di halaman 1dari 29

KONSEP CEDERA

KEPALA
KELOMPOK 4:
BELA SAFITRI
DADANG SUTRISNA
DIAH AYU ISMAWATI
EVA MARISKA
KHALDA AGUSTIN
REYNALDI YUSUF WIBAWA D.
RULLY SHIVA AL-MUKQIMAH
VIRANT AMARA LESTARI
Konsep Cedera Kepala
Klasifikasi
Definisi Penilaian cedera kepala dapat dinilai menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) (Tim

Cedera kepala adalah (trauma capitis)


Pusbankes, 2018):

1. Berdasarkan keparahan cedera:


adalah cedera mekanik yang secara A. Cedera Kepala Ringan (CKR)

langsung maupun tidak langsung •  Tidak ada fraktur tengkorak

mengenai kepala yang mengakibatkan •


 Tidak ada kontusio serebri,hematom

 GCS 13-15
luka di kulit kepala, fraktur tulang •  Dapat terjadi kehilangan kesadaran tapi <30 menit

tengkorak, robekan selaput otak dan  

kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta B. Cedera Kepala Sedang(CKS)


•  Kehilangan kesadaran
mengakibatkan gangguan neurologis •  Muntah
(Sjahrir, 2012). Cedera kepala merupakan • GCS 9-12

suatu proses terjadinya cedera langsung • Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan (bingung)

maupun deselerasi terhadap kepala yang  

C. Cedera Kepala Berat(CKB)


dapat menyebabkan kerusakan tengkorak • GCS 3-8

dan otak (Pierce dan Nail,2014). • Hilang kesadaran >24jam


• Adanya kontusio serebri, laserasi/hematomintrakranial
Etiologi
• Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat dan
menimbulkan cedera lokal. Kerusakan local meliputi contusion
serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang
disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atauhernia.
• Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh
(difusi): kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4
bentuk, yaitu cedera akson, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar pada hemisfer serebral, batang otak
atau kedua-duanya.
s i k li ni s
a n i f e sta
M
Cedera kepala ringan-sedang Manifestasi klinis
• Disorientasi ringan spesifik :
• Amnesia post-traumatic
• Gangguan otak
• Sakit kepala
• Mual dan muntah • Perdarahan epidural
• Gangguan pendengaran (hematoma epidural)
• Cedera kepala sedang-berat
• Hematom subdural
• Oedema pulmonal
• Kejang infeksi • Hematom intra kranial
• Tanda herniasi otak • Fraktur tengkorak
• Hemiparase
• Gangguan akibat saraf kranial • Fraktur basiler
Patofisiologi
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan dapat
menyebabkan cedera kepala. Cedera otak primer adalah cedera otak yang terjadi segera
setelah trauma. Cedera kepala primer dapat menyebabkan kontusio dan laserasi. Cedera
kepala ini dapat berlanjut menjadi cedera sekunder. Akibat trauma terjadi peningkatan
kerusakan sel otak sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi. Penurunan aliran
darah ke otak menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otak dan terjadi gangguan
metabolisme dan perfusi otak.
Peningkatan rangsangan simpatis menyebabkan peningkatan tahanan vaskuler
sistematik dan peningkatan tekanan darah. Penurunan tekanan pembuluh darah di
daerah pulmonal mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolistik sehingga terjadi
kebocoran cairan kapiler. Trauma kepala dapat menyebabkan odeme dan hematoma
pada serebral sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial. Sehingga
pasien akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat pada daerah kepala (Padila, 2012).
Komplikasi
• Epilepsi pascacedera
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu setelah otak mengalami cedera karena benturan di kepala. Kejang
bisa saja baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah terjadinya cedera.
• Afasia
Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak. Penderita tidak mampu
memahami atau mengekspresikan kata-kata. Bagian kepala yang mengendalikan fungsi bahasa adala lobus temporalis sebelah kiri dan bagian lobus
frontalis di sebelahnya. Kerusakan pada bagian manapun dari area tersebut karena stroke, tumor, cedera kepala atau infeksi, akan mempengaruhi
beberapa aspek dari fungsi bahasa.
• Apraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan
biasanya disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis atau lobus frontalis.
• Agnosis
Agnosis merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat melihat dan merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan peran
atau fungsi normal dari benda tersebut. Penderita tidak dapat mengenali wajah-wajah yang dulu dikenalinya dengan baik atau benda-benda umum
(misalnya sendok atau pensil), meskipun mereka dapat melihat dan menggambarkan benda-benda tersebut. Penyebabnya adalah fungsi pada lobus
parietalis dan temporalis, dimana ingatan akan benda-benda penting fungsinya disimpan. Agnosis seringkali terjadi segera setelah terjadinya cedera
kepala atau stroke.
• Kejang pascatrauma
Dapat terjadi (dalam 24 jm pertama), dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predisposisi untuk
kejang lanjut, kejang dini menunjukkan risiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan pasien ini harus dipertahankan dengan antikonvulasan.
Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan laboratorium
• AGD: PO2, PH, HCO2,: untuk mengkaji keadekuatan
ventilasi (mempertahankan AGD dalam rentang Pemeriksaan diagnostik
normal untuk menjamin aliran darah serebral
adekuat) atau untuk melihat masalah oksigenasi • X ray/CTScan
yang dapat meningkatkan TIK.
• Hematomserebral 
• Elektrolit serum: cedera kepala dapat dihubungkan
dengan gangguan regulasi natrium, retensi Na • Edemaserebral
berakhir beberapa hari, diikuti dengan dieresis Na,
peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat • Perdarahanintrakranial
ketidakseimbanganelektrolit.
• Hematologi: leukosit, Hb, albumin, globulin, • Fraktur tulangtengkorak
proteinserum.
• MRI: dengan atau tanpa
• CSS: menenetukan kemungkinan adanya perdarahan
subarachnoid (warna, komposisi,tekanan). menggunakan kontras
• Pemeriksaan toksilogi: mendeteksi obat yang • Angiografi cerebral: menunjukkan
mengakibatkan penurunan kesadaran.
kelainan sirkulasi serebral
• Kadar antikonvulsan darah: untuk mengetahui
tingkat terapi yang cukup efektif mengatasikejang. • EEG: mermperlihatkan keberadaan
atau berkembangnya gelombang
Penatalaksanaan cedera kepala
Penatalaksanaan cedera kepala ringan
• Obsevasi atau dirawat di RumahSakit
• CT scan tidak ada
• CT scan abnormal
• Semua cedera tembus 
• Riwayat hilangkesadaran 
• Kesadaranmenurun 
• Sakit kepala sedang-berat
• Intoksikasi alcohol/obat-obatan 
• Frakturtengkorak
• Rhinorea/otorea
• Tidak ada keluargadirumah

• Rawat jalan
• Tidak memenuhi criteria rawat. Berikan pengertian kemungkinan kembali ke RS jika memburuk dan berikan lembar observasi
• Lembar observasi : berisi mengenai kewaspadaan baik keluarga maupun penderita cedera kepala ringan. Apabila dijumpai gejala-gejala dibawah ini
maka penderita harus segera dibawa ke RS:
• Mengantuk berat atau sulitdibangunkan 
• Mual danmuntah 
• Kejang
• Perdarahan atau keluar cairan dari hidung dantelinga
• Sakit kepalahebat
• Kelemahan pada lengan atau tungkai
• Bingung atau perubahan tingkahlaku
• Gangguanpenglihatan
• Denyut nadi sangat lambat atau sangat cepat
• Pernafasan tidakteratur
Penatalaksanaan cedera kepala sedang (GCS9-13) 

• Penderita biasanya tampak kebingungan atau mengantuk, namun masih mampu menuruti perintah-perintah.
Pemeriksaan awal:
 Sama dengan untuk cedera kepala ringan ditambah pemeriksaan darahsederhana
 Pemeriksaan CT scankepala
 Dirawat untuk observasi

Perawatan:
 Pemeriksaan neurologisperiodic
 Pemeriksaan CT scan ulang bila kondisi penderita memburuk atau bila penderita akandipulangkan
Bila kondisi membaik (90%)
• Pulang
• Kontrol dipoli
Bila kondisi memburuk(10%)
• Bila penderita tidak mampu melakukan perintah lagi segera lakukan pemeriksaan CT scan ulang dan
penatalaksanaan sesuai protocol cedera kepala berat.
Penatalaksanaan cedera kepala berat (GCS3-8)

Penderita tidak mampu melakukan perintah-perintah sederhana karena kesadarannya menurun.


• Airway
• Penderita dibaringkan dengan elevasi 20-30 untuk membantu
menurunkan tekananintrakranial
• Pastikan jalan nafas korban aman, bersihkan jalan nafas dari
lender, darah atau kotoran, pasang pipa guedel dan siapkan
untuk intubasi endotrakeal, berikan oksigenasi 100% yang
cukup untuk menurunkan tekananintrakranial
• Jangan banyak memanipulasi gerakan leher sebelum cedera
servikal dapat disingkirkan
• Sirkulasi
• Berikan cairan secukupnya (Ringer Laktat/Ringer Asetat), untuk
resusitasi korban. Jangan memberikan cairan berlebih atau yang
mengandung Glukosa karena dapat menyebabkan odemaotak.
• Atasi hipotensi yang terjadi, yang biasanya merupakan petunjuk
adanya cedera di tempat lain yang tidak tampak.
• Berikan transfuse darah jika Hb kurang dari10g/dl.
Konsep Masalah Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif adalah penurunan kadar


oksigen akibat dari kegagalan dalam memelihara jaringan di
tingkat kapiler (Saputro, 2010). Risiko ketidakfektifan perfusi
jaringan otak adalah risiko gangguan yang berisiko mengalami
penurunan sirkulasi otak yang dapat mengganggu kesehatan.
Sehingga, pada masalah keperawatan Risiko Perfusi Serebral
Tidak Efektif ini dapat berhubungan: aliran arteri terhambat,
reduksi mekanis dari aliran vena/arteri, kerusakan transportasi
oksigen melewati kapiler/alveolar (Herdman, 2014).
Etiologi Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

• Aterosklerosisaortic
Aterosklerosisadalah berkurangnya pembuluh darah serta berkurangnya keluhan atau elastisitas dinding pembuluh darah.

• Fibrilasi atrium
Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.

• Embolisme
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otakoleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal daritrhombus dijantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.

• Koagulasi intravaskulerdiseminata
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematocritmeningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

• Hiperkolesterolemia
Meningkatnya kadar kolestrol didalam darah.

• Neoplasma otak 
• Hipertensi
• Penyalahgunaanzat
• Agensfarmaseutikal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CEDERA KEPALA
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpuldan dan analisis informasi secara sistematis dan berkelanjutan. Pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data dan menempatkan data ke dalam format yang terorganisir (Roshdahl dan Kawolski, 2014)

1. Identitas

Mengkaji biodata pasien yang berisi kan nama klien dan nama penanggung jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, golongan darah, pendidikan terakhir, tanggal masuk RS, agama, status perkawinan, pekerjaan, nomor
register,dan diagnosamedis.

• Umur

• Jenis kelamin

• Pekerjaan

2. keluhan utama

Terjadi penurunan kesadaran, letargik, mual dan muntah, nyeri kepala, wajah tidak simetris, lemah, sulit beristirahat, sulit mencerna dan menelan makanan (Yessie dan Andra, 2013).

3. riwayat kesehatan sekarang


Adanya penurunan kesadaran, letargi, mual, muntah, sakit kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralisis, perdarahan, fraktur, hilang keseimbangan, amnesia seputar kejadian, sulit beristirahat, kesulitan mendengar, mengecap dan mencium
bau, sulit menelan/mencerna makanan (Yessie dan Andra, 2013).

4. riwayat kesehatan dahulu  

Pasien pernah mengalami penyakit system persarafan, riwayat cedera masa lalu, riwayat penyakit sistemik/pernafasan cardiovaskuler dan metabolic (Yessie dan Andra, 2013).

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat penyakit menular (Yessie dan Andra, 2013).

6. Pola kesehatansehari-hari
• Nutrisi

• Mual dan muntah, gangguan mencerna/menelan makanan, kaji bising usus (Yessie dan Andra, 2013).
• Eliminasi BAK dan BAB

• Terjadi inkontinensia, konstipasi (Yessie dan Andra, 2013).


• Istirahat

• Terjadi gangguan pola tidur, mobilisasi (Yessie dan Andra, 2013).


• Aktivitas

• Lemah, kelelahan (Yessie dan Andra, 2013).


• Pemeriksaan Fisik 
• Keadaan umum (Kartikawati, 2013).

• Secara umum keadaan umum klien dapat dilakukan pengkajian dengan 3 kriteria, yaitu ringan, sedang, berat.
 
• Ringan: terdiri dari kesadaran penuh, tanda-tanda vital stabil, pemenuhan kebutuhanmandiri.
• Sedang: terdiri dari kesadaran penuh sampai dengan apatis, tanda-tanda vital stabil, pemenuhan kebutuhan dibantu sebagian atausepenuhnya.
• Berat: terdiri dari kesadaran penuh sampai dengan samnolen, tanda-tanda vital tidak stabil, memakai alat bantu organ vital, melakukan tindakan pengobatan yang intensif.

• Pemeriksaan paru (Yessie dan Andra,2013)

Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas berbunyi, tersedak. Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas. Ronki, mengi po
• Pemeriksaan abdomen (Yessie dan Andra,2013)

• Konstipasi, auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
• Sistem perkemihan (Yessie dan Andra, 2013) Meliputi disuria (nyeri saatberkemih).
• Pemeriksaan anggota gerak (Yessie dan Andra,2013)

• Nyeri berat terjadi tiba-tiba atau bahkan terlokalisasi pada area jaringan yang dapat mempengaruhi mobilisasi.
• Pemeriksaan status neurologi (Yessie dan Andra,2013)
 

Pemeriksaan pada saraf:


• Olfaktorius

Pada saraf ini klien akan mengalami kelainan pada fungsi penciuman.
• Optikus

Akan menurunkan lapang penglihatan dan menggaung fungsi nervus optikus 


• Okulomotoris, toklearis, danabdusen

Gangguan mengangkat kelopak mata terutama pada klien dengan cedera yang merusak rongga orbital. Pada cedera kepala akan dijumpai anisokoria.
• Trigeminus 

Didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah. 


• Fasialis

Terjadi perubahan pada persepsi pengunyahan.


• Toklearis

Terjadi perubahan fungsi pendengaran pada klien.


• Glosofaringeus danvagus

Kemampuan menelan kurang baik, kesulitan membuka mulut.


• Aksesorius

Jika tidak melibatkan cedera pada leher, mobilitas klien cukup baik dan tidak ada atrofi otot sternokleidomastoieus dan trapezius.
• Hipoglosus

Indra pengecapan terjadi perubahan.


Analisis Data
Melalui analisa data yang sistematis, kita dapat menarik kesimpulan mengenai masalah kesehatan
klien. Ketika mengkaji klien, lihat kekuatan yang dimiliki klien yang dapat ia gunakan untuk
menghadapi masalah (Rosdahl dan Kowalski, 2015).
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan pasien, kemampuan
pasien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi
kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan- perubahan atau respon pasien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan
terhadap klien.
Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Tujuan pengumpulan data adalah untuk
memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan
kesehatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menetukan
langkah-langkah berikutnya.
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan klien yang aktual
atau risiko mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
mencegah, atau menghilangkan masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011). Setelah penulis melakukan analisa data
didapatkan diagnosa utama yang muncul menurut SDKI (2018), yaitu risiko perfusi
serebral tidak efektif.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
  Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Perfusi Kriteria Hasil: Managemen Peningkatan TIK


Cerebral Tidak Efektif. • Tingkat kesadaran meningkat Observasi
  • Kognitif meningkat • Identifikasi penyebab peningkatan
Definisi:Berisiko mengalami • Sakit kepala menurun • TIK (mis. Lesi, gangguan
penurunan sirkulasi darah ke otak • Gelisah menurun metabolisme, edema serebri)
Faktor Risiko: • Kecemasan menurun • Monitor tanda/gejala peningkatan
Keabnormalan masa • Agitasi menurun • TIK (mis. TD meningkat, tekanan
protombrin dan atau massa • Demam menurun nadi melebar, bradikardia, pola
tromboplastin parsial • Tekanan arteri rata- rata membaik nafas ireguler, kesadaran menurun)
Penurunan kinerja ventrikelkiri • Tekanan intrakranial membaik • Monitor MAP
Aterosklerosisaorta • Tekanan darah sistolik membaik • (Mean Arterial Pressure)
Disleksi arteri • Tekanan darah diastolic membaik • Monitor CVP (Central Venous
Fibrilasi atrium • Reflek saraf membaik Pressure), jika perlu
Tumorotak • Monitor PAWP, jikaperlu
Stenosis • Monitor PAP, jikaperlu
karotis • Monitor ICP (Intra Cranial Pressure)
Miksomaatrium
Aneurisma serebri
Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus
menerus melibatkan klien, perawat, dan anggota tim medis lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (Lisimidar,2012).
• Jenis evaluasi yang digunakan adalah evaluasi berjalan ata formatif dengan memakai format SOAP yaitu:
S : Data Subjektif 
• Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
O : Data Objektif
• Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan.
A : Analisis
•  Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif apakah perkembangan kearah kebaikan
ataukemunduran).
P : Perencanaan 
• Rencana penanganan klien yang didasarkan dari hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan
sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
perawatan kolaborasi
Cedera kepala sedang (GCS 9 -12) Kurang lebih 10% pasien dengan cedera kepala di Unit Gawat
Darurat (UGD) menderita cedera otak sedang. Mereka umumnya masih mampu menuruti perintah
sederhana, namun biasanya tampak bingung atau mengantuk dan dapat pula disertai defisit
neurologis fokal seperti hemiparesis. Sebanyak 10 -20% dari pasien cedera otak sedang mengalami
perburukan dan jatuh dalam koma. Untuk alasan tersebut maka pemeriksaan neurologi secara
berkala diharuskan dalam mengelola pasien ini. Saat diterima di UGD, dilakukan anamnesis singkat
dan segera dilakukan stabilisasi kardiopulmoner sebelum pemeriksaan neurologis dilaksanakan. CT
Scan kepala harus selalu dilakukan dan segera menghubungi ahli bedah saraf. Pasien harus dirawat
di ruang perawatan intensif atau yang setara, dimana observasi ketat dan pemeriksaan neurologis
serial dilakukan selama 12-24 jam pertama. Pemeriksaan CT Scan lanjutan dalam 12-24 jam
direkomendasikan bila hasil CT Scan awal abnormal atau terdapat penurunan status neurologis
pasien (ATLS, 2010).
evidence base practice
kasus cedera kepala
ada pola atau trend yang menunjukkan bahwa kepala pada tempat tidur yang ditinggikan akan meningkatkan
vasospasme. Sebagian kelompok ,tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pasien pada posisi yang berbeda dari kepala
yang ditinggikan tempat tidurnya. Memanfaatkan lain langkah analisis varians, nilai P berkisar 0,34-0,97, baik melampaui
05. Hal tersebut menunjukan tidak ada kerusakan saraf terjadi. Kesimpulan secara umum, elevasi kepala pada tempat tidur
tidak menyebabkan perubahan berbahaya dalam aliran darah di otak yang berhubungan dengan vasospasme . Peningkatan
tekanan intrakranil ini bisa disebabkan oleh 3 faktor (Suadoni, 2009) yaitu peningkatan volume otak (odema, perdarahan),
cairan cerebrospinal (peningkatan produksi, penurunan absorbsi, ketidak adekuatan
Cedera kepala (head Injury) atau trauma atau jejas yang terjadi pada kepala bisa oleh mekanik ataupun nonmekanik
yang meliputi kulit kepala, otak atau pun tengkorak saja dan merupakan penyakit neurologis yang paling sering terjadi,
biasanya dikarenakan oleh kecelakaan (lalu lintas). Hal tersebut bias mengakibatkan terjadi peningkatan intrakranial.
Peningkatan tekanan intrakranial merupakan kondisi yang harus di tangani NCCU adalah positioning, hipervenitilation,
kontrol suhu : hipotermi, kontrol tekanan darah, kontrol kejang, kolaborasi pemberian diuretik, dan kontrol kebutuhan
metabolik. Perawat perlu standar, berbasis bukti yang nyata
promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder

• Menggunakan helm atau sabuk pengaman saat berkendara


• Menggunakan pengaman saat olahraga
• Jangan mengemudikan kendaraan dibawah pengaruh minuman beralkohol dan atau obat-obatan terlarang
• Untuk orang dewasa, periksakan kesehatan mata
• Cara mengobati cedera kepala ringan umumnya akan tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien
sudah mengalami kondisi tersebut. Beberapa pilihan cara mengobati cedera kepala ringan yang biasanya disarankan dokter,
yaitu:
• Cukup istirahat
Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu pemulihan pada otak.
• Obat pereda nyeri
Obat pereda nyeri bisa membantu dalam meredakan sakit kepala. Contohnya adalah paracetamol.Namun harap diingat bahwa
pasien harus menghindari pengunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti aspirin, ibuprofen, dan lainnya. Pasalnya,
obat jenis ini dapat mengencerkan darah, memperburuk kondisi, dan meningkatkan potensi perdarahan pada kepala.
• Operasi
Meski jarang, cedera kepala ringan juga bisa saja memerlukan operasi.Selama masa penyembuhan cedera kepala ringan, Anda
sebaiknya tidak langsung kembali melakukan aktivitas cukup berat yang menuntut kekuatan fisik. Misalnya, olahraga, maupun
berpikir terlalu keras.
simulasi pendidikan kesehatan terkait kasus
cedera kepala
Primary Survey
1. Airway (Cek Jalan Napas)Lakukan dengan teknik “Lihat Dengar Rasakan” selama 5-10 detikWaspadai masalah yang
muncul seperti sumbatan jalan napas
2. Breathing (Cek Pernapasan)Hitung frekuensi napas, lihat pergerakan dada, berikan bantuan resusitasi jika perlu
3. Circulation (Cek Sirkulasi Nadi)Identifikasi tingkat kesadaran, warna kulit dan frekuensi nadi
4. Disability (Cek Kesadaran)Periksa skala GCS (hanya untuk orang terlatih), dan refleks cahaya pada pupilb.

Secondary Survey
2. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Hati-hati saat pemeriksaan bagian kepala
2. Periksa apakah ada perdarahan dan fraktur (patah tulang)
3. Tekan daerah perdarahan dengan kain bersih, jangan lepaskan sampai perdarahan berhenti
4. Waspada jika terdapat fraktur atau cedera spinal (cedera pada saraf tulang belakang)
5. Jangan beri makan dan minum
6. Pindahkan korban dengan posisi sejajar, perhatian penuh daerah kepala
7. Hubungi tenaga medis segera untuk penanganan lebih lanjut
SAP cedera kepala
TUJUAN
• Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta memahami tentang penyakit Cedera Kepala.

• Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan 75% peserta dapat :
• Menyebutkan pengertian dari cedera kepala dengan bahasa sendiri
• Menyebutkan penyebab cedera kepala
• Menjelaskan tanda-tanda dari cedera kepala
• Menjelaskan komplikasi dari cedera kepala
PELAKSANAAN KEGIATAN
• Topik • Uraian Tugas
Cedera kepala • Penanggung jawab
• Sasaran Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhuan.
Seluruh pasien cedera kepala • Moderator
• Metode • Membuka acara
• Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
Ceramah, tanya jawab dam diskusi. • Menjelaskan tujuan dan topik
• Media dan Alat • Menjelaskan kontrak waktu
• Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
Flip Chart, leaflet.
• Mengarahkan alur diskusi
• Waktu dan tempat • Memimpin jalannya diskusi
Hari / tanggal : Kamis, 14 April 2022 • Menutup acara
Waktu : 9.00-10.00 WIB • Pemateri
Tempat : Ruang rawat bedah Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
• Pengorganisasian • Observer
Penanggung jawab : NS Arabta Malem Peraten Pelawi,M.Kep Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
Moderator : Khalda Agustin • Fasilitator
Pemateri : Viranti Amara Lestari Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya
Observer : Rully penyuluhan
Fasilitator : Reynaldi dan dadang Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta
KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Terapi Kegiatan Peserta

1 5 menit Pembukaan :  
 Perkenalan mahasiswa  
 Perkenalan dengan dosen Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan kontrak waktu
2 20 menit Materi :  
 Menggali pengetahuan tentang cedera kepala Menjelaskan
 Memberi reinforcement positif Memperhatikan
 Menjelaskan pengertian cedera kepala Memperhatikan
 Menjelaskan etiologi dari cedera kepala Memperhatikan
 Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya Memberi pertanyaan
 Memberi reinforcement positif Memperhatikan
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
 Menjelaskan tanda-tanda dari cedera kepala Memperhatikan
 Menjelaskan komplikasi dari cedera kepala Memperhatikan
 Memberi kesempatan kepada peserta bertanya Memberi pertanyaan
 Memberi reinforcement positif Memperhatikan
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
 Menggali pengetahuan peserta tentang penatalaksanaan apa yang dilakukan bila Menjelaskan
anak mengalami cedera kepala
 Memberi reinforcement positif Memperhatikan
 Menjelaskan penatalaksanaan yang tepat dalam menangani cedera kepala Memperhatikan
 
3 10 menit Penutup :  
 Memberi kesempatan pada peserta untuk bertanya atas penjelasan yang tidak Memberikan pertanyaan
dipahami  
 Menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
 Menyimpulkan diskusi Berpartisipasi
 Melakukan evaluasi Menjawab pertanyaan
  Menjawab salam
 Mengucapkan salam
KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
• Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
• 60% peserta menghadiri penyuluhan
• Tempat, media dan alat penyuluhan sesuai rencana

• Evaluasi Proses
• Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
• Waktu yang dilaksanakan sesuai pelaksanaan
• 70% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
• 70% peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan

• Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
• Menyebutkan pengertian cedera kepala dengan bahasa sendiri.
• Menyebutkan penyebab cedera kepala
• Menjelaskan tanda-tanda dari cedera kepala
• Menjelaskan komplikasi dari cedera kepala
• Menyebutkan penatalaksanaan dari cedera kepala

Anda mungkin juga menyukai