S
TERTUSUK PAKU DI RUANG UGD DI PUSKESMAS PAGELARAN
Disusun oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan makalah Kuliah dengan judul “strategi
pelaksanaan komunikasi teraupetik pada ny. S tertusuk paku di ruang ugd di
puskesmas pagelaran ”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan........................................................................................... 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
D. Manfaat............................................................................................ 3
BAB IV HAMBATAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
maka dapat menyebabkan luka, yaitu suatu keadaan terputusnya kontuinitas
jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari Apabila kulit mengalami trsuma maka
bisa menyebabkan vulnus.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan Penanganan terhadap luka
bermacam-macam, tergantung dari jenis dan penyebab luka tersebut. Beberapa
jenis luka yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya
adalah luka lecet (vulnus excoratio) dan luka tusuk (vulnus ictum). Hal yang
biasanya dilakukan pertama kali pada penanganan luka adalah pembersihan
luka yang kemudian diakhiri dengan pemberian obat antiseptik. Vulnus/luka
adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan rusak bisa akibat trauma, kimiawi,
listrik radiasi.
Vulnus/luka adalah suatu keadaaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari- Vulnus Ictum sendiri yaitu Luka yang
disebabkan akibat tertusuk benda runcing yang kedalaman lukanya lebih dari
lebarnya. Penyebabnya rata-rata ketusuk paku,jarum,kawat ,dan duri, Kasus
luka tusuk sering kita temukan, terutama di instalasi gawat darurat
Dari segi waktu berjalannya penyakit, nyeri dapat tergolong menjadi dua
yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Keduanya memiliki karakteristik yang
berbeda yang juga membuat terapi untuk kedua macam nyeri tersebut
dibedakan.4 Nyeri kronis dapat berlangsung tiga bulan atau lebih lama tanpa
diketahui penyebabnya dan mempengaruhi aktivitas normal pasien sehari-hari.
Nyeri kronis dapat terjadi tanpa trauma yang mendahului, dan seringkali tidak
dapat ditentukan adanya gangguan sistem yang mendasari bahkan setelah
dilakukannya observasi dalam jangka waktu yang lama.
Penilaian nyeri merupakan hal yang penting untuk mengetahui intensitas
dan menentukan terapi yang efektif. Intensitas nyeri sebaiknya harus dinilai
sedini mungkin dan sangat diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien.
2
Untuk memahami penilaian nyeri perlu dipertimbangkan beberapa hal yang
mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Keterbatasan penilaian yang terjadi pada populasi pasien lanjut usia adalah
karena menurunnya kemampuan komunikasi dan kognitif. Penilaian intensitas
nyeri juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien dan jenis kelamin
wanita yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil skor VAS.5 Peningkatan
kadar kortisol dalam darah akan menyebabkan berbagai efek pada
metabolisme tubuh dan bila berlangsung lama menyebabkan efek yang tidak
menguntungkan bagi pasien, salah satu efek adalah penurunan kadar
serotonin sehingga menyebabkan proliferasi inflamasi perifer, yang berakibat
pada peningkatan intensitas nyeri kronis karena kegagalan inhibisi descenden
sentral.9,10 Salah satu menifestasi penurunan kadar serotonin adalah depresi.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
3
3. Memberikan wawasan tentang masalah keperawatan mengenai klien nyeri
akut dengan vulnus ictum.
4. memberikan pemahaman kepada pembaca tentang manajemen nyeri pada
klien dengan vulnus ictum.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi Nyeri
5
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami
nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al., 2015).
6
3. Tanda dan Gejala Nyeri Akut
7
atau pemakaian yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis
dan peptic ulcer(Sudoyo et al., 2010).
b) Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol,
seperti whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
normal sehingga, dapat menyebabkan peradangan sampai perdarahan .
c) Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori,
namun dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species,
E.coli, Tuberculosis dan Secondary syphilis. Gastritis juga dapat
disebabkan oleh infeksivirus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur
seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk
penyebab dari peradangan pada gastritis. Gatritis apat terjadi pada
kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi
enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung
sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.Terjadinya 12
iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung
lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung(Sudoyo et al.,
2010).
d) Mekanisme terjadinya peradangan pada lambung akibat stres adalah
penurunan efektifitas system imunitas tubuh melalui efek hormon
kortisol yang diproduksi oleh bagian korteks kelenjar adrenal. Kortisol
menurunkan produksi limfosit dari kelenjar timus dan kelenjar limfe.
Penurunan produksi limfosit menyebabkan respon imunitas individu
dalam melawan bakteri pathogen menurun sehingga individu rentan
untuk mengalami infeksi(Sudoyo et al., 2010).
8
5. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Akut
1) Tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang
akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini, anak
– anak cenderung kurang mampu mengugkapkan nyeri yang mereka
rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat
penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, prevalensi nyeri ada individu
lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis dan degenerative yang
diderita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan,
efek analgesik yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang
terjadi (Mubarak et al., 2015).
2) Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki – laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang
sama. Namun, secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespon terhadap nyeri (Mubarak et al., 2015).
3) Keletihan
Keletihan atau kelelahan dapat meningkatkan persepsi nyeri.Rasa
kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap
individu yang menderita penyakit dalam jangka waktu lama. Apabila
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebih berat lagi. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu
mengalami suatu periode tidur yang lelap diabandingkan pada akhir hari
yang melelahkan .
9
4) Lingkungan dan dukungan keluarga
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan
aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memerberat nyeri.Selain
itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu faktor
penting yang memengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai contoh,
individu yang sendiriaan, tanpa keluarga atau teman – temang yang
mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan
mereka yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang – orang terdekat
(Mubarak et al., 2015)
5) Gaya koping
Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan
nyeri..Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal merasa
bahwa diri mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi
nyeri.Sebaliknya, seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal
lebih merasa bahwa faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat
merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap nyeri yang
dirasakanya. Oleh karena itu, koping pasien sangat penting untuk
diperhatikan
6) Makna
seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan
secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu
akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan
tantangan. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan pasien
berhubungan dengan makna nyeri
7) Ansietas
Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi
nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status
emosional yang kurang stabil.Pasien yang mengalami cedera atau
10
menderita penyakit kritis, seringkali mengalami kesulitan mengontrol
lingkungan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang
tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis
dan gangguan kepribadian
8) Etnik dan nilai budaya
Beberapa kebudayaan uakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu
yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang
tertutup. Sosialisasi nudaya menentukan perilaku psikologis
seseorang.Dengan demikian, hal ini dapat memngaruhi pengeluaran
fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi nyeri.Latar belakang
etnik dan budaya merupakan factor yang memengaruhi reaksi terhadap
nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu
cenderung ekspresif dalam mengunngkapkan nyeri, sedangkan indiviidu
dari budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak
ingin merepotkan orang lain (Mubarak et al., 2015)
11
kebersihan normal serta dapat mengganggu aktivitas social dan hubungan
social.
7. Penilaian Nyeri
12
akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu,
pasien
disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya.Metode ini
digunakan
untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan
gangguan kognitif
(Mubarak et al., 2015).
13
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi Klien
1) Data Subyektif : pasien mengatakan nyeri dibagian telapak tangan
sebelah kanan akibat ketusuk paku pada pagi hariini.
2) Data Obyektif : klien tampak meringis kesakitan sambil memegang
pergelangan tangan kanan nya.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk paku.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan
integritas kulit.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau
ketidaknyamanana pada telapak tangan sebelah kanan.
C. Tujuan
1) Agar luka pada bagian kulit cepat membaik.
2) Agar tidak terjadi infeksi pada luka.
3) Agar rasa nyeri berkurang dan tingkt kenyamanan pasien membaik.
D. Intervensi
1) Membersihkan luka
2) Memberikan injeksi (obat tetanus di area luka)
3) Memasangkan perban diarea luka
14
4) Menganjurkan untuk rajin membersihkan luka dengan cara mengganti
balutan luka, dan tidak disentuh bagian luka dengan tangan yang kotor.
5) Menganjurkan untuk tetap menggerakkan telapak tangan sebelah
kanan agar otot-otot tidak kaku dan normal kembali.
STRATEGI KOMUNIKASI
A. Fase orientasi
1) Salam Teraupetik
“assalamualaikum bu, selamat pagi”
2) Perkenalan
“perkenalkan bu, nama saya Novelya Marcellina, dari s1 keperawatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu, saya senang dipanggil Novel,
dan ini pendamping saya kak Neni bu. Saya dan Kak Neni yang
bertugas pada pagi hariini di ruang UGD ini dari jam 08:00 sampai jam
12:00 siang. Kalau saya boleh tahu, nama ibu siapa dan senangnya
dipanggil apa ya bu?”
3) Validasi / evaluasi
“bagaimana perasaan ibu hariini? Oh, nyeri dibagian telapak tangan ya
bu.”
4) Kontrak
”jadi bu, saya akan membersihkan luka ibu dan Kak Neni akan
memberikan obat tetanus melalui suntikan ya bu. Apakah ibu bersedia?
Saya hanya minta waktunya kurang lebih 10 menit ya bu, tempatnya
diruangan ini saja”
5) Tujuan Interaksi
“sebelum memberikan obat, saya membersihkan luka ibu, agar luka
ibu bersih, tidak ada kotoran lagi, jadi lukanya cepat membaik dan
tidak semakin parah ya bu, tujuan saya memberikan obat tetanus
melalui suntikan ini agar tidak terjadi tetanus pada luka ibu, karena
paku yang menusuk pada tangan ibu berkarat, dan akan dipasangkan
perban agar lukanya tidak kotor.”
15
B. Fase Kerja
“kalau begitu kita mulai sekarang ya bu. Bu, rasa nyerinya dari skala 1-10
berapa bu? Jadi skala nyeri itu, agar kami tahu bu, seberapa nyeri nya,
semakin angkanya besar, rasa nyerinya semakin kuat bu. Oh nyeri nya di
skala 6 bu. Agar rasa sakitnya tidak terlalu terasa dan jika ibu tidak
keberatan, ibu boleh sambil cerita bagaimana kejadiannya bu. Saya akan
lakukan ini dengan hati-hati bu. Saya bersihkan lukanya ya bu, jika terasa
sakit, ibu bisa tarik nafas perlahan, jangan ditarik tangannya ya bu. Oh jadi
begitu bu ceritanya, karena lantainya licin jadi ibu terpeleset dan telapak
tangannya langsung menusuk ke arah paku karena tidak terlihat juga ya
bu. Membersihkan lukanya sudah selesai bu. Sekarang Kak Neni akan
memberikan obat melalui suntikan ini ya bu, seperti tadi ya bu, jika terasa
sakit, tangan nya jangan ditarik, tetapi tarik nafas secara perlahan ya bu,
atau jika ibu takut melihat jarumnya, ibu bisa menutup mata ibu atau
memalingkan muka bu. Bismillah ya bu. Alhamdulillah sudah selesai bu,
agak terasa sakit ya bu, waktu disuntik hehe. Sekarang kita pasangkan
perban ya bu, untuk menutup luka nya, agar tidak kemasukan kotoran.
Saya menganjurkan untuk tetap menggerakan telapak tangannya ya bu,
secara perlahan agar otot-otot pada tangan ibu tidak kaku, seperti
menggenggam pelan-pelan, jangan memegang sesuatu yang terlalu berat
ditelapak tangan yang luka ini ya bu, lukanya jangan kotor ya bu, harus
rajin dibersihkan dan diganti perban nya. Luka ini tidak akan lama dan
tidak akan semakin parah, jika ibu mengikuti anjuran dari saya. Apakah
ibu sudah paham, dan ada yang ingin ditanyakan bu? Oh tidak ada yang
ingin ditanyakan ya bu. Kalau begitu, semoga anjuran saya tadi, bisa
diterapkan ya bu.”
16
C. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“apakah ibu bisa mengulangi anjuran saya tadi?”
2) Evaluasi Obyektif
Pasien diajarkan menggenggam tangannya agar otot-otot tangannya
tidak kaku. Pasien dianjurkan untuk rajin membersihkan lukanya dan
mengganti perbannya.
3) Rencana Tindak Lanjut / PR bagi Klien
“saya harap ibu dapat menerapkan anjuran saya tadi, agar lukanya
cepat sembuh ya bu.”
4) Kontrak Yang Akan Datang
“kalau lukanya mengeluarkan cairan seperti darah atau nanah, ibu bisa
datang lagi ke puskesmas pagelaran ini ya bu, untuk kami periksa
kembali. Nanti kalau lukanya sudah kering, jangan dikelopekin ya bu
lukanya, biarkan mengelupas sendiri. Cepet sehat ya bu. Iya bu, sama-
sama. Selamat pagi kembali bu”
17
BAB IV
HAMBATAN
3. Lemahnya informasi.
dikerjakan
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
B. Saran
Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan pembaca dapat memahami betul tentang
nyeri pada pasien
20
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi . Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Aesculapius Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5 th ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen.
Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien.
Yogyakarta : Penerbit MocoMedia.
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Azizah, Lilik, Makrifatul. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori
Dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
21