Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

G
DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DIRUANG BENUAS.B RSJ.KALAWA ATEI BUKIT
RAWI

DISUSUN OLEH :
LISNAWATIE
NIM : 2019.C.11a.1015

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :

Nama : Lisnawatie
NIM : 2019.C.11a.1015
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.G dengan diagnose
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas.B
RSJ.Kalawa Atei Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk mneyelesaikan Praktik


Pra Klinik Keperawatan III Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh:

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lahan,

Yelstria Ulina T, S.Kep,Ners Maradona, S.Kep,Ners.,M.Kep

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, dapat
menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Tn.G Dengan Diagnosa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran ” dapat terselesaikan dengan baik, meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan mengenai penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan tentang penyakit Pneumonia Komunitas.
Namun penulis cukup menyadari bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun. Meskipun demikian, penulis berharap semoga asuhan keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.

Palangka Raya, 28 Maret 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.......................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1 KONSEP HALUSINASI.......................................................................................................4
2.1.1 Pengertian........................................................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi Halusinasi......................................................................................................4
2.1.3 Etiologi............................................................................................................................5
2.1.4 Rentang Respon Neurobiologi........................................................................................6
2.1.5 Fase Halusinasi................................................................................................................8
2.1.6 Tanda dan Gejala Halusinasi...........................................................................................9
2.2 Konsep Harga Diri rendah....................................................................................................11
2.2.1 Pengertian......................................................................................................................11
2.2.2 Klasifikasi......................................................................................................................12
2.2.3 Etiologi..........................................................................................................................12
2.2.4 Rentang Respon.............................................................................................................13
2.2.5 Tanda dan Gejala...........................................................................................................14
2.2.6 Mekanisme Koping.......................................................................................................15
2.2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan........................................................................................16
2.3.1 Pengkajian.....................................................................................................................16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................18
2.3.3 Intervensi.......................................................................................................................18
2.3.4 Implementasi.................................................................................................................18
2.3.5 Evaluasi.........................................................................................................................18
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................38

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Kemenkes, 2013).
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi
lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut (Diktorat Bina
Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2017).

Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan
gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2014). Upaya
Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat (UU
Kesehatan Jiwa, 2014).

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada
study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara- negara berkembang,
sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun
utama (Hardian, 2018).

1
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan waham), afek yang
tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan
mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat,2014). Seorang yang
mengalami skizofrenia terjadi kesulitan berfikir dengan benar, memahami dan
menerima realita, gangguan emosi/perasaan, tidak mampu membuat keputusan, serta
gangguan dalam melakukan aktivitas atau perubahan perilaku. Klien skizofrenia 70%
mengalami halusinasi (Stuart, 2014).

Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola


dan jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan
pengurangan, berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus
(Townsend, 2009 dalam Pardede, Keliat, & Yulia, 2015). Halusinasi pendengaran
paling sering terjadi ketika klien mendengar suara- suara, suara tersebut dianggap
terpisah dari pikiran klien sendiri. Isi suara- suara tersebut mengancam dan menghina,
sering kali suara tersebut memerintah klien untuk melakukan tindakan yang akan
melukai klien atau orang lain (Nyumirah, 2015).

Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar provinsi sulawesi
selatan menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai
berikut: pada tahun 2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang
(52%), tahun 2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%),
tahun 2008 ( januari-maret) jumlah pasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162
orang. Agar perilaku kekerasan tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat di butuh
kan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk
memahami keperawatan jiwa tentang maraknya kejadian halusinasi, maka perlu
kiranya untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi menggunakan
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan diagnose keperawatan Halusinasi.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran yakni sebagai berikut : Mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan pada Tn.G dengan diagnose Gangguan Persepsi
Sensori :Halusinasi Pendengaran di Ruang Gardenia RSJ.Kalawa Atei Palangka Raya.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada Tn.G dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran di ruang Benuas.A RSJ. Kalawa Atei
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi


pendengaran
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
f. Mendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran

g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis


dapatkan.

3
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada Tn.G dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran di ruang Benuas.B RSJ. Kalawa Atei
1.4.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi


pendengaran
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
f. Mendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran

g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis


dapatkan.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP HALUSINASI


2.1.1 Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa, pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. (Keliat, 2014).
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons neurobiologis
maladaptif. Halusinasi biasanya muncul pada pasien gangguan jiwa diakibatkan
terjadinya perubahan orientasi realita, pasien merasakan stimulasi yang sebetulnya
tidak ada. halusinasi penglihatan dan pendengaran yang merupakan gejala dari early
psychosis, yang sebagian besar terjadi pada usia remaja akhir atau dewasa awal,
bingung peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi gangguan
konsep diri dan menarik diri dari lingkungan sosial yang lambat laun membuat
penderita menjadi asik dengan hayalan dan menyebabkan timbulnya halusinasi.
(Ervina, 2018).
Dampak yang muncul akibat gangguan halusinasi adalah hilangannya kontrol diri
yang menyebabkan seseorang menjadi panik dan perilakunya dikendalikan oleh
halusinasi. Dalam situasi ini penderita halusinasi dapat melakukan tindakan merusak
lingkungan, mencelakai orang lain, bahkan melakukan bunuh diri Agar tidak
berdampak buruk maka penderita halusinasi harus segera ditangani secara tepat.
(Scott, 2017).
2.1.2 Klasifikasi Halusinasi
Menurut Yusuf (2015) klasifikasi halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu
:
1. Halusinasi Pendengaran
a. Bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara
b. Marah-marah tanpa sebab
c. mencondongkan telinga ke arah tertentu
d. Menutup telinga

5
e. Mendengar suara atau kegaduhan

6
f. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
g. Mendengar suara yang
h. menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi penglihatan
a. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
b. Ketakutan pada objek yang tidak jelas
c. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster
3. Halusinasi penghidu
a. Menghindu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
b. Menutup hidung
c. Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses,
d. kadang-kadang bau itu menyenangkan
4. Halusinasi pengecepan
a. Sering meludah
b. Muntah
c. Merasakan rasa seperti darah, urine, feses
5. Halusinasi perabaan
a. Menggaruk-garuk permukaan kulit
b. Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
c. Merasa seperti tersengat listrik

2.1.3 Etiologi
Faktor predisposisi presipitasi pasien halusinasi menurut ( Oktiviani, 2020 ) :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.

7
c. Biologi
Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogen
neurokimia.Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
d. Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya, pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
e. Sosial Budaya
Meliputi pasien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, Pasien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

8
2.1.4 Rentang Respon Neurobiologi
Menurut Keliat (2016), rentang respon waham sebagai berikut :

Respon adaptif Respon maladaptif


Adaptif Mal adaptif
1. Pikiran logis Distorsi pikiran ilusi Gangguan pikir/delusi
2. Persepsi akurat Reaksi emosi berlebihan Halusinasi
3. Emosi konsisten Perilaku aneh atau Sulit merespon emosi
Dengan pengalaman tidak biasa
4. Perilaku sesuai menarik diri Perilaku disorganisasi
5. Berhubungan sosial isolasi sosial

Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma- norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.

Respon adaptif meliputi :


1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
4) timbul dari pengalaman ahli.
5) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih
6) dalam batas kewajaran.
7) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
8) lain dan lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi
1) Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang benar benar
terjadi (objek nyata) karena gangguan panca indra
3) Emosi berlebihan atau kurang

9
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk
menghindari interaksi dengan orang lain
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
c. c Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.

2.1.5 Fase Halusinasi


Halusinasi terbagi atas beberapa fase (Oktiviani, 2020 ):
a. Fase Pertama / Sleep disorder
Pada fase ini Pasien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
Masalah makin terasa sulit karna berbagai stressor terakumulasi, misalnya
kekasih hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah dikampus, drop
out, dst. Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support
sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsung trus-menerus sehingga terbiasa menghayal. Pasien menganggap
lamunanlamunan awal tersebut sebagai pemecah masalah
b. Fase Kedua / Comforting
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan, dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan

10
sensorinya dapat dia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan pasien merasa nyaman dengan halusinasinya
c. Fase Ketiga / Condemning
Pengalaman sensori pasien menjadi sering datang dan mengalami bias.
Pasien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan pasien mulai
menarik diri dari orang lain, dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety
Pasien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.
Pasien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dimulai fase gangguan psikotik.
e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiety
Pengalaman sensorinya terganggu. Pasien mulai terasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila pasien tidak dapat menuruti ancaman atau
perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung
selama minimal empat jam atau seharian bila pasien tidak mendapatkan
komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

2.1.6 Tanda dan Gejala Halusinasi


Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati
sebagai berikut ( Dalami, 2014 ) :
1. Halusinasi penglihatan
a. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atauapa saja
yang sedang dibicarakan.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
c. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
d. Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atausedang
menjawab suara.
2. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati

11
a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang
lain,benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
b. Tiba-tiba berlari keruangan lain
3. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada pasien gangguan halusinasi penciuman
adalah :
a. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
b. Mencium bau tubuh
c. Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
e. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
4. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada pasien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
a. Meludahkan makanan atau minuman.
b. Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
c. Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
5. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada pasien yang mengalami halusinasi perabaan adalah:
a. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah
sebagai berikut :
1) Data Subjektif Pasien mengatakan :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster

12
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan
f) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
g) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
2) Data Objektif
a) Bicara atau tertawa sendiri
b) Marah marah tanpa sebab
c) Mengarahkan telinga kearah tertentu
d) Menutup telinga
e) Menunjuk kearah tertentu
f) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
h) Menutup hidung Sering meludah Menggaruk garuk permukaan
kulit

2.2 Konsep Harga Diri rendah


2.2.1 Pengertian
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam
kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah
kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan
hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresisehingga
perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan
menggambarkan gangguan harga diri (Wandono, 2017).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas–terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah,
banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial
sepenuhnya (Pardede, Ariyo & Purba, 2020).
Harga diri rendah merupakan kunci penting dimana yakin terhadap
kemampuannya dalam melakukan suatu perilaku dalam memperoleh hasil yang
diinginkan. Memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memiliki kenyakinan dan
kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan (Pardede, Ariyo & Purba, 2020). Jika

13
dihadapkan dengan yang sulit maka dibutuhkan kepercayaan dan kemampuan
keluarga serta tindakan yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit
(Pardede, Harjuliska, & Ramadia, 2021).
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
2. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
(Pardede, Keliat, & Yulia, 2020).

2.2.3 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
menurut (Muhith, 2015):
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu:

a. Perkembangan individu yang meliputi

1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal
pula untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang tuanya
atau orang tua yang penting/dekat individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua
atau orang terdekat sering mengkritik sering merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal diri

1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.

2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.


14
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri Rendah
menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin ditimbulkan dari
sumber internal dan eksternal seperti
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam perampokan. Respon
terhadap trauma pada umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial.
3. Perilaku

a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai denga


mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya dengan Klien untuk
mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang Rendah
merupakan masalah bagi banyak orang dan mengekspresikan melalui
tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh
evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2013)

2.2.4 Rentang Respon


Rentang respon harga diri rendah:
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi diri konsep diri hdr keracuan identitas personalisasi


Keterangan :

15
a. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara
jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
e. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
f. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam
uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri
dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.

2.2.5 Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat, 2018),
yaitu:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain (menyendiri)

16
5. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-
6. cakap dengan klien lain/perawat
7. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan
8. hidup yang pesimis
9. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan
10. produktivitas
11. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
12. percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap dan
13. penolakan terhadap kemampuan sendiri
14. Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari

2.2.6 Mekanisme Koping


Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Eko, 2014). Pertahanan
tersebut mencakup berikut ini :
1. Jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
2. Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri
individu
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

17
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk.

2.2.7 Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari
pada masa sebelumnya (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015). Terapi yang dimaksud
meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup).
Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama (Rokhimma & Rahayu, 2020).

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
pasien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual.Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang
dimiliki (Afnuhazi, 2015) :

18
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat.
2. Alasan masuk
Alasan pasien datang ke yayasan pemenang jiwa, biasanya pasien sering
berbicara sendiri mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,
membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3. Faktor predisposisi
a. Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c. Pasien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
5. Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
6. psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi pasien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
Gambaran diri pasien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : pasien
biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri pasien menyadari peran
sebelum sakit, saat dirawat peran pasien terganggu, ideal diri tidak menilai

19
diri, harga diri pasien memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan
sakitnya.
c. Hubungan sosial : pasien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya pasien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah pasien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Dengan faktor berhubungan dan batasan karakteristik disesuaikan
dengan keadaan yang ditemukan adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien
halusinasi adalah:
1. Halusinasi pendengaran (Aji, 2019).

2.3.3 Intervensi
Rencana tindakan pada keluarga (Keliat, 2014) adalah ;
SP 1: Identifikasi halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon), menjelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan, melatih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
SP 2: Melatih cara mengontrol halusinassi dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
SP 3: Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
SP 4: Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan)

2.3.4 Implementasi
1. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
2. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon pasien terhadap halusinasi
3. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
5. Melatih pasien dengan cara bercakap-cakap

20
6. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan
terjadwal (Siti, 2021)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan
respon pasien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.
Halusinasi pendengaran :
1. tidak terjadi perilaku kekerasan
2. pasien dapat membina hubungan saling percaya
3. pasien dapat mengenal halusinasinya
4. pasien dapat mengontrol halusinasi dengar dari jangka waktu 4x24 jam
didapatkan data subjektif keluarga menyatakan senang karena sudah
diajarkan teknik mengontrol halusinasi, keluarga menyatakan pasien mampu
melakukan beberapa teknik mengontrol halusinasi. Data objektif pasien
tampak berbicara sendiri saat halusinasi itu datang, pasien dapat berbincang-
bincang dengan orang lain, pasien mampu melakukan aktivitas terjadwal,
dan minum obat secara teratur ( Aji, 2019 ).

21
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax.(0536) 3227707 E-Mail :

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat : Benuas B


Tanggal Dirawat : 25 Maret 2022

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.G (L)
Umur : 31 Tahun
Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2022
Informan : ........................................

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Pada tanggal 25 Maret 2022 klien di bawa keluarganya datang ke RSJ. Kalawa Atei karena pada saat di
lakukan pengkajian klien mengatakan saat tidur pada malam hari selalu terbangun mendengar suara
bisikan yang mempengaruhi klien sehingga membuat klien marah-marah, klien juga mengatakan
sebelumnya pernah di bawa sebanyak 5 kali ke RSJ. Kalawa Atei tetapi pasien di bawa kembali ke RSJ
Kalawa Atei karena klien sering terbangun mendengar suara bisikan.
III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu


Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2. Pengobatan sebelumnya :
Klien pernah melakukan pengobatan sebelumnya.
3. Aniaya fisik
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik.
Aniaya seksual
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual.
Penolakan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dalam keluarga ataupun lingkungannya.
Kekerasan dalam keluarg
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarganya.
Tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan kriminal.
22
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah berkelahi saat duduk di bangku sekolah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IV. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 120/80mmHg N : 80x/menit
S : 36,5C RR :
20x/menit
2. Ukur
TB : 160cm BB : 55 kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada

Jelaskan :

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan :
Klien anak kelima dari 8 bersaudara, klien tinggal serumah dengan orang tua dan ketiga adiknya.
Pola asuh dikeluarga baik, pola komunikasi kurang terbuka, keluarga klien tidak ada yang
menderita gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh bagian

tubuhnya

b. Identitas : Klien mengatakan anak kelima dari delapan


23
bersaudara, klien menyadari dirinya adalah anak

kelima

c. Peran : Klien mengatakan didalam keluarga klien

berperan sebagai anak, adik dari ke empat

kakaknya dirumah, serta membantu orang tua

nya bekerja.

d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat pulang kerumah,

klien tidak mau Kembali lagi ke RSJ. Klien ingin

sembuh dan ingin berkumpul dengan keluarga.

Klien berharap tidak mendengar suara-suara yang

sering membisiknya.

e. Harga diri : Klien mengeluh hidupnya tidak berguna tidak

memiliki kelebihan apapun, dan klien mengatakan

sering malas-malasan . Saat di lakukan pengkaji

an tampak klien bermalas-malasan, kontak mata

dengan klien kurang,dan produktivitas menurun.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang : Klien mengatakan orang yang berarti adalah
berarti kedua orang tuanya.

b. Peran serta : Di lingkungan rumah dan masyarakat klien tidak

dalam kegiatan pernah mengikuti kegiatan masyarakat.

kelompok /

masyarakat

c. Hambatan : Klien mengatakan tidak mempunyai hambatan

dalam dalam berhubungan dengan orang lain maupun

24
berhubungan keluarga.
dengan orang

lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menyatakan bahwa klien beragama Kristen

b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan jarang beribadah saat di RSJ.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
- Tidak rapi - Penggunaan pakaian - Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan :
Klien tampak rapi dan bersih, klien dapat menggunakan pakaian yang sesuai, kuku klien tampak
bersih dan tidak Panjang, rambut klien tersisir rapi, kulit bersih dan tidak bau, klien selalu memakai
sendal jika keluar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan

 Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membis u Tidak mampu memulai pembicaraan

Loghor e Echolalia

Jelaskan :
Pembicaraan klien saat dikaji berbicara normal dan sedikit cepat, beberapa pertanyaan klien mampu
menjawab.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas Motorik:

- Lesu - - -
Tegang Gelisah Agitasi

- Tik - - -
Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :

25
Klien mengatakan senang saat diajak berbicara, mengikuti kegiatan yang ada di RSJ seperti
berolahraga dan bermain catur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Alam Perasaaan

 Sedih Ketakuta Putus asa Khawatir Gembira berlebihan


n

Jelaskan :
Klien mengatakan sedih karena ingin bertemu ibunya, ingin cepat pulang dan bertemu keluarganya,
tapi klien tidak tampak sedih yang berlebihan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Afek
- Datar - Tumpul - Labil - Tidak sesuai

Jelaskan :
Afek pasien sesuai dengan stimulus pada sedih ekspresi wajah sedih, pada saat senang ekspresi
wajah ceria.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Interaksi Selama Wawancara

- - -
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
- Kontak mata (-) - Defensif - Curiga

Jelaskan :
Selama interaksi wawancara klien mau berinteraksi dengan baik, kontak mata ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Persepsi : Halusinasi

 Pendengara Penglihatan Perabaan


n

Pengecapan Penghidu

Jelaskan :

DS :
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh klien untuk marah-marah
dan melakukan kekerasan, bisikan ini terdengar berkali-kali dalam sehari kurang lebih 15 menit
terjadi saat klien bangun tidur dan mau tidur lalu klien merasa gelisah, marah-marah, mengamuk

26
dan tidak nafsu makan saat suara bisikan masih sering terdengar.

27
DO :
Saat dikaji klien tampak berbicara sendiri, sering marah-marah tanpa sebab, klien sering menyendiri
dan melamun.
Masalah Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

8. Proses Pikir

- - -
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
- -
flight of idea blocking - pengulangan pembicaraan/persevarasi

-
neologisme

Jelaskan :
Saat klien diajak berbicara pembicaraan focus, sampai pada tujuan sesuai dengan topik dan mampu
menjelaskan apa yang terjadi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir

- - -
Obsesi Fobia Hipokondria
- depersonalisasi -
ide yang pikiran magis
terkait -

Waham

- - - -
Agama Somatik Kebesaran Curiga

- - -
- nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan :

Klien dapat mengontrol isi pikirnya, klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham.
Klien tidak mengalami fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat Kesadaran

- bingun - -
sedasi stupor
g

Disorientasi
- - -
waktu tempat orang

28
Jelaskan :
Klien tidak mengalami disorientasi, klien mampu mengenal perawat, tempat dan waktu.

29
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori

- -
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek

- -
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan :
Klien dapat mengingat dengan baik, klien dibawa oleh ayahnya, klien juga dapat mengingat tanggal,
bulan dan tahun kelahirannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung


- - -
mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :
Klien mampi berhitung sederhana dengan cepat
20-5=15, 15-5=10, 10+30=40
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan Penilaian

- Gangguan ringan - Gangguan bermakna

Jelaskan :
Klien mampu mengambil keputusan saat diberi pilihan, bangun tidur mandi dulu atau makan dulu?,
klien menjawab mandi dulu baru makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya Tilik Diri


- -
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :
Klien tidak merasa sakit jiwa, klien berada di RS ini untuk menghilangkan suara-suara yang
membisiknya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Klien dapat makan dan mengambil minum sendiri

30
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK
 Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan :
Klien dapat BAB/BAK sendiri saat berada di RSJ
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :
Klien dapat mandi sendiri tanpa bantuan keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Berpakaian / Berhias

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan :
Klien dapat berpakaian rapi serta dapat membedakan pakaian yang bersih dan kotor
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Istirahat Dan Tidur

Tidur siang lama : 12.00 s/d

15.00 Tidur malam lama : 20.00

s/d 05.00

Kegiatan sebelum / sesudah tidur

Jelaskan :
Klien mengatakan selama berada di RSJ pola tidur teratur dan tidak mengalami masalah tidur
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

6. Penggunaan Obat
 Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan :
Klien dapat meminum obat sesuai jadwal yang sudah diberikan serta dapat membedakan jenis obat
mana yang akan diminum setelah makan, serta bantuan minimal keluarga untuk mengingatkan klien
Masalah Keperawatan :
31
Tidak ada masalah keperawatan

32
7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung  Ya tidak

Jelaskan :
Setelah keluar dari RSJ klien akan diberikan perawatan lanjutan dan perawatan pendukung selama
berada dirumah, serta kontrol rutin setiap bulannya.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

8. Kegiatan Di Dalam Rumah



Mempersiapkan makanan Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah  Ya Tidak

Mencuci pakaian  Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya  Tidak


Jelaskan :
Klien mampu mempersiapkan makanannya sendiri, klien mampu mencuci pakaian sendiri, klien
belum mampu mengatur keuangan sendiri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

9. Kegiatan di luar rumah



Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain  Ya Tidak

Jelaskan :
Klien mengatakan dapat menggunakan alat transportasi seperti motor untuk mengantar ibunya
berbelanja.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

33
Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya ......................... lainnya .................................

Jelaskan :
Klien mengatakan jika sedang mendapat masalah maka klien akan bercerita dengan ayahnya
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan : Klien mengatakan mendapat dukungan dari


dukungan kelompok, keluarga dan saudaranya untuk cepat sembuh
spesifik
Masalah berhubungan : Klien mengatakan lingkungan sekitar baik dan
dengan lingkungan, mau menerima keadaannya
spesifik
Masalah dengan : Klien mengatakan berhenti sekolah saat duduk di
pendidikan, spesifik bangku SMA kelas 2
Masalah dengan : Klien mengatakan belum bekerja tapi kadang-
pekerjaan, spesifik kadang klien ikut ayahnya bekerja tambang.
Masalah dengan : Klien mengatakan tinggal satu rumah dengan
perumahan, spesifik kedua orangtua nya dan saudaranya.
Masalah ekonomi, : Ayah klien bekerja tambang dan ibu klien ibu
spesifik rumah tangga, klien diberi uang oleh ibunya setiap
hari untuk kebutuhan sekolah.
Masalah dengan : Klien jarang sakit dan jarang berobat
pelayanan kesehatan,
spesifik
Masalah lainnya, : Klien mengatakan sedang tidak mengalami
spesifik masalah

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

X. Pengetahuan Kurang Tentang:



Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya :

Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
ANALISA DATA

34
Data Masalah
Subjektif
Klien mengatakan sering mendengar suara- Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
suara bisikan yang menyuruh klien untuk
marah-marah dan melakukan kekerasan,
bisikan ini terdengar berkali-kali dalam
sehari kurang lebih 15 menit terjadi saat
klien bangun tidur dan mau tidur lalu klien
merasa gelisah, marah-marah, mengamuk
dan tidak nafsu makan saat suara bisikan
masih sering terdengar.
Objektif
-Klien tampak berbicara sendiri
-marah-marah tanpa sebab
-klien sering melamun

Subjektif
Klien mengatakan tidak memiliki kelebihan Gangguan Harga Diri Rendah
apapun dan malu bertemu dengan orang
baru
Objektif
-Nampak klien saat diajak berbicara kurang
kontak mata
-Klien tampak lesu

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik :
F25.0 (Schizoaffective disorder, manic type)

Terapi Medik :

No. Nama Obat Dosis Indikasi


1. Olanzapine Olanzapine adalah obat untuk
10 mg
mengobati gejala skizofrenia,
1 x 1 /hari
seperti kekacauan berpikir,
sesudah makan
perubahan perilaku, halusinasi, atau
malam
delusi.
2. Clozapine Clozapine adalah obat untuk
25 mg meredakan gejala skizofrenia yang
1 x 1 /hari menyebabkan seseorang mengalami
sesudah makan halusinasi
malam

3. Asam folat Asam folat adalah obat untuk


1 kapsul
mengatasi defisiensi atau
1 x 1 /hari
kekurangan asam folat, anemia,
sesudah makan
megaloblastic dan pada anemia
pagi
karena kekurangan suplemen nutrisi

35
XII. Daftar Masalah Keperawatan

1) Gangguan Harga Diri Rendah


2) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3) Gangguan Proses Pikir

Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan :


Mengamuk, mencederai diri sendiri dan orang lain (akibat)

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran
(Care Problem)


Gangguan konsep diri :
Resiko Harga Diri Rendah (Penyebab)

XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan ( sesuai urutan prioritas )

1) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran


2) Gangguan Harga Diri Rendah
3) Gangguan Proses Pikir

Palangkaraya ,28 Maret 2022

Mahasiswa,

Nama : Lisnawatie

NIM: 2019.C.11a.1015

36
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.A Diagnosis medis : F.25.0


RM No. : Ruangan : Ruang inap, Benuas A
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan
1. Gangguan persepsi Pertemuan 1 SP 1
sensori : halusinasi 1. Klien mampu mengidentifikasi 4. Identifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi
halusinasi : dengan situasi pencetus, perasaan dan respon
pendengaran mendiskusikan isi, frekuensi, 5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
waktu terjadi situasi pencetus, 6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
perasaan dan respon
2. Klien mampu mengontrol SP 2
halusinasi dengan menghardik 2. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
3. Klien mampu memasukkan 3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis,
pada jadwal kegiatan untuk guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat)
latihan menghardik 4. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
Pertemuan 2 5. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program
1. Klien mampu melatih cara 6. Jelaskan akibat putus obat
mengontrol halusinasi dengan 7. Jelaskan cara berobat
obat (jelaskan 6 benar obat, 8. Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik dan beri
jenis, guna, dosis, frekuensi, pujian
kontinuitas minum obat)
Pertemuan 3 SP 3
1. Klien mampu melatih cara 2. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat. Beri pujian
mengontrol halusinasi dengan 3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ketika halusinasi
bercakap-cakap ketika muncul
halusinasi muncul 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan
Pertemuan 4 bercakap-cakap
1. Klien mampu melatih cara

37
mengontrol halusinasi dengan SP 4
melakukan kegiatan harian 3. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, penggunaan obat dan bercakap-cakap,
(mulai 2 kegiatan ) beri pujian
2. Klien mampu melatih kegiatan 4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2
harian kegiatan )
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian

SP 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan ynag telah mandiri
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol
2 Gangguan Harga Diri Pertemuan 1 Pertemuan 1
Rendah 1. Klien mampu mengidentifikasi 1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
kemampuan melakukan daftar kegiatan)
kegiatan dan aspek positif klien. 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
2. Klien mampu melatih kegiatan kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan pasien saat ini
pertama yang dipilih. 3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
Pertemuan 2 untuk dilatih
1. Klien mampu melatih kegiatan 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
kedua yang dipilih. 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan dua kali perhari
2. Klien mampu memasukkan Pertemuan 2
jadwal kegiatan unntuk latihan : 1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan beri pujian
dua kegiatan masing-masing dua 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
kali perhari 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya)
Pertemuan 3 4. Masukkan pada jadwal kegiatan unntuk latihan : dua kegiatan masing-
1. Klien mampu melatih kegiatan masing dua kali perhari
ketiga yang dipilih. Pertemuan 3
Pertemuan 4 1. Evaluasi kegiatan utama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih

38
1. Klien mampu melatih kegiatan 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya)
keempat yang dipilih. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing
2. Klien mampu memasukkan dua kali per hari
jadwal kegiatan unntuk latihan : Pertemuan 4
dua kegiatan masing-masing dua 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
kali perhari. pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing
dua kali perhari
Pertemuan 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Masukan nilai apakah harga diri pasien meningkat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Waktu Diagnosis Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi


1 Senin, 28 maret 2022 Gangguan Persepsi Pertemuan ke-1 S:
13.00 WIB Sensori : Halusinasi (SP 1) Halusinasi  Klien mengatakan sering mendengar suara-suara
Pendengaran 1. Identifikasi halusinasi : dengan
bisikan yang menyuruh klien untuk marah-marah
mendiskusikan isi, frekuensi,
waktu terjadi situasi pencetus, dan melakukan kekerasan
perasaan dan respon
 bisikan ini terdengar berkali-kali dalam sehari
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik kurang lebih 15 menit terjadi saat klien
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
bangun tidur dan mau tidur
untuk latihan menghardik
 jika bisikan itu datang saya merasa gelisah,

39
marah-marah, mengamuk dan tidak nafsu makan
saat suara bisikan masih sering terdengar.
 Klien mengatakan “cara mengontrol halusinasi
bisikan-bisikan jika muncul dengan cara
menghardik, yaitu : meyakinkan dalam hati bahwa
itu tidak ada, saya tidak mau mendengar”
O:
• Klien tampak memperagakan ulang cara
menghardik halusinasi
 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
 Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk menghardik
A:
 Masalah teratsi
P:
 Evaluasi Kembali SP 1, Lanjutkan SP 2

2 Selasa, 29 maret 2022 Gangguan Persepsi Pertemuan ke-2 S:


08.00 WIB Sensori : Halusinasi (SP 2) Halusinasi  Klien mengatakan sudah tidak sering lagi
Pendengaran 1. Evaluasi kegiatan menghardik. mendengar suara-suara bisikan itu muncul
Beri pujian O:
2. Latih cara mengontrol halusinasi  Klien dapat mengingat cara melakukan
dengan obat (jelaskan 6 benar menghardik yang sudah diajarkan pada pertemuan
obat, jenis, guna, dosis, ke-1
frekuensi, kontinuitas minum  Klien dapat melakukan Teknik menghardik secara
obat) berulang kali
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan obat

40
 Klien mampu menjelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat
A:
 Masalah teratasi
P:
 Evaluasi Kembali SP 2, Lanjutkan SP 3
3 Rabu, 30 maret 2022 Gangguan Persepsi Pertemuan ke-3 S:
13.00 WIB Sensori : Halusinasi (SP 3) Halusinasi  Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara-
Pendengaran 1. Evaluasi kegiatan latihan suara bisikan itu muncul
menghardik dan obat. Beri pujian O :
2. Latih cara mengontrol halusinasi  Klien dapat mengingat cara melakukan
dengan bercakap-cakap ketika menghardik yang sudah diajarkan pada pertemuan
halusinasi muncul ke-1
 Klien dapat melakukan Teknik menghardik secara
berulang kali
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan obat
 Klien mampu menjelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap Ketika halusinasi muncul
A:
 Masalah teratasi
P:
 Evaluasi Kembali SP 3, Lanjutkan SP 4

4 Kamis, 31 maret 2022 Gangguan Persepsi Pertemuan ke-4 S:


08.00 WIB Sensori : Halusinasi (SP 4) Halusinasi • Klien mengatakan sudah tidak pernah lagi
Pendengaran 1. Evaluasi kegiatan Latihan mendengar suara-suara bisikan itu muncul
menghardik, penggunaan obat  Klien dapat mengingat cara melakukan
dan bercakap-cakap, beri pujian. menghardik yang sudah diajarkan pada pertemuan
2. Latih cara mengontrol halusinasi ke-1
dengan melakukan kegiatan  Klien dapat melakukan Teknik menghardik secara

41
harian (mulai 2 kegiatan) berulang kali
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan obat
 Klien mampu menjelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap Ketika halusinasi muncul
 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian (2 kegiatan)
seperti membersihkan dipan dan menyapu
lantai
A:
• Masalah teratasi
P:
• Intervensi dihentikan (klien telah keluar dari RSJ)

42
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi & Ridhyalla. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.
Dalami E, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Ervina,I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi keperawatan Generalis dan Psikoreligius pada
pasien pada gangguan sensori persepsi: Halusinasi penglihatan dan pendengaran. Jurnal
Riset Kesehatan Nasional, 2(2), 114-123. http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106
Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
M. (2021, March 18). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. L Dengan Masalah
Halusinasi Pendengaran. https://doi.org/10.31219/osf.io/tghms
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
ANDI. Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan
masalah
Stuart, Gail, W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperwatan Kesehatan Jiwa. (B. A. Kelliat,
Ed.) (1st ed.). Singapore.
Townsend, M. C. (2014). Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in
Evidence- Based Practice (6thed.), Philadelphia: F.A. Davis.
WHO (2019). Schizophrenia. Retrieved from. https://www.who.int/news-
room/fact sheets/%20detail/schizophrenia
Yusuf, Ahmad Dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Dwi Saptina, C. H. A. N. D. R. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Skizofrenia Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronik(Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Http://Eprints.Umpo.Ac.Id/Id/Eprint/6116
Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2011).
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta:EGC, 1-10.
Kemenkes RI.(2019). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas. Jakarta: Kemenkes RI
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/10/08/Persebaran- Prevalensi-
Skizofreniapsikosis-Di-Indonesia

43
Krissanti, A., & Asti, A. D. (2019). Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun Untuk

44
Meningkatkan Harga Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah Di Wilayah Puskesmas
Sruweng. Proceeding Of The URECOL, 630-636.
Http://Repository.Urecol.Org/Index.Php/Proceeding/Article/View/701
Lete, G. R., Kusuma, F. H. D., & Rosdiana, Y. (2019). Hubungan Antara Harga Diri Dengan
Resiliensi Remaja Di Panti Asuhan Bakti Luhur Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 4(1). Https://Publikasi.Unitri.Ac.Id/Index.Php/Fikes/Article/View/1436
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi. Penerbit Andi.
Rahmawati, I. N. (2018).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Persepsi
Sensori:
Halusinasi Dengan Penerapan Kombinasi Terapi Aktivitas Secara Terjadwal Di Wisma
Baladewa Rsj Prof Dr Soerojo Magelang Doctoral Dissertation, Stikes Muhammadiyah
Gombong. Http://Elib.Stikesmuhgombong.Ac.Id/Id/Eprint/870
Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri Rendah Dengan
Menggunakan Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). Ners Muda, 1(1), 18-
22. Https://Doi.Org/10.26714/Nm.V1i1.5493
Sitanggang, R., Pardede, J. A., Damanik, R. K., & Simanullang, R. H. (2021). The Effect
Of Cognitive Therapy On Changes In Self-Esteem On Schizophrenia
Patients.European Journal Of Molecular & ClinicalMedicine, 7(11), 2696-2701

45

Anda mungkin juga menyukai