Pembimbing:
dr. Dody Suhartono, Sp.KK, MH.
Disusun Oleh
Felix Nifalo 030.14.067
Disusun oleh:
Felix Nifalo
(030.14.067)
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mengizinkan referat ini terlaksana,
karena berkat anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Pemilu dan
Penyakit Kulit Kelamin dari Sisi Peserta Pemilu”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah
Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal, periode 10 Juni 2019 – 13 Juli 2019.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Dody Suhartono, Sp.KK, MH. sebagai
pembimbing, dokter dan staf-staf Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum
Daerah Kardinah Kota Tegal, teman-teman sesama ko-asisten Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal, dan semua pihak yang turut serta
memberikan bantuan, doa, semangat, dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan
referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, namun besar
pengharapan penulis bagi pembaca untuk memberikan masukan dan kritikan yang akan saya
pertimbangkan untuk memperbaiki referat ini menjadi lebih baik. Terima kasih dan Tuhan
memberkati.
Felix Nifalo
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
penyelenggaraan pemerintahan yaitu diberikan pengakuan kepada rakyat untuk berperan serta
secara aktif dalam menentukan wujud penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Sarana yang
diberikan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat tersebut yaitu diantaranya dilakukan melalui
dimaksud dengan Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan
rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Peserta Pemilu sendiri adalah partai politik untuk Pemilu anggota DPR, anggota DPRD
provinsi, anggota DPRD kabupaten/kota, perseorangan untuk pemilu anggota DPD, dan
pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik gabungan partai politik untuk Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden. Pasangan Calon Presiden dan Wakil presiden yang selanjutnya
disebut Pasangan Calon adalah pasangan calon peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi
persyaratan. (1)
Pemilu merupakan bagian dari proses demokrasi yang harus berjalan dimana didalam
pelaksanaannya diperlukan kesiapan. Dalam persiapannya, para peserta Pemilu memiliki tugas
untuk merencanakan dan merancang visi dan misi serta program-program untuk mencapai
6
Indonesia yang lebih baik lewat kampanye, debat, dan lain sebagainya. Kegiatan perancangan
dan perencanaan tersebut tentu harus dipikirkan secara matang dan setiap kesalahan harus
diminimalisir.
Akan tetapi, apabila kegiatan tersebut terlalu dipaksakan dan melebihi batas
kemampuan individu tertentu, tentu akan menimbulkan beban kerja yang terlalu tinggi pada
tubuh. Sehingga penyakit-penyakit dapat muncul, baik penyakit yang menyerang fisik maupun
psikis. Dalam hal ini, penyakit psikis yang dapat muncul adalah stres. Stres sendiri dapat
memicu berbagai penyakit lain, salah satunya adalah penyakit kulit. Maka dari itu dalam
pembahasan kali ini akan dikorelasikan antara stres psikis dengan penyakit kulit.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STRES
2.1.1 Definisi
tuntutan dan ancaman. Bila seseorang diancam, sistem saraf merespon dengan
melepaskan suatu aliran hormon stres, termasuk adrenalin dan kortisol, yang
Stres dapat meningkatkan resiko stroke, serangan jantung, depresi dan lain-
lain. Stres dipahami sebagai tekanan dari lingkungan, lalu sebagai ketegangan di
Pada saat kerja, banyak orang termotivasi menghadapi tantangan yang ada
pada saat mereka bekerja. Akan tetapi ketika tuntutan kerja berlebihan dan
hal tersebut dapat mengantarkan kepada stres. Jadi stres kerja adalah stres yang
Organisasi kerja yang buruk, cara kita merancang pekerjaan dan sistem
kerja, dan cara kita mengelolanya, dapat menyebabkan stres dalam bekerja.
Tuntutan dan tekanan yang berlebihan dan dinyatakan tidak terkendali dapat
disebabkan oleh desain kerja yang buruk, manajemen yang buruk dan kondisi
kerja yang tidak memuaskan. Hal ini dapat mengakibatkan pekerja tidak
8
menerima dukungan yang cukup dari orang lain atau tidak memiliki cukup kontrol
Bila tubuh seseorang dihadapkan dengan suatu stresor, maka tubuh akan
mengenai stressor fisik dan psikologis dari hampir semua bagian otak dan dari
memiliki efek sekresi terhadap insulin dan glukagon oleh pankreas. Selain itu
vasonkontriksi arteriol pada ginjal oleh katekolamin memicu sekresi renin secara
tidak langsung yaitu dengan menurunkan aliran darah ke ginjal. Kemudian renin
9
Gambar 1. Respon stress dalam hipotalamus (6)
Gejala dan tanda stres dibagi menjadi tiga gejala, yaitu gejala fisik, gejala
psikologis, dan perilaku. Gejala fisik meliputi meningkatnya tekanan darah dan
berkeringat, gangguan kulit, kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan otot dan
sulit tidur.(7)
10
mental, kehilangan konsentrasi, kehilangan kreativitas, kehilangan semangat
hidup, menurunnya rasa percaya diri. Gejala perilaku meliputi menunda atau
2.2 KULIT
2.2.1 Definisi
pembatas antara tubuh dengan dunia luar sehingga paling sering terpapar
langsung oleh berbagai risiko baik internal maupun eksternal karena tingginya
mobilitas manusia. Salah satu fungsi utama kulit adalah sebagai pertahanan
(barier) terhadap berbagai risiko eksternal dan internal yang berbahaya. Telah
disepakati terdapat hubungan kuat antara stres psikologis dan reaksinya pada
kulit. Stres psikologis sebagai salah satu faktor internal cukup sering berperan
11
Gambar 2. Faktor yang memengaruhi fungsi pertahanan kulit (8)
Fungsi pertahanan kulit manusia adalah suatu sistem yang unik karena
eksternal. Fungsi pertahanan ini mencakup fungsi proteksi fisik (trauma mekanik),
masuknya bahan kimia berbahaya, alergen dan bahan yang dapat menimbulkan
kerusakan membran sel), proteksi terhadap suhu dan juga mencegah masuknya
mikroorganisme patogen penyebab infeksi. Lapisan paling luar kulit yaitu stratum
korneum berperan sebagai lapisan primer dalam fungsi pertahanan kulit. Setiap
kerusakan kulit seperti laserasi, kulit kering atau iritasi akan menyebabkan
kulit. (8)
12
Lapisan kulit manusia memiliki fungsi keseimbangan untuk menghindari
membentuk jaringan parut. Fungsi barier terhadap tekanan juga didukung oleh
lapisan serat kolagen dan elastin di dalam lapisan dermis serta jaringan lemak
subkutan. Fungsi pertahanan kulit terhadap radiasi sinar ultraviolet dari matahari
Stres psikologis telah diketahui sebagai salah satu faktor internal pencetus
lapisan epidermis kulit seperti pada psoriasis dan dermatitis atopik, walaupun
Berdasarkan beberapa studi lebih lanut telah diketahui pula bahwa sistem
ditimbulkan oleh stres psikologis dan pada fungsi pertahanan kulit. (8)
Terdapat tiga teori yang potensial dapat menjelaskan efek negatif stres psikologis
inflamasi dan produksi sitokin dengan atau tanpa melalui jalur Hipotalamus-
Hipofisis-Adrenal.
jalur Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal.
13
3. Sistem steroidogenik kulit, melalui produksi local Corticotropin Releasing
Factor (CRF) yang merupakan mediator terhadap timbulnya efek lebih lanjut
14
Prevalensi faktor psikologis yang mempengaruhi penyakit kulit tidak
mempengaruhi sistem kekebalan, endokrin, dan saraf di tingkat lokal dan pusat.
Dalam beberapa penyakit kulit, seperti dermatitis atopik, tingkat jaringan faktor
ditangani. Data menunjukkan bahwa setidaknya pada beberapa orang, stres dan
tertentu. Ikatan antara kulit dan pikiran memiliki akar yang dalam, seperti kontak
kulit-ke-kulit antara bayi yang baru lahir dan ibu. Tidak mengherankan bahwa
emosi dapat memengaruhi kulit dan hubungan tersebut cenderung rumit. Pasien
yang mengunjungi dokter untuk kondisi kulit sering memiliki masalah psikologis
Banyak penyakit kulit yang sembuh atau membaik dengan terapi standar,
untuk mengenali bahwa masalah emosional juga mungkin terlibat, terutama ketika
mengevaluasi dan mengobati masalah kulit secara medis sebelum melihat ke aspek
psikologisnya. Tetapi terkadang, obat atau pendekatan medis lain yang tidak
15
1. Dermatologi primer/Psikofisiologi
Masalah kulit yang memiliki dasar fisiologis tetapi dapat diperburuk oleh stres
dan faktor emosional lainnya, termasuk antara lain, jerawat (acne), alopesia
areata (rambut rontok), berbagai jenis eksim atau dermatitis (peradangan kulit),
psoriasis (kulit bersisik dan kemerahan), rosasea (flushing dan erupsi), urtikaria
(gatal), dan kutil. Beberapa gejala, seperti banyak berkeringat dan gatal dapat
menjadi gejala kondisi medis lain atau reaksi terhadap obat-obatan, oleh karena
itu pemeriksaan oleh dokter dan perawat dermatologis standar sangat penting
Tidak ada kondisi kulit yang terlihat, yang terjadi pada kulit adalah akibat dari
yang ditimbulkan sendiri pada kulit (dermatitis artefacta). Penyakit seperti itu
Suatu keadaan dimana masalah emosi lebih menonjol sebagai akibat dari
penyakit kulit dan konsekuensi psikologisnya lebih parah daripada gejala fisik.
16
mengikis harga diri, menyebabkan depresi dan kecemasan, dan menurunkan
kualitas hidup. Ada banyak bukti korelasi antara gangguan kulit dan gejala
depresi. Satu studi, misalnya, menemukan bahwa pasien dengan psoriasis berat
dan jerawat dua kali lebih mungkin untuk bunuh diri sebagai pasien medis
umum. Namun, dalam kasus seperti itu, sulit membedakan penyebab dari
efeknya.(9)
17
Psoriasis vulgaris merupakan penyakit autoimun yang bersifat kronik dan
residif dengan karakteristik gangguan pertumbuhan dan diferensiasi epidermis yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis
dan transparan. Sampai saat ini pengobatan hanya menghilangkan gejala sementara (remisi),
sehingga psoriasis sering disebut sebagai penyakit seumur hidup. Penyakit ini tidak
Epidemiologi
Psoriasis mengenai kurang lebih 2,5% dari populasi dunia, dimana 20-30%
menderita psoriasis sedang sampai berat. Rentang umur terbanyak antara 25-35
tahun, 70-90% pasien menderita psoriasis setelah usia 40 tahun, sedangkan 10%
Etiopatogenesis
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai pathogenesis
psoriasis, tetapi peranan autoimun dan genetik dapat merupakan akar yang dipakai
dalam prinsip terapi. Dalam faktor genetik, bila orangtua penderita tidak menderita
psoriasis risiko mendapat psoriasis 12-14%, sedangkan jika salah satu orangtuanya menderita
psoriasis risiko meningkat menjadi 39-41%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe
psoriasis yaitu psoriasis tipe I dan tipe II, dimana tipe I memiliki awitan dini bersifat familial,
sedangkan tipe II memiliki awitan lambat dan bersifat non-familial. Hal lain yang mendukung
menunjukkan adanya hubungan genetik dan berkaitan dengan HLA (Human Leukocyte
Antigen) pada psoriasis. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6,
psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-BR7 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkaitan
dengan HLA-B27.
18
Faktor imunologi juga berperan, defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada
salah satu dari tiga jenis sel, yaitu limfosit T, antigen presenting cell (dermal) atau keratinosit.
Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Pada lesi psoriasis umumnya
ditemukan limfosit T di dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4+ dengan
sedikit limfositik dalam epidermis. Pada lesi baru umumnya lebih didominasi oleh
sel limfosit T CD8. Lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya
epidermis lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lainnya 27 hari.
kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol dan merokok. Stres psikis
merupakan faktor pencetus utama. Infeksi lokal mempunyai hubungan erat dengan
psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. (11)
Gejala Klinis
Penderita psoriasis vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada
kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi,
semakin melebar, dapat pecah dan timbul nyeri, serta dapat timbul gatal.(12) Pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale),
19
hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi.
berkonfluensi.(13)
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz dan fenomena
Köebner. Fenomena tetesan lilin dan tanda Auspitz dianggap khas, sedangkan
perbatasan kulit kepala dengan wajah, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan
Faktor Risiko
riwayat psoriasis di keluarga, infeksi virus atau bakteri, stres, obesitas, dan
20
berkaitan secara signifikan dengan lesi pustular pada psoriasis. Sementara itu,
individual dengan indeks massa tubuh (IMT) overweight dan obesitas memiliki
Diagnosis Banding
Dermatitis seboroik
Neurodermatitis
Parapsoriasis
Pemeriksaan Tambahan
Hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini adalah adanya gambaran histopatologik
yang khas yaitu adanya parakeratosis dan akantosis pada stratum korneum, infiltrasi
Penatalaksanaan
sehingga pasien dapat beraktivitas dalam pekerjaan, kehidupan sosial dan sejahtera
untuk tetap dalam kondisi kualitas hidup yang baik, tidak memperpendek masa
hidupnya karena efek samping obat. Kebanyakan pasien tidak dapat lepas dari
21
Prinsip pengobatan yang harus dipegang adalah:
Edukasi
22
kepada keluarga pasien agar tidak membiarkan pasien menggaruk kulit, serta
mmberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk mengenakan pakaian
Prognosis
Prognosis psoriasis bervariasi tergantung jenis psoriasis, respon terhadap terapi, dan
dikarenakan tampilan klinis dari penyakit tersebut, biaya pengobatan yang tinggi,
dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Adanya rasa gatal dan nyeri, serta lesi
kulit yang tidak enak dilihat dapat mempengaruhi prognosis pasien secara sosial,
atas yang menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini menyebabkan bercak penebalan
kulit yang kering, bersisik dan berwarna lebih gelap, dengan bentuk lonjong dan
tidak beraturan. Disertai gejala garis kulit tampak menonjol (likenifikasi), akibat
Etiologi
terjadinya neurodermatitis.
a. Frekuensi
Frekuensi yang tepat dalam populasi umum tidak diketahui. Dalam sebuah
penelitian, 12% pasien penuaan dengan kulit pruritus memiliki liken simpleks
kronik.
b. Ras
menyebutkan bahwa liken simpleks kronik lebih umum terjadi pada orang Asia
dan Amerika keturunan Afrika. Munculnya lesi pada kulit yang lebih gelap
juga lebih parah pada individu dengan kulit yang lebih gelap.
c. Jenis kelamin
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Liken nuchae adalah bentuk
liken simpleks yang terjadi pada leher midposterior dan diamati hamper secara
d. Usia
dengan prevalensi tertinggi pada orang yang berusia 30-50 tahun. (20)
Gejala Klinis
tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau mata kaki,
kadang muncul di alat kelamin. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada
24
sedang santai atau sedang tidur, akan berkurang saat beraktivitas. Rasa gatal yang
Gejala klinis neurodermatitis yang muncul adalah: kulit yang gatal pada
daerah tertentu, terjadi perubahan warna kulit, kulit yang bersisik akibat garukan
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Tambahan
a. Patch test
Tes ini menentukan unsur apa yang menyebabkan suatu reaksi alergi di dalam
pasien, dapat menyingkirkan gejala dermatitis kontak alergika. Tes ini memakai
berbagai alergen dengan potensial yang rendah dan dipertahankan sampai dua
hari. Jika terdapat suatu tanda bengkak di bawah alergen berarti terjadi reaksi
b. Biopsi kulit
Pengambilan sedikit jaringan kulit pada daerah lesi dan kemudian dilihat
25
Gambaran klinis yang didapatkan: hiperkeratosis, akantosis, spongiosis dan
sampai ke lapisan kolagen, ini merupakan tanda khas dari neurodermatitis. (20)
Penatalaksanaan
dan memperkecil luka akibat garukan atau gosokan. Tujuan farmakoterapi adalah
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topikal juga
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis
(vulva, skrotum, aksila, dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan
steroid potensi lemah. Pemakaian steroid potensi kuat hanya dipakai kurang dari 3
Edukasi
cara mengoleskan obat, perilaku pasien yang tidak perlu seperti mandi air hangat
dan mandi belerang, dikarenakan kedua hal tersebut akan memicu gatal pada kulit
pasien. Selain itu, pasien perlu juga diedukasi mengenai hal-hal apa saja yang dapat
menimbulkan gatal seperti panas, keringat, pakaian yang mengiritasi, alergi, stres
26
menggunakan sisir dan kuku yang panjang sebaiknya dihentikan karena hal tersebut
akan memperparah kondisi kulit pasien terutama likenifikasi. Perlu pula edukasi
berupa konsumsi berbagai jenis sayur untuk memberikan nutrisi bagi kulit pasien,
serta menggunakan pelembab agar kulit tidak kering, karena kulit kering juga akan
memicu gatal.(21)
Luka dapat sembuh sepenuhnya, dapat timbul jaringan parut dan perubahan warna
kulit. Dapat relaps dikarenakan stres atau tekanan mental, dan karena kontak dengan
penyebab alergi.
umum dijumpai pada anak dan dewasa. Penyakit ini ditemukan pada area kulit yang
memiliki banyak kelenjar sebasea seperti wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian
atas dan fleksura (inguinal, inframammae, dan aksila). Dermatitis seboroik yang
Epidemiologi
umum. Lesi ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk yang
erring dijumpai. Pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis seboroik lebih
dermatitis seboroik. Umumnya diawali sejak usia pubertas, dan memuncak pada
usia 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk yang ringan, sedangkan
pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle’s cap). Jenis kelamin
Etiopatogenesis
28
dermatitis seboroik, menunjukkan sekresi sebum yang normal pada laki-laki dan
menurun pada perempuan. Dengan demikian penyakit ini lebih tepat disebut
diuraikan sebagai berikut: Dermatitis seboroik dapat merupakan tanda awal infeksi
Diduga hal ini terjadi akibat lingkungan yang mendukung. Telah banyak bukti yang
perubahan imunitas selular. Kelenjar sebasea aktif pada saat bayi dilahirkan, namun
dengan menurunnya androgen ibu, kelenjar ini menjadi tidak aktif selama 9-12
tahun.(24)
Gejala Klinis
Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Keluhan utama
biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan umumnya tidak gatal. Pada
anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama adalah kemerahan dan
sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis mata, area post-aurikula, dahi dan dada.
anogenital. Area kulit yang kemerahan biasanya gatal. Pasien juga dapat
29
mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan dapat memburuk jika terdapat
Diagnosis Banding
impetigo, tinea
Pemeriksaan Tambahan
yang tidak spesifik. Ciri khasnya adalah neutrofil di ujung bukaan folikel melebar,
30
Penatalaksanaan
31
Gambar 8. Alur tatalaksana dermatitis seboroik pada daerah scalp (25)
Edukasi
32
menghindari garukan yang dapat menyebabkan lesi iritasi, menghindari bahan-
bahan yang menimbulkan iritasi, mengonsumsi makanan rendah lemak, dan tetap
menjaga higiene kulit. Pasien perlu juga diedukasi mengenai pentingnya perawatan
Prognosis
Dermatitis seboroik pada bayi bersifat swasirna. Sementara pada dewasa bersifat
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Segal JM, Smith R, Segal L. Stress Symtomps, Signs, and Causes. 2016.
HelpGuide.org.helpguide.org/articles/stress/stress-symtoms-causes-and-effects.htm.
4. J dan T. Cox. 2015. Work-related Stress: Nature and Management. Oshwiki. European
5. Leka S, Griffiths A, dan Cox T. Work Organisation and Stress. Systematic Problem
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Porsea. Tesis. Sekolah
8. Pamela RD. Pengaruh Stres Psikologis terhadap Fungsi Pertahanan Kulit. RS Dr.
Suyoto, Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan. CDK-194/ vol. 39 no.6, th. 2012;
p.420-2
34
10. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI (ed).
2012.h.197-230
11. Nickoloff BJ, Nestle FO. Recent insights into the immunopathogenesis of psoriasis
doi:10.1172/JCI22147
13. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of Clinical
2018;9(4):290–291. doi:10.4103/idoj.IDOJ_309_17
15. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, et al. Ilmu Penyakit Kulit
16. Naldi L, et al. Family History, Stressful Life Events, and Recent Infectious Disease Are
Risk Factors For A First Episode of Acute Guttate Psoriasis : Case Control Study.
17. Naldi L, et al. Cigarette Smoking, Body Mass Index, and Stressful Life Events as Risk
https://doi.org/10.1111/j.0022-202X.2005.23681.x
18. PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
19. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VII.
35
20. Schonfeld J. Lichen Simplex Chronicus. 2017. Available from
https://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#a6
22. PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
23. CD, Hivnor C. Seborrheic dermatitis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
24. Dessinioti C, Katsambas A. Seborrheic dermatitis: Etiology, risk factors, and treatment:
25. PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
36