Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KISTA EPIDERMOID

Integument System in Nursing

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Ekanti Pratiwi 88150015 Yusiartha Fernanda SP 88150036

Novia Suci W 88150018 Santi Dwiyana Silviani 88150043

Ismalloh Hanif 88150031 Panji Agung Nugraha 88150044

Mia Amelia 88150032 Saparingga Dasti Putri 88150047

Diana Friraz P 88150034 Hera Wahyuni 88150049

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BSI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kista Epidermoid.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca di
bidang kesehatan kulit. Di samping itu, makalah ini diajukan untuk guna
memenuhi tugas mata kuliah Integument System in Nursing.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus
sadar akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk
menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus membina ilmu dalam kehidupan
guna keluar dari kebodohan imannya dan menuju peningkatannilai dan dan
kecerdasan takwa dirinyakepada sang maha pencipta.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini.


Dengan kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran. Semoga makalah ini
menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian dirinya.
Aamiin.

Bandung, 27 November 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit adalah organ terbesar dan organ terbesar dan yang paling kompleks
dari tubuh. Meskipun kulit pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung untuk
berinteraksi dengan lingkungan. Kulit juga melindungi terhadap agen paling
berbahaya seperti bahan kimia, radiasi matahari, agen infeksi, dan deformitas
fisik.
Kemampuan untuk secara efisien mempertahankan atau menyebarkan
panas membuat organ-organ utama yang bertanggung jawab untuk termoregulasi
kulit. Untuk menjalankan semua fungsinya, kulit memiliki struktur-struktur saraf
yang sangat khusus. Telapak tagan dan telapak kaki sangat tebal untuk menopang
berat badan. Jari-jari memiliki densitas tertinggi terhadap persarafan sensori dan
memungkinkan melakukan kerja yang rumit.
Penyakit tumor kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlah
terutama di Amerika, Australia, dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian,
orang kulit putih yang lebih banyak menderita kankerkulit. Hal tersebut
diprediksikan sebagai akibat seringnya terkena cahaya matahari. Di Indonesia
penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut,
namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan
kecacatan juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.
Benjolan pada atau di dalam kulit sangat umum ditentukan dan masalah
yang berkaitan denganhal ini meningkat akibat semakin meningkatnya usia
sebagian besar tumor kulit adalah jinak, sering hanya merupakan gangguan
kosmetik. Namun demikian, penting untuk menentukan dengan cepat dan efektif
apakah suatu tumor bukan merupakan tumor ganas atau memiliki potensi untuk
menjadi ganas, karena keputusan tentang apa yang harus dilakukan terhadap suatu
lesi hanya dapat dibuat sesudah diagnosis tingkat awal ditentukan. Kulit
merupakan sistem organ yang kompleks, dimana tumor jinak maupun ganas bisa
timbulpada tiap bagian (Robin Graham-Brown, 2005).
1.2.Rumusan Masalah

a) Apa itu kista epidermoid ?


b) Apa saja etiologi kista epidermoid ?
c) Bagaimana patofisiologi kista epidermoid ?
d) Apa saja tanda dan gejala yang muncul pada kista epidermoid ?
e) Bagaimana cara penanganan kista epidermoid ?
f) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kista epidermoid ?

1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep


teori kista epidermoid dan asuhan keperawatannya.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui definisi kista epidermoid


b) Mengetahui etiologi kista epidermoid
c) Mengetahui patofisiologi kista epidermoid
d) Mengetahui tanda dan gejala kista epidermoid
e) Mengetahui penatalaksanaan kista epidermoid
f) Mengetahui asuhan keperawatan kista epidermoid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi

Epidermoid Cysts adalah kista yang sering muncul dari jaringan kutaneus
yang dapat muncul dimanapun pada tubuh. Kista epidermoid merupakan hasil
implantasi dari komponen sel epidermal dari sel kulit. Kebanyakan dari kista
epidrmoid berasal dari folikuler infundibulum. Kista epidermoid merupakan lesi
benigna atau non kanker berupa tonjolan dibalik lapisan mukosa. Kista
epidermoid paling sering muncul pada wajah, kulit kepala, leher dan dapat pula
muncul pada rongga mulut.

Pigmentasi kista epidermoid adalah umum pada individu kulit gelap.


Dalam studi pasien India dengan kista epidermoid 63% dari kista yang terdapat
pigmen melanin. Kista epidermoid sekitar dua kali lebih umum pada laki-laki,
pada wanita dapat terjadi pada semua usia. Namun kista dermoid lebih serin
muncul pada dekade ketiga dan keempat kehidupan, kista epidermoid kecil atau
milia yang umum pada periode neonatal.

Kebanyakan pasien dengan kistaepidermoid berada di kisaran antara 10-35


tahun. Pertumbuhan kista dapat dibatasi oleh stimulus hormonal selama masa
pubertas, menghasilkan hipersekresi lemak yang akan menyebabkan insiden lebih
besar dalam tahap dewasa muda (16-40 tahun)

Beberapa bentuk kista epidermoid yang dikenal antara lain:

a. Neurofibromatosis
Adalah gangguan genetik yang mengganggu pertumbuhan sel pada
sistem saraf pusat. Tumor ini dapat menyebabkan munculnya tumor
pada jaringan saraf. Tumor ini dapat muncul di otak, tulang belakang,
saraf yang besar maupun kecil,biasanya terjadi pada anak-anak.
b. Kista
Suatu rongga patologis yang dilapisi oleh epitel. Kista terjadi akibat
pembentukan cairan antara lapisan sisa-sisa epitel luar dan dalam atau
antara lapisan organ.

c. Keratosis
Papula atau plak yang berbatas tegas,kasar, berpigmen dan mengenai
wajah dan dada. Mereka timbul pada orang-orang setengah baya atau
yang berusia lebih tua.
d. Veruka (kutil)
Suatu tumor jinak yang biasa disebut sebagai kutil atau mata ikan yang
disebabkan oleh infeksi HPV yang membuat lapisan kulit menjadi
menebal. Gejala yang timbul umumnya ada peninggian permukaan
kulit berbentuk bulat atau oval yang kasar,berwarna lebih terang atau
bahkan lebih gelap dibanding daerah sekitarnya. Pada umumnya
penderita tidak merasakan nyeri, karena veruka tidak berbahaya dan
dapat embuh sendiri dalam hitungan bulan atau tahun

e. Angioma
Malformasi unsur dari cabang-cabang vaskular. Bila ditekan objek
diatas angioma,akan memucat. Hal ini yang membedakan angioma dan
ptekie.
f. Nevus
Sel melanoblas yang pada keadaan normal berada pada lapisan basal
epidermis. Sel dapat dan tidak mengandung pigmen melanin.
Pembentukan pigmen melanin yang berlebihan akan difagosit oleh sel
makrofag yang dinamakan melanofor yang terletak di dermis bagian
atas.
g. Keloid
Jaringan parut yang luas karena hiperaktif proses penyembuhan.
Penimbunan kolagen maupun lisis kolagen meningkat. Keloid sangat
sering terjadi pada ras kulit gelap dan sering ada riwayat keloid.
Hipertropi jaringan parut dapat dikurangi dengan melepas tegangan
bila jaringan parut melewati lipatan fleksi. Suntikan kortison juga
membantu untuk mengecilkan keloid.

2.2.Etiologi
a) Pada rongga mulut biasanya akibat dari terperangkapnya jaringan ektodermal
dari lengkungan branchial pertama dan kedua, yang terjadi pada minggu
ketiga dan keempat dalam rahim, biasanya terjadi pada rongga sublingual,
submaxilary, dan submandibular.
b) Kista epidermoid merupakan hasildari poliferasi sel-sel epidermis dalam
ruang dibatasi dari dermis. Analisis pola lipid menunjukkan kemiripan
dengan epidermis. Selain itu, kista epidermoid mengungkapkan cytokeratins
1 dan 10 yang merupakan konsituen dari lapisan suprabasilar epidermis.
Sumber epidermis ini hamir selalu infundibulum dari folikel rambut yang
dibuktikandengan pengamatan bahwa lapisan 2 struktur identik.
c) Human papiloma virus (HPV) dan pancaran sinar UV juga berperan dalam
pembentukan beberapa kista epidermoid, terutama kista verrucous dengan
hipergranular kasar.
d) Kista epidermal dapat diakibatkan sekuestrasi dari sisa epidermal selama
kehidupan embrionik, oklusi dari unit polisebaseus, atau trauma implantasi
bedah dengan elemen epitel.

Menurut Wijayakusuma (2005), kista epidermoid dapat terjadi karena:


1. Faktor eksternal
a. Sering terpapar sinar matahari
Sinar matahari terutama UV B memiliki dampak buruk bagi kulit yaitu
menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu
munculnya kelainan pada kulit
b. Terpapar sinar X-ray dan radionuklir dalam waktu lama
Radiasi yang dikeluarkan oleh sinar X maupun zat-zat radioaktif lainnya
dapat memicu terjadinya mutasi pada susunan kode genetik DNA
sehingga memungkinkan munculnya tumor kulit
c. Pemakaian bahan-bahan kimia seperti berilium, cadmium, merkuri,
plumbum, dan logam berat lainnya
Bahan-bahan tersebut termasuk bahan yang bersifat karsinogenik
sehingga jika terpapar dalam jangka lama dapat menyebabkan tumor.
2. Faktor internal
a. Imunitas rendah
Jika imunitas rendah maka sel-sel kulit tidak dapat mengidentifikasi dan
memperbaiki kerusakan DNA sehingga meningkatkan karsinogenesis
b. Genetik
Dapat terjadi pada orang dengan tipe kulit albino atau orang-orang dengan
keturunan kulit putih. Hal ini disebabkan oleh pigmen yang terdapat
dalam kulitnya tidak banyak sehingga tidak tahan terhadap radiasi sinar
UV.
2.3.Patofisiologi

2.4.Manifestasi Klinis
a) Kista epidermoid sering ditemukan pada daerah yang banyak kelenjar
sebaseanya, seperti pada wajah, kulit kepala, leher, dada, dan punggung.
b) Lesi berupa nodul berbentuk kubah dengan diameter bervariasi,
permukaannya licin, mudah digerakkan dari dasarnya tetapi biasanya melekat
pada kulit diatasnya.
c) Dapat tunggal atau multipel konsistensinya keras, dan hilang pada penekanan.
d) Kulit diatasnya tampak normal, berwarna pucat atau kekuningan,
pertumbuhannya lambat, dan asimptomatik, isi kistaberupa massa seperti keju
dan berbau.
e) Dinding kista tersusun dari epidermis dengan struktur yang sama dengan
epidermis pada permukaan kulit dengan stratum granulosum yang jelas.
Lumen kista berisi bahan keratin yang tersusun berlapis-lapis.
f) Kista pada rongga mulut, biasanya klien mengeluhkan kesulitan bicara dan
fungsional.
g) Pada pemeriksaan ekstraoral, pada leher muncul pendek dan tebal
memberikan penampilan dagu ganda. Tidak ada limfadenopati servikal.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan pembengkakan submental,
submandibular, dan daerah sublingual, tanpa rasa sakit, dan menggusur
lidahnya keatas.
h) Bentuknya teratur meliputi bulat,oval, polipoid
i) Berbatas tegas
j) Tidak ada infiltrasi atau melekat dengan organ atau jaringan sekitarnya
k) Tumbuh terbatas lokal saja,tidak menyebar
l) Vaskularisasi normal

2.5.Pemeriksaan Diagnostik
a) Ultrasonografi, ditemukan daerah kistik dengan bahan echogenic dan gema
internal, tidak ada bukti aliran dalam area kistik pada doppler warna.
b) MRI, menunjukkan massa kistik dienkapsulasi tanpa klasifikasi.
c) Makroskopik, lesi muncul dikemas dan berisi baan kunin keratin seperti keju.
d) Histopatologi, menunjukkan bahwa itu adalah kista epidermal dilapisi oleh
epitel skuamosa berlapis dengan lumen yang mengandung keratin.
e) Biopsi. Untuk memastikan diagnosis tumor, eksisi untuk kista kecil dan insisi
untuk ukuran yang besar.

2.6.Penatalaksanaan
Pada umumnya kista epidrmoid tidak memerlukan pengobatan apapun,
bila menimbulkan gangguan dapat dieksisi atau diseksi seluruh dinding tertinggal,
kista dapat kambuh. Destruksi kista dengan kuret, cairan kimiawi, atau
elektrodesikasi memberikan hasil kurang memuaskan.

Prognosis kista epidermoid baik, kista epidermoid yan tidak diobati


kadang dapat mengalami transformasi granulomatosa, dan mengalami resolusi
dengan meninggalkan parut dermal fokal yang kecil. Jika kista epidermoid
kambuh kembali yang dapat dilakukan yaitu pembedahan.

2.7.Asuhan Keperawatan
2.7.1. Pengkajian
1. Anamnesa

a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan


(dijelaskan secara rinci), dan alamat tempat tinggal

b. Keluhan utama

Luka yang tidak sembuh-sembuh / kutil yang cepat


membesar/karang yang berdarah,lokasinya dimana?

c. Riwayat kesehatan sekarang

- Sejak kapan keluhan muncul/diketahui, hingga saat ini membesar


berapa kali/mengecil/menetap

- Kutil/karang/tahi lalat ditanyakan apakah ada perubahan warna,


perdarahan spontan, gatal-gatal

- Apakah ada benjolan ditempat lain?

d. Riwayat kesehatan dahulu

- Pernah menderita penyakit sama/serupa? Tumor jinak/ganas?

- Tatalaksana: dioperasi, diradiasi atau dikemoterapi? Berapa lama?


Kapan?

e. Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat penyakit serupa / jenis lain pada keluarga? Masih hidup?
Diobati apa?

2. Pemeriksaan fisik

a. Lokasi : regionya, kanan atau kiri

b. Inspeksi: warna, tonjolan, ulkus, dasar dan pinggir ulkus, ada infeksi
sekunder/tidak, ada rambut.

c. Palpasi: diukur luasnya, diraba pengerasan diluar ulkus, infiltrasi


sudah sampai mana, hubungan dengan jaringan sekitar

d. Konsistensi : mudah berdarah/tidak, keras,dsb.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Persiapan tambahan untuk operasi dengan narcosis

b. Pemeriksaan dengan indikasi, misal foto tulang

c. Biopsi insisi/eksisi (tergantung besar kecilnya tumor)

2.7.2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS Tumor jinak Gangguan citra tubuh
- Klien mengatakan ↓
malu dengan Tumbuh ekspansif ke
kondisinya saat ini jaringan
- Perasaan negatif ↓
terhadap tubuhnya, Tumbuh menjadi nodul
putus asa ↓
Gangguan citra tubuh
DO
- Perubahan
keterlibatan sosial
(tidak mau
bersosialisasi)
- Menyembunyikan
bagian tubuh yang
sakit
DS Timbulnya veruka yang Harga diri rendah
- Klien mengatakan semakin lama
malu dengan membentuk nodul
kondisinya saat ini ↓
DO semakin banyak
- Menolak melihat, ↓
menyentuh bagian Gangguan citra tubuh
tubuh yang berubah ↓
- Persepsi negatif Nodul yang banyak
terhadap perubahan semakin membesar,
tubuh permukaan kasar
- Mengungkapkan dengan pigmentasi abu-
keputusasaan abu kecokelatan
- Mengungkapkan ↓
ketakutan Menarik diri

Harga diri rendah
2.7.3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder

2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

2.7.4. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan citra tubuh Tujuan: citra diri pasien a. Kaji perubahan dari gangguan a. Menentukan bantuan
berhubungan dengan meningkat persepsi dan hubungan dengan individual dalam menyusun
perubahan penampilan derajat ketidakmampuan rencana perawatan atau
sekunder KH: pemilihan intervensi
- Menyatakan atau b. Dukung perilaku atau usaha seperti b. Pasien dapat beradaptasi
mengkomunikasikan peningkatan minat atau partisipasi dengan perubahan dan
dengan orang terdekat dalam aktivitas pengertian tentang peran
tentang situasi dan individu di masa mendatang
perubahan yang sedang c. Monitor gangguan tidur, c. Dapat mengindikasikan
terjadi peningkatan konsentrasi, letargi terjadinya depresi yang
- Mampu menyatakan umumnya terjadi dimana
penerimaan diri keadaan ini memerlukan
terhadap situasi intervensi dan evaluasi lebih
lanjut
Harga diri rendah Tujuan: harga diri pasien a. Dorong pasien untuk a. Mendengar aktif dapat
berhubungan dengan meningkat mengungkapkan perasaan tentang menimbulkan perasaan peduli
gangguan citra tubuh perubahan fisik yang dialaminya dan menerima dari klien
KH: b. Diskusikan kemampuan dan aspek b. Mendiskusikan tingkat
- Pasien menerima positif yang dimiliki klien kemampuan klien seperti
perubahan pada menilai realitas, kontrol diri
tubuhnya atau integritas ego diperlukan
- Pasien dapat sebagai dasar asuhan
berpartisipasi dalam keperawatannya
berbagai aspek c. Hindari penilaian negatif setiap c. Reinforcement positif akan
perawatan dan dalam berinteraksi dengan klien meningkatkan harga diri klien
pengambilan keputusan d. Usahakan memberi pujian yang d. Pujian realistik mencegah
tentang perawatan realistik klien melakukan kegiatan
- Pasien yang didasarkan keinginan
mengkomunikasikan mendapatkan pujian
perasaan terhadap
perubahan citra tubuh

Anda mungkin juga menyukai