‘’HIPERTERMI’’
Di Susun Oleh :
NAMA KELOMPOK 5
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama
sirkardian. Mengenai batasan suhu tubuh “normal” terdapat beberapa pendapat. umumnya, suhu
tubuh normal berkisar antara 36,5˚C. Tentunya didalam suhu tubuh manusia tidak selalu terjadi
normal seterusnya, adakalanya suhu tubuh manusia meningkat dan juga menurun. Suhu tubuh
meningkat atau disebut juga hipertermi, adalah keadaan suhu tubuhseseorang yang meningkat
diatas rentang normalnya (NIC NIC, 2007). Sedangkan menurut Potter & Perry,2010 hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah
39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu
pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada klien dengan hipertermi
Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada klien dengan hipertermi
1.3 Manfaat
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus hipertermi.
1.3.2 Klien
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani, merawat,
1.3.3 Keluarga
merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota keluarga yang mengalami
kasus hipertermi.
1.3.4 Penulis
Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi
panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika
dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai
Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh seseorang yang
meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat bersala dari
mikrooganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi (Noer,2004).
tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi, sekresi
hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh
mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau pelepasan bahan-bahan
tertentu seperti leukimia. demam diasosiasikan sebagai bahan dari respon fase akut, gejala dari
suatu penyakit dan perjalan patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan set-point
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia adalah keadaan
dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk
menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya suhu tubuh anak
1.2 Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap
pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini
dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri
toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:
Dehidrasi
Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor.
Suhu tubuh diatas nilai normal yaitu > 37,8’C (100’F) per oral atau38,8’C(101’F) per
rekal
2). Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak terkendali
3). Takikardia
Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung yang lebih cepat
4). Takipnea
Takipnea adalah suatu kondisi yang menggambarkan dimana pernafasan yang cepat dan dangkal
Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilitasi pembuluh darah sehingga kulit
menjadi hangat
1.4 Pathofisiologi
Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia yang beredar dalam
aliran darah sehingga terjadi infeksi virus dengue (viremia) yang menyebabkan pengaktifan
sistem komplemen (zat anafilatoksin) yang membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan
merangsang PGE2 (prostagelandin 2) yang selanjutnya akan meningkatkan seting point suhu di
hipotalamus. Kenaikan seting point ini akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point
dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh.
Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan meningkat sehingga akan terjadi
plasma akan mengakibatkan berkurangnya volume plasma sehingga terjadi hipotensi dan
kemungkinan akan berakibat terjadinya syok hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).
1.5 Pathway
Pathway Demam (Hipertermi)
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksan urine
Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien hypoid
Iji torniquet
Penatalaksanaan Keperawatan
6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher bagian
belakang
dalam menurunkan panas seperti memberikan minuman yang banyak, di tempatkan diruangan
yang bersuhu normal,menggunakan pakaian tipis dan diberikan kompres. Kompres hangat adalah
tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat,yang
ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
1.1 Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan data, analias data,
1. Data subjektik
2. Data subjektif
Takikardia
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan suhu
tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap usia yang
dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan mukosa bibir kering.
1.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan, tindakan, dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasakan analisa pengkajian agar dapat
teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya. Tahap awal perencanaan adalah priorotas masalah.
Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.
1. Prioritas masalah
Hipertermi
2. Tujuan
Kriteria hasil
Rencana tindakan
No. INTERVENSI RASIONAL
NO INTERVENSI RASIONAL
pasien
3 Anjurkan pasien untuk banyak minum Mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
bagian
7 Beri Health Education ke pasien dan Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari
tentang penyakitnya
paracetamol
1.4 Implementasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu:
BAB IV
Hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh
tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya
suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C. Secara umum penyebab hipertermi yaitu:
anesthesia, Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang), Aktivitas yang
berlebihan. Hipertermi disebut juga demam serta dapat menyerang siapa saja dari bayi hingga
dewasa.
4.2 Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
hipertemi maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut
ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar menjaga atau menghindarkan
DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di Intensive Care
Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto.
Jakarta: EGC
Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi. Pendidikan MIPA.
Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru
Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Masalah Hipertermi”.
www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_d
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan NOC. Jakarta: EGC