Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN KEBUTUHAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR AKIBAT GANGGUAN INTEGUMEN (PSORIASIS)

Dosen Pengampu :

INDRIANA NOOR ISTIQOMAH, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh :

Dela Dwi Putri Arifina 202303101109

Aisyah Nur Inayatil Karimah 202303101022

Amirul Anwar 202303101040

Nailal istiqomah 202303101057

Naza Hilda Safitri 202303101041

Nabilah Salsia Hamzah 202303101068

Yudha Dwi Janu Pribadi 202303101026

Rika Ayunniawati 202303101085

Essa Novita Sari 202303101039

Dinda Miftakhur R 202303101042

Setya Arviningtyas 202303101107

D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

KAMPUS LUMAJANG

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada allah SWT atas berkat rahmatnya penulis telah
berhasil menyusun makalah tentang psoriasis. Makalah ini di buat untuk menunjang proses
pembelajaran Keperawatan. Sesuai dengan kurikulum terbaru program D3 Keperawatan,
yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Maka makalah ini sudah mengarahkan mahasiswa
untuk belajar dengan kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa D3 Keperawatan karena
kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yang disempurnakan. Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang
sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan
dalam keperawatan medikal bedal bedah II

Lumajang, 10 maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................2
2.1 Definisi Psoriasis .........................................................................................................2
2.2 Etiologi Psoriasis ..................................................................................................... 2-3
2.3 Tanda & Gejala Psoriasis ........................................................................................ 3-4
2.4 Mekanisme Psoriasis ............................................................................................... 4-5
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................6
3.1 Pengkajian Keperawatan ....................................................................................... 6-10
3.2 Diagnosa Keperawatan ..............................................................................................11
3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 12-13
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................................................ 14-15
BAB IV PENUTUP .........................................................................................................16
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................16
4.2 Saran ..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psoriasis merupakan salah satu penyakit kulit yang menjadi beban sebagian besar
negara di dunia dikarenakan kurangnya perhatian dalam menangani kasus psoriasis yang
memberikan penderitaan cukup panjang bagi penderitanya. Psoriasis merupakan penyakit
kulit kronis yang timbul secara berulang ditandai dengan adanya lesi yang khas berbentuk
bercak- bercak eritema dengan batas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berwarna putih
mengkilat di daerah siku, lutut, punggung, kuku jari, dan kulit kepala. Menurut World Health
Organization (WHO) dalam Global Report on Psoriasis 2016 prevalensi kejadian psoriasis di
negara-negara di dunia berkisar antara 0,09 – 11,43 %. Setidaknya sekitar 100.000.000 orang
di dunia dilaporkan mengalami psoriasis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi psoriasis ?
2. Apa etiologipsoriasis ?
3. Apa tanda & gejala psoriasis ?
4. Bagaimana mekanisme psoriasis ?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada gangguan kebutuhan istirahat dan tidur ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi psoriasis
2. Dapat mengetahui etiologic psoriasis
3. Dapat mengetahui tanda & gejala psoriasis
4. Dapat mengetahui mekanisme psoriasis
5. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada gangguan kebutuhan istirahat dan
tidur akibat gangguan integumen psoriasis

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang
dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas. ( Price, 1994). Psoriasis adalah penyakit
inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi 6-9
x lebih besar daripada kecepatan sel normal dengan kecepatan (Smeltzer, Suzanne).Psoriasis
adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya mengalami proses
pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa
dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik
(Effendy, 2005)

2.2 ETIOLOGI
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini diwariskan secara
poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada
beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma. Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena bekas
operasi, bekas sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma. trauma,
garukan, luka vaksinasi dan
2. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan
infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh
3. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada
musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis
cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap
pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata
timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
5. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita
psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang

2
timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada
beberapa penderita.
6. Metabolik Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7. Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat
psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek "withdrawal".
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui
sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat
menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
8. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat
memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang, misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan
mengakibatkan kulit bertambah tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi
merah , misalnya mengandung alcohol.

2.3 TANDA DAN GEJALA PSORIASIS

Tanda dan gejala lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang
ditutupi oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena
penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta
pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar
lesi yang berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak
basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal. Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan
penebalan epidermis kulit serta proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan)
dan indurasi eritematosa (kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku,

3
mukosa dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membahayakan jiwa,
kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat mengganggu kualitas
hidup. Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar
dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian
kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena
pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psorias is pada kulit kepala dapat
menyerupai ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh
atau keruh. Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat
membaik seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman
bekas psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi
serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis
bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai
badan menggigil (eritoderma). Gejala dari psoriasis antara lain: mengeluh gatal ringan,
bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya, terdapat fenomena tetesan lilin I
menyebabkan kelainan kuku.

2.4 MEKANISME

4
5
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Inisial klien : (-)

Umur : Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa psoriasis biasanya diderita oleh


pasien dengan usia produktif, sehingga efek dari stress psikis yang dirasakan penderita
menjadi salah satu faktor pencetusnya (Indranila, Yasmin, Muslimin, Kabulrachman,
2012). Usia produktif ( 45 tahun berhubungan dengan adanya HLA kelas II
(Gudjonsson, Elder, 2012).

Jenis kelamin : kasus psoriasis lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan (Moningka,
dkk). Jumlah penderita laki-laki lebih banyak dari penderita perempuan dapat
disebabkan karena laki-laki lebih sering terpapar faktor pencetus karena aktivitas
fisiknya. Faktor pencetus eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya psoriasis salah
satunya trauma, sedangkan faktor internal seperti stres psikologis juga dapat
menyebabkan terjadinya psoriasis.

Agama : (-)

Pendidikan : Pada penelitian Shanu Kohli Kurd dkk, yang menyatakan bahwa semakin
tinggi pendidikan yang ditempuh penderita maka akan bertambah kegiatan sehari- hari
dan lingkungan sosialnya akan semakin luas, sehingga akan memacu stress psikologis
yang menjadi salah satu faktor pencetus psoriasis. Stress psikologis merupakan faktor
pencetus timbulnya psoriasis karena stress dapat mengaktifkan faktor imun tertentu yang
terhubung dengan psoriasis (Kurd, Andra, Paul, Joel, 2010).

Pekerjaan : Audia Sekar Cantika dalam penelitiannya pada tahun 2012 bahwa sebanyak
61,5% pasien yang bekerja mengeluh tidak nyaman terhadap gejala pada psoriasis.
Pekerjaan dapat memicu timbulnya stress dan penurunan system imun, sehingga dapat
memicu timbulnya gejala psoriasis yang akan mengganggu kinerja penderita. Sampai
saat ini belum ditemukan secara pasti jenis pekerjaan apa yang ada hubungannya dengan
psoriasis.

Status : (-)

Golongan darah : (-)

Inisial informan : (-)

Hubungan keluarga :( -)

Umur : (-)

Alamat : (-)

6
Pekerjaan : (-)

Tanggal MRS/ Pukul : (-)

Tanggal Pengkajian/ Pukul : (-)

2. Keluhan Utama

Keluhaan biasanya berupa bercak merah bersisik mengenai bagian tubuh terutama daerah
ekstensor dan kulit kepala. Disertai rasa gatal. Dapat pula dijumpai keluhan berupa nyeri
sendi, bercak merah disertai dengan nanah, dan bercak merah bersisik seluruh tubuh.

3. Riwayat penyakit sekarang :

Nyeri pada psoriasis diakibatkan dari lesi yang ada pada psoriasis dan juga pada pasien
psoriasis artritis. Setelah gatal, nyeri merupakan gejala yang signifikan meningkatkan
keparahan dari psoriasis. Pada pasien psoriasis artritis, nyeri pada sendi juga dapat
menghambat aktivitas, menghambat pergerakan dan juga menurunkan kualitas hidupnya.
Penurunan kualitas tidur dapat terjadi karena sulit memulai tidur dan juga sulit untuk tetap
tertidur. Pada akhirnya, kurangnya tidur dapat menyebabkan penurunan ambang batas sakit
yang akan memperparah rasa sakit yang dialami (Gowda et al, 2010)

4. Riwayat penyakit masa lalu :

a) Riwayat obesitas: penelitian yang dilakukan di Eropa oleh Duarte (2013) dan Adisen
(2018) menunjukkan adanya hubungan obesitas dan overwight dengan psoriasis
vulgaris, pada penelitian-penelitian tersebut didapatkan bahwa obesitas merupakan
faktor risiko yang memperberat psoriasis vulgaris. Obesitas tidak hanya mempengaruhi
aktivitas penyakit psoriasis vulgaris yang menjadi lebih berat, tetapi juga mempengaruhi
respon klinis terhadap pengobatannya, yaitu pasien psoriasis vulgaris dengan obesitas
lebih sulit untuk diobati.
b) Luka operasi, trauma garukan, luka vaksinasi,
c) Riwayat infeksi (seperti infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis
gutata)
d) Riwayat alergi terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan
psoriasis pustulosa generalisata.
5. Riwayat penyakit keluarga : Bila kedua orangtua menderita psoriasis vulgaris maka
kemungkinan 50% dari keturunannya akan menderita penyakit yang sama, bila hanya
salah satu dari orangtuanya yang menderita psoriasis vulgaris maka kemungkinan 16%
dari keturunanya menderita psoriasis vulgaris.
6. Pemeriksaan fisik

7. Pola persepsi kesehatan

a. Adanya riwayat infeksi sebelumnya

7
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil

c. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, mis: vitamin, jamu

d. Adakah konsultasi rutin ke dokter

e. Hygine personal yang kurang

f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan

8. Pola nutrisi metabolik

a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali

sehari makan

b. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas

c. Jenis makanan yang dikonsumsi

d. Napsu makan menurun

e. Muntah-muntah

f. Penurunan berat badan

g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan

h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa

terbakar atau perih

9. Pola eliminasi

a. Sering berkeringat

b. Tanyakan pola berkemih dan bowel

10. Pola aktivitas dan latihan

a. Pemenuhan sehari-hari terganggu

b. Kelemahan umum, malaise

c. Toleransi terhadap aktivitas rendah

d. Mudah berkeringat saat melakukan aktifitas ringan

e. Perubahan pola napas saat saat melakukan aktifitas

8
A. Pemeriksaan Nyeri Berdasarkan PQRST
P : Provokatif / Paliatif (Penyebab)
Kaji penyebab nyeri pada psoriasis.
Nyeri pada psoriasis diakibatkan dari lesi yang ada pada psoriasis. Pada pasien
psoriasis artritis, nyeri pada sendi juga dapat menghambat aktivitas, menghambat
pergerakan dan juga menurunkan kualitas hidupnya.
Q : Qualitas / Quantitas
Nyeri dapat dirasakan di jari tangan, jari kaki, telapak kaki, tumit, bokong, punggung,
atau leher. Gejalanya dapat terjadi pada salah satu atau kedua sisi tubuh, dan bisa
menyerang beberapa sendi secara sekaligus. Gejala bisa hilang timbul, yaitu membaik
sesaat kemudian kembali memburuk.
R : Region / Radiasi (Penyebaran)
Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi.Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian
kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena
pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala
dapat menyerupai ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang
kecil rapuh atau keruh.
S : Severity/Skala Seviritas (Keparahan)
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu dan pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).
Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri menggunakan skala
assessment nyeri unidimensional (tunggal) atau multidimensi.
1. Unidimensional: - Hanya mengukur intensitas nyeri - Cocok (appropriate) untuk
nyeri akut - Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi pemberian analgetik -
Skala assessment nyeri unidimensional ini meliputi: visual Analog Scale (VAS),
Verbal Rating Scale (VRS), Numeric Rating Scale (NRS), Wong Baker Pain
Rating Scale
2. Multidimensional - Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri -
Diaplikasikan untuk nyeri kronis - Dapat dipakai untuk penilaian klinis - Skala
multidimensional ini meliputi: McGill Pain Questionnaire (MPQ), The Brief Pain
Inventory (BPI), Memorial Pain Assessment Card, Catatan harian nyeri (Pain
diary),

9
Ada beberapa metode khusus yang digunakan untuk menilai derajat keparahan
psoriasis terutama psoriasis vulgaris yaitu dengan menggunakan Psoriasis Area
and Severity Index (PASI) score; Body Surface Area (BSA) score; secara
subjektif; dengan tidak mengukur dari kualitas hidup dan pola hidup pasien; serta
dengan peralatan objektif untuk mengukur keparahan psoriasis sekarang sedang
dalam tahap perkembangan (contoh: korneometri dan ultrasonografi). Skor PASI
adalah metode yang paling sering digunakan dalam uji klinis. Metode ini praktis
dan cepat, namun memiliki variabilitas yang tinggi. Skor PASI berkisar antara 0,0-
72,0 dengan peningkatan sebesar 0,1 unit. Ada 4 area tubuh yang diperiksa yaitu
kepala leher, ekstremitas atas, truncus, dan ekstremitas bawah.
T : Timing (Waktu)
Rasa nyeri dan kaku pada sendi umumnya memburuk pada pagi hari dan bisa
berlangsung lebih dari 30 menit.

B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah jenis pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan
sampel darah, urine, atau jaringan tubuh. Dari hasil pengambilan sampel tersebut, dokter
atau ahli medis akan menganalisis sampel uji untuk melihat apakah
hasil pemeriksaan berada dalam kisaran normal. Pada kasus psoriasis, pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan biasanya pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah,
kolestrol, asam urat, dan lain-lain sesuai dengan petunjuk dokter.Hasil pemeriksaan
laboratorium yang abnormal tidak spesifik pada kasus psoriasis, tidak pasti ditemukan
pada semua pasien psoriasis. Pada kasus psoriasis yang berat dapat ditemukan gangguan
keseimbangan elektrolit dan penurunan albumin. Selain itu biasanya ditemukan
meningkatnya profil lipid dan asam urat. (Rahayu, 2020)
2. Histopatologi
Histopatologi merupakan pemeriksaan jaringan sampel di bawah mikroskop. Sampel bisa
berupa potongan-potongan kecil jaringan yang diperoleh dari bagian tubuh dengan
menggunakan teknik yang disebut biopsi atau sampel yang diambil dari seluruh organ
maupun bagian organ yang diambil selama operasi. Setelah jaringan yang ingin diperiksa
didapatkan, pada pemeriksaan histopatologi, jaringan tersebut akan melalui beberapa
tahapan pemeriksaan yang lengkap, dimulai dari fiksasi (pengawetan), pemotongan
makroskopis, lalu diproses sampai siap menjadi slide atau preparat yang kemudian

10
dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis(Fadly, 2020). Hasil
dari pemeriksaan histopatologi psoriasis menunjukkan jaringan dilapisi epitel squamous
kompleks, parakeratosis, hiperplasia sel basal, spongiosis, agregasi netrofil (mikroabses
munro), akantosis, stroma jaringan ikat fibrosa sembab dan hiperemis, bersebukan
limfosit dan histiosit. (Rahayu, 2020)

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur (D.0055)
Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab :
- Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
- Kurang kontrol tidur
- Kurang privasi
- Restraint fisik
- Ketiadaan teman tidur
- Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif Objektif

- Mengeluh sulit tidur (tidak tersedia)


- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengeluh pola tidur berubah
- Mengeluh istirahat tidak cukup

Gejala dan Tanda Minor:


Subjektif Objektif

Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait:


- Nyeri/kolik
- Hypertirodisme
- Kecemasan
- Penyakit paru obstruktif kronis
- Kehamilan
- Periode pasca partum
- kondisi pasca operasi

11
3.3 Intervensi, tujuan dan kriteria hasil

Diagnosa TUJUAN DAN KRITERIA HASIL SIKI

(INTERVENSI)
D.005 Luaran utama: pola tidur Dukungan Tidur
5 Ekspektasi: meningkat Definisi: memfasilitasi siklus
Gangg tidur dan terjaga yang teratur
uan Kriteria hasil: Observasi
Pola 1. Kemampuan beraktivitas - Identifikasi pola aktivitas
Tidur menurun dan tidur
2. Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi faktor
3. Keluhan sering terjaga menurun penggganggu tidur ( fisik
4. Keluhan tidak puas tidur dan atau psikologis)
menurun - Identifikasi makanan dan
5. Keluhan pola tidur berubah minuman yang
menurun mengganggu tidur ( mis.
6. Keluhan istrahat tidak cukup Kopi, tea, alcohol, makan
mendekati waktu tidur,
minum banyak air
sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur
yang dikonsumsi

Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
(mis. Pencahayaan,
kebisinga,suhu,matras
dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan ( mis. Pijat,
terapi akupresure)\

Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati

12
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/ minuman yang
mengganggu tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

Intervensi: Edukasi aktivitas/


istirahat
Definisi
Mengajarkan pengaturan
aktivitas dan istirahat

Tindakan
Observasi:
1. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik:
1. Sediakan materi dan
media pengaturan aktivitas
dan istirahat
2. Jadwalkan pemberian
oendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya
Edukasi:
1. Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas fisik/
olahraga secara rutin
2. Anjurkan terlibat falam
aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
3. Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan istirahat
4. Ajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. Kelelahan,
sesak napas saat aktivitas)
5. Ajarkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan

13
3.4 Implementasi dan Evaluasi

No. Diagnosa IMPLEMENTASI EVALUASI


1. D.0055 Observasi S : Pasien Mengatakan tidak
Gangguan - Mengidentifikasi pola aktivitas sulit tidur pada malam
Pola Tidur dan tidur hari lagi.
- Mengidentifikasi faktor
O : Pasien tampak lebih segar
penggganggu tidur ( fisik dan dan bersemangat lagi
atau psikologis) pada saat bangun tidur.
- Mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur A : Masalah Teratasi
( mis. Kopi, tea, alcohol, makan Pasien tidak mengalami
mendekati waktu tidur, minum kesulitan tidur.
banyak air sebelum tidur)
P : Intervensi dihentikan
- Mengidentifikasi obat tidur yang
dikonsumsi

Terapeutik
- Memodifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan,
kebisinga,suhu,matras dan tempat
tidur)
- Membatasi waktu tidur siang, jika
perlu
- Memfasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Menetapkan jadwal tidur rutin
- Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan ( mis.
Pijat, terapi akupresure)\

Edukasi
- Menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Menganjurkan menghindari
makanan/ minuman yang
mengganggu tidur
- Mengajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

14
A. Implementasi Keperawatan dari Hasil Telaah Jurnal

a) Melakukan tindakan relaksasi distraksi ( masase ) untuk pasien insomnia

b) 1 Tindakan untuk meningkatkan tidur berdasar terlaah jurnal (minimal 3 jurnal)

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik yang kuat
dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis disertai
manifestasi vaskuler.Psoriasis satu penyakit kulit termasuk di dalam kelompok dermatosis
eritroskuamosa, dengan lesi berupa makula eritem berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar
berlapis, berwarna putih bening seperti mika, disertai fenomena tetesan lilin dan tanda
Auspitz.(Reynol, 2020).

4.2 Saran

Penulis menyadari sepenuhnya bilamana makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, untuk memperbaiki masalah tersebut, kami sebagai penulis
meminta kritik dan masukan dari pembaca yang diharapkan untuk menjadikan makalah ini
yang lebih baik lagi dan lebih semangat lagi dalam menyusun makalah yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

16
Daftar Pusataka

Dewi, Dewa dkk. 2018. Insiden dan profil psoriasis di poliklinik kulit dan kelamin Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode Januari 2012 sampai Desember 2014. E-
Jurnal Medika Udayana, vol 7, pages 1-7

Krisnato, Eko dkk. 2016. Faktor Prediktor Kualitas Hidup Pasien Psoriasis : Studi Cross
Sectional. Jurnal Unimus, vol 49, pages 43-51.

Gunawan, A., Prahasanti, K., & Utama, M. R. (2020). Pengaruh Komorbid Hipertensi
Terhadap Severitas Pasien Yang Terinfeksi Covid 19. Jurnal Implementa Husada, 1(2),
136. https://doi.org/10.30596/jih.v1i2.4972

E, R. N. (2018). Analisis Kadar Nerve Growth Factor dalam Serum Psoriasis Vulgaris.

Rahayu, F. M. (2020). Psoriasis Inversa : Laporan Kasus. Tunas Medika Jurnal Kedokteran
& Kesehatan , 93-98.

Kadek, Intan. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Imunologi
"Psoriasis" Dan Pencegahan Covid-19 Dengan Pemberian Penkes Cara Menjaga
Kebersihan Kulit Dengan Intervensi Mengoleskan Aloevera. Fakultas Ilmu Kesehatan:
Universitas Katolik Musi Charitas

Neimann AL, Porter SB, Gelfald JM. The epidemiology of psoriasis. Expert Rev. Dermatol. 2006(I):
63-75.

Sanchez APG. Immunopathogenesis of psoriasis. An Bras Dermatol. 2010;85:747-9.

Keller JJ, Lin HC. The effects of chronic periodontitis and its treatment on the subsequent
risk of psoriasis. Br J Dermatol. 2012;167:1338-44.

Fadly, d. (2020, Februari 19). Mengenal Histopatologi dalam Patologi Anatomi. Retrieved
Maret 10, 2022, from Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-
histopatologi-dalam-patologi-an

17
18

Anda mungkin juga menyukai