PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentang normalnya (nic
noc, 2007)
Keadaan dimana seorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas
37,80C pero ral atau 38,80C per rektal karena factor eksternal (Carpentio, 1995)
Hipertermi adalah peniingkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan mekanisme
termogulasi (Ensiklopedia keperawatan)
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko
untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 37C (per
oral) atau 38,8C (per rektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal (Linda Juall Corpenito)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit hipertermi ?
2. Apa etiologi dari hipertermi?
3. Bagaimana perjalanan penyakit hipertermi?
4. Bagaimana cara penatalaksanaan hipertermi?
5. Bagaimana asuhan keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah diperoleh gambaran teoritis
dalam merawat pasien dengan hipertermi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipertermi maligna biasanya dipicu oleh obat obatan anesthesia. Hipertermia ini
merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal
dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot
rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di
hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan
dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada
suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman
lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang
berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
Endocrine Hyperthermia (EH)
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau
paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermi jenis ini merupakan
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir.
Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar
sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
Trauma lahir
Hipertermi yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24% dari
bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada 1-3 hari tapi bisa
juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana
dasar hipertermi pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara
cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat
dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan
tepid sponged 35°C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37°C.
Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang
tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi
atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak
adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia <
1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh
penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah
sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan
febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati
sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang
mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang
membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul
hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal
ginjal..Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif
seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan.
Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang
berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan
perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
Sudden Infant Death Sydrome (SIDS)
Definsi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak,
tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering
berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal.
Hipertermi diduga kaut berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian
tertinggi adalah pada bayi usia 2-4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan
untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-
development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga
berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan,
suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa factor resiko dikemukakan
untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting
adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermi
diduga berhubungan dengan SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya
sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.
C. Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan tosik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsang
terhadap pusat pengaturan suhu tubuh sehingga menyebabkan demam disebut pyrogen.
Zat pyrogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang
dilepas oleh bakteri toksi/pyrogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Factor penyebabnya :
Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
Pakaian yang tidak layak
Kecepatan metabolisme meningkat
Pengobatan/anesthesia
Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka Panjang)
Aktivitas yang berlebihan
D. Patofisiologi
Hipertermi terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point. Hipertermi adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon
imun) terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab hipertermi, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang
menimbulkan hipertermi (Potter & Perry,2010).
E. Manifestasi
Objektif
Suhu tubuh meningkat
Takikardia
Kulit kemerahan
Kulit hangat bila disentuh
Menggigil
Dehidrasi
Subjektif
Mual
Muntah
Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan hipertermi akan
mengalami penurunan trombosit (<100.000/mm3)
b. Hemoglobin (Hb)
Hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan menunjukkan
kelainan pada Hb. Hb akan mengalami peningkatan sebesar 20% dengan Hb normal
pada laki-laki yaitu 14-16 gr/dL, dan pada perempuan yaitu 12-16 gr/dL.
c. Hematrokrit
Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan
menunjukkan kelainan pada hematrokrit (PCV) yang mengalami peningkatan hingga
20% atau lebih. Hematokrit normal pada laki-laki yaitu 40-54%, sedangkan pada
perempuan yaitu 35-47%.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita hipertermi meliputi :
Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu :
Beri obat penurun panas seperti paracetamol
Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu :
Beri pasien banyak minum. Pasien menjadi lebih mudah
dehidrasi pada waktu menderita panas. Minum air membuat
mereka lebih baik dan mencegah dehidrasi
Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang
diproduksi tubuh seminimal mungkin
Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak,
lipatan paha, leher belakang.
I. Pathway (hipertermi)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI
Seseorang An. R berusia 6 bulan datang bersama ibunya ke poli anak RS Medistra Indonesia. Ibu
An. R mengatakan bahwa suhu tubuh anaknya panas sejak 4 hari yang lalu, mengalami mual,
muntah, bantuk, pilek, kulit tampak agak kemerahan dan berkeringat. Kemudian demam suhu
tubuh An. R naik turun. Menurut ibunya pasien mengatakan An. R tampak lemas dan An. R
selama sakit minum susu formula mulai berkurang, BB sebelum sakit 8,5 kg dan BB saat sakit 8
kg. Setelah dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan Suhu tubuh : 39°C, N : 110x/menit, RR :
24x/menit.
I. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata
Nama : An. R
Usia : 6 bulan
Jenis kelamin : L
Alamat : Cikarang
Pendidikan : -
Status pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Diagnose Medis : Hipetermi
No. Register : 334
Tgl masuk : 10 Mei 2020
Tgl pengkajian : 10 Mei 2020
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Usia : 38 th
Jenis Kelamin : P
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien : Ibu
I. Data Fokus
Nama pasien : An”R”
DS :
• Ibu pasien mengatakan demam sejak 4
kurang lebih 4 hari
• Ibu pasien mengatakan pasien panas
naik turun di saat malam hari
DO :
• Pasien tampak lemas
• Mukosa bibir kering
• Kulit elastis
• Kulit tampak agak kemerahan
• Tugor kulit lembab
2. Resiko Pengeluaran
DS : keseimbangan cairan yang
• Ibu pasien mengatakan pasien sering elekrolit berlebihan
minum susu formula 8-10 botol per hari
(60ml per botol )
• Ibu pasien mengatakan pasien sudah
muntah 4x
IV. INTEVENSI
Nama pasien : An”R”
No DX.KEP Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Perawatan demam
berhubungan Tindakan keperawatan Pantau suhu dan TTV
dengan proses selama 3x24 jam lainnya
infeksi diharapkan Monitor warna kulit dan
Hipertermi dapat membaik suhu
dengan kriteria hasil : Monitor asupan dan
1. Termoregulasi keluaran
Pasien berkeringat Beri obat dan cairan IV
Ketika panas Dorong untuk
Pasien melaporkan mengkonsumsi cairan
adanya Angajrkan kompres
kenyamanan suhu hangat
Menunjukkan 2. Pengaturan suhu
adanya penurunan Monitor suhu sesuai
suhu kulit kebutuhan
Tidak mengalami Tingkatkan intake cairan
hipertermi dan nutrisi adekuat
Menunjukkan Berikan pengobatakn
adanya perubahan antipiretik sesuai dengan
warna kulit normal kebutuhan
tidak kemerahan
2. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh
Kembali normal
Nadi dalam batas
normal
Respirasi rate
dalam batas
normal
DS :
Ibu pasien
mengatakan jika
anaknya minum
susu formula 8-10
botol per hari (60
ml per botol )
DS :
Ibu pasien
mengatakan pasien
hanya minum susu
formula
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik
pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat
dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu
panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu
panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara slalu menjaga kesehatan
lingkungan, penyediaan air minum yan memenuhu syarat,pembuangan kotora
manusia pada tempatnya,pemberantasan lalat , pembuangan sampah pada
tempatnya, pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemberian iminisasi lengkap
pada bayi,makan-makanam yang bersih dan sehat,makan- makan yang bersih dan
sehat.
B. SARAN
1. Sebaiknya seorang perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan perawat dapat berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain.
2. Perawat membantu klien dengan mempersiapkan prosedur pembedahan jika dilakukan
pembedahan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut