Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PSORIASIS

BLOK SISTEM INTEGUMEN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

 EGI FRAS SETIA G1B116001


 DINA SILFIA G1B116002
 METI ERIANTI G1B116003
 UKHVIA MUNAWARA G1B116004
 RIKI GUSTIAWAN G1B116004
 RISKA MELIANA G1B116009
 AGNICA MIRZA G1B116011
 FILDA NIRWANA G1B116013
 WAHYUDI RAMADHAN PANE G1B116015

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. FADLIANA EKAWATI, S.kep M,kep Sp,Anak

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Psikoasis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ns. Fadliana
Ekawati,S.Kep.,M.Kep Sp,An yang telah membantu penulis sehingga penulis
merasa lebih ringan dan lebih mudah dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang penulis
sajikan masih kurang sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini. Dan penulis
berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Jambi,24 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3

2.1 Definisi .......................................................................................... 4


2.2 Etiologi .......................................................................................... 4
2.3 Klasifikasi ..................................................................................... 6
2.4 Manifestasi klinis .......................................................................... 7
2.5 Patofisiologi................................................................................... 8
2.6 pathway ......................................................................................... 9
2.7 pemeriksaan diagnostik ................................................................. 10
2.8 Pemeriksaan histopatologi ............................................................. 11
2.9 Komplikasi ................................................................................... 11
2.10 Penatalaksanaan ............................................................................ 12
2.11 Faktor resiko .................................................................................. 15

ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................... 20

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami


proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang
untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit
pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat
minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat
yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang
banyak dan menebal.
Penyebab terjadinya psoriasis ini masih belum diketahui secara pasti.
Faktor genetik dan imunologik berperan dalam etiopatogenesis psoriasis.
Beberapa hal yang diduga dapat menjadi faktor pencetus dalam terjadinya
psoriasis meliputi faktor stress, infeksi, trauma, hormon, obat-obatan pajanan
sinar ultraviolet, merokok, dan konsumsi alcohol. Psoriasis dapat dijumpai di
seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens rate) yang berbeda. Segi
umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai
pada dewasa.
Prevalensi psoriasis pada berbagai populasi bervariasi. Penelitian
epidemiologi dari seluruh dunia memperkirakan prevalensi psoriasus berkisar
antara 0,1 % sampai 11,8 %. Prevalensi prsoriasis pada populasi di amerika
serikat dan inggris adalah 2%. Pada sebuah studi, insiden tertinggi ditemukan di
pulau Faeroe yaitu sebesar yaitu sebesar 2.8 % dan insiden yang rendah
ditemukan di asia 0,4 % yaitu di jepang. Data nasional prevalensi psoriasis di
Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama
tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 %. Winta dkk,
melaporkan di RSUP Dr. Kariadi semarang terdapat 198 kasus (0,74%) selama
rentang waktu 5 tahun (2003-2008). Sedangkan pada tahun 2007-2011 dilaporkan

1
oleh indranila dkk terdapat 210 kasus psoriasis (1.4 %) dari 14.618 pasien
ditempat yang sama dengan jenis psoriasis vulgaris yang paling dominan.
Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak
insidensinya di usia dua puluhan dan lima puluhan. Maka, berdasarkan uraian
pada latar belakang ini, penulis tertarik untuk membahas konsep dan asuhan
keperawatan pada pasien psoriasis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan bahwa rumusan
masalahnya adalah diketahuinya konsep dari psoriasis serta diketahuinya
asuhan keperawatan pada pasien psoriasis.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum :
Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar psoriasis dan asuhan
keperawatan yang dapat diberikan pada psoriasis.

Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi psoriasis.
b. Untuk mengetahui dan memahami etiologi psoriasis.
c. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi psoriasis.
d. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis psoriasis.
e. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi psoriasis.
f. Untuk mengetahui dan memahami pathway psoriasis.
g. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang psoriasis.
h. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan sindrom psoriasis.
i. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi psoriasis.
j. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien
psoriasis.

2
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi penulis
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teori yang dimiliki
penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
psoriasis.
b. Bagi Pembaca
Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pasien psoriasis. maupun konsep
psoriasis.
c. Bagi PSKEP FKIK Universitas Jambi
Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai suatu acuan
dalam pembelajaran mahasiswa keperawatan

3
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Definisi
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak,
bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas.( Price, 1994).
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel
normal dengan kecepatan(Smeltzer, Suzanne).
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik(Effendy, 2005)

2.2 Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini
diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul
secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus
antara lain:
1) Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal
ini merupakan mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah
7-14 hari terjadinya trauma.
2) Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain
dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh
3) Iklim

4
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada
musim penghujan akan kambuh.
4) Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung
membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan
setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada
waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
5) Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis
namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang
timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada
beberapa penderita.
6) Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7) Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah
diakui sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat
menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
8) Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat
memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek,
maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.

5
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alkohol.

2.3 Klasifikasi
1) Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain :
a. Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier
b. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara
folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun
f. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti cincin karena
adanya involusi dibagian tengahnya
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan
tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika
2) Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas :
a. Psoriasis vulgaris : bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu disebut
vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak.
Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.
b. Psoriasis gutata : diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm.
Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya setelah infeksi
di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili (campak),
terutama pada anak dan dewasa muda.
c. Psoriasis putulosa : gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala
umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun.
Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam
timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah tersebut.

6
Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi
eritroderma.
d. Psoriasis eritrodermis : dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu
kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan kulit yang
khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat kemerahan dan
bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit psoriasis masih
tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih meninggi.
e. Psoriasis kuku : menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak
lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita
sulit sembuh.
f. Psoriasis artritis : penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi,
sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala
rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya
tidak sampai keropos.
3) Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti :
a. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau
lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah payudara
dan lainnya.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit kepala,
alis mata, belakang telinga dan sebagainya.

2.4 Manifestasi Klinis


Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat
predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis,

7
kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Pada psoriasis terdapat
fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi
putih pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah
berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit ,
misalnya garukan , dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan
psoriasis dan disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang
disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Gejala dari psoriasis antara lain :
1) Mengeluh gatal ringan
2) Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
3) Terdapat fenomena tetesan lilin
4) Menyebabkan kelainan kuku

2.5 Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena :
1) Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya
dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4
hari sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik.
Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2) Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana
terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada
tempat-tempat tertentu.
3) Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas
dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju

8
permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan
bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan
tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang
bersangkutan.Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih)
merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan
psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe
dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic
psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar,
lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang
di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis
menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran
pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas.Jumlah sel-sel basal yang
bermitosis jelas meningkat.Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak
dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.Proliferasi dan
migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal
dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan
kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar
nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan
guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal
pada penyakit ini.Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi
pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.

2.6 Pathway

Pertumbuhan kulit yang cepat (3-4 hari )



Stratum granulosum tidak terbentuk

Interval keratinisasi sel-sel stratum basale memendek

9
Preoses pematangan dan keratinisasi stratum korneum gagal

Terjadi parakeratosis

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Test laboratorium
1 Leukositosis
Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein
(lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit, basil tuberkel diidentifikasi
dengan kultur. Biopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi
memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar
diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.
2 Hematokrit meningkat
3 Asidosis metabolic
dari hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien peritonitis didapatkan PH
=7.31, PCO2= 40, BE= -4
4 X. Ray
Dari tes X Ray didapat: Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior,
lateral), didapatkan:
1. Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
2. Usus halus dan usus besar dilatasi.
3. Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
Gambaran Radiologis Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan
penunjang untuk pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan abdomen
akut. Pada peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, yaitu :
a. Tiduran terlentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior.
b. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan
sinar dari arah horizontal proyeksi anteroposterior.
c. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal proyeksi anteroposterior.

10
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset
dan film ukuran 35x43 cm. Sebelum terjadi peritonitis, jika penyebabnya
adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada foto polos abdomen
tiga posisi didapatkan gambaran radiologis antara lain:
a. Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya
penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan
(Herring bone appearance).
b. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level
pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang-panjang
kemungkinan gangguan di kolon.Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
c. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya
air fluid level dan step ladder appearance.

2.8 Pemeriksaan Histopatologi


Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah
hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum granulosum.
Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk seperti gambaran
pemukul bola kasti atau pemukul bola golf.
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan
keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel
tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti sel yang disebut parakeratosis. Di
dalam stratum korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel
radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak
papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan
sel-sel radang limfosit dan monosit.

11
2.9 Komplikasi
Menurut corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah :
1) Infeksi kulit yang parah dapat terjadi
2) Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut psoriatika, timbul
pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. bila psioriasis dapat menjadi penyakit yang
melemahkan.
3) Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang
menimbulkan psikologis,ansietas,depresi,dan marah.

2.10 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian
epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit
tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami
oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak
mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen
waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik :
1) Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan
aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-
obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid.
Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan
sel-sel epidermis).
2) Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang
cepat. Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya
ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang
gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien
dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.
Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid

12
dapat digunakan untuk lesi kulit kepala. Pasien juga diajarkan untuk
menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak
pada waktu mandi.
3) Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Creme, Lasan) yang berguna untuk
mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid
atau preparat ter lainnya.
4) Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah
obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik
oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
5) Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10,
Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat
nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus
hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat ini.
6) Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel
epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik.
Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat
mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan
laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik,
hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan
dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn
hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada
wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis
DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal
depresi sumsum tulang.

13
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi
organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan
kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian,
penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan
nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin
A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan
demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam
pengobatan pasien psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan
umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA
meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam
dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang
panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun
mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika
kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka
psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA
bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang
terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2
jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn
intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum
elektromagnetik yang mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180
hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak
yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara
(terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi
PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah
derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar

14
ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat
lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati
psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit
psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan
dimana kelainan atau gejala psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan ini
disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama
dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
a) Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi
ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka
panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
b) Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband
dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien
harus masuk ke dalam light box.
c) Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm)
merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan menggunakan
sinar laser narrowband UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan
dengan narrowband UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam
mengobati psoriasis yang resisten.

2.11 Faktor Resiko


1. Adanya malnutrisi
2. Keganasan intraabdomen
3. Imunosupresi
4. Splenektomi
Limpa merupakan organ limfoid terbesar dalam tubuh, mengandung 25%
limfosit T dan10-15 % limfosit B dari jumlah total populasi.Limpa sebagai respon
imun nospesifik berfungsi menghilangkan pathogen dalam darah seperti bakteri
dan virus yang dibungkus dengan komplemen.Limpa juga sebagai respon imun
spesifik memproduksi antibody, selplasma, sel memori sebagai responnya
terhadap antigen yang terjebak di periarteriolar limfoid sheath.

15
Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal
kronik, lupuseritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.pasien
dengan asites akibat penyakit hati kronik. Akibat Asites akan terjadi kontaminasi
hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding
perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi penyebaran
hematogen jika telah terjadi bakteremia. (Scribd.2013).

16
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Kaji identitas pasien yang meliputi nama, usia, jenis kelaamin, pekerjaan .

Pada saat pengkajian yang perlu ditanyakan :

 Keluhan utama
 Mulai kapan gejala timbul
 Perjalanan penyakit
 Terus menerus dari ringan, sedang, dan berat
 Hilang timbul
 Pada saat/musim tertentu
 Sebelum gejala timbul, apakah klien mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan
apakah pernah mengalmai gejala seperti ini sebelumnya
 Pernahkah klien mendapatkan pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
 Apakah dalam keluarga, ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita klien
 Bagaimana lingkungan tempat tinggal klien

Pengkajian 11 fungsi gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan


a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.

17
d. Napsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g.Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h.Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih
3. Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b.Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
7. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
9. Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut

18
10. Pola Persepsi Kognitif
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya.
11. Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarg
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

B. Diagnosa
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-
epidermal sekunder akibat psoriasis
2) Gangguan Body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
3) Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder
akibat penyakit psoriasis
4)
C. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Kerusakan Tupen : Kerusakan 1. Kaji keadaan 1. Mengetahui dan


integritas integritas kulit dapat kulit mengidentifikasi
kulit teratasi 2. Kaji keadaan kerusakan kulit
berhubungan umum dan untuk melakukan
Tupan :
dengan observasi TTV intervensi yang
inflamasi Kerusakan integritas 3. Kaji perubahan tepat.
antara kulit dapat teratasi warna kulit 2. Untuk mengetahui
dermal- dengan kriteria hasil : 4. Pertahankan perubahan status
epidermal agar daerah kesehatan pasien
 Area terbebas dari
sekunder yang terinfeksi 3. Untuk mengetahui
infeksi lanjut
akibat tetap bersih dan keefektifan

19
psoriasis  Kulit bersih, kering. sirkulasi dan
kering, lembab. 5. Kolaborasi mengidentifikasi
dengan dokter terjadinya
dalam komplikasi.
pemberian obat 4. Untuk membantu
– obatan proses
penyembuhan dan
mengurangi resiko
infeksi

5. Untuk membantu
penyembuhan

2 Gangguan Tupan : gangguan 1. Kaji ulang 1. Reaksi fisik kronis


Body image body emage dapat perubahan terhadap stresor
berhubungan teratasi biologis dan menunjukan
dengan dengan kriteria hasil: fisiologis adanya penyakit
perubahan 2. Gunakan kronis dan
 Klien dapat
bentuk tubuh sentuhan sebagai ketahanan rendah
menerima kondisi
toleransi 2. Kadang dengan
saat ini
3. Dukung jenis memegang secara
koping yang hangat akan
disukai ketika menolongnya
mekanisme mempertahankan
adaptif kontrol
digunakan. 3. Marah merupakan
4. Anjurkan untuk respon yang
mengekspresika adaptif digunakan
n perasaannya 4. Dapat mengurangi
5. jelaskan stres pada klien

20
mengenai 5. Meningkatkaan
masalah pengetahuan
kesehatan yang pasien terhadap
ia alami kondisinya
6. berikaan 6. meningkatkan
dukungan dan semnggat pasien
motifasi pada dan mengurangi
pasien, dengan gambran buruk
mengan tentang dirinya
mengungkapkan
kelebihannya

3 Ansietas yang Tupen : 1. Kaji tingkat 1. Identifikasi


berhubungan ansietas dan masalah spesifik
Ansietas dapat
dengan diskusikan akan
diminimalkan sampai
perubahan penyebab meningkatkan
dengan diatasi
status 2. Kaji ulang kemampuan
kesehatan Tupan : keadaan umum individu untuk
sekunder pasien dan TTV menghadapinya
Setelah dilakukan
akibat 3. Berikan waktu dengan lebih
tindakan 3x24 jam
penyakit pasien untuk realistis
diharapkan Ansietas
psoriasis mengungkapkan 2. Sebagai indikator
dapat diminimalkan
masalahnya dan awal dalam
sampai dengan diatasi
dorongan menentukan
dengan kriteria hasil :
ekspresi yang intervensi
 Pasien tampak bebas misalnya berikutnya
rileks marah, takut, 3. Agar pasien
 Pasien ragu merasa lebih
mendemonstrasik 4. Jelaskan semua diterima

21
an /menunjukan prosedur dan 4. Mengurangi
kemampuan pengobatan kecemasan klien
mengatasi
masalah dan
menggunakan
sumber-sumber
secara efektif
 Tanda-tanda vital
normal
 Pasien
melaporkan
ansietas
berkurang sampai
tingkat dapat
diatasi
Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Sebagai dasar
rasa nyaman tindakan selama 1x24 gangguan rasa dalam menyusun
berhubungan jam klien dapat nyaman rencana intervensi
dengan gejala mempertahankan 2. Kendalikan keperawatan
terkait tingkat kenyamanan faktor- faktor 2. Rasa gatal dapat
penyakit selama perawatan iritan diperburuk oleh
ditandai dengan kriteria hasil: 3. Pertahankan panas, kimia dan
dengan lingkungan yang fisik.
 klien tampak
adanya gatal, dingin atau 3. Kesejukan
tenang
rasa terbakar sejuk. mengurangi gatal.
 gangguan tidur
pada kulit, 4. Gunakan sabun 4. Upaya ini
hilang
ansietas, klien ringan atau mencakup tidak
 gatal dan perih
tampak sabun khusus adanya larutan
hilang
gelisah, dan untuk kulit detergen, zat
gangguan sensitif. pewarna atau

22
pola tidur 5. Kolaborasi bahan pengeras
dalam 5. Tindakan ini
pemberian terapi membantu
topical seperti meredakan gejala
yang diresepkan
dokter.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang menyebabkan kulit mengalami
inflamsi kronik pada kulit yang menyebabkan kulit bercak, bersisik, plague,
dan terjadi pergantian kulit yang cepat. Penyebab dari psoriasis itu sendiri
adalah trauma, infeksi, iklim, factor endokrin, sinar matahari, metabolik,
obat-obatan. Psoriasis di bedakan berdasarkan bentuk lesi, dan lokalisasi
lesinya. Untuk tipe nya sendiri psoriasis memiliki 6 tipe, yaitu : psoriasis
vulgaris, psoriasis gutata, psoriasis putulosa, psoriasis eritrodermis, psoriasis
kuku, dan psoriasis artritis. Klien biasanya akan mengekuh gatal-gatal, bercak
eritema yang meninggi, skuama di atasnya, terdapat fenomena lilin, dan
terjadi kelainan kuku. Untuk penatalaksanaan dari psoriasis biasanya dengan
terapi topical, intralesi, dan sistemik. Psoriasis juga dapat terjadi komplikasi
antara lain infeksi kulit yang parah, artritis deformans yang mirip dengan
artritis rematoid, dan terjadi penurunan harga diri pada klien. Diagnose
keperawatan yang muncul pada penyakit ini biasanya kerusakan integritas
kulit, gangguan boby image, dan ansietas.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah psoriasis mungkin
dianggap penyakit yang tidak terlalu berbahaya namun jika tidak di tangani
dengan baik maka dapat menyebabkan komplikasi yang merugikan bagi
penderita dan juga akan menyebabkan penderita menjadi rendah diri. Maka
dari itu penulis sarankan agar kita dapat menjaga kondisi kulit kita dan dapat
mengatasi masalah psoriasis ini dengan baik agar tidak terjadi komplikasi
yang mengganggu.

24

Anda mungkin juga menyukai