Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. ADINDA MOUDY AGASSIMEVIA (1711012)
2. AHMAT MUZAKI (1711004)
3. AURIZAL AHMAD AZIZ (1711009)
4. CAMILO BELO CABRAL (1711013)
5. DHENIS PUJI RAHAYU (1711005)

PENDIDIKAN NERS SEMESTER IV REGULER


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat
dan bimbingan-Nya berupa kesehatan. Sehingga pada kesempatan yang ini kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN PRURITUS.
Makalah ini merupakan tugas kelompok, untuk belajar dan mempelajari LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS. Penyusunan makalah ini
bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang gagal ginjal.
Dalam penyusunan makalah ini masih belum terlihat sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan bagi pembaca, kami sebagai penulis
meminta maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih atas perhatiannya dan semoga makalah ini
dapat berguna bagi pembaca.

Blitar, 19 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH .........................................................................................................1
1.3 TUJUAN ..................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN ........................................................................................................................2
2.2 KLASIFIKASI ........................................................................................................................2
2.3 ETIOLOGI ...............................................................................................................................3
2.4 MANIFESTASI KLINIS .........................................................................................................5
2.5 PATOFISIOLOGI ....................................................................................................................5
2.6 PATHWAY ..............................................................................................................................7
2.7 KOMPLIKASI .........................................................................................................................8
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG .............................................................................................8
2.8 PENATALAKSANAAN .........................................................................................................9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................ 12
3.1 KASUS SEMU...................................................................................................................... 12
3.2 PENGKAJIAN ..................................................................................................................... 12
3.2 PEMERIKSAAN FISIK ....................................................................................................... 16
3.4 DATA FOKUS..................................................................................................................... 18
3.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................................... 22
3.6 INTERVENSI (NIC & NOC, dan Evaluasi) ......................................................................... 23
3.7 EVALUASI ........................................................................................................................... 28
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 30
4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 30
4.2 SARAN ................................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal
tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan
dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).
Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk menulis makalah yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pruritus”

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud pruritus?
2. Apa yang menyebabkan pruritus?
3. Apa saja klasifikasi dari pruritus?
4. Apa saja tanda dan gejala dari pruritus?
5. Bagaimana mekanisme dari pruritus?
6. Bagaimana perjalanan penyakit dari pruritus?
7. Apa saja komplikasi dari pruritus?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari pruritus?
9. Bagaimana penatalaksanaannya mengenai pruritus?
10. Bagaimana asuhan keperawatan kepada klien dengan pruritus?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud pruritus.
2. Mengetahui apa yang menyebabkan pruritus.
3. Mengetahui klasifikasi dari pruritus.
4. Mengetahui tanda dan gejala dari pruritus.
5. Mengetahui mekanisme dari pruritus.
6. Mengetahui perjalanan penyakit dari pruritus.
7. Mengetahui saja komplikasi dari pruritus.
8. Mengetahui saja pemeriksaan penunjang dari pruritus.
9. Mengetahui penatalaksanaannya mengenai pruritus.
10. Mengetahui asuhan keperawatan kepada klien dengan pruritus.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
1. Pruritus (gatal) merupakan ketidaknyamanan utama sampai tingkat ringan atau berat
pada inflamasi kulit (Long, BC, 1996)
2. Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan (Brunner dan
Suddarth, 2002)
3. Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer maupun lesi
sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor sistemik non-lesi
kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial (pruritus sine
materi) (Djuanda A., 2007)
Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak menyenangkan di kulit yang
menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus yang hebat menyebabkan pasien
menggaruk kulit lebih dalam dan lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah
karena sensasi nyeri ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai
kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).

2.2 KLASIFIKASI
Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:
1. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau alat dalam dan
dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa bersifat psikogenik yang disebabkan
oleh kompenen psikogenik yang memberikan stimulasi pada itch centre.
2. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit sistemik, pada
pruritus sistemik toksin-toksin metabolik mungkin tertimbun di cairan interstisium
dibawah kulit.
(Djuanda A., 2007)
Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat adanya
pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta terjadi kerusakan kulit.
2. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras aferen
penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan serebrovaskuler.
2
3. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa disertai keadaan
patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu yang akan meningkatkan
kadar senyawa opioid yang akan memicu timbulnya pruritus.
4. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat aktivitas psikologis
dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan terhadap parasit (parasitofobia) dapat
menyebabkan sensasi gatal.
(Twycross R et al, 2003)

2.3 ETIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
1. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing), dermatitis
kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun mandi),
rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau
faktor lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering.
2. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal,
gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis
yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara
klinis belum diketahui.
(Moscella, 1986)
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab
pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Penyebabnya
beragam, diantaranya:
a. Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
b. Punggung : Notalgia paraesthetica
c. Lengan : Brachioradial pruritus
d. Tangan : Dermatitis tangan, dll.
2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
a. Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
b. Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c. Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme, dan myxoedema.

3
d. Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia), polycythaemia, leukimia
limfatik, dan Hodgkin's disease.
3. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa
diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, kulit kering, prurigo nodularis,
urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
4. Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat
menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan
lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu
(topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).
5. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic.
Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan
kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada
abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai
dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita
melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4
minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam
kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya
50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang
menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade
rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun
gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada
lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik
terhadap pengobatan emollient. (Djuanda, 2007)

4
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus adalah
1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk
yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari.
Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena
perhatian pasien teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada
malam hari dimana hal-hal yang bisa mengalihkan
perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang ringan
sekalipun tidak mudah diabaikan.
2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada
garukan kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi
(hasil dari aktivitas menggaruk yang dilakukan secara terus
menerusdengan plak yang menebal). Apabila garukan dilakukan
dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear
pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan
pada individu dan menganggu penampilan pasien. Dalam
beberapa kasus, gatal yang terjadi biasanya disertai dengan
nyeri dan sensasi terbakar.

2.5 PATOFISIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen. Faktor eksogen, misalnya
dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing), dermatitis kontak allergen
(makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit
(serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang
membuat kulit lembab atau kering. Faktor endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit
sistemik seperti gangguan ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan
hipotiroidisme), dan stress psikologis yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas
respon imun. Seringkali kausa secara klinis belum diketahui (Moscella, 1986).
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan rangsangan fisik dan
mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan kerusakan kulit oleh pruritogen. Penyakit
sistemik seperti gangguan ginjal akan meningkatkan ureum serum yang berkontribusi
sebagai agen pruritogenik. Gangguan metabolism seperti DM, hipertiroidisme dan
5
hipotiroidisme juga merupakan penyebab timbulnya pruritus, selain itu penyebab lainnya
seperti penyakit hepar akan menyebabkan kolestasis (sumbatan kantung empedu) yang
dapat meningkatkan sintesis senyawa opioid. Faktor lain seperti stress yang juga
berpengaruh terhadap timbulnya pruritus karena stress meningkatkan sensitivitas respon
imun, hal ini mengakibatkan sistem imun melepaskan mediator inflamasi secara
berlebihan dan menyebabkan substansi P mensensitisasi nosiseptor secara kimiawi.
Proses imunologi sebagai salah satu faktor endogen lainnya disebabkan karena terpapar
bahan allergen (pewangi, pengawet, perhiasan, pewarna rambut, balsam, karet) akan
mengakibatkan reaksi imunologi (allergen terikat dengan protein membentuk antigen
lengkap, antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, antigen yang
telah diproses dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan berploriferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori, tersebar ke
seluruh tubuh menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh, dan
apabila terpapar bahan allergen kembali maka akan menstimulasi ujung saraf bebas di
dekat junction dermoepidermis, kemudian merangsang epidermis dan percabangan
serabut saraf tipe C tak termielinasi. Selanjutya, korteks serebri mempersepsikan stimulus
gatal melalui jaras asenden yang memicu timbulnya pruritus dan adanya scratch reflexes
(reflex garuk akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi serabut saraf C hingga
dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga menjadi patofisiologi pruritus yang
disebabkan oleh faktor eksogen (lingkungan yag mengakibatkan kulit kering) serta faktor
endogen (stress psikologik, hormonal, dan penyakit sistemik).
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak
bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam
kuit, membrane mukosa dan kornea (Sher, 1992 dalam Brunner&Suddart 2002). Garukan
menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf yang
memperberat pruritus yang selanjutnya menghasilkan rasa gatal dan menggaruk.
Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan
terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa
manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki
awitan yang cepat, bisa berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.
Pruritus juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat kerusakan
kulit (erosi, ekskeriasi) yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.

6
2.6 PATHWAY
Factor Eksogen Faktor Endogen
(Reaksi obat / penyakit)

Kontak langsung dengan Mengakibatkan iritasi


kulit kulit/ peradangan

Kulit terjadi ekskeriasi Pelepasan histamine


linier, adanya papula-papula selama peradangan
dan vesikel

Mengenai jari-jari, siku,


pergelangan tangan, dada,
alat kelamin, jaringan
mukosa

Timbul rasa gatal (pruritus)

Memicu saraf motoric untuk


menggaruk

Kerusakan garukan dengan


kuku

Kerusakan pelindung kulit Terjadi ulserasi pada Kerusakan Kecacatan kulit


mukosa hidung jaringan kulit

Penurunan imunitas Edema mukosa dan NYERI AKUT Gangguan citra tubuh
terhadap mikroorganisme hilangnya kerja silia

RESTI INFEKSI BERSIHAN HARGA DIRI


JALAN NAFAS RENDAH
TIDAK EFEKTIF

7
2.7 KOMPLIKASI
1. Timbul dermatitis akibat garukan
2. Erupsi berbentuk impetigo
3. Berbentuk sellulitis
4. Berbentuk ektima
5. Berbentuk limfangitis
6. Berbentuk furunkel

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus walaupun
pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik tertentu. Pemeriksaan
yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta
sistemik antara lain :
No. Jenis Pemeriksaan Temuan Penyerta Jenis Pruritus
Sistemik
1 Hitung darah - Hct > 65% Polisitemia Pruritus
lengkap (CBC) - Peningkatan Vera Hematologis
MCV, >98 fl
- RBC normal Anemia
atau <2,8 defisiensi besi
juta/mm3
- Hb menurun,
<10gr/dl
- Penurunan
MCV, MCH,
MCHC
2 Kadar vitamin B12 Peningkatan, Polisitemia
serum >900pg/ml Vera
3 TIBC (Total Iron Peningkatan, >360 g/dl Anemia
Binding Capacity) defisiensi besi
4 BUN (Blood Urea - BUN > 40 CRF Pruritus Renal
Nitrogen), serum mmol/l
kreatinin atau>120 mg%
- Level serum

8
kreatinin
>90 mmol/l
atau >10 mg%
5 AFP Peningkatan level Kolestasis Prurius
Bilirubin direk, Kolestasis
indirek
6 USG Abdomen Obstruksi bilier primer Kolestasis
7 Level TSH, T3- - TSH menurun, Hipertiroidisme Pruritus
bebas T3-bebas Endokrin
meningkat
- TSH Hipotiroidisme
meningkat, T3-
bebas menurun
8 Chest Radiography Limfadenopati Hodgkin Pruritus
mediastinum lymphoma malignansi

2.8 PENATALAKSANAAN
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien sebaiknya
tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara panas. Hindari konsumsi
alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan menthol secara topikal dapat
menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor dan dapat
menekan terjadinya gatal. Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab
rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan,
terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega
pada penderita, yaitu:
1. Penatalaksanaan secara medis :
a. Pengobatan topical:
1) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan
memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
2) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
3) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
4) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek. Kortikosteroid
secara topikal maupun sistemik cenderung tidak menimbulkan efek antipruritus
dan jika efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan penekanan efek
inflamasi.
9
5) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi
kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
b. Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah
dan menyebabkan tidur terganggu:
1) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
2) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
3) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada
pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah
urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus.
Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut
4) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis H1,
agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2.
Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk gatalneuropati),
talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake serotonin, dan
opioid miu antagonis atau agonis kappa (Burton G, 2006)
2. Penatalaksanaan secara keperawatan :
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah faktor
pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan
vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya Kafein, alcohol, makanan
pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk
area yang bersangkutan dengan telapak tangan. Untuk gatal ringan dengan
penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering, dapat dilakukan
penanganan sendiri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah
mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
10
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat
berlebihan.
g. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
h. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
i. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.

11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS SEMU
Pada tanggal 12 Februari 2015 Tn. B datang ke RS dengan keluhan gatal-gatal pada
seluruh tubuh disertai bintik merah pada kulit. Pada bagian lutut pasien terdapat lesi yang
diakibatkan karena garukan yang kontinu dan keras. Tn. B merasakan gatal-gatal muncul
sejak 1 bulan yang lalu sejak pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang
berbeda. Tn sebelumnya tidak pernah memeriksakan gatalnya karena menganggap bahwa
gatal akan segera sembuh. Dalam hal ini, Tn. B mengatakan bahwa intensitas gatal
meningkat pada malam hari dan gatal tidak terasa saat bekerja. Semenjak terdapat lesi
akibat garukan, Tn. B akhirnya memeriksakan gatalnya ke rumah sakit.

3.2 PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
 Nama : Tn.B
 Umur : 60 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Buruh
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Hindu
 Suku : Bali
 Alamat : Br. Ulundesa, Beratan Kediri Tabanan
 Tanggal masuk : 12 Februari 2015
 Tanggal pengkajian : 12 Februari 2015
 Sumber Informasi : Pasien
 Diagnosa masuk : Dermatitis kontak allergen
2. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama:
Gatal di seluruh tubuh.
 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini:
Klien datang dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh disertai rash.
Pada bagian lutut pasien terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang
12
kontinu dan keras. Pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan
yang lalu sejak pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda.
Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan gatalnya karena menganggap
bahwa gatal akan segera sembuh. Dalam hal ini, pasien mengatakan bahwa
intensitas gatal meningkat pada malam hari dan gatal tidak terasa saat bekerja.
Semenjak terdapat lesi akibat garukan, pasien akhirnya memeriksakan gatalnya
ke rumah sakit.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
 Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah gatal-gatal sebelumnya.
 Riwayat alergi
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami riwayat alergi.
3. Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular seperti Asma,
HIV, dan Hepatitis.
4. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
Pasien mengatakan tidak pernah memeriksakan dan mengobati gatalnya karena
menganggap bahwa gatal akan segera sembuh, dan pasien mengatakan bahwa gatal-
gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu sejak pasien menggunakan sabun mandi dengan
merek yang berbeda
5. Pola Fungsional Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan: Pasien mengatakan tidak pernah
minum obat sebagai bentuk penanganan terhadap penyakitnya maupun ke dokter
untuk mengkonsultasikan gatalnya. Pasien mengatakan tidak mengetahui
penyebab spesifik dari penyakit yang dialaminya. Dalam hal menghadapi
penyakit, pasien dan keluarga jarang berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dan
lebih sering pergi ke balian untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dihadapi, namun pasien tidak mengetahui cara mengatasi agar rasa gatalnya
berkurang. Pasien juga binggung saat melihat beberapa bagian kulitnya berwarna
kemerahan.
Masalah keperawatan: Defisiensi Pengetahuan
b. Nutrisi atau metabolik: Pasien mengatakan pola makan pasien baik, pasien dapat
menghabiskan 1 porsi makanan orang dewasa sebanyak 2-3 kali sehari dan pasien
dapat menghabiskan air kurang lebih 6 gelas perhari atau sekitar 1500ml/hari.

13
c. Pola eliminasi: Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek,
warna kuning kecoklatan, dan pasien mengatakan BAK 5-6x /hari dengan
kosistensi warana kuning darah (-), nyeri (-).
d. Pola aktivitas dan latihan : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
aktivitas. Pasien sehari-hari menjalankan aktivitas sebagai buruh dimulai dari
pukul 08.00 WITA, beristirahat selama 30 menit dari pukul 12.00 WITA dan
kembali ke rumah pukul 17.00 WITA, dan pasien mengatakan saat dia bekerja
(melalukan aktivitas) rasa gatalnya tidak terasa.
e. Pola tidur dan istirahat: Pasien mengatakan pada saat aktivitasnya berkurang
(malam hari), pasien merasa bahwa gatal pada kulitnya memiliki intensitas yang
meningkat. Masalah keperawatan: ganguan rasa nyaman
f. Pola kognitif-perseptual : Pasien mengatakan tidak memiiki masalah pada panca
inderanya seperti perabaan, penghidu, pengecap, penglihatan dan pendegaran
pasien.
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Citra diri : pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuh pasien,
terutama bagian rambut yang hitam. Namun, semenjak pasien
mengalami gatal-gatal, ia merasa kesal saat melihat kulitnya
yang kemerahan terutama bagian yang terkelupas karena
digaruk.
Identitas : pasien mengenal dengan jelas dirinya, dimana pasien tinggal,
serta mengenal setiap anggota keluarganya.
Peran : pasien mengatakan bahwa dalam keluarga, ia berperan
sebagai kepala rumah tangga yang memimpin, mengayomi,
dan menafkahi keluarga. Namun, dalam masyarakat, pasien
berperan sebagai anggota banjar yang cukup aktif terutama
dalam menghadiri rapat.
Ideal diri : pasien sempat bercerita bahwa ia bercita-cita untuk bisa
diterima bekerja di kota. Namun, untuk saat ini, salah satu
keinginan pasien adalah sembuh dari gatal-gatal yang
dialaminya sehingga ia bisa kembali bekerja.
Harga diri : pasien mengatakan malu dengan penyakitnya sehingga pasien
selalu memakai kemeja panjang untuk menutupi kulitnya.
Masalah keperawatan: gangguan citra tubuh

14
h. Pola seksual dan reproduksi : Pasien mengatakan sudah menikah dan berjenis
kelamin laki-laki. Dalam hal ini, pasien dianugerahi 2 anak dalam pernikahannya.
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit pada organ reproduksi,
misalnya gatal hingga urin berwarna tidak normal.
i. Pola peran-hubungan : Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit hubungan
dengan keluarganya baik. Keluarga mendukung pasien terutama dalam
penyembuhan ke tenaga kesehatan.
j. Pola manajemen koping stress : Pasien mengatakan ia dapat mengalihkan masalah
yang dihadapinya dan saat pasien tidak nyaman, pasien mampu untuk mengatasi
ketidaknyamanan tersebut. Dalam hal keluhannya saat ini, pasien tidak
mengalami stress psikologis yang berarti walaupun ia merasa tidak nyaman
dengan gatal-gatal yang dialaminya.
k. Pola keyakinan-nilai : Pasien mengatakan bahwa ia menganut agama hindu dan
sembahyang secara rutin yaitu 1-2x sehari. Saat ditanya berkaitan dengan
kepercayaan, pasien memiliki kepercayaan bahwa balian dapat menyembuhkan
penyakit. Namun, berkaitan dengan kepercayaan yang dapat mengganggu
kesehatannya misalnya larangan memotong rambut dan kuku selama sakit, pasien
dan keluarganya cukup percaya akan tetapi belum pernah menerapkan larangan
tersebut selama ia gatal-gatal.
6. Pengkajian 7 ciri lesi kulit
a) Pasien gatal-gatal pada seluruh tubuh dan terdapat rash. Pada bagian lutut pasien
terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang kontinu dan keras.
b) Pasien mengatakan tidak menderita alergi, asma sebelumnya.
c) Pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu sejak pasien
menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda, sehingga pasien terdapat
bintik kemerahan pada kulitnya.
d) Pasien mengatakan terjadi bintik-bintik kemerahan dan rasa gatal pada kulitnya.
Pasien tidak tahan dengan gatalnya sehingga pasien menggaruk-garuk kulitnya
sehingga terdapat lesi pada lututnya.
e) Lesi pasien tersebut muncul akibat garukan yang terlalu kontinu dan keras
f) Pasien mengatakan sebelumnya menggunakan sabun dengan merek yang berbeda
sejak 1 bulan yang lalu.
g) Pasien mengatakan bekerja di bawah paparan sinar matahari tetapi pasien tidak
pernah gatal-gatal pada kulitnya. Pasien juga mengatakan sejak mengganti merek

15
sabun yang berbeda sejak 1 bulan yang lalu pasien menjadi gatal-gatal pada
tubuhnya.

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum klien
a) Tingkat kesadaran
Secara umum pasien dengan pruritus dalam kondisi sadar (ccomposmetis)
b) Berat badan
Biasanya klien dengan penyakit priuritus ini tidak mengalami gangguan pada
berat badannya mengalami peningkatan atau penurunan berat badan.
c) Tinggi badan
Biasanya klien dengan pruritus ini tidak menyebabkan seseorang mengalami
gangguan pertmbuhan pada tinggi badan
d) Temperatur
Biasanya klien dengan ketosis tidak mengalami perubahan peningkatan suhu.
(36 °C – 37 °C)
e) Nadi
Biasanya nadi klien tidak mengalami perubahan (60 – 100x/menit).
f) Tekanan darah
Biasanya tekanan darah klien tidak mengalami peningkatan atau penurunan (
110 – 140 mmHg ).
g) Pernapasan
Pada klien dengan priuritus biasanya tidak mengalami perubahan frekuensi nafas
( 16 – 24x/menit )
2. Kepala
a. Rambut
Biasanya tidak ada terjadi kerontokan atau gangguan lain pada pertumbuhan
rambut
b. Wajah
Wajah anak terlihat simetris, warna akan berubah atau tumbuh bentol merah
yang karena pruritus.
c. Mata
Mata anak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat sklera, tidak konjungtiva
maupun palpabrac edema
d. Hidung
16
Biasanya keadaan hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan pada
hidung, septum nasi biasanya normal, lubang hidung biasanya tidak ada sekret,
serta tidak ada cupping hidung.
e. Bibir
Biasanya mukosa bibir terlihat dalam keadaan baik yaitu lembab
f. Gigi
Klien yang mengalami ketosis biasanya tidak mengalami gangguan pada gigi
dimana gigi terlihat putih tidak mengalami kerusakan.
g. Lidah
Biasanya lidah klien tidak mengalami gangguan dimana warna lidah klien merah
muda tidak terdapat lesi dan simetris.
h. Telinga
Biasanya simetris kanan dan kiri mungkin tidak terjadi penurunan pendengaran
3. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar getah bening serta deviasi
trakhea, pergerakan leher tidak terganggu, tidak ada perlukaan pada leher klien dan
JPV normal 5-2 cm air.
4. Thorak
a) Inspeksi : biasanya rongga dada simetris kanan dan kiri, bentuknya normal,
frekuensi nafas normal sedikit meningkat ( 16-24 kali/menit), irama pernapasan
biasanya kurang, tidak adanya perlukaan, ictuscordis tidak terlihat dan tidak ada
terlihat pembengkakan.
b) Palpasi : biasanya gerakan antara paru-paru kiri dan kanan sama, tidak ada nyeri
tekan dan odema.
c) Perkusi : biasanya suara nafas terdengar normal yaitu sonor.
d) Auskultasi : biasanya suara nafas terdengar normal.
5. Jantung
a. Inspeksi : biasanya ictus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : biasanya ictus kordis teraba
c. Perkusi : biasanya batas jantung dalam batas normal, yaitu :
Kanan atas SIC II line para sternalis dextra
Kanan bawah SIC IV line para dextralis dextra
Kiri atas SIC II line para sternalis sinistra
Kiri bawah SIC IV medioklavikula sinistra.
d. Auskultasi : biasanya irama jantung terdengar normal
17
6. Abdomen
a. Inspeksi : biasanya tidak terjadi masalah abdomen klien simetris kiri dan kanan.
b. Palpasi : tidak ada pembesaran hepar atau kelenjar limfa
c. Perkusi : apabila diperkusi tidak terjadi perubahan bunyi tetap pada bunyi
normal yaitu timpani
d. Auskultasi : biasanya tidak ada gangguan bunyi bising usus normal 5-35x/menit
7. Ekstremitas
Biasanya klien dengan pruritus tidak memiliki gangguan pada ekstremitas
8. Genito urinaria
Tidak ada gangguan perkemihan pada klien dengan pruritus.
9. System integumen
Terjadi kemerahan atau bentol dan jenis lain yang mungkin menjadi penyebab gatal
pada kulit.
10. Neurosensori
Status mental tereorientasi

3.4 DATA FOKUS


MASALAH
NO. DATA INTERPRETASI
KEPERAWATAN
1. DS: Terpapar bahan allergen (sabun Kerusakan Integritas
- Px mengatakan gatal mandi) Kulit/ Jaringan
bertambah di malam
hari, selalu menggaruk Reaksi imunologi: allergen terikat
bagian yang gatal dengan protein membentuk antigen
dengan kuku dan lengkap
telapak tangan,
- Px mengatakan bahwa Antigen ditangkap dan diproses oleh
telah 1 bulan makrofag dan sel Langerhans
menggunakan sabun
mandi dengan merk Dipresentasekan oleh sel T
baru dan sejak itu sering
merasakan gatal yang Sel T berdiferensiasi membentuk sel
hilang timbul. T efektor dan tersensitisasi seecara
spesifik dan sel memori

18
DO: Tersebar ke sirkulasi dan sensitivitas
- Pada inspeksi kulit, sama di seluruh kulit
terlihat adanya ruam di
tangan, kaki, hingga Terpapar allergen kembali
kulit abdomen.
- Pada bagian sekitar Stimulasi ujung saraf bebas di dekat
lutut, ditemukan adanya junction dermoepidermal
eksoriasi (goresan).
- Kulit kemerahan Stimulasi ujung saraf bebas di dekat
junction dermoepidermal

Merangsang epidermis dan


percabangan saraf tipe C tak
termielinasi

Korteks serebri mempersepsikan gatal

Scratch reflex (refleks menggaruk)

Inflamasi sel dan pelepasan histamine


oleh ujung saraf (perubahan
hormonal)

KERUSAKAN INTEGRITAS
KULIT/ JARINGAN
2. DS: Terpapar bahan allergen (sabun Gangguan Rasa
- Px mengatakan sulit mandi) Nyaman
tidur karena gatal, tidak
bisa tenang, badan Reaksi imunologi: allergen terikat
terasa lelah dengan protein membentuk antigen
lengkap
DO:
- Px merintih karena lesi Antigen ditangkap dan diproses oleh
pada bagian lutut. makrofag dan sel Langerhans
- Px tampak gelisah
19
karena pruritus yang Dipresentasekan oleh sel T
dirasakannya.
Sel T berdiferensiasi membentuk sel
T efektor dan tersensitisasi seecara
spesifik dan sel memori

Tersebar ke sirkulasi dan sensitivitas


sama di seluruh kulit

Terpapar allergen kembali

Stimulasi ujung saraf bebas di dekat


junction dermoepidermal

Stimulasi ujung saraf bebas di dekat


junction dermoepidermal

Merangsang epidermis dan


percabangan saraf tipe C tak
termielinasi

Korteks serebri mempersepsikan gatal

GANGGUAN RASA NYAMAN


3. DS: Terpapar bahan allergen (sabun Gangguan Citra
- Pasien mengatakan mandi) Tubuh
malu akibat adanya
bekas lesi karena Reaksi imunologi: allergen terikat
garukan, terutama di dengan protein membentuk antigen
bagian kaki. lengkap

DO: Antigen ditangkap dan diproses oleh


- Pasien tampak menutupi makrofag dan sel Langerhans
bagian yang gatal-gatal
dengan mengenakan Dipresentasekan oleh sel T
20
celana panjang dan baju
berlengan panjang. Sel T berdiferensiasi membentuk sel
T efektor dan tersensitisasi seecara
spesifik dan sel memori

Tersebar ke sirkulasi dan sensitivitas


sama di seluruh kulit

Terpapar allergen kembali

Stimulasi ujung saraf bebas di dekat


junction dermoepidermal
Stimulasi ujung saraf bebas di dekat
junction dermoepidermal

Merangsang epidermis dan


percabangan saraf tipe C tak
termielinasi

Scratch reflex (refleks menggaruk)

Inflamasi sel dan pelepasan histamine


oleh ujung saraf

Menimbulkan ruam dan lesi

GANGGUAN CITRA TUBUH


4. DS: Terpapar bahan allergen (sabun Defisit Pengetahuan
- Px mengatakan mandi)
bingung dengan
penyakit yang kini Reaksi imunologi: allergen terikat
dideritanya dengan protein membentuk antigen
lengkap
DO:
- Px merupakan lulusan Antigen ditangkap dan diproses oleh
21
SD makrofag dan sel Langerhans
- Px menunjukkan
persepsi yang keliru Dipresentasekan oleh sel T
terhadap masalahnya
Sel T berdiferensiasi membentuk sel
T efektor dan tersensitisasi seecara
spesifik dan sel memori

Tersebar ke sirkulasi dan sensitivitas


sama di seluruh kulit

Terpapar allergen kembali


Stimulasi ujung saraf bebas di dekat
junction dermoepidermal

Stimulasi ujung saraf bebas di dekat


junction dermoepidermal

Merangsang epidermis dan


percabangan saraf tipe C tak
termielinasi

Scratch reflex (refleks menggaruk)

DEFISIENSI PENGETAHUAN

3.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan (lingkungan, keamanan & proteksi, D.0129, Hal
282)
2. Gangguan Rasa Nyaman (psikologis, nyeri & kenyamanan, D.0079, Hal 166)
3. Gangguan Citra Tubuh (psikologis, integritas ego, D.0083, Hal 186)
4. Deficit Pengetahuan (perilaku, penyuluhan & pembelajaran, D.0111, Hal 246)

22
3.6 INTERVENSI (NIC & NOC, dan Evaluasi)
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan b/d Dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Intervensi yang digunakan untuk meminimalisir
perubahan hormonal d/d kemerahan 2x24 jam dengan outcome Integritas jaringan : masalah integritas kulit/ jaringan yaitu dengan
kulit & membrane mukosa dapat meminimalkan Pemberian obat: kulit meliputi:
Pengertian : gejala dan menormalkan mengenai : Pengertian
Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis - Suhu kulit menyiapkan & memberikan agen farmakologis untuk
dan/ epidermis) atau jaringan (membrane - Hidrasi memulihkan gangguan kulit
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, - Lesi pada kulit Observasi
kartilago, kapsul sendi dan/ligament). - Jaringan parut - Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan
- Pengelupasan kulit kontraindikasi obat
- Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
- Periksa tanggal kadaluarsa obat
- Monitor efek terapeutik obat
- Monitor efek local, efek sistemik dan efek
samping obat
Terapeutik
- Lakukan prinsip 6B (pasien, obat, dosis, waktu,
rute, dokumentasi)
- Cuci tangan & pasang sarung tangan
- Bersihkan kulit & hilangkan obat sebelumnya

23
- Oleskan agen topical pada kulit yang tidak
mengalami luka, iritasi/ sensitive
- Hindari terpapar sinar UV pada kulit yang
mendapatkan obat topikal
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan
yang diharapkan, dan efek samping sebelum
pemberian
- Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
- Ajarkan teknik pemberian obat secara mandiri,
jika perlu
Gangguan rasa nyaman b/d gejala Dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Intervensi yang digunakan untuk meminimalisir
penyakit d/d gelisah, merintih 2x24 jam dengan outcome status kenyamanan : masalah gangguan rasa nyaman yaitu dengan
fisik dapat meminimalkan gejala dan manajemen lingkungan : kenyamanan meliputi:
Pengertian : menormalkan mengenai : Pengertian
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna - Control terhadap gejala Memfasilitasi dan mengelola lingkungan untuk
dalam dimensi fisik, psikospiritual, - Relaksasi otot mendapatkan manfaat terapeutik, stimulasi sensorik,
lungkungan, dan sosial - Posisi yang nyaman dan kesejahteraan psikologis
- Perawatan pribadi dan kebersihan Observasi
- Gatal-gatal - Identifikasi keamanan dan kenyamanan

24
lingkungan
Terapeutik
- Atur posisi furniture dengan rapi & terjangkau
- Atur suhu lingkungan yang sesuai
- Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih
dan nyaman
- Hindari pandangan langsung ke kamar mandi,
toilet, dsb
Edukasi
- Jelaskan cara membuat lingkungan rumah yang
aman
- Jelaskan cara menghadapi bahaya kebakaran
- Ajarkan px dan keluarga/ pengunjung tentang
upaya pencegahan infeksi
Gangguan citra tubuh b/d perubahan Dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Intervensi yang digunakan untuk meminimalisir
fungsi kognitif d/d menyembunyikan bagian 2x24 jam dengan outcome citra tubuh dapat masalah gangguan citra tubuh yaitu dengan
tubuh yang terdapat lesi bekas garukan meminimalkan gejala dan menormalkan mengenai dukungan emosional meliputi:
: Pengertian
Pengertian : - Kesesuaian antara realitas tubuh dan ideal Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama
Perubahan persepsi tentang penampilan, tubuh dengan penampilan tubuh masa stres
struktur dan fungsi fisik individu - Deskripsi bagian tubuh yang terkena Observasi

25
(dampak) - Identifikasi hal yang telah memicu emosi
- Penyesuaian terhadap perubahan tampilan Terapeutik
fisik - Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah,
atau sedih
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan
(mis. Merangkul, menepuk-nepuk )
- Kurangi tututan berfikir saat sakit/ lelah
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
(mis. Ansietas, marah, sedih)
Kolaborasi
- Rujuk konseling (jika perlu)
Deficit pengetahuan b/d kurang terpapar Dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Intervensi yang digunakan untuk meminimalisir
informasi d/d menunjukkan persepsi yang 2x24 jam dengan outcome pengetahuan : masalah deficit pengetahuan yaitu dengan konseling
keliru terhadap masalah manajemen penyakit akut dapat meminimalkan meliputi:
gejala dan menormalkan mengenai : Pengertian
Pengertian : - Tanda dan gejala penyakit Memberikan bimbingan untuk meningkatkan/
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif - Strategi mencegah komplikasi mendukung penanganan, pemecahan masalah, dan
yang berkaitan dengan topic tertentu - Strategi mengelola kenyamanan hubungan interpersonal
- Pilihan pengobatan yang tersedia Observasi
- Modifikasi diet (untuk penyembuhan) - Identifikasi kemampuan dan beri penguatan

26
- Identifikasi perilaku keluarga yang mempengaruhi
pasien
Terapeutik
- Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa
percaya & penghargaan
- Berikan empati, kehangatan, dan kejujuran
- Berikan privasi & pertahankan kerahasiaan
Edukasi
- Anjurkan mengekspresikan perasaan

27
3.7 EVALUASI
MASALAH
NO. DATA
KEPERAWATAN
1. S: Kerusakan
- Px mengatakan gatal di malam hari, hilang Integritas Kulit/
O: Jaringan
- Pada inspeksi kulit, ruam di tangan, kaki, hingga kulit
abdomen sedikit menghilang.
- Pada bagian sekitar lutut, eksoriasi (goresan) mulai pudar.
- Kulit kemerahan (-)
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan semua intervensi
2. S: Gangguan Rasa
- Px mengatakan sulit tidur karena gatal, tidak bisa tenang, Nyaman
badan terasa lelah (-)
O:
- Px merintih karena lesi pada bagian lutut. (-)
- Px tampak gelisah karena pruritus yang dirasakannya.(-)
A:
Masalah sudah sebagian
P:
Hentikan intervensi
3. S: Gangguan Citra
- Px mengatakan malu akibat adanya bekas lesi karena garukan, Tubuh
terutama di bagian kaki. (-)
O:
- Px sudah tidak menutupi bagian yang gatal-gatal dengan
mengenakan celana panjang dan baju berlengan panjang.
A:
Masalah sudah sebagian
P:
Hentikan intervensi

28
4. S: Defisit
- Px mengatakan bingung dengan penyakit yang sedang Pengetahuan
dideritanya (-)
O:
- Px merupakan lulusan SD
- Px menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalahnya (-)
A:
Masalah sudah sebagian
P:
Hentikan intervensi

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak menyenangkan di kulit
yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus yang hebat menyebabkan
pasien menggaruk kulit lebih dalam dan lama, sehingga kadang kulit bisa sampai
berdarah karena sensasi nyeri ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang
tidak disertai kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).
2. Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab
pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan: Pruritus local, Gangguan
sistemik, Gangguan pada kulit, Pajanan terhadap factor tertentu, Hormonal
3. Dengan diagnose medis : gangguan kerusakan integritas kulit, gangguan rasa nyaman,
gangguan citra tubuh, deficit pengetahuan.

4.2 SARAN
Setelah mempelajari tentang Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pruritus
diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan tersebut. Saran dari penyusunan makalah ini, penulis menyadari
bahwa makalah ini kurang dari sempurna untuk itu, penulis mengharapkan saran dan
kritiknya yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan
Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
2. Burton G. Pathophyisiology of pruritus. Australian College of Veterinary Scientists
Dermatology Chapter Science Week Proceeding. 2006;34(6):18-25
3. David F Butler, MD, Jared J Lund, MD, 2010. Pruritus and Systemic Disease. Diakses
tanggal 16 Februari 2015, dari www.emedicine.medscape.com
4. Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin: Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
5. Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions
Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby.
6. Elvina PA.2011. Hubungan rasa gatal dan nyeri.
7. Long, Barbara, C,. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan
Keperawatan Padjajaran: Bandung
8. Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby
9. Moscella SL. Hurley HJ.(editor). Dermatologu: third edition. Philadelphia: W.B.
Saunders Company; 1986. P.2042-7.
10. NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
11. Twycross R, Greaves MW, Handwerker H, Jones EA, Libretto SE, Szepietowski JC, et
al. Itch: scratching more than the surface. QJM 2003;96:7-26.
12. Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. EGC:
Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai