G
DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DIRUANG BENUAS.B RSJ.KALAWA ATEI BUKIT
RAWI
DISUSUN OLEH :
LISNAWATIE
NIM : 2019.C.11a.1015
Nama : Lisnawatie
NIM : 2019.C.11a.1015
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.G dengan diagnose
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas.B
RSJ.Kalawa Atei Palangka Raya.
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, dapat
menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Tn.G Dengan Diagnosa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran ” dapat terselesaikan dengan baik, meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan mengenai penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan tentang penyakit Pneumonia Komunitas.
Namun penulis cukup menyadari bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun. Meskipun demikian, penulis berharap semoga asuhan keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.......................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1 KONSEP HALUSINASI.......................................................................................................4
2.1.1 Pengertian........................................................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi Halusinasi......................................................................................................4
2.1.3 Etiologi............................................................................................................................5
2.1.4 Rentang Respon Neurobiologi........................................................................................6
2.1.5 Fase Halusinasi................................................................................................................8
2.1.6 Tanda dan Gejala Halusinasi...........................................................................................9
2.2 Konsep Harga Diri rendah....................................................................................................11
2.2.1 Pengertian......................................................................................................................11
2.2.2 Klasifikasi......................................................................................................................12
2.2.3 Etiologi..........................................................................................................................12
2.2.4 Rentang Respon.............................................................................................................13
2.2.5 Tanda dan Gejala...........................................................................................................14
2.2.6 Mekanisme Koping.......................................................................................................15
2.2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan........................................................................................16
2.3.1 Pengkajian.....................................................................................................................16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................18
2.3.3 Intervensi.......................................................................................................................18
2.3.4 Implementasi.................................................................................................................18
2.3.5 Evaluasi.........................................................................................................................18
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................38
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan
gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2014). Upaya
Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat (UU
Kesehatan Jiwa, 2014).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada
study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara- negara berkembang,
sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun
utama (Hardian, 2018).
1
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan waham), afek yang
tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan
mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat,2014). Seorang yang
mengalami skizofrenia terjadi kesulitan berfikir dengan benar, memahami dan
menerima realita, gangguan emosi/perasaan, tidak mampu membuat keputusan, serta
gangguan dalam melakukan aktivitas atau perubahan perilaku. Klien skizofrenia 70%
mengalami halusinasi (Stuart, 2014).
Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar provinsi sulawesi
selatan menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai
berikut: pada tahun 2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang
(52%), tahun 2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%),
tahun 2008 ( januari-maret) jumlah pasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162
orang. Agar perilaku kekerasan tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat di butuh
kan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk
memahami keperawatan jiwa tentang maraknya kejadian halusinasi, maka perlu
kiranya untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi menggunakan
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan diagnose keperawatan Halusinasi.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran yakni sebagai berikut : Mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan pada Tn.G dengan diagnose Gangguan Persepsi
Sensori :Halusinasi Pendengaran di Ruang Gardenia RSJ.Kalawa Atei Palangka Raya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada Tn.G dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran di ruang Benuas.A RSJ. Kalawa Atei
1.3.2 Tujuan Khusus
3
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada Tn.G dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran di ruang Benuas.B RSJ. Kalawa Atei
1.4.2 Tujuan Khusus
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
e. Mendengar suara atau kegaduhan
6
f. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
g. Mendengar suara yang
h. menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi penglihatan
a. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
b. Ketakutan pada objek yang tidak jelas
c. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster
3. Halusinasi penghidu
a. Menghindu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
b. Menutup hidung
c. Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses,
d. kadang-kadang bau itu menyenangkan
4. Halusinasi pengecepan
a. Sering meludah
b. Muntah
c. Merasakan rasa seperti darah, urine, feses
5. Halusinasi perabaan
a. Menggaruk-garuk permukaan kulit
b. Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
c. Merasa seperti tersengat listrik
2.1.3 Etiologi
Faktor predisposisi presipitasi pasien halusinasi menurut ( Oktiviani, 2020 ) :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.
7
c. Biologi
Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogen
neurokimia.Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
d. Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya, pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
e. Sosial Budaya
Meliputi pasien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, Pasien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
8
2.1.4 Rentang Respon Neurobiologi
Menurut Keliat (2016), rentang respon waham sebagai berikut :
Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma- norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
9
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk
menghindari interaksi dengan orang lain
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
c. c Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.
10
sensorinya dapat dia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan pasien merasa nyaman dengan halusinasinya
c. Fase Ketiga / Condemning
Pengalaman sensori pasien menjadi sering datang dan mengalami bias.
Pasien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan pasien mulai
menarik diri dari orang lain, dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety
Pasien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.
Pasien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dimulai fase gangguan psikotik.
e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiety
Pengalaman sensorinya terganggu. Pasien mulai terasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila pasien tidak dapat menuruti ancaman atau
perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung
selama minimal empat jam atau seharian bila pasien tidak mendapatkan
komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
11
a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang
lain,benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
b. Tiba-tiba berlari keruangan lain
3. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada pasien gangguan halusinasi penciuman
adalah :
a. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
b. Mencium bau tubuh
c. Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
e. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
4. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada pasien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
a. Meludahkan makanan atau minuman.
b. Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
c. Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
5. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada pasien yang mengalami halusinasi perabaan adalah:
a. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah
sebagai berikut :
1) Data Subjektif Pasien mengatakan :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster
12
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan
f) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
g) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
2) Data Objektif
a) Bicara atau tertawa sendiri
b) Marah marah tanpa sebab
c) Mengarahkan telinga kearah tertentu
d) Menutup telinga
e) Menunjuk kearah tertentu
f) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
h) Menutup hidung Sering meludah Menggaruk garuk permukaan
kulit
13
dihadapkan dengan yang sulit maka dibutuhkan kepercayaan dan kemampuan
keluarga serta tindakan yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit
(Pardede, Harjuliska, & Ramadia, 2021).
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
2. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
(Pardede, Keliat, & Yulia, 2020).
2.2.3 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
menurut (Muhith, 2015):
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu:
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal
pula untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang tuanya
atau orang tua yang penting/dekat individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua
atau orang terdekat sering mengkritik sering merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal diri
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri Rendah
menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin ditimbulkan dari
sumber internal dan eksternal seperti
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam perampokan. Respon
terhadap trauma pada umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial.
3. Perilaku
15
a. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara
jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
e. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
f. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam
uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri
dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
16
5. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-
6. cakap dengan klien lain/perawat
7. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan
8. hidup yang pesimis
9. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan
10. produktivitas
11. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
12. percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap dan
13. penolakan terhadap kemampuan sendiri
14. Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari
17
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk.
2.2.7 Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari
pada masa sebelumnya (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015). Terapi yang dimaksud
meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup).
Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama (Rokhimma & Rahayu, 2020).
18
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat.
2. Alasan masuk
Alasan pasien datang ke yayasan pemenang jiwa, biasanya pasien sering
berbicara sendiri mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,
membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3. Faktor predisposisi
a. Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c. Pasien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
5. Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
6. psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi pasien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
Gambaran diri pasien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : pasien
biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri pasien menyadari peran
sebelum sakit, saat dirawat peran pasien terganggu, ideal diri tidak menilai
19
diri, harga diri pasien memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan
sakitnya.
c. Hubungan sosial : pasien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya pasien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah pasien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Dengan faktor berhubungan dan batasan karakteristik disesuaikan
dengan keadaan yang ditemukan adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien
halusinasi adalah:
1. Halusinasi pendengaran (Aji, 2019).
2.3.3 Intervensi
Rencana tindakan pada keluarga (Keliat, 2014) adalah ;
SP 1: Identifikasi halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon), menjelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan, melatih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
SP 2: Melatih cara mengontrol halusinassi dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
SP 3: Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
SP 4: Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan)
2.3.4 Implementasi
1. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
2. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon pasien terhadap halusinasi
3. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
5. Melatih pasien dengan cara bercakap-cakap
20
6. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan
terjadwal (Siti, 2021)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan
respon pasien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.
Halusinasi pendengaran :
1. tidak terjadi perilaku kekerasan
2. pasien dapat membina hubungan saling percaya
3. pasien dapat mengenal halusinasinya
4. pasien dapat mengontrol halusinasi dengar dari jangka waktu 4x24 jam
didapatkan data subjektif keluarga menyatakan senang karena sudah
diajarkan teknik mengontrol halusinasi, keluarga menyatakan pasien mampu
melakukan beberapa teknik mengontrol halusinasi. Data objektif pasien
tampak berbicara sendiri saat halusinasi itu datang, pasien dapat berbincang-
bincang dengan orang lain, pasien mampu melakukan aktivitas terjadwal,
dan minum obat secara teratur ( Aji, 2019 ).
21
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.G (L)
Umur : 31 Tahun
Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2022
Informan : ........................................
IV. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 120/80mmHg N : 80x/menit
S : 36,5C RR :
20x/menit
2. Ukur
TB : 160cm BB : 55 kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada
Jelaskan :
1. Genogram
Jelaskan :
Klien anak kelima dari 8 bersaudara, klien tinggal serumah dengan orang tua dan ketiga adiknya.
Pola asuh dikeluarga baik, pola komunikasi kurang terbuka, keluarga klien tidak ada yang
menderita gangguan jiwa.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh bagian
tubuhnya
kelima
nya bekerja.
sering membisiknya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang : Klien mengatakan orang yang berarti adalah
berarti kedua orang tuanya.
kelompok /
masyarakat
24
berhubungan keluarga.
dengan orang
lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menyatakan bahwa klien beragama Kristen
1. Penampilan
- Tidak rapi - Penggunaan pakaian - Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan :
Klien tampak rapi dan bersih, klien dapat menggunakan pakaian yang sesuai, kuku klien tampak
bersih dan tidak Panjang, rambut klien tersisir rapi, kulit bersih dan tidak bau, klien selalu memakai
sendal jika keluar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Loghor e Echolalia
Jelaskan :
Pembicaraan klien saat dikaji berbicara normal dan sedikit cepat, beberapa pertanyaan klien mampu
menjawab.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
- Lesu - - -
Tegang Gelisah Agitasi
- Tik - - -
Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan :
25
Klien mengatakan senang saat diajak berbicara, mengikuti kegiatan yang ada di RSJ seperti
berolahraga dan bermain catur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam Perasaaan
Jelaskan :
Klien mengatakan sedih karena ingin bertemu ibunya, ingin cepat pulang dan bertemu keluarganya,
tapi klien tidak tampak sedih yang berlebihan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
- Datar - Tumpul - Labil - Tidak sesuai
Jelaskan :
Afek pasien sesuai dengan stimulus pada sedih ekspresi wajah sedih, pada saat senang ekspresi
wajah ceria.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
- - -
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
- Kontak mata (-) - Defensif - Curiga
Jelaskan :
Selama interaksi wawancara klien mau berinteraksi dengan baik, kontak mata ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi : Halusinasi
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
DS :
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh klien untuk marah-marah
dan melakukan kekerasan, bisikan ini terdengar berkali-kali dalam sehari kurang lebih 15 menit
terjadi saat klien bangun tidur dan mau tidur lalu klien merasa gelisah, marah-marah, mengamuk
26
dan tidak nafsu makan saat suara bisikan masih sering terdengar.
27
DO :
Saat dikaji klien tampak berbicara sendiri, sering marah-marah tanpa sebab, klien sering menyendiri
dan melamun.
Masalah Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
- - -
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
- -
flight of idea blocking - pengulangan pembicaraan/persevarasi
-
neologisme
Jelaskan :
Saat klien diajak berbicara pembicaraan focus, sampai pada tujuan sesuai dengan topik dan mampu
menjelaskan apa yang terjadi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
- - -
Obsesi Fobia Hipokondria
- depersonalisasi -
ide yang pikiran magis
terkait -
Waham
- - - -
Agama Somatik Kebesaran Curiga
- - -
- nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan :
Klien dapat mengontrol isi pikirnya, klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham.
Klien tidak mengalami fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
- bingun - -
sedasi stupor
g
Disorientasi
- - -
waktu tempat orang
28
Jelaskan :
Klien tidak mengalami disorientasi, klien mampu mengenal perawat, tempat dan waktu.
29
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
- -
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
- -
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan :
Klien dapat mengingat dengan baik, klien dibawa oleh ayahnya, klien juga dapat mengingat tanggal,
bulan dan tahun kelahirannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Jelaskan :
Klien mampi berhitung sederhana dengan cepat
20-5=15, 15-5=10, 10+30=40
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Jelaskan :
Klien mampu mengambil keputusan saat diberi pilihan, bangun tidur mandi dulu atau makan dulu?,
klien menjawab mandi dulu baru makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Jelaskan :
Klien tidak merasa sakit jiwa, klien berada di RS ini untuk menghilangkan suara-suara yang
membisiknya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
30
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantual total
Jelaskan :
Klien dapat BAB/BAK sendiri saat berada di RSJ
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Klien dapat mandi sendiri tanpa bantuan keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian / Berhias
Bantuan minimal Bantual total
Jelaskan :
Klien dapat berpakaian rapi serta dapat membedakan pakaian yang bersih dan kotor
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Istirahat Dan Tidur
s/d 05.00
Jelaskan :
Klien mengatakan selama berada di RSJ pola tidur teratur dan tidak mengalami masalah tidur
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
6. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantual total
Jelaskan :
Klien dapat meminum obat sesuai jadwal yang sudah diberikan serta dapat membedakan jenis obat
mana yang akan diminum setelah makan, serta bantuan minimal keluarga untuk mengingatkan klien
Masalah Keperawatan :
31
Tidak ada masalah keperawatan
32
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak
Jelaskan :
Setelah keluar dari RSJ klien akan diberikan perawatan lanjutan dan perawatan pendukung selama
berada dirumah, serta kontrol rutin setiap bulannya.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Lain-lain Ya Tidak
Jelaskan :
Klien mengatakan dapat menggunakan alat transportasi seperti motor untuk mengantar ibunya
berbelanja.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
33
Aktivitas konstruktif menghindar
Jelaskan :
Klien mengatakan jika sedang mendapat masalah maka klien akan bercerita dengan ayahnya
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Koping obat-obatan
Lainnya :
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
ANALISA DATA
34
Data Masalah
Subjektif
Klien mengatakan sering mendengar suara- Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
suara bisikan yang menyuruh klien untuk
marah-marah dan melakukan kekerasan,
bisikan ini terdengar berkali-kali dalam
sehari kurang lebih 15 menit terjadi saat
klien bangun tidur dan mau tidur lalu klien
merasa gelisah, marah-marah, mengamuk
dan tidak nafsu makan saat suara bisikan
masih sering terdengar.
Objektif
-Klien tampak berbicara sendiri
-marah-marah tanpa sebab
-klien sering melamun
Subjektif
Klien mengatakan tidak memiliki kelebihan Gangguan Harga Diri Rendah
apapun dan malu bertemu dengan orang
baru
Objektif
-Nampak klien saat diajak berbicara kurang
kontak mata
-Klien tampak lesu
Diagnosa Medik :
F25.0 (Schizoaffective disorder, manic type)
Terapi Medik :
35
XII. Daftar Masalah Keperawatan
Pohon Masalah
Gangguan konsep diri :
Resiko Harga Diri Rendah (Penyebab)
Mahasiswa,
Nama : Lisnawatie
NIM: 2019.C.11a.1015
36
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
37
mengontrol halusinasi dengan SP 4
melakukan kegiatan harian 3. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, penggunaan obat dan bercakap-cakap,
(mulai 2 kegiatan ) beri pujian
2. Klien mampu melatih kegiatan 4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2
harian kegiatan )
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
SP 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan ynag telah mandiri
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol
2 Gangguan Harga Diri Pertemuan 1 Pertemuan 1
Rendah 1. Klien mampu mengidentifikasi 1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
kemampuan melakukan daftar kegiatan)
kegiatan dan aspek positif klien. 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
2. Klien mampu melatih kegiatan kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan pasien saat ini
pertama yang dipilih. 3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
Pertemuan 2 untuk dilatih
1. Klien mampu melatih kegiatan 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
kedua yang dipilih. 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan dua kali perhari
2. Klien mampu memasukkan Pertemuan 2
jadwal kegiatan unntuk latihan : 1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan beri pujian
dua kegiatan masing-masing dua 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
kali perhari 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya)
Pertemuan 3 4. Masukkan pada jadwal kegiatan unntuk latihan : dua kegiatan masing-
1. Klien mampu melatih kegiatan masing dua kali perhari
ketiga yang dipilih. Pertemuan 3
Pertemuan 4 1. Evaluasi kegiatan utama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
38
1. Klien mampu melatih kegiatan 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya)
keempat yang dipilih. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing
2. Klien mampu memasukkan dua kali per hari
jadwal kegiatan unntuk latihan : Pertemuan 4
dua kegiatan masing-masing dua 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
kali perhari. pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing
dua kali perhari
Pertemuan 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Masukan nilai apakah harga diri pasien meningkat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
39
marah-marah, mengamuk dan tidak nafsu makan
saat suara bisikan masih sering terdengar.
Klien mengatakan “cara mengontrol halusinasi
bisikan-bisikan jika muncul dengan cara
menghardik, yaitu : meyakinkan dalam hati bahwa
itu tidak ada, saya tidak mau mendengar”
O:
• Klien tampak memperagakan ulang cara
menghardik halusinasi
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk menghardik
A:
Masalah teratsi
P:
Evaluasi Kembali SP 1, Lanjutkan SP 2
40
Klien mampu menjelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat
A:
Masalah teratasi
P:
Evaluasi Kembali SP 2, Lanjutkan SP 3
3 Rabu, 30 maret 2022 Gangguan Persepsi Pertemuan ke-3 S:
13.00 WIB Sensori : Halusinasi (SP 3) Halusinasi Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara-
Pendengaran 1. Evaluasi kegiatan latihan suara bisikan itu muncul
menghardik dan obat. Beri pujian O :
2. Latih cara mengontrol halusinasi Klien dapat mengingat cara melakukan
dengan bercakap-cakap ketika menghardik yang sudah diajarkan pada pertemuan
halusinasi muncul ke-1
Klien dapat melakukan Teknik menghardik secara
berulang kali
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan obat
Klien mampu menjelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap Ketika halusinasi muncul
A:
Masalah teratasi
P:
Evaluasi Kembali SP 3, Lanjutkan SP 4
41
harian (mulai 2 kegiatan) berulang kali
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan obat
Klien mampu menjelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap Ketika halusinasi muncul
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian (2 kegiatan)
seperti membersihkan dipan dan menyapu
lantai
A:
• Masalah teratasi
P:
• Intervensi dihentikan (klien telah keluar dari RSJ)
42
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi & Ridhyalla. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.
Dalami E, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Ervina,I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi keperawatan Generalis dan Psikoreligius pada
pasien pada gangguan sensori persepsi: Halusinasi penglihatan dan pendengaran. Jurnal
Riset Kesehatan Nasional, 2(2), 114-123. http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106
Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
M. (2021, March 18). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. L Dengan Masalah
Halusinasi Pendengaran. https://doi.org/10.31219/osf.io/tghms
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
ANDI. Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan
masalah
Stuart, Gail, W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperwatan Kesehatan Jiwa. (B. A. Kelliat,
Ed.) (1st ed.). Singapore.
Townsend, M. C. (2014). Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in
Evidence- Based Practice (6thed.), Philadelphia: F.A. Davis.
WHO (2019). Schizophrenia. Retrieved from. https://www.who.int/news-
room/fact sheets/%20detail/schizophrenia
Yusuf, Ahmad Dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Dwi Saptina, C. H. A. N. D. R. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Skizofrenia Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronik(Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Http://Eprints.Umpo.Ac.Id/Id/Eprint/6116
Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2011).
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta:EGC, 1-10.
Kemenkes RI.(2019). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas. Jakarta: Kemenkes RI
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/10/08/Persebaran- Prevalensi-
Skizofreniapsikosis-Di-Indonesia
43
Krissanti, A., & Asti, A. D. (2019). Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun Untuk
44
Meningkatkan Harga Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah Di Wilayah Puskesmas
Sruweng. Proceeding Of The URECOL, 630-636.
Http://Repository.Urecol.Org/Index.Php/Proceeding/Article/View/701
Lete, G. R., Kusuma, F. H. D., & Rosdiana, Y. (2019). Hubungan Antara Harga Diri Dengan
Resiliensi Remaja Di Panti Asuhan Bakti Luhur Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 4(1). Https://Publikasi.Unitri.Ac.Id/Index.Php/Fikes/Article/View/1436
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi. Penerbit Andi.
Rahmawati, I. N. (2018).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Persepsi
Sensori:
Halusinasi Dengan Penerapan Kombinasi Terapi Aktivitas Secara Terjadwal Di Wisma
Baladewa Rsj Prof Dr Soerojo Magelang Doctoral Dissertation, Stikes Muhammadiyah
Gombong. Http://Elib.Stikesmuhgombong.Ac.Id/Id/Eprint/870
Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri Rendah Dengan
Menggunakan Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). Ners Muda, 1(1), 18-
22. Https://Doi.Org/10.26714/Nm.V1i1.5493
Sitanggang, R., Pardede, J. A., Damanik, R. K., & Simanullang, R. H. (2021). The Effect
Of Cognitive Therapy On Changes In Self-Esteem On Schizophrenia
Patients.European Journal Of Molecular & ClinicalMedicine, 7(11), 2696-2701
45