KISTA EPIDERMOID
Disusun Oleh :
Kelompok 3
UNIVERSITAS BSI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kista Epidermoid.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca di
bidang kesehatan kulit. Di samping itu, makalah ini diajukan untuk guna
memenuhi tugas mata kuliah Integument System in Nursing.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus
sadar akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk
menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus membina ilmu dalam kehidupan
guna keluar dari kebodohan imannya dan menuju peningkatannilai dan dan
kecerdasan takwa dirinyakepada sang maha pencipta.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit adalah organ terbesar dan organ terbesar dan yang paling kompleks
dari tubuh. Meskipun kulit pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung untuk
berinteraksi dengan lingkungan. Kulit juga melindungi terhadap agen paling
berbahaya seperti bahan kimia, radiasi matahari, agen infeksi, dan deformitas
fisik.
Kemampuan untuk secara efisien mempertahankan atau menyebarkan
panas membuat organ-organ utama yang bertanggung jawab untuk termoregulasi
kulit. Untuk menjalankan semua fungsinya, kulit memiliki struktur-struktur saraf
yang sangat khusus. Telapak tagan dan telapak kaki sangat tebal untuk menopang
berat badan. Jari-jari memiliki densitas tertinggi terhadap persarafan sensori dan
memungkinkan melakukan kerja yang rumit.
Penyakit tumor kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlah
terutama di Amerika, Australia, dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian,
orang kulit putih yang lebih banyak menderita kankerkulit. Hal tersebut
diprediksikan sebagai akibat seringnya terkena cahaya matahari. Di Indonesia
penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut,
namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan
kecacatan juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.
Benjolan pada atau di dalam kulit sangat umum ditentukan dan masalah
yang berkaitan denganhal ini meningkat akibat semakin meningkatnya usia
sebagian besar tumor kulit adalah jinak, sering hanya merupakan gangguan
kosmetik. Namun demikian, penting untuk menentukan dengan cepat dan efektif
apakah suatu tumor bukan merupakan tumor ganas atau memiliki potensi untuk
menjadi ganas, karena keputusan tentang apa yang harus dilakukan terhadap suatu
lesi hanya dapat dibuat sesudah diagnosis tingkat awal ditentukan. Kulit
merupakan sistem organ yang kompleks, dimana tumor jinak maupun ganas bisa
timbulpada tiap bagian (Robin Graham-Brown, 2005).
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
2.1.Definisi
Epidermoid Cysts adalah kista yang sering muncul dari jaringan kutaneus
yang dapat muncul dimanapun pada tubuh. Kista epidermoid merupakan hasil
implantasi dari komponen sel epidermal dari sel kulit. Kebanyakan dari kista
epidrmoid berasal dari folikuler infundibulum. Kista epidermoid merupakan lesi
benigna atau non kanker berupa tonjolan dibalik lapisan mukosa. Kista
epidermoid paling sering muncul pada wajah, kulit kepala, leher dan dapat pula
muncul pada rongga mulut.
a. Neurofibromatosis
Adalah gangguan genetik yang mengganggu pertumbuhan sel pada
sistem saraf pusat. Tumor ini dapat menyebabkan munculnya tumor
pada jaringan saraf. Tumor ini dapat muncul di otak, tulang belakang,
saraf yang besar maupun kecil,biasanya terjadi pada anak-anak.
b. Kista
Suatu rongga patologis yang dilapisi oleh epitel. Kista terjadi akibat
pembentukan cairan antara lapisan sisa-sisa epitel luar dan dalam atau
antara lapisan organ.
c. Keratosis
Papula atau plak yang berbatas tegas,kasar, berpigmen dan mengenai
wajah dan dada. Mereka timbul pada orang-orang setengah baya atau
yang berusia lebih tua.
d. Veruka (kutil)
Suatu tumor jinak yang biasa disebut sebagai kutil atau mata ikan yang
disebabkan oleh infeksi HPV yang membuat lapisan kulit menjadi
menebal. Gejala yang timbul umumnya ada peninggian permukaan
kulit berbentuk bulat atau oval yang kasar,berwarna lebih terang atau
bahkan lebih gelap dibanding daerah sekitarnya. Pada umumnya
penderita tidak merasakan nyeri, karena veruka tidak berbahaya dan
dapat embuh sendiri dalam hitungan bulan atau tahun
e. Angioma
Malformasi unsur dari cabang-cabang vaskular. Bila ditekan objek
diatas angioma,akan memucat. Hal ini yang membedakan angioma dan
ptekie.
f. Nevus
Sel melanoblas yang pada keadaan normal berada pada lapisan basal
epidermis. Sel dapat dan tidak mengandung pigmen melanin.
Pembentukan pigmen melanin yang berlebihan akan difagosit oleh sel
makrofag yang dinamakan melanofor yang terletak di dermis bagian
atas.
g. Keloid
Jaringan parut yang luas karena hiperaktif proses penyembuhan.
Penimbunan kolagen maupun lisis kolagen meningkat. Keloid sangat
sering terjadi pada ras kulit gelap dan sering ada riwayat keloid.
Hipertropi jaringan parut dapat dikurangi dengan melepas tegangan
bila jaringan parut melewati lipatan fleksi. Suntikan kortison juga
membantu untuk mengecilkan keloid.
2.2.Etiologi
a) Pada rongga mulut biasanya akibat dari terperangkapnya jaringan ektodermal
dari lengkungan branchial pertama dan kedua, yang terjadi pada minggu
ketiga dan keempat dalam rahim, biasanya terjadi pada rongga sublingual,
submaxilary, dan submandibular.
b) Kista epidermoid merupakan hasildari poliferasi sel-sel epidermis dalam
ruang dibatasi dari dermis. Analisis pola lipid menunjukkan kemiripan
dengan epidermis. Selain itu, kista epidermoid mengungkapkan cytokeratins
1 dan 10 yang merupakan konsituen dari lapisan suprabasilar epidermis.
Sumber epidermis ini hamir selalu infundibulum dari folikel rambut yang
dibuktikandengan pengamatan bahwa lapisan 2 struktur identik.
c) Human papiloma virus (HPV) dan pancaran sinar UV juga berperan dalam
pembentukan beberapa kista epidermoid, terutama kista verrucous dengan
hipergranular kasar.
d) Kista epidermal dapat diakibatkan sekuestrasi dari sisa epidermal selama
kehidupan embrionik, oklusi dari unit polisebaseus, atau trauma implantasi
bedah dengan elemen epitel.
2.4.Manifestasi Klinis
a) Kista epidermoid sering ditemukan pada daerah yang banyak kelenjar
sebaseanya, seperti pada wajah, kulit kepala, leher, dada, dan punggung.
b) Lesi berupa nodul berbentuk kubah dengan diameter bervariasi,
permukaannya licin, mudah digerakkan dari dasarnya tetapi biasanya melekat
pada kulit diatasnya.
c) Dapat tunggal atau multipel konsistensinya keras, dan hilang pada penekanan.
d) Kulit diatasnya tampak normal, berwarna pucat atau kekuningan,
pertumbuhannya lambat, dan asimptomatik, isi kistaberupa massa seperti keju
dan berbau.
e) Dinding kista tersusun dari epidermis dengan struktur yang sama dengan
epidermis pada permukaan kulit dengan stratum granulosum yang jelas.
Lumen kista berisi bahan keratin yang tersusun berlapis-lapis.
f) Kista pada rongga mulut, biasanya klien mengeluhkan kesulitan bicara dan
fungsional.
g) Pada pemeriksaan ekstraoral, pada leher muncul pendek dan tebal
memberikan penampilan dagu ganda. Tidak ada limfadenopati servikal.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan pembengkakan submental,
submandibular, dan daerah sublingual, tanpa rasa sakit, dan menggusur
lidahnya keatas.
h) Bentuknya teratur meliputi bulat,oval, polipoid
i) Berbatas tegas
j) Tidak ada infiltrasi atau melekat dengan organ atau jaringan sekitarnya
k) Tumbuh terbatas lokal saja,tidak menyebar
l) Vaskularisasi normal
2.5.Pemeriksaan Diagnostik
a) Ultrasonografi, ditemukan daerah kistik dengan bahan echogenic dan gema
internal, tidak ada bukti aliran dalam area kistik pada doppler warna.
b) MRI, menunjukkan massa kistik dienkapsulasi tanpa klasifikasi.
c) Makroskopik, lesi muncul dikemas dan berisi baan kunin keratin seperti keju.
d) Histopatologi, menunjukkan bahwa itu adalah kista epidermal dilapisi oleh
epitel skuamosa berlapis dengan lumen yang mengandung keratin.
e) Biopsi. Untuk memastikan diagnosis tumor, eksisi untuk kista kecil dan insisi
untuk ukuran yang besar.
2.6.Penatalaksanaan
Pada umumnya kista epidrmoid tidak memerlukan pengobatan apapun,
bila menimbulkan gangguan dapat dieksisi atau diseksi seluruh dinding tertinggal,
kista dapat kambuh. Destruksi kista dengan kuret, cairan kimiawi, atau
elektrodesikasi memberikan hasil kurang memuaskan.
2.7.Asuhan Keperawatan
2.7.1. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
2. Pemeriksaan fisik
b. Inspeksi: warna, tonjolan, ulkus, dasar dan pinggir ulkus, ada infeksi
sekunder/tidak, ada rambut.
3. Pemeriksaan penunjang