RHINITIS
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. If”al Khoiroh Ummah (1902060057)
2. Millenia Yulanda Putri (1902060043)
3. Nur Kholis Majid (1902060055)
4. M. Zain Assakhiy (1902060059)
5. Uswatun Chasanah (1902060067)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat kesehatan
dan waktu luang, tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar
Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukan kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benerang dengan risalahnya addinul islam.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
nikmat, sehat dan waktu luang sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Fitoterapi dengan judul
“Fitoterapi Rhinitis”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen dan sejajarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rhinitis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
2.2 Klasifikasi Rhinitis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
2.3 Patofosiologi Rhinitis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
2.4 Algoritma Terapi Rhinitis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.5 Mekanisme Kerja Obat-Obatan Rhinitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.6 Fitoterapi Rhinitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2.6.1 Butterbur (Petasites hybridus). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2.6.2 Teh Hijau (Camellia sinensis). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.6.3 Meniran (Phyllanthus niruri). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Reaksi hipersensitifitas yang diperantarai oleh IgE (Reaksi tipe I Gel dan
Coombs) mendasari penyakit-penyakit alergi. Suatu alergen dikenali oleh Antigen
Presenting Cell (APC) dan kemudian akan dipresentasikan kepada sel limfosit
Th2 yang membutuhkan reseptor Human Leukosit Antigen (HLA). Sel Th2 akan
mempresentasikan alergen ke limfosit B yang mempunyai reseptor khusus
terhadap alergen tersebut. Interleukin 4 (IL4) dan sitokin lainnya dapat
menginduksi limfosit B menjadi sel plasma yang akan menghasilkan IgE. IgE
kemudian beredar dalam sirkulasi dan berikatan pada reseptornya di basofil dan
sel mast di seluruh tubuh. Pada paparan kembali alergen tersebut menyebabkan
degranulasi basofil dan sel mast yang diperantarai oleh IgE, melepaskan mediator-
mediator inflamasi diantaranya histamin, IL-2, IL-5, dan leukotrien. Histamin
berikatan dengan reseptornya pada sel endotel dan otot polos pembuluh darah
menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas, sehingga
pasien akan mengalami keluhan pilek encer, bersin-bersin dan hidung tersumbat.
IL-5 dan leukotrien akan mencetuskan reaksi inflamasi fase lambat. Reaksi
inflamasi tersebut akan dibatasi oleh IL10 dan sel T regulator (Putra.A.E,2017).
a) Amtihistamin H1
b) Dekongestan
c) Kortikosteroid
Deskripsi
Taksonomi Butterbur (Petasites hybridus)
Kingdom Plantae
Subkingdom Asterales
Superdivisi Spermatophyta
Kelas Asteraceae
Subkelas Hamamelidae
Famili P Hybridus
Kandungan Fitokimia
Pada studi in vivo rhinitis dapat menghambat digrabulasi sel mast tikus
(RBL-23H) tersensitisasi immunoglobulin E (IgE), leukotrine C4 (LTc-4). Hasil
ini menunjukkan bahwa butterbur memiliki aktivitas antialergi karena
menghambat pelepasan mediator sel mast tikus (Kulka, 2009).
Data Klinik
Dalam penelitian sebanyak 35 pasien dengan total 21 wanita dan 14 pria
yang mengalami rhinitis alergi. Diberikan butterbur 50mg 2 x sehari/ dan diberi
pembanding yaitu placebo selama 2 minggu. Diperoleh hasil bahwa butterbur
tidak ada kemanjuran klinis yang signifikan dari penggunaan butterbur dibandikan
dengan plasebo. Sehingga kemanjuran dari butterbur ini sebesar 20%, masih
tergantung pada tingkat keparahan peradangan yang mendasarinya (Kulka,2009).
Namun pada pemberian dosis yang tinggi dari ektrak butterbur sebanyak 1 mg/ml
dapat menghambat penyempitan otot polos yang diinduksi oleh histamin (10pM)
dan leukotriene (LT). (Kulka,2009).
Deskripsi
Taksonomi Teh Hijau (Camellia sinensis)
Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobinta
Superdivisi Spermatophyta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Theales
Famili Theaceae
Genus Camellia
Spesies Camellia sinensis (L)
Teh hijau (Camellia sinensis) merupaan suatu tanaman yang berasal dari
famili theaceae, pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam
bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini
berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman
ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya
berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Mahmood et al., 2010). Buahnya
berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan
ukuran sebesar kacang (Mahmood et al., 2010).
Tanaman (daun) teh (Camellia sinensis) adalah spesies tanaman yang daun
dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Teh adalah bahan minuman
yang secara universal dikonsumsi di banyak negara serta berbagai lapisan
masyarakat (Tuminah, 2004). Teh hijau memiliki nama ilmiah Camellia sinensis
dan telah dianggap memiliki anti-kanker, anti-obesitas, anti-aterosklerosis,
antidiabetes dan efek antimikroba (Ahmad et al, 2014).
Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari daerah pantai sampai pegunungan.
Di pegungunan Assam (India), teh ditanam pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl
(di atas permukaan laut). Namun, perkebunan teh umumnya dikembangkan di
daerah pegunungan yang beriklim sejuk. Meskipun dapat tumbuh subur di daratan
rendah, tanaman teh hijau tidak akan memberikan hasil dengan mutu baik,
semakin tinggi daerah penanaman teh semakin tinggi mutunya. Tanaman teh
memerlukan kelembaban tinggi dengan temperatur 13-29,5 C (Soraya, 2002).
Kandungan Fitokimia
Data Klinik
Sekitar 18 laki-laki dan 9 subjek perempuan (>22 tahun) dengan hidung
tersumbat, mata gatal, sakit tenggorokan atau bersin terus-menerus selama musim
serbuk sari cedar, dan dengan nilai IgE spesifik serbuk sari cedar. Subjek
mengonsumsi ekstrak teh hijau, yaitu sebanyak 1,5 g teh hijau yang mengandung
8,5 mg EGCG Me’ dan 43,5 mg EGCG yang diberikan selama 11 minggu.
Hasilnya tidak terdapat efek teh hijau terhadap respons imun normal yang salah
satunya adalah imunoglobulin E, namun mereka menyatakan bahwa EGCG teh
hijau berpotensi sebagai antialergi karena hasil penelitian tersebut menunjukkan
penurunan gejala rhinitis alergika. EGCG tersebut berperan menghambat ikatan
antara FcεRI (reseptor imunoglobulin E) dan IgE sehingga akan menghambat
pengeluaran histamin. Hal ini tentunya akan berdampak pada penurunan gejala
rhinitis alergika (Maeda-Yamamoto dkk, 2007).
Deskripsi
Taksonomi (Phyllanthus niruri)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Euphorbiales
Famili Euphorbiaceae
Genus Phyllanthus
Spesies Phyllanthus niruri L.
Meniran memiliki batang berwarna hijau muda atau hijau tua. Setiap
cabang atau rantingnya terdiri dari 8-25 helai daun. Daun berwarna hiaju,
ukurannya 0,5 x 0,25-0,5 cm (Kardianan,2004). Meniran mempunyai bunga
jantan dan betina berwarna putih. Bunga jantan kelura dari bawah ketiak daun
sedangkan bunga betinanya keluar ke atas ketiak daun (BPPP,2009). Kepala sari
meniran yang sudah matang akan pecah secara membujur (Kardianan,2004).
Kandungan Fitokimia
Data Preklinik
Data Klinik
-
Contoh Produk Herbal
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Erwin, Maharani Nida & Yatin Mulyono. 2019. Etnobotani Meniran Hijau
(Phyllanthus Niruri L ) Sebagai Potensi Obat Kayap Ular (Herpes Zoster )
dalam Tradisi Suku Dayak Ngaju. Prodi Tradis Biologi. IAIN
Palangkaraya Raya.
Rivai, H., Refilia S., Agusri, B. 2013. Karakterisasi Ekstrak Herba Meniran
(Phyllanthus niruri Linn) dengan Analisa Fluorensi. Jurnal Farmasi Higea
Kardinan, A dan Kusuma, F.R., 2004., Meniran, Penambah Daya Tahan Tubuh
Alami, Penerbit PT ArgoMedia Pustaka, Depok.