SOEPRAOEN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
NIM : 201165
RUANG :5
1
2. Anatomi Fisiologi
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) ada beberapa penyebab dari
hipertermia yaitu dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit
(mis. Infeksi, kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan,
peningkatan laju metabolisme, respon trauma, aktifitas berlebihan, dan
penggunaan inkubator.Penyebab terjadinya typhoid menurut, (Nursalam,
Rekawati Susilaningrum, 2008) adalah salmonella typhosa, yang
mempunyai ciri, yaitu basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora, dan memiliki sekurang-kurangnya tiga macam
antigen, yaitu antigen O (somatik, terdiri zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flagella), dan antigen Vi dalam serum pasien, terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
3. Patofisiologi Hipertermi
Patofisioogi hipertermi pada DHF arbovirus masuk melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia yang beredar dalam aliran
darah sehingga terjadi infeksi virus dengue (viremia) yang menyebabkan
pengaktifan sistem komplemen (zat anafilatoksin) yang membentuk dan
melepaskan zat C3a, C5a dan merangsang PGE2 (prostagelandin 2) yang
selanjutnya akan meningkatkan seting point suhu di hipotalamus.
Kenaikan seting point ini akan menyebabkan perbedaan antara suhu
seting point dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi dari
pada suhu tubuh. Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan
meningkat sehingga akan terjadi hipertermia. Hipertermia menyebabkan
peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O sehingga permeabilitas membran
meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran menyebabkan cairan
dari intravaskuler berpindah ke ektravaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma. Kebocoran plasma akan mengakibatkan berkurangnya volume
plasma sehingga terjadi hipotensi dan kemungkinan akan berakibat
terjadinya syok hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).
2
a. Heat stress Umumnya terjadi karena dipengaruhi cuaca yang
sangat panasdan pengaturan suhu tubuh mulai terganggu
sehingga tidak bisa mengeluarkan keringat. Gejala: pusing,
lemas, haus, mual, dan sakit kepala.
b. Heat fatigue Terjadi ketika menghabiskan waktu yang terlalu
lama di lingkungan yang panas sehingga dapat menyebabkan
kelelahan, ketidaknyamanan fisik, dan stres psikologis. Gejala:
merasa panas, haus, lelah, kesulitan berkonsentrasi, dan
kehilangan keseimbangan.
c. Heat syncope Terjadi ketika tekanan darah turun dan
berkurangnya aliran darah ke otak. Kondisi ini biasanya
disebabkan karena memaksakan diri untuk berada di lingkungan
yang panas. Gejala: pusing, dehidrasi, dan pingsan
7. Komplikasi Hipertermi
Kerugian yang bisa terjadi pada bayi yang mengalami demam dan
hipertermia adalah dehidrasi, karena pada keadaan demam terjadi pula
peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh
kekurangan cairan. Pada kejang demam, juga bisa terjadi tetapi
kemungkinannya sangat kecil (Hartini, 2012)
Dalam patofisiologinya menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh demam
adalah peningkatan frekuensi denyut jantung dan metabolisme energi.Hal ini
menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur yang
lambat (berperan dalam perbaikan fungsi otak), dan pada keadaan tertentu
dapat menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi (delirium karena
demam) serta kejang.
Keadaan yang lebih berbahaya lagi ketika suhu inti tubuh mencapai 40° C
karena pada suhu tersebut otak sudah tidak dapat lagi mentoleransi. Bila
mengalami peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara 40°C-
43°C, pusat pengatur suhu otak tengah akan gagal dan pengeluaran
keringat akan berhenti. Akibatnya akan terjadi disorientasi, sikap apatis dan
kehilangan kesadaran (Hartini, 2012).
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
5
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Pengukuran suhu yang
dilakukan membutuhankan peralatan yang dipasang invasif tetapi dapat digunakan secara
intermiten. Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu seperti oral, rektal,
aksila, dan kulit yang mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengkuran yang mana
panas dari darah dialirkan ke termometer. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan selama
setiap fase demam. Selain itu kaji juga faktor-faktor yang memberat peningkatan suhu tubuh
seperti dehidrasi, infeksi ataupun suhu lingkungan serta identifikasi respon fisiologis terhadap
suhu seperti ukur semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu kulit dan observasi
adanya menggigil atau diaforesis. Menurut Potter dan Perry (2005), untuk memastikan bacaan
suhu yang akurat, tempat yang hendak diukur harus diukur secara akurat. Variasi suhu yang
didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36◦C dan 38◦C.
Walaupun temuan riset dari banyak penelitian didapat bertentangan, secara umum diterima
bahwa suhu rektal biasanya 0,5◦C lebih tinggi dari suhu oral suhu aksila 0,5◦C lebih rendah
dari suhu oral.
2. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum CM
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 39◦C - Tekanan darah : 95/65 mmHg
- Nadi : 94 x/i - Pernapasan : 24 x/i
C. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala dan rambut
- Bentuk Normal dan simetris
- Kulit kepala Tidak ada peradangan maupun bekas luka didaerah kepala yang
merusak integritas jaringan kulit kepala.
2)Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambu Rambut pasien menyebar secara merata pada kepala,
berwarna hitam, pertumbuhan rambut baik.
- Bau Tidak ada bau saat pengkajian dilakukan.
- Warna rambut Warna rambut hitam.
3) Wajah
- Warna kulit wajah: kemerah-merahan.
- Struktur wajah Simetris anatara pipi kanan dan kiri, simetris antara mata kanan dan
kiri.
6
4) Mata
- Kelengkapan dan keseimbangan Organ mata terlihat dalam keadaan lengkap dan
simetris
- Palpebra Palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem pada daerah
palpebra pasien antara kiri dan kanan.
- Konjungtiva dan sklera Konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis dan sklera pasien
terlihat bersih dengan warna putih.
- Pupil Pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan dan isokor.
- Kornea dan iris Kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta warna yang normal.
- Visus Visus dalam keadaan normal.
- Tekanan bola mata Normal.
5) Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi Tulang hidung dalam keadaan nornal, septum
nasi dalam keadaan normal, tidak ada pembengkakan pada bagian dalam hidung
pasien, tidak ada nyeri tekan pada bagian sinus maksilaris, frontalis dan sinus
etmoideus.
- Lubang hidung Lubang hidung dalam keadaan simetris.
- Cuping hidung Pasien tidak bernapas dengan cuping hidung.
6) Telinga
- Bentuk telinga Bentuk daun telinga dalam keadaan normal dan simetris.
- Ukuran telinga Ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris antara kiri dan
kanan.
- Lubang telinga Lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam keadaan
normal dan simetris antara kiri dan kanan.
- Ketajaman pendengaran Ketajaman pendengaran pasien baik.
7) Mulut dan faring
- Keadaan bibir Mukosa bibir terlihat kering dan terlihat sedikit pecahpecah.
- Keadaan gusi dan gigi Gusi dalam keadaan baik, warna gusi merah muda, gigi belum
lengkap.
- Keadaan lidah Keadaan lidah cukup baik.
- Orofaring Orofaring terlihat baik dan berwarna merah muda.
8) Leher
- Posisi trakea Posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa yang teraba
- Thyroid Tidak ada pembengkakan pada kelenjar throid
- Suara Suara pasien terdengar nornal tetapi sedikit lemah
7
- Kelenjar Limfa Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa
- Vena jugularis Vena jugularis teraba
- Denyut nadi karotis Denyut nadi karotis teraba dan frekuensinya sama dengan
frekuensi denyut nadi radialias.
9) Pemeriksaan integumen - Kebersihan Kebersihan integumen pasien cukup bersih,
tidak ada ruam ataupun jejas pada daerah kulit.
- Kehangatan Akral hangat
- Warna Warna kulit putih
- Turgor Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya edema pada daerah
ekstermitas.
- Kelembaban Integumen masih dalam keadaan lembab - Kelainan pada kulit Tidak
ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lainnya) kulit pasien.
10) Pemeriksaan thoraks/ dada
- Inspeksi thoraks Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat kelainan pada
bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan pada bentuk tulang belakang pasien, dan
terlihat adanya retraksi dada.
- Pernafasan Sifa pernapasan pasien terlihat kombinasi antar pernapasan dadadan
pernapasa perut, ritme pernapasam takipnea dengan frekuensi 24x/i
- Tanda kesulitan benafas Tidak ada tanda kesulitan saat pasien bernapas
11) Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara Adanya vocal fremitus yang simetris antara kiri dan kanan
- Perkusi Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien
- Auskultasi Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi suara nafas
tambahan
12) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi Normal
- Palpasi Tidak ada pembengkakkan saat dipalpasi
- Perkusi Saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak
- Auskultasi Saat dilakukan auskultasi tidak terdengar suara tambahan
13) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi Abdomen terlihat dalam keadaan simetris
- Auskultasi Terdengar bunyi peristaltik
- Perkusi Terdengar bunyi timpani
- Palpasi Tidak teraba massa pada abdomen pasien
14) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
8
- Genitalia Normal tidak terdapat kelainan
- Anus dan perineum Anus dan perineum ada dalam bentuk yang normal dan tidak ada
mengalami kelainan.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Perawat mengakaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik yang ditentukan
untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit
kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis hipertermia.
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi faktor risiko pasien terhadap perubahan suhu tubuh
atau perubahan suhu aktual. Jika pasien memiliki faktor yang meningkatkan perubahan suhu.
Pada hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat akan menghasilkan
intervensi yang sangat berbeda dari pada faktor yang berhubungan dengan ketidakmampuan
atau berkeringat. Beratnya perubuhan suhu dan efeknya, diserai dengan status kesehatan
pasien secara kesehatan pasien secara umum, akan mempengaruhi prioritas perawat dalam
merawat pasien (Potter &Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan Nanda Termoregulasi Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan
dengan:
- Imaturitas
- Suhu lingkungan
9
- Tidak dapat berkeringat
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perawat mengakaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik yang ditentukan
untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit
kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis hipertermia.
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi faktor risiko pasien terhadap perubahan suhu
tubuh atau perubahan suhu aktual. Jika pasien memiliki faktor yang meningkatkan
perubahan suhu. Pada hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat
akan menghasilkan intervensi yang sangat berbeda dari pada faktor yang berhubungan
dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Beratnya perubuhan suhu dan efeknya, diserai
dengan status kesehatan pasien secara kesehatan pasien secara umum, akan
mempengaruhi prioritas perawat dalam merawat pasien
B. PERENCANAAN
Pasien yang berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan
individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor
risiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya
suhu tubuh ke batas normal. Misalnya, hasil dari masukan yang sama dengan haluaran
penting untuk menetapkan cairan yang diberikan perawat untuk menangani risiko pasien
terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektronit. Pendidikan penting sehingga pasien
dapat berpartisipasi dalam mempertahankan normotermia. Hal ini terutama sekali penting
pada kasus orang tua yang perlu mengetahui bagaimana bertindak bila pada bayi atau
anak mereka terjadi perubahan suhu dirumah. Rencana perawatan bagi pasien dengan
perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan
komplikasi dan meningkatkan kenyamanan
C. PELAKSANAAN
Prosedur yang digunakan untuk mengintervensi dan mengatas naiknya suhu bergantung
pada penyebab demam, efek yang merugikan, kekuatan, intensitas, durasinya. Dokter
mencoba demam dengan mengisolasi pirogen penyebab. Perawat mengambil kultur
spesimen untuk analisa laboratorium seperti urine, darah, sputum, dan tempat luka.
Pengumpulan spesimen ini memerlukan teknik aseptik yang tepat untuk menghindari
10
masuknya organisme dari luar yang dapat mempengaruhi hasil kultur. Dokter akan
menginstruksikan pemberian obat antibiotik setelah kultur didapat. Pemberian antibiotik
akan mengahancurkan bakteri pirogen dan menghilangkan stimulus tubuh terhadap
demam. Perawat memberikan antibiotik dengan tepat dan menganjurkan pasien mengenai
pentingnya mengkonsumsi dan melanjutkan antibiotik sampai pengobatan selesai. Terapi
keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan demam dengan
cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi,konveksi, atau radiasi.
Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan
menggunakan larutan airalkohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan
kipas angin. Menurut Morgan yang dikutip oleh Potter dan Perry , riset terbaru tidak ada
menunjukan keuntungan dari metode-metode ini dibanding medikasi antipiretik. Selimut
yang didinginkan dengan mensirkulasi air yang dihantarkan oleh unit yang menggunakan
motor, meningkatkan pengeluaran panas konduktif. Perawat harus mengikuti instuksi
dalam menggunakan selimut hipotermia karena jika salah menggunakannya akan
menyebabkan terjadinya risiko rusaknya kulit dan “ freeze burn” menempatakan selimut
mandi diantara pasien dan selimut hipotermia serta dianjurkan membungkus ekstermitas
distal. Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan kebutuhan
metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi
D. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan (Perry & Potter, 2005). Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi
pada setiap langkah dari proses keperawatan dan pada kesimpulan (Herdman, 2015)
SUMBER/REFERENSI:
Rahayu,Daes.2019.Konsep Dasar Hipertermia. Buku Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Denpasar,
Bali.
Rahayu,Daes.2018. Konsep Dasar Hipertermia. Buku Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Denpasar,
Bali.
Pratiwi,Nurr. 2018. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Jogja.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
11
POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Nama :NY. S No. RM : 000043XXX
Defath Blok 3 No 4
Defath Blok 3 No 4
12
5. Faktor pemberat:demam,mual,nyeri perut sebelah kanan atas
6. Upaya yang telah dilakukan:Melakukan TTV
7. Keluhan saat pengkajian: PB datang dengan keluhan demam (+) 3 harian naik
turun,batuk (-) pilek (-).nyeri tenggorokan lemes (+)
Diagnosa Medis:
Hipertermi
13
F. Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
G. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan Baik Baik
Bahaya Kecelakaan Tidak ada Tidak ada
Polusi Ada Ada
Ventilasi Baik Baik
Pencahayaan Baik Baik
14
Berpakaian/berdandan 0 2 2
Toileting 0 2 2
Mobilitas di tempat tidur 0 0 2
Berpindah 0 2 2
Berjalan 0 2 2
Naik tangga 0 2 2
Pemberian skor : 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 = dibantu>1 orang, 4
= tidak mampu
I. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis Rumah Rumah sakit
Jenis diet Nasi Diet Lunak (BK)
Frekuensi/pola 2 x /hari 2x/hari
Porsi yng dihabiskan 1 Porsi 2-3 sendok makan
Komposisi menu Nasi , sayur bening, lauk, Nasi tim, sayur bening, lauk,
buah buah
Pantangan - -
Nafsu makan Baik Berkurang karena demam
dan mual
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir
Jenis minuman Air putih Air putih, dan teh hangat
Frekuensi/pola 1,5 liter 1 -2 gelas/hari
J. Pola Eliminasi
Rumah Rumah sakit
BAB
Frekuensi/pola 1 x / hari 1 x /hari
Konsistensi Sedikit keras Sedikit keras
Warna & bau Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Kesulitan tidak ada tidak ada
Upaya mengatasi tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi/pola 2-3 x/hari 2-3 x/hari
Konsistensi Cair Cair
Warna & bau Kuning bau khas Kuning bau khas
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
K. Pola Tidur – Istirahat
Rumah Rumah sakit
Tidur siang : lamanya - -
Jam….s/d….. - 3-4 jam/hari
Kenyamanan stlh tidur Nyaman Nyaman
Tidur malam : lamanya 8 jam/hari 5-6 jam/hari
Jam….s/d….. 21.00-05.00 20.00-02.00
15
Kenyamanan stlh tidur Nyaman Nyaman
Kebiasaan sblm tidur Beribadah Beribadah
Kesulitan Tidak ada Merasa tidak nyaman karena
mengeluh gatal dibagian
tertentu seperti tangan atau
kaki
Upaya mengatasi Tidak ada Makan dan minum dengan
frekuensi yang sedikit
N. Konsep Diri
1. Gambaran:Klien mengatakan tidak suka dengan kondisinya sekarang
2. Ideal diri:Klien mengatakan ingin lekas sembuh dan segera kembali beraktvitas
3. Harga diri:Klien merasa cemas karena tidak bisa beraktivitas seperti sedia kala
4. Peran:seorang ibu dan istri
5. Identitas diri:ny s
O. Pola Peran dan Hubungan
1. Peran dalam keluarga: anggota keluarga
16
2. Sistem pendukung: suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain,
sebutkan:
3. Kesulitan dalam keluarga: tidak ada
( ) hubungan dengan orang tua ( ) hubungan dengan pasangan
( ) hubungan dengan sanak saudara ( ) hubungan dengan anak
( ) lain-lain sebutkan,
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS:tidak ada
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: tidak terkaji
P. Pola Komunikasi
1. Bicara (v) Normal ( v) bahasa utama
( ) Tidak jelas (v ) bahasa daerah
( ) bicara berputar putar (v ) rentang perhatian
(v ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) afek
Q. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (v) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
(v ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti
R. Pola Nilai dan Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, dan kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yang dilakukan di rumah (jenis dan frekuensi), ibadah
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS, tidak ada
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melakukan ibadahnya , tidak ada
S. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : cukup
Kesadaran :composmentis
Tanda tanda vital
Tekanan Darah :95\60 Suhu : 37,3° C spo2:98%
Nadi :70 RR : 20
Tinggi Badan: 158 cm Berat Badan : 50kg
17
Pupil: ( isokor ) reaksi terhadap cahaya ( ya ) isokor (ya ) miosis (tidak ) pin point (
tidak ) midriasis
Tanda radang: tidak ada
Fungsi penglihatan: normal
Penggunaan alat bantu: tidak
c. Hidung
Bentuk : simetris
Warna : sawo matang
Pembengkakan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Sinus : tidak ada
d. Mulut & Tenggorokan
Warna bibir : pucat
Mukosa : kering
Ulkus : tidak ada
Lesi : tidak ada
Massa : tidak ada
Warna lidah : merah muda
Perdarahan gusi : tidak ada
Karies : tidak ada
Gangguan bicara : tidakada
e. Telinga
Bentuk : simetris
Warna : sawo matang
Lesi : tidak ada
Massa : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
f. Leher
Kekakuan : tidak ada
Benjolan/massa : tidak ada
Vena jugularis : tidak nampak
Nyeri : tidak ada
Nyeri tekan : tidakada
Keterbatasan gerak : tidak ada
Keluhan lain : tidak ada
Paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris,tampak RR22 x/mnt
- Palpasi : tidak ada pembengakak kanan atas ictu cordis
- Perkusi: buyi pekak
- Auskultasi :suara vesikuler
18
Benjolan/massa : tidak ada/normal
Bengkak : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Kesimetrisan : ya
6. Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus 12 x/mnt
X. Perencanaan Pulang
Tujuan Pulang.:rumah
Transportasi pulang.:kendaraan pribadi
Dukungan keluarga:sangat mendukung.
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang.:tidak ada masalah
Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang.;tidak ada masalah
Pengobatan:obat oral dirumah .
Rawat jalan ke:poli umum.
Hal hal yang perlu diperhatikan di rumah:istirahat cukup.
Keterangan lain:tidak ada
21
1 DS :Pasien Proses penyakit Hipertermia
↓
mengatakan bahwa
Suhu tubuh di atas normal
demam naik turun ↓
Badan lemas dan demam
merasa lemas dam
↓
Hipertermia
DO :
KU : Cukup
TD : 98 / 65
S : 36,8 °C
HR : 90 x/menit
RR : 20
SpO 2 : 98%
2. Ketidakseimbangan nutrisi
Sariawan
S : Px mengatakan ↓
Nafsu makan menurun
mual (-) muntah (-) ↓
O: Diare
↓
KU : Cukup Ketidakseimbangan nutrisi
TD : 113/73
N : 87
RR : 20
SpO 2 : 98%
S : 36,9 °C
22
NAMA KLIEN :Ny s
NO.REG :208306
2
5 Januari 2022 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 5 Januari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang 2022
asupan makanan, pasien tampak pucat dan
lemas.
23
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Selasa, 4 Januari 2022 Hipertermi Setelah diberikan - Observasi - Tanda-tanda vital merupakam acuan
berhubungan asuhan keperawatan 1. identifikasi penyebab untuk mengetahui keadaan umum
dengan proses selama 1x24 jam, hipertermia pasien.
infeksi ditandai diharapkan suhu tubuh (mis;dehidrasi,lingkungan) - Agar keluarga mengetahui
dengan pasien dalam rentang normal 2.monitor suhu tubuh peningkatan suhu tubuh yang terjadi
ibu pasien dan stabil dengan 3.monitor kadar elektrolit dan untuk mengurangi kecemasan.
mengatakan rentang 36,6◦C, kulit 4.monitor haluaran urine - Untuk menjaga agar pasien merasa
demam sudah tidak teraba hangat, 5.monitor komplikasi akibat nyaman, dan pakaian tipis yang
berlangsung tidak berkeringat hipertermia dikenakan untuk membantu
selama 3 hari, berlebihan Terapeutik penguapan tubuh.
suhu tubuh 1.sediakan lingkungan yang - Peningkatan suhu tubuh
38◦C disertai dingin atau nyaman mengakibatkan penguapan tubuh
mual muntah. 2.longgarkan atau lepaskan meningkat sehingga perlu diimbangi
pakaian dengan asupan cairan yang banyak
3.basahi atau kipasi permukaan untuk mencegah.terjadinya dehidrasi.
tubuh - Kompres hangat membantu untuk
24
4.berikan cairan oral menurunkan suhu tubuh.
5.Ganti linen tiap hari atau lebih - Sebagai obat penurun demam yang
sering jika mengalami didapat dari puskesmas terdekat.
hiperhidrosis (keringat berlebih)
6.Anjurkan tirah baring
7.Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi
1.Kompres hangat jika demam
2.Anjurkan banyak minum
3.Pemakaian pakaian yang bisa
menyerap keringat
Kolaborasi
1.Pemakaian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
2.pemberian obat untuk
mencegah atau mengendalikan
menggigil(peningkatan suhu)atau
antipiretik
2 Rabu, 5 Januari 2022 Ketidakseimban diberikan asuhan - Identifikasi alergi makanan pasien. - Mengetahui jenis makanan yang
25
gan nutrisi Setelah keperawatan - Monitor asupan diet pasien. membuat pasien alergi.
kurang dari selam 3x24 jam, - Anjurkan keluarga memberikan - Mempertahankan asupan diet
kebutuhan ketidakseimbangan makanan dalam porsi yang sedikit pasien tetap stabil.
tubuh nutrisi kurang dari tapi sering. - Mencukupkan kebutuhan nutrisi
berhubungan kebutuhan tubuh - Tentukan diet sesuai dengan pasien.
dengan kurang berhubungan dengan kebutuhan. - Memberikan diet kepada pasien
asupan kurang asupan - Berikan penkes kepada keluarga sesuai dengan kebutuhan.
makanan, makanan, pasien pasien tentang kebutuhan nutrisi. - Meningkatkan kebutuhan nutrisi
pasien tampak tampak pucat dan sesuai dengan kebutuhan.
pucat dan lemas, diharapkan
lemas. nutrisi pasien dapat
terpenuhi, berat badan
pasien kembali normal,
nafsu makan kembali
normal 3x sehari.
26
Nama : Ny s Ruangan : 5 RM No. : 000043xxx Dx medis : Hipertermi
No. Tanggal/
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Dx Jam
1 4 Januari
2022 S:Pasien mengatakan bahwa demam naik turun merasa
07.00 Membina hubungan saling percaya antara pasien dan keluarga. lemas dam
07.30 Melakukan pengkajian hingga pemeriksaan head to toe.
08.00 Mengobservasi tanda tanda vital. O:
08.30 Memberikan penjelasan pada keluarga tentang peningkatan suhu tubuh KU : Cukup
yang terjadi. TD : 98 / 65
08.45 Menganjurkan ibu untuk menggunakan pakain yang tipis dan menyerap S : 36,8 °C
keringat. HR : 90 x/menit
09.20 Menganjurkan ibu memberikan banyak minum kepada pasien. RR : 20
2
10.00 Memberikan kompres hangat. SpO : 98%
11.00 Memastikan obat sudah diberikan kepada pasien
A : Resiko Hipertermi
P :Intervensi di lanjutkan.
1 4 Januari S : Melaporkan KU dan TTV pada dr. Iwal Sp. PD melalui WA.
2022 O:
14.00 Monitor asupan diet pasien: makanan yang masuk ke tubuh 3-4 sendok. B : Keluhan = muntah 1 x
14.30 Menganjurkan keluarga memberi makan dalam porsi yang sedikit tapi TD : 77/43 mmHg
27
sering. S : 36,9 °C
15.30 Memberikan penkes pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi untuk HR : 72 x/menit
menambah pengetahuan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi keluarga. RR : 20
2
SpO : 98%
A : DHF
R : Balasan dr. Iwal Sp. PD = Rehidrasi 200 cc
A:
BB : 50 kg
TB : 158 cm
IMT : normal
Trombosit : 183.000
GDS : 129 mg/dl
TD : 77/43
S : 36,9 °C
Keluhan : Mual (+), muntah (+), nafsu makan turun, alergi
makanan (-)
O : Peningkatan kebutuhan energi, caioran
I : Diet lunak (BK) TKTP, KIE Diet
ME : Monitoring ABCD, Intake meningkat >80%
P : Lanjutkan intervensi
2 Senin 6 S : Px mengatakan mual (-) muntah (-)
28
Januari O:
2022 KU : Cukup
07.00 Anjurkan ibu memberikan banyak minum kepada pasien. TD : 113/73
08.00 Memberikan penjelasan akibat kekurangan cairan tubuh. N : 87
09.00 Monitor status hidrasi pasien (kelembaban mukosa kering). RR : 20
2
SpO : 98%
S : 36,9 °C
A : Gangguan rasa nyaman
P : Lanjutkan intervensi
- Obs KU dan TTV
- Koloborasi dengan tim medi
2 Senin, 6 S : Px mengatSakan mual (-) muntah (-) demam (-)
Januari O:
2022 KU : Cukup
14.00 Mengobservasi tandatanda vital pasien. TD : 110/74
16.00 Memberikan kompres hangat. N : 92 x/menit
S : 36,9 °C
2
SpO : 98%
RR : 20
A : Gangguan rasa nyaman
P : Lanjutkan intervensi
- Obs KU dan TTV
29
- Koloborasi dengan tim medis
2 Senin, 6 S : Badan lemas, nyeri perut (-)
Januari O:
2022 KU : Cukup
21.00 Mengobservasi tanda tanda vital. TD :100/64
22.00 Mengobservasi membran mukosa, dan turgor kulit. RR : 20
N : 80
2
SpO : 97%
CRT : normal
30
31