OLEH
ASRIYANTI
18 3145201 152
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Swamedikasi atau pengobatan diri sendiri ialah upaya mengobati gejala sakit
atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter langsung atau tenaga medis
obat-obatan tanpa resep dokter, membeli obat berdasarkan resep yang pernah
negara dengan pengguna obat tradisional yang cukup tinggi. Salah satu penyebab
(Chiba et al.,2014).
masyarakat untuk mengobati diri sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara
merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat dan mempunyai potensi yang
dan pedesaan (Ahmad, 2012). Obat tradisional juga berpotensi sebagai agen anti
diyakini tidak memiliki efek samping seperti obat kimia dan harga lebih terjangkau
B. Rumusan Masalah
1. Maksud Penelitian
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
2. MengetahuitingkatpengetahuanmasyarakatDesaPaenrelompoeKab.
pengobatan.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara
penyajian tanaman obat, jenis tanaman obat, dosis tanaman obat dan efek
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjadi sumber referensi bagi
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah menjadi sumber informasi bagi
A. Swamedikasi
mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat atau tanpa resep dengan tepat dan
memilih obat tanpa resep untuk dapat mengatasi penyakit yang dideritanya (Djunarko
yang dapat diketahui dan diobati secara mandiri (swamedikasi), baik oleh penderita
ataupun oleh orang yang berada disekitarnya. Pengobatan sendiri atau swamedikasi
ialah langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan cara
obatan yang dipergunakan untuk swamedikasi biasa disebut obat tanpa resep atau obat
yang dialami oleh masyarakat seperti batuk, demam, flu, sakit kepala, maag dan diare.
Dapat menghemat biaya, waktu serta mudah didapat di kios, toko obat dan Apotek-
swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan kriteria penggunaan obat yang rasional,
yaitu ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak menimbulkan efek samping,
tidak adanya kontraindikasi, tidak terjadi interaksi obat serta tidak adanya polifarmasi.
dapat terjadi, dikarenakan ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila kesalahan
terjadi terus-menerus dalam kurun waktu yang lama, dikhawatirkan dapat menimbulkan
melalui Puskesmas, serta promosi obat bebas dan obat bebas terbatas dari pihak
produsen baik melalui media cetak maupun elektronik sampai ke pelosok desa
waktu serta terlibat dalam pemilihan obat atau keputusan pemilihan terapi. Kerugian
swamedikasi atau pengobatan sendiri yaitu jika tidak sesuai dengan aturandapat
Obat tradisional ialah bahan ataupun ramuan bahan yang dapat berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) ataupun campuran
daribahantersebutyangdimanasecaraturuntemuruntelahdigunakansebagai
pengobatan serta dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dikalangan
segala sesuatu yang dapat diperoleh di alam. Hingga saat ini, hal itu banyak
Herbal tradisional dikatakan sebagai obat jika diteliti melalui beberapa proses
agar dapat diketahui unsur/zat aktifnya, efek famakalogis, dosis, efek samping serta
dalamkelompok jamu, herbal berstandar, dan fitofarmaka. Jamu yaitu ramuan yang
terbuat dari bahan alam, yang digunakan secara turun temurun, dipercaya serta
belum ada penelitian ilmiah untuk mendapatkan bukti klinik mengenai khasiat-khasiat
tersebut. Bahan jamu berasal dari semua bagian tanaman, bukan hasil ekstraksi
ataupun isolasi bahan aktifnya saja. Herbal berstandar yaitu bahan jamu yang telah
lulus penelitian praklinik pada hewan uji, dimana meliputi khasiat dan manfaatnya.
Sedangkan fitofarmaka yaitu bahan jamu yang telah lulus uji klinik (diujikan pada
meliputi:
1. Ketepatan bahan
tanaman obat dari berbagai spesies yang sulit untuk dibedakan. Setiap spesies
lempuyang. Di pasaran, ada berbagai jenis lempuyang yang sulit untuk dibedakan.
Lempuyang gajah dan lempuyang emprit berwarna kuning serta berkhasiat untuk
2. Ketepatan dosis
sembarangan. Tanaman obat juga mempunyai dosis serta aturan pakai yang
harus dipatuhi seperti halnya resep dokter. Sebagai contoh, buah mahkota dewa
dimana perbandingannya dengan air ialah 1:3 yang artinya untuk mengonsumsi 1
buah mahkota dewa memerlukan 3 gelas air. Sedangkan daun mindi akan
menimbulkan khasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dengan takaran air tertentu.
Selain dosis dan takaran untuk mengonsumsi tanaman obat harus tepat,
dapat timbul. Sebagai salah satu contoh ialah kunyit. Kunyit dapat mengurangi
nyeri pada saat haid justru dapat menyebabkan terjadi keguguran apabila
dikonsumsi pada awal masa-masa kehamilan. Oleh karena itu, efek dari tanaman
sembarangan. Tidak semua tanaman obat memiliki efek dan akan berkhasiat jika
daun kecubung dikonsumsi dengan cara diseduh maka akan dapat menyebabkan
mabuk.
Di zaman yang canggih ini sangat mudah untuk menggali berbagai informasi,
baik melalui internet ataupun media sosial. Namun, beberapa informasi tidak
pembacanya. Oleh karena itu, diperlukan kejelian pada para pengguna untuk
6. Tidak disalahgunakan
Di dalam satu jenis tanaman obat biasanya terkandung lebih dari satu zat
aktifyangdimanamemilikikhasiatuntukmengobatipenyakittertentu.
Perbandingan antara khasiat dengan efek samping yang ditimbulkan harus dapat
C. Pengetahuan
faktor antara lain yakni: umur, pendidikan, lingkungan, intelegensia, dan pekerjaan
(Notoatmodjo, 2012).
1. Tingkat pendidikan
berpikirnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan individu akan semakin mudah berpikir
yang baru.
2. Umur
Umur sangat berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir individu.
Semakin tua individu, maka semakin banyak informasi yang dimiliki dan semakin
3. Pengalaman
Dalam hal pendidikan, individu dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki.
pengalaman yang lebih luas, sedangkan semakin bertambahnya usia, maka semakin
berkembang daya tangkap maupun pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Paenre
tradisional.
2. Sampel
2008).
b. Umur ≥ 18 tahun
tradisional
sebagai pengobatan
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisi tentang kumpulan
pertanyaan dan pernyataan yang hasilnya akan diolah dan dianalisis. Pertanyaan dan
E. Prosedur Penelitian
1.Pembuatan Kuesioner
2. Penyebaran Kuesioner
3. Pengumpulan Kuesioner
Kuesioner langsung dikumpulkan pada saat responden telah selesai mengisi
F Pengelolaan Data
1. Uji Validitas
Koefisien reprodusibilitas
Kr = 1 – ()
Keterangan:
Kr : Koefisien reprodusibilitas
Koefisien skalabilitas
Ks = 1 - ()
Keterangan:
Ks : Koefisien skalabilitas
2019).
Uji Reliabilitas
Rumus K-R 20
r11 = () ()
Keterangan:
N : Banyaknya item
Nilai Kriteria
DAFTAR PUSTAKA
Chiba, T., Sato, Y., Nakanishi, T., Yokotani, K., Suzuki, S., Umegaki, K. 2014.
Inappropriate Usage of Dietary Supplements Inpatients by
Miscommunication with Physicians in Japan. Nutrients. 6(12):5392–
5404.
Djunarko dan Hendrawati. 2011. Swamedikasi Yang Baik dan Benar. Intan
Sejati. Klaten.
Manan, El. 2014. Buku Pintar Swamedikasi (Tips Penanganan Dini Masalah-
masalah Kesehatan). Saufa. Yogyakarta.
Sumayyah, S., & Salsabila, N., 2017. Obat Tradisional : Antara Khasiat Dan
Efek Sampingnya. Majalah Farmasetika. Vol. 2. No. 5. Pp. 2-3.
Trubus Info Kit, 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat: Bukti Ilmiah & Cara Racik.
PT. Trubus Swadaya. Jakarta