DISUSUN OLEH:
NIP. 199301272022032003
BAPELKES CIKARANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Coach Mentor
Penguji
NIP. 196911121989031002
i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Rancangan Aktualisasi pada Pelatihan dasar
CPNS golongan 3 angkata 6 dengan judul “Belum Optimalnya Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Gaduh Gelisah di Unit Rawat Inap RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta”
Laporan Rancanga Aktualisasi ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya
kepada:
1. dr. DESMIARTI, Sp.KJ., M.A.R.S. Selaku Direktur Utama RS Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta
2. Ahmad Wajedi, S.PD. M. KES, Selaku Penguji yang telah memberikan saran dan masukan
pada laporan rancangan aktualisasi ini.
3. dr. Titiek Resmiarsi, MARS, selaku coach yang telah sabar memberikan bimbingan, saran,
dan pendapat pada laporan rancangan aktualisasi ini.
4. Laili Mahmudah, S. Kp, selaku mentor yang telah memberikan masukan-masukan membangun
dalam penyusunan laporan rancangan aktualisasi ini.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat dalam menjalani
kehidupan dan karir selama ini
6. Teman-teman golongan 3 angkatan 6 khususnya kelompok C yang senantiasa berbagi ilmu
selama penyelengaraan D-Learning ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita semua. Akhirnya
besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi banyak pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................ii
PRAKATA....................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................3
A. Identifikasi Isu.................................................................................10
B. Penelitian Penetapan Core Isu..........................................................15
C. Deskripsi Core Isu............................................................................16
D. Penyebab Isu...................................................................................17
E. Gagasan Pemecahan Isu..................................................................18
F. Matriks Rancangan Aktualisasi..........................................................21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASN (Aparatur Sipil Negara) adalah profesi bagi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, yang mengabdi pada instansi pemerintah.
Pegawai ASN terdiri dari PNS dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, yang diangkat
oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan,
atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik; pelayanan publik; serta perekat
dan pemersatu bangsa (Prasojo & Rudita, 2014; dan Faedlulloh, 2015).
Sedangkan pegawai ASN bertugas: melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; serta mempererat persatuan
dan kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Pegawai ASN juga berperan
sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme (Prasojo & Rudita, 2014; Komara, 2018; dan Nasty, 2018).
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang
bersih dan berwibawa (good governance), serta mewujudkan pelayanan publik yang baik,
efisien, efektif, dan berkualitas, tentunya perlu didukung oleh adanya pegawai ASN yang
profesional, bertanggung jawab, adil, jujur, dan kompeten dalam bidangnya Dengan kata lain,
pegawai ASN dalam menjalankan tugas tentunya harus berdasarkan pada profesionalisme dan
kompetensi, sesuai kualifikasi bidang ilmu yang dimilikinya (Ryngaert & Wouters, 2005;
Dwiyanto, 2006; dan Komara, 2018)
Kegawat daruratan psikiatri adalah tiap gangguan dalam berpikir, perasaan atau
tingkah laku yang memerlukan intervensi terapeutik/ pengobatan secepatnya/segara.
Emergensi psikiatri dapat terjadi di rumah,di jalan, di kantor, di Unit Jiwa, di Unit Penyakit
medis umum, Unit Bedah,di RSU, atau bahkan di unit emergensi sekalipun. Situasi kedaruratan
1
dapat berupa ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau
lingkungan;
2
kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, kerusakan harta benda dan lingkungan; dan
cenderung peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap kehidupan, kesehatan,
harta benda atau lingkungan.
Menurut Word Health Organitazion (WHO) bahwa masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius.WHOmemperkirakan sekitar 450 juta orang
di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Widdyasih, 2008). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar prevalensi gangguan jiwa di Indonesia sebesar 14,1% dari gangguan jiwa
yang ringan hingga berat. Dirjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan juga
menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia meningkat pesat, mencapai
8-10% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2007. (Riskesdas, 2007).
Data American Psychiatric Assosiation (APA) pada tahun 1995 menyebutkan 1%
populasi penduduk dunia menderita skizofrenia, sedangkan di Indonesia sekitar 1% hingga 2%
dari total penduduk. Gangguan kepribadian skizofrenia ini dapat terjadi pada hampir setiap
tingkat usia : modus pada 30-35 tahun kurang lebih 10% terjadi pada golongan usia 20 tahun
65% pada rentan usia 20-40 tahun, dan 25% terjadi pada golongan usia di atas 40 tahun.
Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dibanding angka kematian pada
umumnya(Yosep, 2007).
Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala utama ialah
psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara, berjalan mondar
mandir, tidak jarang ia berlari-lari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat. Gerakan tangan
dan kaki serta mimik dan suaranya kencang. Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau
takut. Ekspresi ini mencerminkan gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistic
lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga timbul
halusinasi penglihatan (terutama pada sindroma otak organic yang akut) dan halusinasi
pendengaran (terutama pada skizofrenia).
Karena gangguan proses berikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebih-lebih bila
halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung, gelisah dan gaduh. Ia
bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi agresif dan destruktif. Karena itu semua, maka ia
menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau
mengalami kecelakaan dalam kegelisahan yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau
halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau merusak barang-
barang disekitarnya.
3
Belum adanya alur penanganan pasie dengan gaduh gelisah yang ada diruangan
dengan pasien gaduh gelisah memungkinkan petugas kesehatan terutama pegawai baru
adanya kebingungan dan belum maksimal menerapkan SOP pasien dengan gaduh gelisah yang
di khawatirkan akan mencederai pasien maupun petugas RS serta adanya kerusakan pada
fasilitas rumah sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui Proses-proses penerapan nilai-nilai dasar Ber-AKHLAK yang diimplementasikan
pada kegiatan aktualisasi melalui program habituasi di unit kerja RS Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta.
b. Melakukan kegiatan sebagai bentuk kontribusi dalam mengoptimalkan pemberian pelayanan
keperawatan di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuai pegawai mengenai penerapan SOP gaduh gelisah
b. Mengetahui pengoptimalan SOP pasien gaduh gelisah oleh pegawai
c. Tercapainya optimalisasi SOP gaduh gelisah setelah dilakukan habituasi
4
BAB II
VISI
Menjadi Pusat Rujukan Nasional Layanan Neuropsikiatri
MISI
TATA NILAI
MOTTO
5
B. Struktur Organisasi
Gambar 2.1
6
C. Fasilitas dan Layanan Unggulan
RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan memiliki banyak fasilitas yang dapat menunjang pelayanan
sesuai dengan visi dan misi yaitu Instalasi Diklat, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Rawat Jalan, Kesehatan Jiwa Masyarakat dan Pelayanan Penunjang. Diantara Fasilitas
tersebut, RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan juga memiliki beberapa layanan unggulan yaitu:
a. Layanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja hadir memberikan layanan kepada masyarakat
dengan model onestop services. Beberapa layanan yang dapat ditemu pada Layanan Kesehatan
Jiwa Anak dan Remaja:
1) Konsultasi dan Pemeriksaan psikiater peminatan anak dan remaja
2) Konsultasi dan pemeriksaan dokter spesialis anak (Pemeriksaan Fisik, Medikamentosa).
3) Assesment Center oleh tim terapis (Okupasi Terapis, Terapis Wicara, Fisioterapis, Remedial
Terapis, Keperawatan).
4) Layanan Khusus Neuropsikoterapi (Neurofeedback, TOVA, TMS, P 300, Brain Mapping).
7
c) Tes Minat Bakat
d) Tes Kepribadian, Kapasitas Kerja dan Buta warna
c. Rehabilitasi Medik dan Psikososial
Instalasi Rehabilitas merupakan pelayanan rehabilitasi psikososial pada pasien rawat
jalan day care dan rawat inap night care. Pelayanan rehabilitasi psikososial ini sifatnya
komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Tujuan pelayanan
komprehensif bagi pasien gangguan jiwa yaitu membantu pasien dalam pemulihan penyakitnya
dan melatih pasien untuk dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dengan menggunakan
strategi mengatasi masalah, membantu hubungan sosial dan mempersiapkan kemampuan untuk
bekerja sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
8
D. Profil Peserta
NIP 19930272022032003
Dalam melaksanakan aktualisasi, mengacu pada kegiatan dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
sebagai berikut:
NO KEGIATAN SUMBER
1 Kelengkapan dan ketepatan pengembalian rekam SKP
medis dalam 24 jam
2 Penyelenggaraan rekam medis elektronik SKP
3 Pelayanan kesehatan jiwa berbasis safeward dan SKP
WHO-QR
4 Persentasi kejadian pasien jatuh SKP
5 Kepatuhan protokol kesehatan SKP
9
6 Ketepatan identifikasi pasien SKP
7 Asuhan Keperawatan SKP
8 Edukasi Keluarga SKP
9 Terapi kelompok SKP
10 Tindakan Kolaboratif/delegatif SKP
11 Laporan harian SKP
12 Laporan bulanan SKP
10
BAB III
RANCANGA AKTUALISASI
A. Identifikasi Isu
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor 26 2019 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 2014 tentang keperawatan, disebutkan bahwa
pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
terintegrasi dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
Tugas perawat juga sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien,
pengelola pelayanan keperawatan, penelitian, pelaksaan tugas berdasarkan pelimpahan
wewenang dan/atau pelaksana tugas dalam keadaan tertentu.
Berkaitan dengan tugas perawat yang dijabarkan, berikut isu yang diangkat sesuai dengan
Sasaran Kerjs Perawat (SKP):
11
5 Kepatuhan protokol Dilaksanakan Dilaksanakan Sesuai SOP
kesehatan Sesuai SOP
6 Ketepatan Dilakukan sesuai Diharapkan Adanya
identifikasi pasien SOP namun alternatif cara
banyaknya identifikasi/memastikan
gelang pasien pasien selain gelang
yang hilang atau pasien dan membuka
terlepas saat rekam medis.
dilakukannya
perawatan,
sehingga
mempersulit
petugas
terutama
perawat yang
baru untuk
mengidentifkasi
pasien. Cara
mengidentifikasi
dengan melihat
foto dan nama di
Rekam Medis
7 Asuhan Dilaksanakan Adanya alur dan
Keperawatan Sesuai SOP, panduan serta
namun masih Sosialisasi mengenai
belum asuhan kegawat
optimalnya daruratan pskiatri yang
penanganan mudah dipahami oleh
pasien dengan perawat baru dan
kegawat adanya sosialisasi
daruratan berkala mengenai
pskiatri (gaduh
12
gelisah) penanganan pasien
terutama pada gaduh gelisah tersebut
perawat baru
karna masih
bingung mengeni
alur penanganan
pasien dengan
keaddan gaduh
gelisah
8 Edukasi Keluarga Pemberian Pemberian edukasi dan
Edukasi dan Informasi kepada
Informasi pasien dan keluarga
kepada pasien mengunakan media
dan keluarga edukasi teutama anjura
sudah dilakukan patuh minum obat.
akan tetapi
belum
tersampaikan
dengan
maksimal
dikarenakan
kurangnya media
edukasi dalam
ruangan
keperawatan
terutama
mengenai
anjuran patuh
minum obat.
9 Terapi kelompok Sudah dilakukan Sudah dilakukan sesuai SOP
sesuai SOP
13
10 Tindakan Sudah dilakukan Sudah dilakukan sesuai SOP
Kolaboratif/delegatif sesuai SOP
11 Laporan harian Sudah dilakukan Sudah dilakukan sesuai SOP
sesuai SOP
12 Laporan bulanan Sudah dilakukan Karna sudah mengunakan
sesuai SOP, namun rekam medis elektronik,
masih manual data bisa di ambil dari
tarikan sistem.
Dari uraian tugas dan jabatan yang sesuai dengan TUSI yang tercantum dalam
SKP diperoleh beberapa isu yaitu:
1. Belum optimalnya Identifikasian Identitas Pasien Jiwa di Unit Rawat Inap RS Jiwa
Soeharto Heerdjan
Ketepatan identitas pasien merupakan sasaran pertama yang harus diperhatikan pasien
untuk mengurangi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan selama di rumah sakit. Perawat
harus memperhatikan apakah identitas pasien sudah benar atau tidak, untuk memastikan
ketepatan identitas pasien perawat harus mengsingkronkan data yang dimiliki dengan gelang
identitas yng digunakan oleh pasien, selain itu perawat juga bisa menanyakan langsung kepada
pasien mengenai nama pasien, umur pasien dan tempat serta tanggal lahir pasien Ketepatan
identitas pasien sangat wajib diperhatikan untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan maupun pemberian terapi, salam pemberian terapi dan asuhan
keperawatan dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pasien selama dirumah sakit,
dampak yang sangat besar akan dialami oleh pasien apabila perawat teledor dalam memberikan
terapi dan asuhan keperawaran akibat tidak teliti dalam mengnali identitas pasien.
Dari hasil observasi Kendala pada identifikasi pasien jiwa adalah gelang yang di pakai
pasien pada saat rawat inap biasanya hanya bertahan 2-3 hari saja. Gelang tersebut akan hilang
karna dilepas oleh pasien atau luntur karna terkena air. Pada pasien yang belum stabil atau
dalam kondisi gaduh gelisa petugas kesehatan juga kesulitan untuk memastikan kembali
identitas pasien dengan bertanya kepada pasien. Adanya kesamaan nama pasien berpeluang
terjadinya salah identifikasi pasien.
14
2. Belum Optimalnya Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gaduh Gelisah di Unit
Rawat Inap RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala utama ialah
psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara, berjalan mondar
mandir, tidak jarang ia berlari-lari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat. Gerakan tangan
dan kaki serta mimik dan suaranya kencang. Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau
takut. Ekspresi ini mencerminkan gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistic
lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga timbul
halusinasi penglihatan (terutama pada sindroma otak organic yang akut) dan halusinasi
pendengaran (terutama pada skizofrenia).
Karena gangguan proses berikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebih-lebih bila
halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung, gelisah dan gaduh. Ia
bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi agresif dan destruktif. Karena itu semua, maka ia
menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau
mengalami kecelakaan dalam kegelisahan yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau
halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau merusak barang-
barang disekitarnya.
Belum adanya sosialisasi panduanpenanganan pasien gaduh gelisah yang ada diruangan
memungkinkan petugas kesehatan terutama pegawai baru kebingungan dan belum maksimal
menerapkan SOP pasien dengan gaduh gelisah yang di khawatirkan akan mencederai pasien
maupun petugas RS serta adanya kerusakan pada fasilitas rumah sakit.
3. Belum Optimal Pemberian Edukasi Patuh Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa di
Unit Rawat Inap RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
Sebagia besar pasien gangguan jiwa tidak patuh minum obat dikarnakan efek samping
obat, dosis yang diberikan, cara pemberian, biaya dan merasa sudah tidak memiliki gejala, hal
ini berdampak pada onset kekambuhan yang tinggi dengan gejala psikotik yang
menonjol/parah.
Pemahaman pasien dan keluarga mengenai pentingnya patuh minum obat kurang.
Beberapa keluarga dan pasien yang diajak berdiskusi mengatakan merasa sudah sehat dan tidak
perlu minum obat, keluarga juga mengatakan pasien sudah selayaknya masyarakat lain dan
tidak lagi membutuhkan obat berakibat pada kekambuhan pasien yang lebih parah
15
B. Penetapan Core Isu
Berdasarkan hasi identifikasi beberapa isu yang terdapat di RS Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta,
dapat dilakukan penapisan isu untuk menetukan core isu yang akan diangkat menjadi isu utama
dengan metode APKL yang merupakan singkatan dari Aktual (A), Problematik (P),
Kekhalayakan
(K) dan Layak (L) yaitu metode untuk menentukan skala prioritas isu
Dari hasil penapisan isu diatas maka isu yang menjadi prioritas utama adalah Belum
Optimalnya Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gaduh Gelisah di Unit Rawat Inap
RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
16
C. Deskripsi Core Isu
Dari hasil penapisan isu diatas di dapat isu yaitu Belum Optimalnya Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Gaduh Gelisah di Unit Rawat Inap RS Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta. Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala utama
ialah psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara, berjalan mondar
mandir, tidak jarang ia berlari-lari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat. Gerakan tangan
dan kaki serta mimik dan suaranya kencang. Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau
takut. Ekspresi ini mencerminkan gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistic
lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga timbul
halusinasi penglihatan (terutama pada sindroma otak organic yang akut) dan halusinasi
pendengaran (terutama pada skizofrenia).
Belum adanya media informasi dan alur pedoan penanganan pasien gaduh gelisah yang
ada diruangan bedampak:
1. Terjadi kebingungan saat menghadapi situasi dengan pasien gaduh gelisah
2. Adanya Resiko Cedera yang akan terjadi pada pasien dan petugas rumah sakit
3. Penanganan pasien menjadi tidak maksima
4. Adanya resiko kerusakan fasilitas rumah sakit
Sebagai ASN pengoptimalan dalam penerapan SOP dan alur pasien merupakan salah satu
sikap profesional kita sebagai tenaga kesehatan. Sikap profesional tercantum pada management
ASN dan Smart ASN. Belum adanya media informasi dan alur penanganan pasien gaduh gelisah
yang ada diruangan memungkinkan petugas kesehatan terutama pegawai baru kebingungan
dan belum maksimal menerapkan SOP pasien dengan gaduh gelisah yang di khawatirkan akan
mencederai pasien maupun petugas RS serta adanya kerusakan pada fasilitas rumah sakit.
Management ASN sendiri yaitu Pegelolaan ASN untuk menghaslkan pegawai ASN yang
Profesional memiliki nilai dasar, etika profesional, bebas intervensi politik, bersih dari praktik
politik, kolusi dan nepotisme. Sedangkan Smart ASN yaitu mempunyai integritas, jiwa
nasionalisme, profesional, keramahtamahan, berwawasan global, menguasai bahasa dan IT,
networking dan enterpreneurship. Memahami SOP dan Alur penanganan pasien gaduh gelisah
merupakan upaya kita untuk menghasilkan ASN yang profesional dan akan mecerminkan nilai
berorientasi pada pelayanan. Sebagai ASN kita harus selalu update dengan perkembangan ilmu
17
pengetahuan sebagai upaya kita untuk selalu mengembangkan ide-ide guna perkembangan
perngetahuan.
D. Penyebab Isu
FISHBONE DIAGRAM
SUPPLIERS SURROUDING
Pengetahuan mengenai
penanganan pasien gaduh gelisah
Penanganan yang dilakukan pada
yang masih minim bagi karyawan
pasien gaduh gelisah mengikuti
baru
kebiasaan yang ada pada ruangan
SKILL
Belum terupdatenya Panduan Asuhan
Keperawatan pasien dengan gaduh
gelisah
SYSTEM
18
E. Gagasan Pemecahan Isu
19
mengenai draff yang
sudah disusun
e. Memperbaiki draff sesuai
masukan dan saran
f. Uji coba panduan
g. Meminta
tandatangan/pengesahan
3 Permintaan
Persetujuan/tanda
tangan
20
4. Melakukan Evaluasi a. Menyusun Ceklist kegiatan Peyugas
mengenai yang harus dilakukan ruangan
penanganan pasien sesuai panduan menerapka
gaduh gelisah b. Berdiskusi dengan pedoman dan
setelah dilakukan atasan/mentor mengenai alur yang
sosalisasi Ceklist kegatan yang harus sesuai
dilakukan oleh petugas
c. Melakukan observasi
kegiatan penanganan
pasien sebelum dan
sesudah dilakukannya
sosialisasi panduan
d. Merangkum Hasil evaluasi
21
e. Melaporkan hasil evaluasi
kepada kepala ruang dan
mentor
22
Nama : Ns. Ganda Nur Patma Suprobo, S. Kep
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Isu yang Diangkat : Belum Optimalnya Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gaduh Gelisah di Unit Rawat Inap RS Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta
Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi Asuhan Keperawatan Penanganan Pasien Gaduh Gelisah di Unit Rawat Inap RSJ dr.
Soeharto
Tabel: Matriks Rancangan Aktualisasi
23
b. Meyampaikan gagasan Disetujuinya Memberi kesempatan Meningkatkan kualitas Proaktif dalam
terkait usulan gagasan terkait untuk para pihak Sumber Daya Manusia melaksanakan
materi mengenai pembuatan berkontribusi yang kompeten, tugas dan
Panduan Asuan panduan dan alur (Kolaboratif) profesional dan tanggung jawab
Keperawatan gaduh Melakukan tugas berintegritas. masuk dalam nilai
gelisa Dengan kualitas bersungguh-
terbaik (Kompeten) sungguh
Gagasan Sesuai (Sincerely)
ideologi dan UUD
1945 (Loyal)
c. Menampung saran dan Adanya saran dan Melakuakn Perbaikan Meningkatkan kualitas Menerima
masukan dari atasan masukan untuk tiada henti Sumber Daya Manusia masukan demi
kelancaran proses (Berorientasi yang kompeten, kelancaran proses
penyusunan Pelayanan) profesional dan dan perbaikan
Melaksanakan tugas berintegritas. masuk dalam nilai
dengan jujur dan Keadilan
bertanggung jawab (Justice)
(Akuntabel)
2. Membuat draff a. Melakukan Review Memahami Terus berinofasi dan Meningkatkan kualitas
usulan materi Panduan penanganan panduan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia
mengenai Panduan pasien gaduh gelisah dapat dilakukan kreatifitas (Adaptif) yang kompeten,
Asuan yang sebelumnya updating
24
Keperawatan
gaduh gelisa
25
profesional dan
berintegritas.
26
sungguh
(Sincerely)
e. Memperbaiki draff sesuai Perbaikan draff Menghargai setiap Meningkatkan kualitas Proaktif dalam
masukan dan saran sesuai masukan orang termasuk Sumber Daya Manusia melaksanakan
atasan saran dan masukan yang kompeten, tugas dan
(Harmonis) profesional dan tanggung jawab
Melakukan Perbaikan berintegritas. masuk dalam nilai
tiada henti bersungguh-
(Berorientasi sungguh
Pelayanan) (Sincerely)
f. Uji Coba Panduan dapat Memberi kesempatan Meningkatkan kualitas Proaktif dalam
diterapkan untuk para pihak Sumber Daya Manusia melaksanakan
dengan baik berkontribusi yang kompeten, tugas dan
(Kolaboratif) profesional dan tanggung jawab
berintegritas. masuk dalam nilai
bersungguh-
sungguh
(Sincerely)
g. Meminta Disahkan Tidak menyalah Meningkatkan kualitas Proaktif dalam
tandatangan/pengesahan panduan dan alur guankan jabatan Sumber Daya Manusia melaksanakan
penanganan (Akuntabel) yang kompeten, tugas dan
tanggung jawab
27
Menjaga nama baik profesional dan masuk dalam nilai
Piminan dan Istansi berintegritas. bersungguh-
(Loyal) sungguh
(Sincerely)
3. Melakukan a. Membuat draff materi Draff Selesai Meningkatkan Meningkatkan sarana Mengerjakan
Sosialisasi Panduan sosialisasi sesuai target Kompetensi Diri prasarana untuk suatu pekerjaan
waktu (Kompeten) mendukung di dasari rasa
Terus berinofasi dan terwujudnya layanan- tanggung jawab
mengembangkan layanan unggulan dan (Responsibility)
kreatifitas (Adaptif) pusat rujukan layanan
neuropsikiatri
b. Konsultasi kepada Draff disetujui, Memberi kesempatan Meningkatkan sarana Mengerjakan
atasan/mentor mengenai ada saran dan untuk para pihak prasarana untuk suatu pekerjaan
isi materi masukan untuk berkontribusi mendukung di dasari rasa
perbaikan draff (Kolaboratif) terwujudnya layanan- tanggung jawab
yang lebih baik layanan unggulan dan (Responsibility)
pusat rujukan layanan
neuropsikiatri
c. Melakukan perbaikan Draff sosialisasi di Menghargai setiap Meningkatkan sarana Mengerjakan
draff sesuai masukan setujui orang termasuk prasarana untuk suatu pekerjaan
jika ada saran dan masukan mendukung di dasari rasa
(Harmonis) terwujudnya layanan-
28
Melakukan Perbaikan layanan unggulan dan tanggung jawab
tiada henti pusat rujukan layanan (Responsibility)
(Berorientasi neuropsikiatri
Pelayanan)
d. Persiapan Alat dan bahan Alat dan bahan Melaksanakan tugas Menyelenggarakan Mengerjakan
sosialisasi sudah siap sesuai dengan tanggung penelitian dan suatu pekerjaan
rencana jawab dan cermat pelatihan yang di dasari rasa
(Akuntabel) berbasis layanan tanggung jawab
neuropsikiatri. (Responsibility)
e. Tahap Sosialisasi Sosialisasi Membantu orang lain Menyelenggarakan Mengerjakan
berjalan dengan belajar (Kompeten) penelitian dan suatu pekerjaan
baik dan pesera Melakukan Perbaikan pelatihan yang di dasari rasa
sosialisasi dapat tiada henti berbasis layanan tanggung jawab
memahami isi dari (Berorientasi neuropsikiatri. (Responsibility)
sosialisasi Pelayanan)
4. Melakukan a. Menyusun Ceklist kegiatan Seslesai sesuai Melakukan Perbaikan Meningkatkan kualitas Mengerjakan
Evaluasi mengenai yang harus dilakukan jawal yang sudah tiada henti Sumber Daya Manusia suatu pekerjaan
penanganan pasien sesuai panduan ditentukan (Berorientasi yang kompeten, di dasari rasa
gaduh gelisah Pelayanan) profesional dan tanggung jawab
setelah dilakukan berintegritas. (Responsibility)
sosalisasi
29
b. Berdiskusi dengan Disetujui ceklist Memberi kesempatan Meningkatkan kualitas Proaktif dalam
atasan/mentor mengenai kegiatan untuk para pihak Sumber Daya Manusia melaksanakan
Ceklist kegatan yang berkontribusi yang kompeten, tugas
harus dilakukan oleh (Kolaboratif) profesional dan (Sincerely)
petugas Terus berinovasi dan berintegritas.
kreatif (Adaptif)
Membangun
Lingkungan kerja
yang kondusif
(Harmonis)
c. Melakukan observasi Adanya Melaksanakan Tugas Meningkatkan kualitas Mengerjakan
kegiatan penanganan perbedaan dengan jujur dan Sumber Daya Manusia suatu pekerjaan
pasien sebelum dan penanganan bertanggung jawab yang kompeten, di dasari rasa
sesudah dilakukannya pasien sebelum (Akuntabel) profesional dan tanggung jawab
sosialisasi panduan dan sesudah berintegritas. (Responsibility)
dilakukannya
sosialisasi
d. Merangkum Hasil evaluasi Terselesaikannya Melakukan tugas Meningkatkan kualitas Mengerjakan
sesuai target dengan kualitas Sumber Daya Manusia suatu pekerjaan
terbaik (Kompeten) yang kompeten, di dasari rasa
profesional dan tanggung jawab
berintegritas. (Responsibility)
30
e. Melaporkan hasil evaluasi Hasil evaluasi Menjaga nama baik Meningkatkan kualitas Meyajikan hasil
kepada kepala ruang dan diterima dan sesama ASN, Sumber Daya Manusia evaluasi sesuai
mentor dapat menjadi pimpinan dan Instani yang kompeten, kondisi (Justice)
masukan (Loyal) profesional dan
berintegritas.
31
BAB IV
RANCANGAN JADWAL KEGIATAN
3. Melakukan Sosialisasi
Panduan
4. Melakukan Evaluasi
mengenai penanganan
pasien gaduh gelisah
setelah dilakukan
sosalisasi
29
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Kebijakan Perwatan Paliatif (Tidak Dipublikasi)
Dwiyanto, Agus. (2006). Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Faedlulloh, Dodi. (2015). “Kerja dalam Kesetaraan: Studi Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kontrak (PPPK) dalam Proyeksi Konfigurasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia”
dalam Civil Service
Komara, Endang. (2018). “Kompetensi Profesional Pegawai ASN”. Tersedia secara online di:
http://endangkomarasblog.blogspot.com/2018/11/kompetensi-profesional-pegawai-asn.html
Nasty, Elana. (2018). “Aparatur Sipil Negara” dalam KOMPASIANA: Byond Blogging
Prasojo, Eko & Laode Rudita. (2014). “Undang-Undang Aparatur Sipil Negara: Membangun
Profesioalisme Aparatur Sipil Negara” dalam Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS
Ryngaert, C. & J. Wouters. (2005). Good Governance Lesson from International Organization.
New York: Wessel, first edition.