Anda di halaman 1dari 24

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA NY.

S
TERTUSUK PAKU DI RUANG UGD DI PUSKESMAS PAGELARAN

Disusun oleh :

1. M DWI CAHAYA 2019206203057


2. M. REZA PAHLEPI 2019206203058
3. MUHAMMAD AL-AZZIZ 2019206203059
4. MUHAMMAD FAJRI IKHSAN 2019206203060
5. NANDA ROMADHON 2019206203061
6. NAZIATU ROHMA GUNAWAN 2019206203062
7. NOVELYA MARCELLINA 2019206203063
8. NURI AMANATUL JANAH 2019206203064
9. PRENGKI SANJAYA 2019206203065

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan makalah Kuliah dengan judul “strategi
pelaksanaan komunikasi teraupetik pada ny. S tertusuk paku di ruang ugd di
puskesmas pagelaran ”.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat memenuhi mata


kuliah ajar Keperawatan Jiwa II. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan
pembuatan laporan Makalah Kuliah ini, antara lain :
1. Kepada Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan kemudahan sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang Tua yang telah memberi dorongan baik dari segi moril maupun
materiil
3. Semua pihak yang membantu proses penyusunan laporan baik secara langsung
dan tidak langsung.
Dan semoga laporan yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya serta bagi seluruh pembaca.

Pringsewu, 25 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan........................................................................................... 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
D. Manfaat............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Tinjauan teori................................................................................... 5

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV HAMBATAN

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer
sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama
bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa
selain dipengaruhi oleh kondisi nyata dari fisik itu sendiri dan kondisi jiwa,
nyeri juga dipengaruhi secara kuat oleh kondisi emosi, fungsi kognitif, dan
faktor-faktor sosial yang menimbulkan serta mempertahankan rasa nyeri.
Penelitian juga menunjukkan bahwa respon setiap orang sangat bervariasi dan
sangat personal dalam menyikapi rasa nyeri.
Nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan
dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit
manapun.
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan
mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan
aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari perawatan
kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi
seluruh pikiran seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi,
nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien.
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna melindungi diri
dari trauma luka serta masuknya benda asing . Apabila kulit terkena trauma,

1
maka dapat menyebabkan luka, yaitu suatu keadaan terputusnya kontuinitas
jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari Apabila kulit mengalami trsuma maka
bisa menyebabkan vulnus.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan Penanganan terhadap luka
bermacam-macam, tergantung dari jenis dan penyebab luka tersebut. Beberapa
jenis luka yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya
adalah luka lecet (vulnus excoratio) dan luka tusuk (vulnus ictum). Hal yang
biasanya dilakukan pertama kali pada penanganan luka adalah pembersihan
luka yang kemudian diakhiri dengan pemberian obat antiseptik. Vulnus/luka
adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan rusak bisa akibat trauma, kimiawi,
listrik radiasi.
Vulnus/luka adalah suatu keadaaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari- Vulnus Ictum sendiri yaitu Luka yang
disebabkan akibat tertusuk benda runcing yang kedalaman lukanya lebih dari
lebarnya. Penyebabnya rata-rata ketusuk paku,jarum,kawat ,dan duri, Kasus
luka tusuk sering kita temukan, terutama di instalasi gawat darurat
Dari segi waktu berjalannya penyakit, nyeri dapat tergolong menjadi dua
yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Keduanya memiliki karakteristik yang
berbeda yang juga membuat terapi untuk kedua macam nyeri tersebut
dibedakan.4 Nyeri kronis dapat berlangsung tiga bulan atau lebih lama tanpa
diketahui penyebabnya dan mempengaruhi aktivitas normal pasien sehari-hari.
Nyeri kronis dapat terjadi tanpa trauma yang mendahului, dan seringkali tidak
dapat ditentukan adanya gangguan sistem yang mendasari bahkan setelah
dilakukannya observasi dalam jangka waktu yang lama.
Penilaian nyeri merupakan hal yang penting untuk mengetahui intensitas
dan menentukan terapi yang efektif. Intensitas nyeri sebaiknya harus dinilai
sedini mungkin dan sangat diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien.

2
Untuk memahami penilaian nyeri perlu dipertimbangkan beberapa hal yang
mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Keterbatasan penilaian yang terjadi pada populasi pasien lanjut usia adalah
karena menurunnya kemampuan komunikasi dan kognitif. Penilaian intensitas
nyeri juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien dan jenis kelamin
wanita yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil skor VAS.5 Peningkatan
kadar kortisol dalam darah akan menyebabkan berbagai efek pada
metabolisme tubuh dan bila berlangsung lama menyebabkan efek yang tidak
menguntungkan bagi pasien, salah satu efek adalah penurunan kadar
serotonin sehingga menyebabkan proliferasi inflamasi perifer, yang berakibat
pada peningkatan intensitas nyeri kronis karena kegagalan inhibisi descenden
sentral.9,10 Salah satu menifestasi penurunan kadar serotonin adalah depresi.

B. Rumusan Masalah.

 Apakah pengertian kulit ?


 Apakah pengertian luka?
 Untuk mengetahui pengertian nyeri dan penyebab nyeri?

C. Tujuan Khusus

 Untuk mengetahu pengertian nyeri dan penyebab nyeri


 mengalami nyeri akut akibat vulnus ictum dalam hal ini:
a. Pengkajian
b. Merumuskan diagnose keperawatan
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan
d. Melakukan implementasi
e. Melakukan evaluasi

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan wawasan pengertian nyeri dan penyebab nyeri.


2. memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan
mengenai klien nyeri akut dengan Vulnus Ictum.

3
3. Memberikan wawasan tentang masalah keperawatan mengenai klien nyeri
akut dengan vulnus ictum.
4. memberikan pemahaman kepada pembaca tentang manajemen nyeri pada
klien dengan vulnus ictum.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer


sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama
bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan
bahwa selain dipengaruhi oleh kondisi nyata dari fisik itu sendiri dan kondisi
jiwa, nyeri juga dipengaruhi secara kuat oleh kondisi emosi, fungsi kognitif,
dan faktor-faktor sosial yang menimbulkan serta mempertahankan rasa nyeri.
Penelitian juga menunjukkan bahwa respon setiap orang sangat bervariasi
dan sangat personal dalam menyikapi rasa nyeri.Nyeri diartikan berbeda-
beda antar individu, bergantung pada persepsinya.Walaupun demikian, ada
satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat
diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan
jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang
akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis

Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau


emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri akut dapat dideskripsikan
sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan)
dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada
area yang rusak.

5
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami
nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al., 2015).

2. Klasifikasi Nyeri Akut

Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-


macam tipe nyeri. Dengan mengetahui macam-macam tipe nyeri diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan membantu perawat ketika memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri.

Nyeri Akut Dibagi Menjadi 2 bagian

1. Nyeri Somatik,jika organ yang terkena adalah organ soma seperti


kulit, otot, sendi, tulang, atau ligament karena di sini mengandung
kaya akan nosiseptor. Terminologi nyeri muskuloskeletal diartikan
sebagai nyeri somatik. Nosiseptor disini menjadi sensitif terhadap
inflamasi, yang akan terjadi jika terluka atau keseleo. Selain itu, nyeri
juga bias terjadi akibat iskemik, seperti pada kram otot. Hal inipun
termasuk nyeri nosiseptif.
Gejala nyeri somatik : umumnya tajam dan lokalisasinya jelas,
sehingga dapat ditunjuk dengan telunjuk. Jika kita menyentuh atau
menggerakanbagian yang cedera, nyerinya akan bertambah berat .
2. Nyeri viseral, jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau organ
dalam yang meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga
abdomen (usus, limpa, hati dan ginjal), rongga pelvis (ovaruim,
kantung kemih dan 10 kandungan). Berbeda dengan organ somatik,
yang nyeri kalau diinsisi, digunting atau dibakar, organ somatik
justru tidak. Organ viseral akan terasa sakit kalau mengalami
inflamasi, iskemik atau teregang. Selain itu nyeri viseral umumnya
terasa tumpul, lokalisasinya tidak jelas disertai dengan rasa mual -
muntah bahkan sering terjadi nyeri refer yang dirasakan pada kulit.

6
3. Tanda dan Gejala Nyeri Akut

Gejala dan tanda menurut PPNI(2016) adalah sebagai berikut:

 Gejala dan Tanda Mayor


 Subjektif : mengeluh nyeri
 Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan
sulit tidur.
 Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif : tidak tersedia
 Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaphoresis.

4. Penyebab Nyeri Akut pada Gastritis

Nyeri ulu hati bukanlah merupakan suatu diagnosis medis, tapi


merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri ulu hati dapat terjadi akibat
adanya peradangan pada mukosa lambung.Keluhan nyeri ulu hati adalah
keluhan fisik subjektif yang dirasakan oleh pasien di daerah epigastrium.
Epigastrium adalah bagian abdomen tengah atas. Nyeri pada daerah
epigastrium adalah nyeri yang berhubungan dengan rasa tajam dan
terlokalisasi yang dirasakan oleh seseorang Banyak faktor yang
menyebabkan peradangan pada mukosa ambung sehingga menimbulkan
rasa nyeri yang meliputi:

a) Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis seperti OAINS


(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, Salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung. Hal
tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Hal tersebut terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus

7
atau pemakaian yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis
dan peptic ulcer(Sudoyo et al., 2010).
b) Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol,
seperti whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
normal sehingga, dapat menyebabkan peradangan sampai perdarahan .
c) Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori,
namun dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species,
E.coli, Tuberculosis dan Secondary syphilis. Gastritis juga dapat
disebabkan oleh infeksivirus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur
seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk
penyebab dari peradangan pada gastritis. Gatritis apat terjadi pada
kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi
enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung
sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.Terjadinya 12
iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung
lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung(Sudoyo et al.,
2010).
d) Mekanisme terjadinya peradangan pada lambung akibat stres adalah
penurunan efektifitas system imunitas tubuh melalui efek hormon
kortisol yang diproduksi oleh bagian korteks kelenjar adrenal. Kortisol
menurunkan produksi limfosit dari kelenjar timus dan kelenjar limfe.
Penurunan produksi limfosit menyebabkan respon imunitas individu
dalam melawan bakteri pathogen menurun sehingga individu rentan
untuk mengalami infeksi(Sudoyo et al., 2010).

8
5. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Akut

Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh


isiologi, spiritual, psikologis, dan budaya.Setiap individu mempunyai pengalaman
yang berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah
sebagaiberikut:

1) Tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang
akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini, anak
– anak cenderung kurang mampu mengugkapkan nyeri yang mereka
rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat
penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, prevalensi nyeri ada individu
lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis dan degenerative yang
diderita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan,
efek analgesik yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang
terjadi (Mubarak et al., 2015).
2) Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki – laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang
sama. Namun, secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespon terhadap nyeri (Mubarak et al., 2015).
3) Keletihan
Keletihan atau kelelahan dapat meningkatkan persepsi nyeri.Rasa
kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap
individu yang menderita penyakit dalam jangka waktu lama. Apabila
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebih berat lagi. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu
mengalami suatu periode tidur yang lelap diabandingkan pada akhir hari
yang melelahkan .

9
4) Lingkungan dan dukungan keluarga
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan
aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memerberat nyeri.Selain
itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu faktor
penting yang memengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai contoh,
individu yang sendiriaan, tanpa keluarga atau teman – temang yang
mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan
mereka yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang – orang terdekat
(Mubarak et al., 2015)
5) Gaya koping
Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan
nyeri..Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal merasa
bahwa diri mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi
nyeri.Sebaliknya, seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal
lebih merasa bahwa faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat
merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap nyeri yang
dirasakanya. Oleh karena itu, koping pasien sangat penting untuk
diperhatikan
6) Makna
seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan
secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu
akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan
tantangan. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan pasien
berhubungan dengan makna nyeri

7) Ansietas
Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi
nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status
emosional yang kurang stabil.Pasien yang mengalami cedera atau

10
menderita penyakit kritis, seringkali mengalami kesulitan mengontrol
lingkungan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang
tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis
dan gangguan kepribadian
8) Etnik dan nilai budaya
Beberapa kebudayaan uakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu
yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang
tertutup. Sosialisasi nudaya menentukan perilaku psikologis
seseorang.Dengan demikian, hal ini dapat memngaruhi pengeluaran
fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi nyeri.Latar belakang
etnik dan budaya merupakan factor yang memengaruhi reaksi terhadap
nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu
cenderung ekspresif dalam mengunngkapkan nyeri, sedangkan indiviidu
dari budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak
ingin merepotkan orang lain (Mubarak et al., 2015)

6. Dampak nyeri akut pada gastritis

Nyeri merupakan salah satu khas tanda dan gejala dari


gastritis.Respon fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukkan keadaan dan
sifat nyeri serta ancaman yang potensial terhadap kesejahteraan pasien.
Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi nafas
akan mengalami peningkatan. Selain itu pasien yang mengalami nyeri
menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang khas dan berespon
secara vocal serta mengalami kerusakan dalam interaksi sosial.Pasien akan
sering meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi,
mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh
sampai dengan menghindari percakapan, menghindari kontak social, dan
hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri yang akan menurunkan
rentang perhatian. Serta pasien akan kurang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan

11
kebersihan normal serta dapat mengganggu aktivitas social dan hubungan
social.

7. Penilaian Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi


nyeri yang efektif.Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan untuk
menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien
dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.Penilaian
terhadap intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala yaitu (Mubarak et
al., 2015):

a. Skala Nyeri Deskriptif


Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian
verbal /Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri
tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang
sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa
nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien diminta untuk
menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini
(Mubarak et al., 2015).
b. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)
Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10.Titik 0
berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak
tertahankan.NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai
perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri
pasien terhadap terapi yang diberikan(Mubarak et al., 2015).
c. Faces Scale (Skala Wajah)
Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak
nyeri
(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan
gambar paling

12
akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu,
pasien
disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya.Metode ini
digunakan
untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan
gangguan kognitif
(Mubarak et al., 2015).

13
BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA NY. S


TERTUSUK PAKU DI RUANG UGD DI PUSKESMAS PAGELARAN

PROSES KEPERAWATAN

Kasus : seorang pasien bernama Ny. S berusia 56th datang ke Puskesmas


Pagelaran pada hari Jumat, 08 Januari 2021, jam 08:25 WIB, bersama 1 anak
perempuan nya yang berusia 25th. Pasien mengatakan nyeri dibagian telapak
tangan sebelah kanan akibat ketusuk paku, dan anaknya mengatakan baru terjadi
pada pagi ini, dan pada saat kejadian dirumah belum dilakukan tindakan apapun.

A. Kondisi Klien
1) Data Subyektif : pasien mengatakan nyeri dibagian telapak tangan
sebelah kanan akibat ketusuk paku pada pagi hariini.
2) Data Obyektif : klien tampak meringis kesakitan sambil memegang
pergelangan tangan kanan nya.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk paku.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan
integritas kulit.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau
ketidaknyamanana pada telapak tangan sebelah kanan.
C. Tujuan
1) Agar luka pada bagian kulit cepat membaik.
2) Agar tidak terjadi infeksi pada luka.
3) Agar rasa nyeri berkurang dan tingkt kenyamanan pasien membaik.
D. Intervensi
1) Membersihkan luka
2) Memberikan injeksi (obat tetanus di area luka)
3) Memasangkan perban diarea luka

14
4) Menganjurkan untuk rajin membersihkan luka dengan cara mengganti
balutan luka, dan tidak disentuh bagian luka dengan tangan yang kotor.
5) Menganjurkan untuk tetap menggerakkan telapak tangan sebelah
kanan agar otot-otot tidak kaku dan normal kembali.

STRATEGI KOMUNIKASI

A. Fase orientasi
1) Salam Teraupetik
“assalamualaikum bu, selamat pagi”
2) Perkenalan
“perkenalkan bu, nama saya Novelya Marcellina, dari s1 keperawatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu, saya senang dipanggil Novel,
dan ini pendamping saya kak Neni bu. Saya dan Kak Neni yang
bertugas pada pagi hariini di ruang UGD ini dari jam 08:00 sampai jam
12:00 siang. Kalau saya boleh tahu, nama ibu siapa dan senangnya
dipanggil apa ya bu?”
3) Validasi / evaluasi
“bagaimana perasaan ibu hariini? Oh, nyeri dibagian telapak tangan ya
bu.”
4) Kontrak
”jadi bu, saya akan membersihkan luka ibu dan Kak Neni akan
memberikan obat tetanus melalui suntikan ya bu. Apakah ibu bersedia?
Saya hanya minta waktunya kurang lebih 10 menit ya bu, tempatnya
diruangan ini saja”
5) Tujuan Interaksi
“sebelum memberikan obat, saya membersihkan luka ibu, agar luka
ibu bersih, tidak ada kotoran lagi, jadi lukanya cepat membaik dan
tidak semakin parah ya bu, tujuan saya memberikan obat tetanus
melalui suntikan ini agar tidak terjadi tetanus pada luka ibu, karena
paku yang menusuk pada tangan ibu berkarat, dan akan dipasangkan
perban agar lukanya tidak kotor.”

15
B. Fase Kerja
“kalau begitu kita mulai sekarang ya bu. Bu, rasa nyerinya dari skala 1-10
berapa bu? Jadi skala nyeri itu, agar kami tahu bu, seberapa nyeri nya,
semakin angkanya besar, rasa nyerinya semakin kuat bu. Oh nyeri nya di
skala 6 bu. Agar rasa sakitnya tidak terlalu terasa dan jika ibu tidak
keberatan, ibu boleh sambil cerita bagaimana kejadiannya bu. Saya akan
lakukan ini dengan hati-hati bu. Saya bersihkan lukanya ya bu, jika terasa
sakit, ibu bisa tarik nafas perlahan, jangan ditarik tangannya ya bu. Oh jadi
begitu bu ceritanya, karena lantainya licin jadi ibu terpeleset dan telapak
tangannya langsung menusuk ke arah paku karena tidak terlihat juga ya
bu. Membersihkan lukanya sudah selesai bu. Sekarang Kak Neni akan
memberikan obat melalui suntikan ini ya bu, seperti tadi ya bu, jika terasa
sakit, tangan nya jangan ditarik, tetapi tarik nafas secara perlahan ya bu,
atau jika ibu takut melihat jarumnya, ibu bisa menutup mata ibu atau
memalingkan muka bu. Bismillah ya bu. Alhamdulillah sudah selesai bu,
agak terasa sakit ya bu, waktu disuntik hehe. Sekarang kita pasangkan
perban ya bu, untuk menutup luka nya, agar tidak kemasukan kotoran.
Saya menganjurkan untuk tetap menggerakan telapak tangannya ya bu,
secara perlahan agar otot-otot pada tangan ibu tidak kaku, seperti
menggenggam pelan-pelan, jangan memegang sesuatu yang terlalu berat
ditelapak tangan yang luka ini ya bu, lukanya jangan kotor ya bu, harus
rajin dibersihkan dan diganti perban nya. Luka ini tidak akan lama dan
tidak akan semakin parah, jika ibu mengikuti anjuran dari saya. Apakah
ibu sudah paham, dan ada yang ingin ditanyakan bu? Oh tidak ada yang
ingin ditanyakan ya bu. Kalau begitu, semoga anjuran saya tadi, bisa
diterapkan ya bu.”

16
C. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“apakah ibu bisa mengulangi anjuran saya tadi?”
2) Evaluasi Obyektif
Pasien diajarkan menggenggam tangannya agar otot-otot tangannya
tidak kaku. Pasien dianjurkan untuk rajin membersihkan lukanya dan
mengganti perbannya.
3) Rencana Tindak Lanjut / PR bagi Klien
“saya harap ibu dapat menerapkan anjuran saya tadi, agar lukanya
cepat sembuh ya bu.”
4) Kontrak Yang Akan Datang
“kalau lukanya mengeluarkan cairan seperti darah atau nanah, ibu bisa
datang lagi ke puskesmas pagelaran ini ya bu, untuk kami periksa
kembali. Nanti kalau lukanya sudah kering, jangan dikelopekin ya bu
lukanya, biarkan mengelupas sendiri. Cepet sehat ya bu. Iya bu, sama-
sama. Selamat pagi kembali bu”

17
BAB IV

HAMBATAN

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA NY. S


TERTUSUK PAKU DI RUANG UGD DI PUSKESMAS PAGELARAN

1. Ketidakmampuan membuat Rencana atau Rencana yang tidak cukup Baik.

2. Kurangnya Komitmen dalam proses pembuatan rencana.

3. Lemahnya informasi.

4. Terlalu berfokus pada masalah utama

5. Terlalu mengandalkan rekan dan tidak memperhatikan hal yang harus

dikerjakan

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer


sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama
bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan
bahwa selain dipengaruhi oleh kondisi nyata dari fisik itu sendiri dan kondisi
jiwa, nyeri juga dipengaruhi secara kuat oleh kondisi emosi, fungsi kognitif,
dan faktor-faktor sosial yang menimbulkan serta mempertahankan rasa nyeri.
Penelitian juga menunjukkan bahwa respon setiap orang sangat bervariasi
dan sangat personal dalam menyikapi rasa nyeri.Nyeri diartikan berbeda-
beda antar individu, bergantung pada persepsinya.Walaupun demikian, ada
satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat
diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan
jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang
akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis

Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau


emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri akut dapat dideskripsikan
sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan)
dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada
area yang rusak.

19
B. Saran
Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan pembaca dapat memahami betul tentang
nyeri pada pasien

20
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung


Mulia.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi . Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jilid 1. Jakarta : Penerbit

Aesculapius Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5 th ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen.
Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien.
Yogyakarta : Penerbit MocoMedia.
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Azizah, Lilik, Makrifatul. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori
Dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

21

Anda mungkin juga menyukai