Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEMINAR

‘’HIPERTERMI’’

Di Susun Oleh :

NAMA KELOMPOK 5

1.AGNESIA MELKIANUS 6.MELIATI TAMU INA

2.TREDESIA EDA SALI 7. NANJAR POMBU HENGGU

3.OCTAVINA RACHEL SANTOSO 8.YULIUS GODU LIWAR

4.YUSNIA HADA INDA 9. NOVLIANO UMBU RATU A

5.RUSTI LADU WAJU 10. .ANDRIAS U. MAWU

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KEMENKES KESEHATAN KUPANG

PRODI KEPERAWATAAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN GENAP 2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama

sirkardian. Mengenai batasan suhu tubuh “normal” terdapat beberapa pendapat. umumnya, suhu

tubuh normal berkisar antara 36,5˚C. Tentunya didalam suhu tubuh manusia tidak selalu terjadi

normal seterusnya, adakalanya suhu tubuh manusia meningkat dan juga menurun. Suhu tubuh

meningkat atau disebut juga hipertermi, adalah keadaan suhu tubuhseseorang yang meningkat

diatas rentang normalnya (NIC NIC, 2007). Sedangkan menurut Potter & Perry,2010 hipertermi

adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk

menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya

ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang

berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah

39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu

pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu

tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Menerapkan konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan tentang Hipertermi

Tujuan Khusus

 Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hipertermi


 Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan hipertermi

 Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan hipertemi

 Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada klien dengan hipertermi

 Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada klien dengan hipertermi

 Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan hipertermi

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Profesi perawat

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus hipertermi.

1.3.2 Klien

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani, merawat,

dan mencegah kasus hipertermi.

1.3.3 Keluarga

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga tentang cara menangani,

merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota keluarga yang mengalami

kasus hipertermi.

1.3.4 Penulis
Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan keperawatan

medika bedah khususnya pada klien dengan kasus hipertermi

BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan

tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi

karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi

panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika

dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada

pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai

normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).

Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh seseorang yang

meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam

leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat bersala dari

mikrooganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu

infeksi (Noer,2004).

Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah peningkatan suhu

tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi, sekresi

hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh

mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau pelepasan bahan-bahan
tertentu seperti leukimia. demam diasosiasikan sebagai bahan dari respon fase akut, gejala dari

suatu penyakit dan perjalan patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan set-point

pusat pengaturan suhu tubuh (Sugarman,2005).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia adalah keadaan

dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk

menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya suhu tubuh anak

berkisar antara 36,5-37,5°C.

1.2 Etiologi

Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap

pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini

dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri

toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama

keadaan sakit.

Faktor penyebabnya:

 Dehidrasi

 Penyakit atau trauma

 Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat

 Pakaian yang tidak layak

 Kecepatan metaolisme meningkat


Pengobatan/ anesthesia

 Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)

 Aktivitas yang berlebihan

1.3 Tanda dan Gejala

Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor.

Adapun gejala dan tanda mayor,dan gejala dan tanda minor,yaitu:

a.Gejala dan Tanda mayor

1). Suhu tubuh di atas nilai normal

Suhu tubuh diatas nilai normal yaitu > 37,8’C (100’F) per oral atau38,8’C(101’F) per

rekal

b. Gejala dan tanda minor

1). Kulit merah

Kulit merah dan terdapat bintik-tindik merah(ptikie).

2). Kejang

Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak terkendali

akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi

3). Takikardia
Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung yang lebih cepat

dari pada denyut jantung normal

4). Takipnea

Takipnea adalah suatu kondisi yang menggambarkan dimana pernafasan yang cepat dan dangkal

5). Kulit terasa hangat

Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilitasi pembuluh darah sehingga kulit

menjadi hangat

1.4 Pathofisiologi

Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia yang beredar dalam

aliran darah sehingga terjadi infeksi virus dengue (viremia) yang menyebabkan pengaktifan

sistem komplemen (zat anafilatoksin) yang membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan

merangsang PGE2 (prostagelandin 2) yang selanjutnya akan meningkatkan seting point suhu di

hipotalamus. Kenaikan seting point ini akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point

dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh.

Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan meningkat sehingga akan terjadi

hipertermia. Hipertermia menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O sehingga

permeabilitas membran meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran menyebabkan cairan

dari intravaskuler berpindah ke ektravaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma. Kebocoran

plasma akan mengakibatkan berkurangnya volume plasma sehingga terjadi hipotensi dan

kemungkinan akan berakibat terjadinya syok hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).

1.5 Pathway
Pathway Demam (Hipertermi)
1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

 Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi

 Pemeriksan urine

 Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien hypoid

 Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl

 Iji torniquet

1.7 Penatalaksaan Medis

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:

1. Observasi keadaan umum pasien

Rasional: mengetahui perkembangan keadaan umum dari psien

2. Observasi tanda-tanda vital

Rasional: mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien

3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis

Rasional: membantu mempermudah penguapan panas

4. Anjurkan pasien banyak minum


Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas

5. Anjurkan pasien banyak istirahat

Rasional: meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh

6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher bagian

belakang

Rasional: mempercepat dalam penurunan produksi panas

7. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian, penanganan,dan

terapi yang diberikan tentang penyakitnya

Rasional: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan keluarganya

8. Beri obat penurun panas seperti paracetamol,asetaminofen

Rasional: membantu dalam penurunan panas

1.8 Pendidikan Kesehatan

Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan

non farmokologis maupun kombinasi keduanya. Tindakan farmakologis yaitu dengan

memberikan obatbantipiretik. sedangkan tindakan non farmakologis yaitu tindakan tambahan

dalam menurunkan panas seperti memberikan minuman yang banyak, di tempatkan diruangan

yang bersuhu normal,menggunakan pakaian tipis dan diberikan kompres. Kompres hangat adalah

tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat,yang

ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan

menurunkan suhu tubuh.


BAB III

Konsep Dasar Keperawatan

1.1 Pengkajian

Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan data, analias data,

merumuskan masalah, analisa masalah.

1. Data subjektik

 Pasien mengeluh panas

 Pasien mengatakan badannya teraa lemas/lemah

2. Data subjektif

 Suhu tubuh >37 °C

 Takikardia

 Mulut bibir kering

1.2 Diagnosa Keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan suhu

tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.

Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap usia yang

ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.


Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitasyang berat yang ditandai

dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan mukosa bibir kering.

1.3 Intervensi

Intervensi keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan, tindakan, dan

penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasakan analisa pengkajian agar dapat

teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya. Tahap awal perencanaan adalah priorotas masalah.

Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.

1. Prioritas masalah

Hipertermi

2. Tujuan

Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi teratasi

 Kriteria hasil

 Menunjukkan penurunan suhu tubuh

 Akral pasien tidak teraba hangat/panas

 Pasien tampak tidak lemas

 Mukosa bibir lembab

 Rencana tindakan
No. INTERVENSI RASIONAL

NO INTERVENSI RASIONAL

1 Observasi keadaan umum pasien Mengetahui perkembangan keadaan umum dari

pasien

2 Observasi tanda-tanda vital Mengetahui perubahan tanda-tanda vital pasien

3 Anjurkan pasien untuk banyak minum Mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas

4 Anjurkan pasien untuk banyak Meminimalisir produksi panas yang diproduksi

istirahat oleh tubuh

5 Anjurkan pasien untuk memakai Membantu mempermudah penguapan panas

pakaian yang tipis

6 Beri kompres hangat di beberapa Mempercepat dalam penurunan produksi panas

bagian

7 Beri Health Education ke pasien dan Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari

keluarganya mengenai pengertian, pasien dan keluarganya

penanganan, dan terapi yang diberikan

tentang penyakitnya

8 Kolaborasi/delegatif dalam pemberian Membantu dalam penurunan panas

obat sesuai indikasi, contohnya:

paracetamol

1.4 Implementasi

Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan melaksanaan

berbagi strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah diberikan.


1.5 Evaluasi

Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat

dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu:

 Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal

 Akral pasien tidak teraba hangat/ panas

 Pasien tampak tidak lemas

 Mukosa bibir lembab

BAB IV

Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan

Hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh

tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya

suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C. Secara umum penyebab hipertermi yaitu:

Dehidrasi, Penyakit atau trauma, Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk

berkeringat, Pakaian yang tidak layak, Kecepatan metaolisme meningkat, Pengobatan/

anesthesia, Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang), Aktivitas yang

berlebihan. Hipertermi disebut juga demam serta dapat menyerang siapa saja dari bayi hingga

dewasa.

4.2 Saran

Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat

mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit

hipertemi maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut

ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar menjaga atau menghindarkan

anak-anak dari bahan – bahan yang menyebabkan hipertemi.

DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di Intensive Care

Unit”.Jakarta: Jurnal Majalah Kedokteran Terapi Intensif. Vol, 2 No,2:94-98

Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto.

Jakarta: EGC

Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi. Pendidikan MIPA.

Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universias Muhammadiyah Palembang

Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru

Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Masalah Hipertermi”.

www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_d

engan_Masalah_Hipertermi Diakses pada 29 Maret 2017 pukul 14.04 am

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai