Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS PADA ANAK

Disusun oleh kelompok 4:

- Ria Amya (14121955)


- Rizka Azzila azhari (14121946)
- Septi Naralita Surya (14121947)
- Shinta Meza Putri (14121951)
- Sintya Tranova (14121943)
- Sri Ulfa Afriwan Cantya (14121939)
- Tiara Asparina Sari (14121928)
- Yenni Afriani Agustin (14121948)

Tingakat III B

PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas anugerah dan
petunjuk serta hidayah-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan meskipun memiliki banyak
sekali kekurangan.

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang


Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan pada Klien Pruritus yang merupakan salah satu
penyakit pada sistem integument.

Tentunya masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan di dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena keterbatasan ilmu dan referensi yang kami jadikan sebagai acuan untuk
menyusun makalah ini ataupun karena hal hal lain. Namun, karena adanya niat untuk belajar,
maka dengan antusias dan semangat yang tinggi, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan kita semua umumnya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini, serta kepada teman teman yang telah memberikan dukungannya
yang sangat berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

Padang, 24 September 2016

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT PRURITUS
A. Anatomi Fisiologi 2
B. Pengertian 3
C. Etiologi 3
D. Klasifikasi 4
E. Manifestasi Klinik 6
F. Komplikasi 6
G. Patofisiologi 6
H. WOC 8
I. Pemeriksaan diagnostic 8
J. Penatalaksanaan 8
BAB III PEMBAHASAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS
2.1 Pengkajian 10
2.2 Diagnosa Keperawatan 16
2.3 Intervensi 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk
menggaruk. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat
(penicillate) yang hanya ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea.
Pruritus merupakan sensasi kulit yang tidak nyaman bersifat iritatif sampai tingkat
ringan atau berat pada inflamasi kulit dan menimbulkan rangsangan ingin menggaruk.
Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial sedangkan pruritus
psikologik merupakan respon garukan lebih kecil dari derajat gatal subyektif.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
konsep pruritus serta bagaimana proses keperawata pada penyakit tersebut dan
mampu menerapkannya dalam memberikan pelayanan kesehatan nyata.
2. Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengetahui pengertian dari pruritus
b. Mengetahui etiologi dari pruritus
c. Mengetahui anatomi dan fisiologi kulit
d. Mengetahui patofisiologi dari pruritus
e. Mengetahui klasifikasi dari ker pruritus
f. Mengetahui manifestasi klinis dari pruritus
g. Mengetahui komplikasi dari pruritus
h. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari pruritus
i. Mengetahui penatalaksanaan pruritus
j. Menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan pruritus
k. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien pruritus

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT PRURITUS


2.1 Anatomi Fisiologi
Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus menerus
mengalami mitosis, dan diganti sel baru sekurang-kurangnya setiap 30 hari.
Epidermis mengandung reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang dihasilkan oleh sel
keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi serta
tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi
epidermis dari iritan dan mikro organisme penyebab infeksi. Kreatinin adalah
komponen utama apendiks kulit: rambut dan kuku.
Melanosit (sel pigmen) terdapat dibagian dasar epidermis. Melanosit
mensintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan
hormon hipofisis anterior. Melanin adalah pigmen hitam yang menyebar ke
seluruh epidermis untuk melindungi sel dari radiasi UV.
Dermis
dermis terletak tepat dibawah epidermis. Jaringan ini dianggap jaringan ikat
longgar dan terdiri atas sel-sel fibroblast yang mengeluarkan protein kolagen dan
elastin. Serabut serabut kolagen dan elastin tersususn secara acak, dan
menyebabkan dermis teregang dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan
memiliki turgor (tegangan). Diseluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf
sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan
palit (sebasea). Sel mast yang mengeluarkan histamine selama cedera atau
peradangan dan makrofag yang memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme,
juga terdapat di dermis.
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen dermis dan epidermis, dan
dan membuang produk produk sisa. Aliran darah dermis memungkinkan tubuh
mengontrol temperaturnya. Pada penurunan suhu tubu, terjadi pengaktifan saraf saraf
simpatis ke pembuluh darah yang meningkatkan pelepasan norepinefrin. Pelepasan

2
neropinefrin menyebabkan kontriksi pembuluh sehingga panas tubuh dapat
dipertahankan. Apabila suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan simpatis terhadap
pembbuluh darah dermis berkurang sehingga terjadi dilatasi pembuluh dan panas tubuh
akan dipindahkan ke lingkungan. Hubungan anteriovena (AV) yang disebit anastomosis,
dijumpai pada sebagian pembuluh darah. Anastomosis AV mempermudah pengaturan
suhu tubuh oleh kulit dengan memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada
keadaan yang sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga mempersarafi kelenjar
keringat, kelenjar sebasea (minyak) serta folikel rambut.

Lapisan subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak dan
jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulator panas. Lapisan subkutis
adalah tempat penyimpanan kalori selain lemak, dan dapat dipecah menjadi sumber
energy jika diperlukan.

2.2 Pengertian
Pruritus berasal dari kata prurire/gatal/rasa gatal/ atau berbagai macam keadaan
yang ditandai oleh rasa gatal. (Kamus Kedokteran Dorland. 1996)
Adhi Djuanda, dkk (1993) mengemukakan pruritus adalah sensasi kulit yang
iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Berdasarkan dua pendapat
diatas, pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta
menimbulkan rasa gatal, serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya
ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea. (Sher, 1992)

2.3 Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Antara lain yaitu:
1. Pruritus lokal
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Beberapa penyebab pruritus lokal:
a. Kulit kepala : seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
b. Punggung : nostalgia paraesthetica
c. Lengan : brachionradial pruritus
d. Tangan : dermatitis tangan

3
e. Pruritus perianal terjadi akibat partikel feses yang terjepit dalam
lipatan perianal atau melekat pada rambut anus.
2. Gangguan sistemik/penyakit
Gagal ginjal kronik.
Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
Endokrin/ Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme,
Hipoparatiroidisme, dan Myxoedema.
Anemia, Polycythaemia, Leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
3. Gangguan pada kulit
Dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria,
psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan
sunburn.
4. Pajanan terhadap faktor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar
maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud
adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic
pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik;
contoh: opioid, aspirin).
5. Hormonal
Sejumlah 2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya
gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen
dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama
terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau
badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai
dengan anoreksi, nausea, dan muntah.

2.4 Klasifikasi
1. Pruritus pada gravidarum
Diinduksi oleh hormon estrogen terutama pada trimester III pada ahir gravidum
dimulai dari abdomen atau badan kemudian generalisata, bisa disertai dengan
gejala anorexia, nausea atau muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah
pruritus 2- 4 minggu karena garam empedu ada dalam kulit.
2. Pruritus pada hepatikum

4
Pruritus sebagai akspresi kolestatis tanda adanya obstruksi pada empedu
(obstruksi biliarry disease) yang berlokalisasi pad daerah hepatal, bisa juga
disebabkan efek samping obat-obatan yang memberi obstruksi intra hepatal
sehingga terjadi ekskresi garam asam billiar.
3. Pruritus pada Senilitas / Senilis
Kulit senile yang kering mudah menderita fisur (chapped skin) mudak menjadi
pruritik, terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik. Rasa gatal terjadi karena
stimulasi ringan / perubahan suhu.
4. Pruritus pada Sistem Endokrin (DM, Hiperparatiroid, Mixedema)
Pada DM terjadi hiperglikemia, sehingga terjadi iritabilitas ujung-ujung saraf
dan kelenjar metabolik di kulit terutama daerah anogenital atau sub mammae
pada wanita Glikogen sel sel epitel kulit dan vagina meningkat sehingga terjadi
diabetes kulit oleh karena predisposisi berupa dermatitis, kandidiasis, dan
furunkulosis. Pada hiperparatiroid terjadi peningkatan hormon paratiroid dalam
plasma sehingga terjadi defisit kalsium dalam kulit khususnya kalsium fosfat.
5. Pruritus pada Generalisata / Payah Ginjal
Terjadi pruritus generalisata, terutama pada GGK (payah ginjal kronis) disertai
edema dan terjadi kekeringan kulit (Xerosis) oleh karena terjadi atrofi kelenjar
sebasea dan kelenjar sudorifa.
6. Pruritus pada neopalstik
Pruritus pada keganasan internal terutama berasal dari sistem limforetikuler
menyebabkan penyakit Hodgkin dengan insidens sampai berbulan-bulan,
sebelum penyakit gejala mendasari diketahui.
7. Pruritus pada Mikosis Fungoides
Merupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul pad waktu lesi kulit
masih tidak khas dan belum terdapat infiltrasi maligna. Pruritus dapat bersifat
menetap dan toleran.
8. Pruritus pada psikologik
Respons garukan berbeda dengan pruritus karena penyebab lain. Pad gatal
karena penyakit organis terdapat korelasi antara sensasi gatal dengan beratnya
respons garuk. Pada gatal psikologik ternyata respons garukan lebih kecil
daripada derajat gatal subjektif, tampak lebih sedikit efek garukan dan lebih
sedikit efek garukan dan lebih banyak picking (cubitan), serta tidak dijumpai
gangguan tidur.
5
2.5 Manifestasi Klinik
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menggaruk yang biasanya dilakukan
semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga
karena perhatian pasien teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana ha-
hal yang bisa mengalihkan perhatian hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan
sekalipun tidak mudah diabaikan. Efek sekunder mencakup ekskorisi, kemerahan
bagian kulit yang menonjol (bidur), infeksi dan perubahan pigmentasi. Rasa gatal yang
hebat akan menganggu penampilan pasien.. Efek sekunder pruritus adalah ekskoriasi,
kemerahan, bidur (kulit menonjol), infeksi, dan perubahan pigmentasi. Pruritus pada
malam lebih intensif dari pruritus pada sianga hari, akibatnya minimnya distraktor pada
malam hari. Sebaliknya pada siang hari banyak distraktor yang mengalihkan perasaan
gatal, seperti pekerjaan, hiburan dan sebagainya.

2.6 Komplikasi
Dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat
timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal
ataupun pemakaian yang terlalu sering.
2.7 Patofisiologi
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai
pada gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan dermatologic yang
menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien
meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung
saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan
kornea.
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung
saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran setan
rasa gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit
yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini
bisa timbul tanpa manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang
umumnya memiliki awitan yang cepat, bias berat dan menganggu aktivitas hidup
sehari-hari yang normal.
6
Garukan menyebabkan inflamasi sel dan pelepasan histamin oleh ujung saraf yang
mempercepat rasa pruritus (garuk menyebabkan inflamasi, inflamasi merangsang
pelepasan histamin, gatal bertambah dorongan menggaruk meningkat, dan seterusnya
"lingkaran setan prritus).
Prutitus merupakan sistom kutan yang memprovokasi keinginan untuk menggaruk
dan merupakan gejala yang mendasari banyak gangguan. Merupakan modifikasi rasa
nyeri tapi kurang dapat ditolerir. Hanya terjadi pada kulit, jaringan mukosa tertentu dan
mata. Daerah yang paling sering sensitif terhadap gatal ialah lubang hidung, hubungan
mukokutaneus, telinga luar, perineum.
Salah satu penyebab pruritus adalah kulit kering, kadang-kadang akibat mandi yang
berlebihan, terutama terlalu banyak busa, yang pengaruhnya bisa menimbulkan
kekeringan.
Penyebab umum dari gatal adalah kulit kering, yang mengiritasi kulit : plastik kaca
fiber, wol, produk tanaman, serangga, reaksi obat ireaksi psikogenis, penyakit kulit :
inflamasi, dermatitis, penyakit infeksi, penyakit sistemik : penyakit kandung empedu
obstruktif, uremi, diabetes melitus, neoplasia : penyakit hodgin, leukemia, limfoma.
Faktor yang menambah intensitas gatal adalah vasodilatasi, anoksia jaringan dan
sirkulasi statis. Pruritus memicu respon motoris untuk menggaruk. Orang dengan gatal
intensif dapat mengupas kulit tergali sampai ke dalam kulit dengan kuku untuk
mengurangi rasa gatal. Orang dengan gatal yang menyeluruh akan tampak dengan
gerakan yang konstan menekuk-nekukan anggota badan, menggosok-gosok dan
menggaruk-garuk.
Seperti rasa sakit,rasa gatal timbul akibat aktivitas ujung-ujung saraf sensorik
diperbatasan dermis dan epidermis. Menurut Bickfoard ada dua jenis respon terhadap
stimulus rasa gatal.
a) Rasa gatal setempat (spontanius itch)
Yaitu rasa gatal yang timbul sesudah stimulus dan masa laten,rasa gatal ini
cepat hilang.
b) Rasa gatal difus (itchy skin)
Rasa gatal timbul sesudah stimulus,berikutnya dan meluas kesekitarnya.
(Long, B.C, 1996 : 612).

2.8 WOC (terlampir)


7
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami alergi yang
menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan mengalami peningkatan jumlah
eosinofil yang kadar normalnya 1-3% dari leukosit.
2. BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang dirasakan kliena
adalah gangguan ginjal yang meyebabakan meningkatnya kadar urea yang
membuat kulit menjadi gatal
3. Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui jika
terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat rasa gatal.
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara keperawatan
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah
faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan
vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein, alcohol, makanan pedas).
Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang
bersangkutan dengan telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit
kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah
mandi.
Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat
berlebihan.
Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.

8
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. pengkajian
1. Identitas
Identias terdiri dari nama anak umur dimana pruritus terjadi pada semua kalangan
disini khusus membahas anak, jenis kelamin gangguan pruritus ini tidak tergantung
pada jenis kelamin anak, dan juga peruritus tidak mempengaruhi berat badan kien.
Data orang tua yang terdiri dari nama ibu, umur, pekerjan, pendidikan dan agama.
Diagnose medis biasanya bukan pruritus karena pruritus merupakan gejala klienis dari
suatiu penyakit, diagnosanya dapat berupa gangguan pada ginjal, alergi dll
2. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ketempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal pada
kulitnya, intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Prenatal
- Kesehatan ibu waktu hamil (Hiperemesis gravidarum, Perdarahan pervagina,
Anemia, Penyakit Infeksi, Pre Eklampsi/Eklampsi, Gangguan kes. Lain)
biasanya tidak mempengaruhi pruritus pada anak
- Pemeriksaan Kehamilan (Teratur/tidak teratur, diperiksa oleh, tempat
pemeriksaan, hasil pemeriksaan, imunisasi TT) hal ini biasanya tidak
mempengaruhi pruritus pada anak
- Riwayat pengobatan selama kehamilan
b) Intranatal
(Usia kehamilan saat lahir, cara persalinan, ditolong oleh, Apgar Score, BB/PB/LK
waktu lahir, Pengobatan yang didapatkan) hal diatas biasanya tidak mempengaruhi
pruritus pada anak.
c) Postnatal
(Cacat kongenital,ikterus, kejang, perdarahan, trauma persalinan, infeksi tali pusat,
pemberian ASI) hal diatas biasanya tidak mempengaruhi pruritus pada anak.

9
4. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang dan timbul. Sehingga pada riwayat
penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
kondisi yang dirasakan sekarang.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan
sistemik internal seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker,
pengugunaan preperat oral seperti anpirin, terapi antobiotik, hormon, adanya
alergi.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Diduga faktor genetik tidak memepengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam
keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mingkin juga
mengalami pruritus.
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Resiko bahaya kecelakaan dirumah dan lingkungan rumah, Kemungkinan bahaya
akibat polusi, tempat bermain terdekat hal ini bisa saja menyebabkan pruritus apabila
lingkunga anak kumuh yang menyebabkan imfeksi pada kulit sehingga menimbulkan
rasa gatal.
6. Riwayat psikososial
Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa
gatal yang hebat akan mengganggu penampilan pasien.
7. Riwayat tumbuh kembang
a) Motorik Kasar
Anak yang mengalami pruritus biasanya tidak mengalami gangguan dalam
motorik kasar hanya saja anak akan lebih banyak menggaruk karena rasa gatal.
b) Motorik Halus
Anak dengan pruritus biasanya tidak mengalami gangguan pada motorik halusnya.
c) Kognitif dan Bahasa
Anak dengan pruritus biasanya tidak mengalami gangguan dalam kegnitif dan
bahasa, namun anak akan mengalami penyempitan persepsi karena rasa gatal yang
dialaminya.

d) Sosial dan Kemandirian

10
Anak dengan puritus biasanya tidak mengalami ganggual dalam bersosial dan
kemandiriannya.
8. Imunisasi
Disini pruritus bisa terjadi karena anak melewatkan imunisasi campak karena apabila
anak mengalami campak salah satu gejala yang diradakan anak adalah gatal pada kulit
karena inilah yang disebut dengan pruritus.
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola pemenuhan Nutrisi
- ASI/PASI/ makanan padat/Vitamin
lamanya pemberian, kapan mulai diberikan, cara pemberian, PASI, Jenis
Vitamin, adakah kesulitan pemberian. Salah satu hal yang bisa menyebabkan
bayi mengalami Pruritus adalah PASI yang alergi terhadap susu formula.
- Pola makan dan Minum
Frekuensi, jenis makanan, makanan yg disenangi, alergi, makan, waktu makan,
Jumlah minum/hari, frekuensi minum, Penggunaan alat bantu makan dan
minum, Sikap ortu terhadap pemenuhan nutrisi anak. Dari hal di atas yang
dapat menyebabkan pruritus adalah alergi dan makanan.
b) Pola Tidur
- Anak yang mengalami pruritus biasanya mengalami gangguan pada tidurnya
karena rasa gatal pada kulit yang dialami oleh anak
- Kebiasaan yang membuat anak nyaman saat tidur hal ini biasanya tidak
berubah.
c) Pola aktifitas/Latihan/OR/Bermain/Hoby
- Program olah raga
Biasanya hal ini tidak akan memperngaruhi pruritus pada anak.
- Jenis dan Frekuensi
Biasanya hal ini tidak akan memperngaruhi pruritus pada anak.
- Kondisi setelah olah raga
Pada anak pruritus bisanya akan meningkat gatalnya ketika selasai berolah raga
terutama ketika anak berkeringat stelah olah raga.

d) Pola Kebersihan diri

11
1) Mandi
Biasanya anak dengan pruritus disini akan mengurangi frekuensi mandinya.
2) Oral Hygiene
Frekuensi/hari, waktu, cara, menggunakan pasta gigi, dibantu/sendiri biasanya
tidak akan berpengruh apabila anak mengalami pruritus
3) Cuci rambut
Frekuensi x/minggu, sampo, sendiri/dibantu biasanya tidak berpengaruh
kecuali anak cuci rambut ketika mandi.
4) Berpakaian (sendiri/dibantu)
Biasanya tidak ada perubahan baik sebelum maupun sesudah mengalami
pruritus
e) Pola Eliminasi
- BAB
frekuensi, waktu, warna, bau, konsistensi, cara, keluhan,kebiasaan pada waktu
BAB itu tidak berpengaruh apabila anak mengalmi pruritus
- BAK
Frekuensi, warna, kebiasaan ngompol, keluhan yang berhubungan dengan
BAK biasanya tidak berpengaruh apabila anak mengalami pruritus
f) Kebiasaan Lain
Anak dengan pruritus mungkin akan mengurangi frekuensi kebiasaanya karena
terganggun dengan aktivitas menggaruk, kebiasaan tersebut seperti Menggigit Jari,
Menggigit kuku, Menghisap Jari, Memainkan Genital, Mudah marah, dll
10. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien
a) Tingkat kesadaran
Secara umum pasien dengan pruritus dalam kondisi sadar (composmentis)
b) Berat badan
Biasanya klien dengan penyakit pruritus tidak mengalami gagguan pada
berat badannya mengalami peningkatan atau penurunan berat badan.
c) Tinggi badan
Biasanya klien dengan pruritus ini tidak menyebabkan seseorang
mengalami gangguan pertumbuhan pada tinggi badan
d) Teperatur

12
Biasanya klien dengan ketosis tidak mengalami perubahan peningkatan
pada suhu. (36 derjat C- 37 derjat C).
e) Nadi
Biasanya nadi klien tidak mengalami perubahan (60-100x/menit).
f) Tekanan darah
Biasanya tekanan darah klien tidak mengalami penigkatan atau penurunan (
110-140mmHg).
g) Pernapasan
Pada klien dengan pruritus biasanya tidak mengalami perubahan frekuensi
nafas ( 16-24x/menit) (Kushariyadi,2011).
2. Kepala
a. Rambut
Biasanya tidak ada terjadi kerotokan atau gagguan lain pada pertumbuhan
rambuh.
b. Wajah
Wajah anak terlihat simetris, warnanya akan berubah atau tubuh bentol
merah yang karena pruritus.
c. Mata
Mata anak Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat sclera, tidak konjungtiva
maupun palpabrae edema
d. Hidung
Biasanya keadaa hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pembenggakan
pada hidung, septum nasi biasanya normal, lubung hidung biasanya tidak
ada secret, serta tidak ada cupping hidung.
e. Bibir
Biasanya mukosa bibir terlihat dalam keadaan baik yaitu lembab
f. Gigi
Klien yang mengalami ketosis biasanya tidak mengalami gagguan pada gigi
dimana gigi terlihat putih tidak mengalmi kerusakan .
g. Lidah
Biasanya lidah klien tidak mengalami gangguan dimana warna lidah klien
merah muda tidak terdapat lesi dan simetris
h. Telinga

13
Biasanya simetris kanan dan kiri dan mungkin tidak terjadi penurunan
pendengaran.
3. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer getah bening serta
deviasi trakea, pergerakan leher tidak terganggu, tidak ada perlukaan pada leher
klien dan JVP normal 5-2 cm air (Kushariyadi,2011).
4. Thorak
a. Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris kiri dan kanan, bentuknya normal,
frekunsi nafas normal sedikit meningkat (16-24kali/menit), irama
pernapasan biasanya kurang, tidak adanya perlukaan, ictuscordis tidak
terlihat dan tida ada terlihat pembenggakan.
b. Palpasi : Biasanya gerakan antara paru-paru kiri dan kanan sama, tidak ada
nyeri tekan dan udema.
c. Perkusi : Biasanya suara nafas terdengar normal yaitu sonor.
d. Auskultasi : Biasanya suara nafas terdengar normal.
5. Jantung
a. Inspeksi : biasanya ictus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : biasanya ictus kordis teraba
c. Perkusi : biasanya batas jantung dalam batas normal, yaitu :
Kanan atas SIC II line para sternalis dextra
Kanan bawah SIC IV line para dextralis dextra
Kiri atas SIC II line para sternalis sinistra
Kiri bawah SIC IV medioklavikula sinistra.
d. Auskultasi: biasanya irama jantung terdengar normal.
6. Abdomen
a. Inspeksi : biasanya tidak terrjadi masalah abdomen klien simetris kiri
dan kanan,
b. Auskultasi : biasanya tidak ada gangguna bunyi bising usus normal 5-
35x/menit
c. Palpasi : tidak ada pembesaran hepar atau kelenjar limfa
d. Perkusi : apabila diperkusi tidak terjadi perubahan bunyi tetap pada
bunyi normal yaitu timpani.

14
7. Ekstremitas
Biasanya klien dengan pruritus tidak memiliki gangguan pada ekstremitas
8. Genitourinaria
Tidak ada gangguan perkemihan pada klien dengan pruritus
9. System integumen
Terjadi kemerahan atau bentol dan jenis lain yang mungkin menjadi penyebab
gatal pada kulit.
10. Neurosensori
Status mental tereorientasi,
11. Pemeriksaan tumbuh kembang
1) DDST
Biasanya anak dengan pruritus tidak mengalami masah dengan perkembangan nya
sehingga hasil dari uji DDST ini normal
2) Status nutrisi
biasanya pruritus tidak terjadi karena anak mengalami kekurangan nutrisi sehingga
tidak ada masalah dengan pemenuhan nutrisinya, anak juga tidak mengalami
penurunan nafsu makan
12. Pemeriksaan penunjang
4. Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami alergi yang
menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan mengalami peningkatan jumlah
eosinofil yang kadar normalnya 1-3% dari leukosit.
5. BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang dirasakan kliena
adalah gangguan ginjal yang meyebabakan meningkatnya kadar urea yang
membuat kulit menjadi gatal
6. Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui jika
terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat rasa gatal.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko infeksi b/d adanya lesi
2) Kerusakan integritas kulit b/d gangguan sensasi yang berupa rasa gatal
3) Nyeri akut b/d agen cidera seperti lesi dan erosi
4) Gangguan citra tubuh b/d cidera kecacatan kulit
C. Intervensi
No Dx keperawatan Noc Nic

15
1 Kerusakan integritas kulit b/d Integritas jaringan: kulit & Manajement pruritus
gangguan sensasi yang membrane mukosa 1. Tentukan penyebab dari
berupa rasa gatal 1. Suhu kulit dalam pruritus
keadaan baik 2. Lakukan pemeriksaan fisik
2. Dapat merasakan untuk mengenali distrupsi
sensasi pada kulit kulit
3. Elastisitas kulit dalam 3. Berikan pakaian atau
keadaan baik pelindung tangan atau siku
4. Ketebalan kulit klien selama tidur untuk
merata membatasi gerakan yang
5. Perfusi jaringan kulit tidak terkontrol jika
baik diperlukan
6. Pertubuhan rambut 4. Berikan obat cream atau
pada kulit lotion jika diperlukan
5. Berikan antipruritus jika
diindikasikan
6. Pemberian cream
antihistamin
7. Anjurkan klien untuk
menghindari parfum sabun
mandi dan minyak
8. Anjurkan klien untuk tetap
memendekkan kukunya
2 Nyeri akut b/d agen cidera Control nyeri Manajement nyeri
seperti lesi dan erosi 1. Klien mampu menilai 1. Lakukan pengkajian nyeri
lamanya nyeri secara komprehensif
2. Klien mampu menilai termasuk lokasi,
penyebab nyeri karakteristik, durasi,
3. Laporkan gejala yang frekuensi, kualitas dan
tidak terkontrol pada faktor presipitasi
tenaga professional 2. Observasi reaksi
4. Penggunaan sumber- nonverbal dari
sumber tersedia ketidaknyamanan

16
5. Klien mampu menilai 3. Gunakan teknik
gejala nyeri komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi

17
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
3 Resiko infeksi b/d adanya lesi Risk control Infection Control (Kontrol
1. Klien bebas dari tanda infeksi)
dan gejala infeksi 1. Bersihkan lingkungan
2. Mendeskripsikan setelah dipakai pasien lain
proses penularan 2. Pertahankan teknik isolasi
penyakit, factor yang 3. Batasi pengunjung bila
mempengaruhi perlu
penularan serta 4. Instruksikan pada
penatalaksanaannya, pengunjung untuk mencuci
3. Menunjukkan tangan saat berkunjung dan
kemampuan untuk setelah berkunjung
mencegah timbulnya meninggalkan pasien
infeksi 5. Gunakan sabun
4. Jumlah leukosit dalam antimikrobia untuk cuci
batas normal tangan
5. Menunjukkan perilaku 6. Cuci tangan setiap sebelum
hidup sehat dan sesudah tindakan
kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung

18
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap

19
kemerahan, panas,
drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
11. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
4 Gangguan citra tubuh b/d Gambaran diri Peningakatan harga diri
cidera kecacatan kulit 1. Gambaran internal diri 1. Pantau pandangan klien
positif terhadap kemampuan diri
2. Keseimbangan antara 2. Menetukan tempat klien
realitas diri dengan untuk mengontrol
ideal diri klien dalam 3. Menentukan kepercayaan
keadaan baik diri klien dengan pendapat
3. Sikap terhadap tubuh sendiri
yang mengalami 4. Bantu klien untuk
gangguan baik menumukan penerimaan
4. Puas dengan keadaan diri
tubuh 5. Hargai kekuatan personal
5. Menyesuaikan bentuk yang ditunjukkan klien
perubahan fisik

20
6. Menyesuaikan 6. Gali alasan untuk
perubahan diri akibat mengkritik diri atan
penuaan menyalahkan
7. Memantau frekuensi
perkataan negative terhadap
diri
8. Monitor level harga diri
setiap saat jika diperlukan
9. Anjurkan klien untuk
mengevaluasi sikapnya
sendiri
10. Anjurkan klien untuk
menerima perubahan baru

BAB IV
21
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta
menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus dapat disebabkan oleh
berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan
menjadi lima golongan: Pruritus local, Gangguan sistemik, Gangguan pada
kulit, Pajanan terhadap factor tertentu, Hormonal. Adapun penyebab lain oleh
faktor eksogen dan endogen.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu
sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan,
terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan
lega pada penderita, yaitu: Pengobatan topical dan Pengobatan dengan medikasi
oral.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun akan mengajukan bberapa saran
yang kiranya dapat di terima dan menjadi perhatian kita bersama guna
meningkatkan mutu pelayanan:
1) Perawat diharapkan memberikan penjelasan yang tepat mengenai penyakit
pruritus.
2) Perawat diharapkan terus belajar dari setiap respon klien agar mempunyai
pengalaman dalam mengidentifikasi asalah setiap individu

22
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara, C, 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan


Keperawatan Padjajaran, Bandung.

Price, Sylvia, Anderson dan Wilson, LM, 1991. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit, EGC, Jakarta.

Corwin, Elizabeth, J, 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC, Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai