SISTEM INTERGUMENT I
Disusun oleh :
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Sistem Integument, Asuhan Keperawatan pada Pruritus”.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar – besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI ............................................................................................................... 3
2.1 Pengertian .................................................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi.................................................................................................................... 3
2.3 Etiologi ........................................................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi ................................................................................................................ 7
2.5 Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 8
2.6 Pemeriksaan penunjang ............................................................................................... 9
2.7 Penatalaksanaan .......................................................................................................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRURITUS .............................................. 12
3.1 Pengkajian ................................................................................................................. 12
3.2 Analisa Data .............................................................................................................. 15
3.3 Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 18
3.4 Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 19
3.5 Implementasi Keperawatan ....................................................................................... 25
3.6 Evaluasi Keperawatan ............................................................................................... 28
BAB IV .................................................................................................................................... 30
PENUTUP ............................................................................................................................... 30
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 30
4.2 Saran .......................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pruritus selain memberikan sensasi yang tidak menyenangkan juga
memberikan efek lain seperti gangguan pola tidur, gangguan dalam
berkonsentrasi, gangguan fungsi seksual dan depresi. Efek yang lebih berat
dari pruritus adalah efek psikis yang ditimbulkannya.
Pruritus yang merupakan manifestasi umum dari kelainan dermatologis
dengan preavalensi kejadian yang masih tinggi serta efek yang ditimbulkannya
membuat penulis tertarik untuk membuat referat yang berkaitan dengan
pruritus yang mengupas segala aspek tentang pruritus baik dari penyebab,
mekanisme terjadinya pruritus, manifestasi serta penatalaksanaan pruritus.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang kelainan dermatologis yaitu pruritus
dan segala macam aspek yang menyertainya
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi atau penyebab pruritus
baik yang berasal dari kelainan dermatologis ataupun yang disebabkan
karena penyakit sistemik lainnya.
2) Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme terjadinya pruritus, gejala
serta pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
3) Mahasiwa mampu memberikan penatalaksanaan yang berkaitan dengan
pruritus.
4) Mahasiwa mengetahui kelainan dermatologis serta penyakit-penyakit
sistemik lain yang berhubungan dengan pruritus.
1.3 Manfaat
a. Dapat mengetahui tentang pruritus dan hal-hal yang berkaitan dengan
pruritus
b. Dapat menegakkan diagnosis yang berkaitan dengan pruritus
c. Dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat pada kejadian pruritus.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Pruritus berasal dari kata prurire/gatal/rasa gatal/ atau berbagai macam
keadaan yang ditandai oleh rasa gatal (Kamus Kedokteran Dorland. 1996).
Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya
dengan garukan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer
maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor
sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut
pruritus esensial (pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007).
Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak
menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan
lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri
ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai kelainan
kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:
a. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau
alat dalam dan dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa bersifat
psikogenik yang disebabkan oleh kompenen psikogenik yang
memberikan stimulasi pada itch centre.
b. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit
sistemik, pada pruritus sistemik toksin-toksin metabolik mungkin
tertimbun di cairan interstisium dibawah kulit. (Djuanda A., 2007)
3
Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4 kategori,
yaitu:
a. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi
akibat adanya pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi,
serta terjadi kerusakan kulit.
b. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras
aferen penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan
serebrovaskuler.
c. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa
disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung
empedu yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid yang akan
memicu timbulnya pruritus.
d. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat
aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan
terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal.
(Twycross R et al, 2003)
2.3 Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen yaitu :
a. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda
asing), dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan,
balsem, sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau,
skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang
membuat kulit lembab atau kering.
b. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan
ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme),
dan stress psikologis yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas
respon imun. Seringkali kausa secara klinis belum diketahui.
(Moscella, 1986)
4
a. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Penyebabnya beragam, diantaranya:
1) Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
2) Punggung : Notalgia paraesthetica
3) Lengan : Brachioradial pruritus
4) Tangan : Dermatitis tangan, dll.
b. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
1) Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
2) Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau
ekstrahepatika.
3) Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus,
hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
4) Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia),
polycythaemia, leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
c. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam.
Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, kulit
kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic,
folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
d. Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun
dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah
allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus,
serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik; contoh:
opioid, aspirin).
e. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya
gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen
dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama
terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau
badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai
dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang
5
setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah
penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus
disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain
itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya
50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan
kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid
nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain
gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada
sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia
adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia
berespon baik terhadap pengobatan emollient. (Djuanda, 2007)
6
2.4 Patofisiologi
PRURITUS
Resiko infeksi
Defisiensi Pengetahuan Garukan
Inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf Inflamasi berlangsung lama
7
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus adalah
a. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
8
2.6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus
walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik
tertentu. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kemungkinan
pruritus karena penyakit penyerta sistemik antara lain :
a. Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami alergi
yang menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan mengalami
peningkatan jumlah eosinofil yang kadar normalnya 1-3% dari leukosit.
b. BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang dirasakan
kliena adalah gangguan ginjal yang meyebabakan meningkatnya kadar
urea yang membuat kulit menjadi gatal.
c. Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui jika
terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat rasa gatal.
2.7 Penatalaksanaan
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien
sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara
panas. Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan
menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan
reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu
sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan,
terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan
perasaan lega pada penderita, yaitu:
a. Penatalaksanaan secara medis :
9
1) Pengobatan topical:
a) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit
yang kering dan memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya
karena mengandung phenols.
b) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan
sensasi dingin.
c) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
d) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang
pendek. Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik
cenderung tidak menimbulkan efek antipruritus dan jika efek
antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan penekanan efek
inflamasi.
e) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat
mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
2) Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa
gatal cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu:
a) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator
kinin atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal
pada beberapa pasien.
b) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan
antipruritus yang efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat
membantu rasa gatal yang lebih parah.
c) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik,
kecuali pada pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi
histamin. Contohnya adalah urtikaria. Antihistamin yang tidak
mengandung penenang memiliki antipruritus. Antihistamin
penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut
d) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan
beberapa jenis pruritus kronik.
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis H1,
agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2.
Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk
10
gatalneuropati), talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake
serotonin, dan opioid miu antagonis atau agonis kappa (Burton G, 2006)
11
BAB III
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama :
Gatal di seluruh tubuh.
b) Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini
2) Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami
b) Riwayat alergi
c. Riwayat Penyakit Keluarga
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien
a) Tingkat kesadaran
Secara umum pasien dengan pruritus dalam kondisi sadar
(composmentis)
b) Berat badan
Biasanya klien dengan penyakit pruritus tidak mengalami
gangguan pada berat badannya mengalami peningkatan atau
penurunan berat badan.
c) Tinggi badan
Biasanya klien dengan pruritus ini tidak menyebabkan
seseorang mengalami gangguan pertumbuhan pada tinggi badan
d) Temperatur
Biasanya klien dengan ketosis tidak mengalami perubahan
peningkatan pada suhu. (36 derjat C- 37 derjat C).
e) Nadi
12
Biasanya nadi klien tidak mengalami perubahan (60-
100x/menit).
f) Tekanan darah
Biasanya tekanan darah klien tidak mengalami peningkatan atau
penurunan ( 110-140mmHg).
g) Pernapasan
Pada klien dengan pruritus biasanya tidak mengalami
perubahan frekuensi nafas ( 16-24x/menit) (Kushariyadi,2011).
2) Kepala
a) Rambut
Biasanya tidak ada terjadi kerotokan atau gangguan lain pada
pertumbuhan rambut.
b) Wajah
Wajah anak terlihat simetris, warnanya akan berubah atau tubuh
bentol merah yang karena pruritus.
c) Mata
Mata anak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat sclera, tidak
konjungtiva maupun palpabrae edema
d) Hidung
Biasanya keadaa hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
pembenggakan pada hidung, septum nasi biasanya normal,
lubung hidung biasanya tidak ada secret, serta tidak ada cupping
hidung.
e) Bibir
Biasanya mukosa bibir terlihat dalam keadaan baik yaitu
lembab
f) Gigi
Klien yang mengalami ketosis biasanya tidak mengalami
gangguan pada gigi dimana gigi terlihat putih tidak mengalmi
kerusakan .
g) Lidah
Biasanya lidah klien tidak mengalami gangguan dimana warna
lidah klien merah muda tidak terdapat lesi dan simetris
h) Telinga
13
Biasanya simetris kanan dan kiri dan mungkin tidak terjadi
penurunan pendengaran.
3) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer getah
bening serta deviasi trakea, pergerakan leher tidak terganggu, tidak
ada perlukaan pada leher klien dan JVP normal 5-2 cm air
(Kushariyadi,2011).
4) Thorak
a) Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris kiri dan kanan,
bentuknya normal, frekuensi nafas normal sedikit meningkat
(16-24kali/menit), irama pernapasan biasanya kurang, tidak
adanya perlukaan, ictus cordis tidak terlihat dan tida ada terlihat
pembengkakan.
b) Palpasi : Biasanya gerakan antara paru-paru kiri dan kanan
sama, tidak ada nyeri tekan dan edema.
c) Perkusi : Biasanya suara nafas terdengar normal yaitu sonor.
d) Auskultasi : Biasanya suara nafas terdengar normal.
5) Jantung
a) Inspeksi : biasanya ictus kordis tidak terlihat
b) Palpasi : biasanya ictus kordis teraba
c) Perkusi : biasanya batas jantung dalam batas normal, yaitu :
Kanan atas SIC II line para sternalis dextra
Kanan bawah SIC IV line para dextralis dextra
Kiri atas SIC II line para sternalis sinistra
Kiri bawah SIC IV medioklavikula sinistra.
d) Auskultasi: biasanya irama jantung terdengar normal.
6) Abdomen
a) Inspeksi : biasanya tidak terjadi masalah abdomen klien simetris
kiri dan kanan,
b) Auskultasi : biasanya tidak ada gangguan bunyi bising usus
normal 5-35x/menit
c) Palpasi : tidak ada pembesaran hepar atau kelenjar limfa
d) Perkusi : apabila diperkusi tidak terjadi perubahan bunyi tetap
pada bunyi normal yaitu timpani.
14
7) Ekstremitas
Biasanya klien dengan pruritus tidak memiliki gangguan pada
ekstremitas
8) Genitourinaria
Tidak ada gangguan perkemihan pada klien dengan pruritus
9) System integument
Terjadi kemerahan atau bentol dan jenis lain yang mungkin menjadi
penyebab gatal pada kulit.
10) Neurosensori
a) Status mental terorientasi
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Hitung darah lengkap (CBC)
2) BUN dan kreatinin serum
3) Biopsi kulit
1. DS: Pruritus
- Klien mengeluh gatal
dan intensitas gatal
bertambah di malam Scratch reflexes (reflex garuk)
selalu menggaruk
bagian yang gatal.
Garukan
15
- Pada bagian sekitar Menimbulkan ruam dan lesi
lutut, ditemukan
adanya eksoriasi
(goresan). Kerusakan Integritas Kulit
2. DS : - Pruritus
DO :
- Klien terlihat
meringis kesakitan Scratch reflexes (reflex garuk)
ruam kemerahan
- Klien terlihat Nyeri Akut
Garukan
melindungi area
nyeri
Nyeri akut
3. DS: Pruritus
- Klien mengatakan malu
akibat adanya bekas
lesi karena garukan, Scratch reflexes (reflex garuk)
DO:
Garukan
- Klien tampak menutupi
bagian yang gatal-gatal Gangguan Citra Tubuh
16
dengan mengenakan Inflamasi sel dan pelepasan
celana panjang dan histamine oleh ujung saraf
baju berlengan panjang.
DO: -
5. DS: - Pruritus
DO:
- seluruh tubuh
berwarna Scratch reflexes (reflex garuk)
Resiko Infeksi
Garukan
17
Inflamasi sel dan pelepasan
histamine oleh ujung saraf
Resiko infeksi
18
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan keperawatan Skin Surveillance Skin Surveillance
b.d ruam, lesi selama 1x24 jam diharapkan 1. Inspeksi kulit, lihat adanya 1. Dari cara menginfeksi
kerusakan integrasi kulit pasien kemerahan, lesi, erosi. kulit dapat mengetahui
berkurang. penanganan selanjutnya
yang akan diberikan
KH :
kepada pasien.
- Lesi teratasi
- Ruam kemerahan berkurang 2. Pantau kemungkinan terjadinya 2. Memantau terjadinya
infeksi, terutama pada area yang infeksi untuk mencegah
terjadi kerusakan lapisan kulit tanda-tanda awal
(lesi). terjadinya infeksi.
19
menggunakan ujung – ujung
jari dan telapak tangan (bukan
kuku)
2. Nyeri akut b/d ruam, lesi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Agar dapat mengetahui
keperawatan 1x24 jam nyeri komprehensif termasuk lokasi, karakteristik dan
20
berkurang karakteristik, durasi, frekuensi, lamanya saat pasien
kualitas merasa nyeri
KH:
dan faktor presipitasi
- Klien mampu menilai
lamanya nyeri 2. Kaji kultur yang mempengaruhi 2. Untuk mengetahui hal
- Klien mampu menilai respon nyeri yang memperberat dan
penyebab nyeri memperingan nyeri
- Klien mampu mengurangi yang di alami
rasa nyeri dengan teknik
non farmakologi 3. Pilih dan lakukan penanganan 3. Untuk menghilangkan
nyeri (farmakologi, non rasa nyeri
farmakologi dan inter personal)
21
KH : pasien, kesan orang
terhadap dirinya
- Pasien dapat menyesuaikan
berpengaruh terhadap
diri dari perubahan kondisi (
konsep diri.
perubahan ) tubuh
22
beradaptasi dengan kondisinya keinginan klien untuk
saat ini (misalnya dengan beradaptasi sehingga
membebaskan klien untuk dapat memulihkan
memilih pakaian untuk menutupi situasi.
kulitnya yang ruam akan tetapi
tetap motivasi klien agar tidak
merasa malu dan harga diri
rendah karena pruritus).
4. Defisiensi pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Teaching: Disease Process Teaching: Disease Process
kurang pajanan informasi keperawatan selama 1x24jam 1. Kaji pemahaman klien mengenai 1. Dapat mengetahui
dan keterbatasan kognitif diharapkan dapat meningkatkan gangguan yang dialami. tingkat pemahaman dan
(lulusan SD) pemahaman mengenai gangguan dapat memberikan
yang dialami penjelasan mengenai
gangguan yang dialami
KH :
oleh pasien
- Pasien akan paham dengan
gangguan yang di alami 2. Jelaskan pada pasien mengenai 2. Pemaparan mengenai
- Pasien paham mengenai gangguan pruritus secara spesifik peruritus akan
cara untuk menangani dan (etiologi dalam hal ini yakni menambah wawasan
mencegahan gangguan yang karena sabun yang digunakannya, pasien sehingga dalam
timbul tanda dan gejala, patofisiologi) penatalaksanaannya
23
beserta penatalaksanaanya pasien menjadi lebih
(seperti penggunaan terapi paham.
antiprurius dan antihistamin)
24
4. Kolaborasi dengan dokter dalam 4. Dapat mencegah dan
pemberian antibiotik mengobati infeksi
1. 09-10-2018 Kerusakan integritas kulit b.d ruam, lesi 1. Mengajarkan klien untuk tidak menggaruk
terlalu keras atau menggaruk dengan
menggunakan ujung jari dan telapak kanan
2. Melakukan tindakan delegatif dengan
memberikan obat topical anti inflamasi pada
area kulit yang terjangkit, bila dianjurkan
3. Melakukan pamantauan pada kulit secara
berkala
2. 09-10-2018 Nyeri akut b/d ruam, lesi 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon
25
nyeri
3. Memilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
4. Mengkolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
3. 09-10-2018 Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan 1. Mengkaji adanya gangguan citra tubuh
mekanisme klinis adanya pruritus) (menghindari kontak mata, ucapan
merendahkan diri sendiri)
2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan mengenai gangguan
citra tubuh yang di alami
3. Membantu klien dalam mengembangkan
kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
4. Membantu dan motivasi klien untuk
beradaptasi dengan kondisinya saat ini
(misalnya dengan membebaskan klien untuk
memilih pakaian untuk menutupi kulitnya yang
ruam akan tetapi tetap motivasi klien agar tidak
merasa malu dan harga diri rendah karena
26
pruritus).
4. 09-10-2018 Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan
1. Mengkaji pemahaman klien mengenai
informasi dan keterbatasan kognitif
gangguan yang dialami
2. Menjelaskan pada pasien mengenai gangguan
pruritus secara spesifik (etiologi dalam hal ini
yakni karena sabun yang digunakannya, tanda
dan gejala, patofisiologi) beserta
penatalaksanaanya (seperti penggunaan terapi
antiprurius dan antihistamin)
3. Mendiskusikan dengan pasien mengenai
pencegahan terhadap pruritus ataupun
komplikasinya seperti dengan menjaga
kebersihan diri dan mengikuti dengan baik
penatalaksanan yang diberikan.
5. 09-10-2018 Resiko infeksi b/d adanya lesi 1. Mengkaji tanda dan gejala infeksi
2. Melakukan teknik isolasi pada daerah resiko
infeksi
3. Mengajarkan pasien untuk menjaga hygine
pribadi
4. Mengkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik
27
3.6 Evaluasi Keperawatan
NO DIAGNOSA EVALUASI
1. Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (bahan atau komposisi S : keluarga pasien mengatakan merah-merah pada kulit
sabun) pasien berkurang
P : intervensi dilanjutkan
2. Nyeri akut b/d agen cidera seperti lesi dan erosi S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : nyeri berkurang
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- Kaji skala nyeri
3. Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis S : - klien mengatakan sudah menerima akan kondisinya dan
adanya pruritus) bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya
28
O : klien tampak tidak menutupi area gatalnya
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan S : - Pasien mengatakan paham mengenai cara untuk
keterbatasan kognitif menangani dan mencegahan gangguan yang timbul
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
5. Resiko infeksi b/d adanya lesi S : - Klien mengatakan lesi sudah hilang
O : berkurangnya kemerahan
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal,
serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus dapat disebabkan
oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat
diklasifikasikan menjadi lima golongan: Pruritus local, Gangguan sistemik,
Gangguan pada kulit, Pajanan terhadap factor tertentu, Hormonal. Adapun
penyebab lain oleh faktor eksogen dan endogen.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun akan mengajukan
beberapa saran yang kiranya dapat di terima dan menjadi perhatian kita
bersama guna meningkatkan mutu pelayanan:
a. Perawat diharapkan memberikan penjelasan yang tepat mengenai penyakit
pruritus.
b. Perawat diharapkan terus belajar dari setiap respon klien agar mempunyai
pengalaman dalam mengidentifikasi asalah setiap individu
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne
C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin:
Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Long, Barbara, C,. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan
Keperawatan Padjajaran: Bandung
31