Oleh:
DAVID ELISON
NIM. 2019.C.11a.1003
DAVID ELISON
BAB 1
PEMBAHASAN
1.2 Konsep Penyakit Persalinan Spontan
1.2.1 Definisi
Adalah bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi
bagian depan symphysis pubica dan apabila seorang wanita setelah pubertas,
kulit mons veneris tertutup oleh rambut. (Wirakusumah et al 2015).
Berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan
kebawah dan belakang, labium majus dekstra dan labium majus sinistra
bersatu disebelah belakang pada commisura labiorum posterior dan
merupakan batas depan dari perineum yang disebut frenulum labiorum
pudendi. Labia mayora homolog dengan skrotum laki laki, terdiri dari dua
permukaan : bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut,
bagian dalam, menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar
sebacea (Wirakusumah et al 2015).
a) Bibir kecil kemaluan (labia minora)
Didapatkan sebagai liapatan di sebelah medial dari labia mayora, kedua lipatan
tersebut (kiri & kanan) bertemu diatas klitoris (preputium clitoridis) dan
dibawah klitoris (frenulum clitoridis). Dibagian belakang kedua lipatan bersatu
juga setelah mengelilingi orificium vaginae dan disebut fourchette (hanya
tampak pada perempuan yang belum pernah melahirkan anak (Wirakusumah et
al 2015).
b) Klentit (klitoris)
Merupakan suatu tunggul yang erektil, klitoris mengandung banyak urat-urat
saraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah, analog dengan penis laki-laki
(Wirakusumah et al 2015).
c) Vulva
Berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan dan kiri dibatasi
bibir kecil sampai kebelakang dibatasi perineum (Eniyati & Sholihah, 2013).
d) Vestibulum Vaginae
Merupakan rongga yang dibatasi oleh kedua labia minora disebelah lateral,
klitoris disebelah anterior, dan fourchette disebelah dorsal. Pada vestibulum
terdapat muara vagina, urethra dan empat lubang kecil yaitu:
• Dua muara kelenjar Bartholin yang terdapat di samping dan agak kebelakang dari
introitus (ostium) vaginae. Glandula vestibularis major (Bartholin) merupakan
kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina. Kelenjar ini mengeluarkan sekret
mukus terutama pada waktu senggama.
• Dua muara kelenjar Skene di samping dan agak dorsal dari urethra (Wirakusumah
et al 2015).
e) Intoroitus Vagina
Adalah pintu masuk ke vagina (Eniyati & Sholihah, 2013).
f) Selaput Darah (Hymen)
Berupa lapisan tipis yang menutupi sebagian besar introitus vaginae, biasanya
hymen berlubang sebesar ujung jari hingga getah dari genitalia interna dan darah
haid dapat mengalir keluar, bila hymen tertutup sama sekali disebut hymen
oclusivum. Setelah partus, hanya tinggal sisa-sisa kecil pada pinggir introitus
dan disebut carunculae hymenales (myrtiformes) (Wirakusumah et al 2015).
g) Lubang kemih (orifisium uretra eksterna)
Adalah tempat keluarnya air kemih yang terletak dibawah klitoris (Eniyati &
Sholihah, 2013). j. Perineum Terletak diantara vulva dan anus (Eniyati &
Sholihah, 2013).
b. Gentalia Eksterna
Gambar 1.2 Alat kandungan dalam
a. Vagina
Merupakan suatu saluran muskulo-membranosa yang menghubungkan uterus
dengan vulva, terletak antara vesica urinaria dan rektum, dinding depan vagina (±
9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (± 11 cm). Pada dinding vagina terdapat
lipatan-lipatan yang berjalan sirkuler dan disebut rugae vaginales, terutama pada
bagian bawah vagina. Setelah melahirkan, sebagian rugae akan menghilang.
Walaupun disebut selaput lendir vagina, selaput ini tidak memiliki kelenjar sama
sekali sehingga tidak dapat menghasilkan lender ; mungkin lebih baik disebut
kulit. Ujung serviks menonjol ke dalam puncak vagina, bagian serviks yang
menonjol kedalam vagina disebut portio, oleh portio ini, puncak vagina dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu fornix anterior, fornix posterior dan tornix lateralis kanan
dan kiri. Vagina mempunyai faal penting sebagai :
• Saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah sewaktu haid dan
sekret dari uterus.
• Alat persetubuhan.
• Jalan lahir pada saat persalinan.
Sel-sel dari lapisan atas epitel vagina mengandung glikogen. Glikogen ini
menghasilkan asam susu karena adanya basil-basil Doderlein sehingga vagina
mempunyai reaksi asam dengan pH 4.5. hal ini memberi proteksi terhadap invasi
kuman-kuman (Wirakusumah et al 2015).
b. Uterus
Dalam keadaan tidak hamil uterus terdapat dalam ruangan perlvis minordi antara
vesica urinaria dan rectum. Permukaan belakang uterus sebagian besar tertutup
oleh peritoneum sedangkan permukaan hanya di bagian atasnya saja. Bagian
bawah dari permukaan depan uterus melekat pada dinding belakang vesica
urinaria. Uterus merupakan alat berongga dan berbentuk seperti bola lampu yang
gepeng. Uterus terdiri dari 2 bagian :
• Corpus uteri yang berbentuk segitiga
• Cervix uteri yang berbentuk silindris
Bagian corpus uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim).
Pinggir kanan/kiri uterus tidak tertutup oleh peritoneum karena berbatasan dengan
parametrium kanan/kiri, bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda tergantung
dari usia, pernah atau tidak melahirkan anak. Panjang uterus pada anak-anak : 2-3
cm, Nullipara : 6-7 cm, Multipara : 8-9 cm. Panjangnya corpus uteri terhadap
serviks uteri juga berbeda-beda. Pada anak – anak panjang corpus uteri ½ dari
panjang serviks uteri. Pada remaja, corpus uteri sama panjang dengan serviks
uteri. Pada multipara, panjang corpus uteri 2x panjang serviks uteri.
Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, lebar di daerah fundus dan sempit
ke arah serviks, sebelah atas rongga rahim berhubungan dengan saluran telur (tuba
Fallopii) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim (canalis cervicis uteri).
Hubungan antara cavum uteri dan canalis cervicis uteri ostium uteri internum,
sedangkan muara canalis cervicis uteri kedalam vagina disebut ostium uteri
externum. Sebetulnya ada 2 buah ostium uteri internum, yaitu sebagai berikut :
• Ostium anatomicum uteri internum yang betul-betul merupakan batas
antara canalis serviks uteri dan cavum uteri.
• Ostium histologicum uteri internum yang merupakan tempat selaput lendir
cavum uteri berubah menjadi selaput lendir serviks pada canalis serviks. Tempat
ini letaknya sedikit dibawah ostium anatomicum uteri internum.
Bagian serviks antara ostium anatomicum uteri internum dan ostium uteri
histologicum internum disebut isthmus uteri. Bagian tersebut dapat melebar
selama kehamilan dan disebut segmen bawah uterus (Wirakusumah et al 2015).
c. Tuba Uterina Falopii
Alat ini terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulai
dari cornu uteri dekstra et sinistra. Panjangnya ±12 cm, dengan diameter 3-8 mm.
Tuba ini dibedakan menjadi 4 bagian.
• Pars interstisialis (intramuralis); bagian tuba yang berjalan dalam dinding
uterus mulai dari ostium tuba internum.
• Isthmus tubae uterinae; bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus,
merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit.
• Ampulla tubae uterinae; bagian tuba antara isthmus dan infundibulum,
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S.
• Infundibulum ujung tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbrae,
lubangnya disebut ostium abdominale tubae.
Fungsi utama tuba ialah untuk membawa ovum yang dilepaskan ovarium menuju
ke uterus (Wirakusumah et al 2015).
d. Ovarium
Ovarium berjumlah dua buah. Letaknya pada dinding lateral panggul dalam
sebuah lekuk yang disebut fossa ovarica waldeyeri, di sebelah kiri dan kanan
uterus. Ovarium dihub ungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium
dan dihungkan dengan dinding panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum. Di
sini, terdapat pembuluh darah ovarium, yaitu arteri dan vena ovarcia. Ada
beberapa hal yang dibedakan pada ovarium.
• Permukaan medial yang menghadap ke arah cavum Douglasi dibedakan
dengan permukaan lateral.
• Ujung atas yang lebih dekat dengan tuba dibedakan dengan ujung bawah
yang lebih dekat dengan uterus (ekstremitas tubaria dan ekstremitas uterina).
• Pinggir yang menghadap ke depan (margo mesovarica)dan melekat pada
lembar belakang ligamentum latum dengan perantara mesovarium dibedakan
dengan pinggir yang menghadap ke belakang (margo liber).
Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula). Pada
korteks terdapat folikel-folikel primordial. Pada medula terdapat pembuluh darah,
saraf, dan pembuluh limfe (Wirakusumah et al 2015).
e. Parametrium
Jaringan ikat yang terdapat antara kedua lembar ligamentum latum disebut
parametrium. Bagian atas ligamentum latum yang mengandung tuba disebut
mesosalpinx dan bagian kaudalnya yang berhubungan dengan uterus disebut
mesometrium. Pada sisi depan ligamentum latum berjalan ligamentum teres uteri,
pada sisi belakang berjalan ligamentum ovari proprium.
f. Mesovarium merupakan lipat pritoneum untuk ovarium dan terdapat
antara mesosalpinx dan mesometrium. Ligamentum suspensorium ovarii berjalan
dari ekstremitas tubaria ovarii ke dinding panggul.
g. Pada parametrium berjalan ureter, arteri dan vena uterina. Parametrium
sebelah bawah yang menyelubungi arteri dan vena uterina lebih padat dari
jaringan sekitarnya, disebut ligamentum cardinale (Wirakusumah et al 2015).
2.1.2.2 Anatomi Jalan Lahir Keras dan Lunak
Jalan lahir merupakan jalan yang terbentuk secara alamiah untuk bayi atau janin
pada saat keluar dari rahim ibu. Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasarpanggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin
harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh
karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan
dimulai (Mutmainnah et al, 2017).
Jalan lahir terdiri atas :
Jalan lahir atau panggul keras merupakan bagian keras yang dibentuk oleh, yaitu :
a. tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari :
1. Os illium atau tulang usus, adalah ukuran terbesarnya dibanding tulang lainnya.
Sebagai batas dinding atas dan belakang panggul atau pelviks.
2. Os ischium atau tulang duduk, posisi os ischium terletak di bawah os illium, pada
bagian belakang terdapat cuat duri dinamakan spina ishiadika.
3. Os pubis atau tulang kemaluan, membentuk suatu lubang dengan os ischium,
yaitu foramen obsturotur. Fungsi di dalam persalinan belum diketahui secara
pasti. Diatas foramen abturotur dibatasi oleh sebuah tangkai dari os pubis yang
menggabungkan dengan os ischium disebut ramus superior ossis pubis, sedangkan
dinding bawah foramen dibatasi oleh ramus inferior osis pubis. Pada ramus
inferior ossis pubis kiri dan kanan membentuk sudut yang disebut arkus pubis.
Pada panggul wanita normal sudut ini tidak kurang dari 90o . Pada bagian atas os
pubis terdapat tonjolanyang dinamakan teberkulum pubic (Mutmainnah et al,
2017).
a. 1 tulang kelangkang (os sacrum), Os sacrum atau tulang kelangkang berbentuk
segitiga, dengan dasar segitiga di atas dan puncak segitiga pada ujung di bawah.
Terdiri dari lima ruas yang bersatu, terletak di antara os coxae dan merupakan
dinding belakang panggung. Permukaan belakang pada bagian tengah terdapat
cuat duri dinamakan crista sakralia. Memperlebar luas panggul kecil atau pelvis
minor. Dengan lumbal ke-5 terdapat artikulasio dan lumbosacralis. Bagian depan
paling atas dari tulang sacrum dinamakan promotorium, di mana pada bagian ini
bila pada waktu periksa dalam dapat teraba, berarti ada kesempitan panggul
(Mutmainnah et al, 2017).
b. 1 tulang tungging (os cocygis), os cocygis atau tulang ekor dibentuk oleh 3-5 ruas
tulang yang saling berhubungan dan berpadu dengan bentuk segitiga. Pada
kehamilan tahap akhir, koksigeum dapat bergerak, kecuali jika struktur tersebut
patah (Mutmainnah et al, 2017).
c. Perhubungan tulang – tulang panggul, didepan tulang panggul terdapat hubungan
antara kedua os pubis kanan dan kiri. Di belakang panggul terdapat artikulasio
sakro – ilaka yang menghubungkan os sacrum dan os ilium. Di bagian bawah
panggul terdapat artikulasio sakro-koksigis yang menghubungkan os sacrum
dengan koksigis (Mutmainnah et al, 2017).
d. Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2 bagian :
1. Panggul palsu atau false pelvis (pelvis mayor). Panggul palsu adalah bagian di
atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.
2. Panggul sejati atau true pelvis (pelvis minor). Bentuk pelvis minor ini menyerupai
suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan (Mutmainnah et al,
2017)
3. Dalam obstetric, yang dimaksud pelvis minor terdiri atas :
Pintu atas panggul (PAP) yang disebut juga pelvic inlet, terdiri atas :
1. Bagian anterior PAP, yaitu batas sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis.
2. Bagian lateralnya dibentuk oleh linea lipektena, yaitu sepanjang tulang inominata.
3. Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan
promotorium sacrum (Mutmainnah et al, 2017).
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan
persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam atau
vaginal toucher (VT). Bidang hodge antara lain :
1. Hogde I, dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas sympsis dan
promotorium.
2. Hodge II, sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah sympsis.
3. Hodge III, sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
4. Hodge IV, sejajar I, II, III setinggi os coccygis (Mutmainnah et al, 2017).
Cadwell – Moloy mengemukakan 4 jenis panggul, antara lain :
1. Bagian anterior PAP, yaitu batas sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis.
2. Bagian lateralnya dibentuk oleh linea lipektena, yaitu sepanjang tulang inominata.
3. Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan
promotorium sacrum (Mutmainnah et al, 2017).
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan
kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan
dalam atau vaginal toucher (VT). Bidang hodge antara lain :
1. Hogde I, dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas sympsis dan
promotorium.
2. Hodge II, sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah sympsis.
3. Hodge III, sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
4. Hodge IV, sejajar I, II, III setinggi os coccygis (Mutmainnah et al, 2017).
Cadwell – Moloy mengemukakan 4 jenis panggul, antara lain :
Air ketuban
Klien tidak
terlalu banyak
mengetahui
keluar
penyabab &
akibat ketuban
pecah dini
Distoksia
(partus kering)
Kecemasan
ibu terhadap
keselamatan
janin dan
dirinya
PERSALINAN SPONTAN
B1 B2 B3 B4 B5 B6
BREATHING BLOOD BRAIN BLADDER BOWEL BONE
Kontraksi
Akumulasi Anoreksia
Berlebihan Pengeluaran Perawatan MK : Gangguan
Sekret Kurang
Mediator Nyeri MK : Mobilitas Fisik
Konstipasi
Pendarahan Intake
MK : Bersihan Berlebihan Menurun
Jalan Nafas Tidak Nyeri Saat MK : Resiko
Efektif Beraktivitas Infeksi
MK : Defisi
MK : Risiko Nutrisi
Syok
MK : Nyeri
Akut
2.2.4 Manisfestasi Klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes
dengan ciri-ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.tetapi bila
anda duduk atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
“mengganjal “atau menyambut kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil
dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
Praterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD
praterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,
bau dan PH nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban
mungkin juga urine atau secret vagina, Sekret vagina ibu hamil pH :4,5
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning .
a. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5 darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
b. Mikroskop (tes pakis),dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
psikis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit . Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,
namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana.
2.2.7 Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial.
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila
ada faktor predisposisi.
2. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini
saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah. Kondisi
yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
3. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban.
b. Bila robekan ketuban tampak kasar : Saat pasien berbaring terlentang ,
tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan dari vagina. Basahai
kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
mengkaji ferning dibawah mikroskop. Sebagian cairan diusapkan kekertas
Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji diagnostik bila pasien
sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan
tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
2.3 Manajemen Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien & Penanggungjawab
Terdiri dari nama, usia, alamat, nomor rekam medic, diagnosa, tanggal
masuk rumah sakit, dan sebagainya terkait klien dan penanggung jawab
(Mansyur & Dahlan, 2014).
B. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan klien dibawa kerumah
sakit dan penanganan pertama yang dilakukan. Keluhan utama yang biasa
dirasakan klien post partum adalah nyeri seperti di tusuk-tusuk/ di iris – iris,
panas, perih, mules dan sakit pada jahitan perineum.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang menyebabkan klien mengalami gangguan nyeri. Hal tersebut
dapat diuraikan dengan metode PQRST:
P = Paliatif/propokatif
Yaitu segala sesuatu yang memperberat dan memperingan keluhan. Pada
postpartum spontan biasanya klien mengeluh nyeri dirasakan bertambah
apabila klien banyak bergerak dan diraskan berkurang apabila klien istirahat
atau berbaring.
Q = Quality/quantity
Yaitu dengan memperhatikan bagaimana rasanya dan kelihatannya. Pada
postpartum spontan dengan episiotomi biasanya klien mengeluh nyeri pada
luka jahitan yang sangat perih seperti diiris iris pisau.
R = Region/radiasi
Yaitu menunjukkan lokasi nyeri, dan penyebaranya. Pada postpartum spontan
dengan episiotomy biasanya klien mengeluh nyeri pada daerah luka jahitan pada
dera h perineum biasanya tidak ada penyebaran ke daerah lain.
S = severity/scale
Yaitu menunjukkan dampak dari keluhan nyeri yang dirasakan klien, dan besar
gangguannya yang di ukur dengan skala nyeri 0-10
T =Timing
Yaitu menunjukan waktu terjadinya dan frekuensinya kejadian keluhan tersebut.
Dan mengkaji riwayat pada saat sebelum inpartus biasanya didapatkan cairan
ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi tentang penyakit sebelumnya misalnya penyakit kronis atau menular dan
menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengidentidikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan
atau keduanya.
C. Riwayat Ginekologi dan Obstetric
a. Riwayat ginekologi
1) Riwayat menstruasi, meliputi tentang menarche, berapa lama haid, siklus
menstruasi, masalah haid yang biasanya dialami selama siklus menstruasi dan
HPHT.
2) Riwayat perkawinan, meliputi tentang usia ibu dan ayah sewaktu menikah,
lama perkawinan, perkawinan keberapa dan jumlah anak yang sudah dimiliki.
3) Riwayat kontrasepsi, meliputi apakah melaksanakan keluarga berencana, jenis
kontrasepsi yang dipakai, lama penggunaanya, masalah yang terjadi, rencana
kontrasespsi yang akan digunakan serta alasan mengapa memilih kontrasespsi.
b. Riwayat obstetric
1) Riwayat kehamilan, mencakup riwayat kehamilan yang dahulu dan riwayat
kehamilan sekarang yang menguraikan tentang pemeriksaan kehamilan,
riwayat imunisasi, riwayat pemakaian obat selama kehamilan serta keluhan
selama kehamilan.
2) Riwayat persalinan, meliputi tentang riwayat persalinan dahulu yang berisi
tanggal lahir anak, usia, jenis kelamin, BB lahir, umur kehamilan, jenis
persalinan tempat terjadinya persalinan dan komplikasi yang terjadi selama
persalinan. riwayat persalinan sekarang meliputi tanggal persalinan, tipe
persalinan, lama persalinan, jumlah perdarahan, jenis kelamin serta APGAR
score.
3) Riwayat nifas, menjelaskan tentang riwayat nifas dahulu, riwayat nifas
sekarang.
D. Aktivitas sehari-hari
Dalam aktifitas sehari-hari dikaji pola aktivitas, selama dirumah
dan selama dirumah sakit, antara lain yaitu:
a. Pola nutrisi
1. Makan : meliputi frekuensi dan jenis makanan, porsi makan yang
dihabiskan, cara dan keluhan saat makan. Pada klien postpartum
terdapat peningkatan nafsu makan dan sering merasa lapar karena banyak
mengeluarkan energi pada proses persalinan dan dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
2. Minum : meliputi jenis dan jumlah minuman yang dihabiskan, cara dan
keluhan saat minum. Pada klien postpartum terdapat peningkatan
pemasukan cairan.
b. Pola eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB) : Frekuensi BAB, waktu, konsistensi feses,
warna feses, cara dan keluhan saat BAB. Pada klien post partum BAB
terjadi 2-3 hari kemudian.
2. Buang Air Kecil (BAK) : Frekuensi BAK, warna kuning jernih, jumlah,
cara dan keluhan saat BAK. Pada klien postpartum hari pertama BAK
sering sakit atau sering terjadi kesulitan kencing.
Pada pasien post partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar
(BAB).
c. Pola istirahat dan tidur, kaji kuantitas, kualitas dan keluhan mengenai tidur
siang dan malam. Pada klien post partum terkadang pola istirahat terganggu
karena rasa nyeri pada perineum.
d. Personal Hygiene, Kaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas dan
menggunting kuku, ganti pakaian dan cara m elakukannya. Pada klien
postpartum personal hygiene tidak terawat dikarenakan rasa kelelahan sehabis
proses melahirkan
e. Pola aktivitas, Kaji kegiatan mobilisasi. Pada klien postpartum jarang terjadi
gangguan aktivitas dan jika terjadi gangguan aktivitas lebih biasanya terjadi
pada klien dengan episiotomi.
E. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik ibu
a. Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma scale
(GCS) yang berisi penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga
penampilan ibu seperti baik, kotor, lusuh.
b. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan
respirasi.
c. Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat
badan saat hamil dan berat badan setelah melahirkan.
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1. Kepala
Observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak, persebaran
pertumbuhan rambut, apakah terdapat pembengkakan abnormal, warna
rambut dan nyeri tekan.
2. Wajah
Pada wajah ibu postpartum biasanya terdapat cloasma gravidarum
sebagai ciri khas perempuan yang pernah mengandung, apakah
terdapat lesi atau tidak, nyeri pada sinus, terdapat edema atau tidak.
3. Mata
Observasi apakah pada konjungtiva merah muda atau pucat, ibu yang
baru mengalami persalinan biasanya banyak kehilangan cairan, bentuk
mata kiri dan kanan apakah simetris, warna sklera, warna pupil dan
fungsi penglihatan.
4. Telinga
Dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada tulang mastoid dan
tes pendengaran.
5. Hidung
Observasi apakah ada pernafasan cuping hidung pada pos partum
kadang - kadang ditemukan pernapasan cuping hidung, terdapat secret
atau tidak, nyeri tekat pada tulang hidung, tes penciuman.
6. Mulut
Dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, jumlah gigi ada berapa,
terdapat lesi atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan.
7. Leher
Pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional, apakah terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening atau pembengkakan kelenjar
tiroid.
8. Dada
Observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak, auskultasi suara
nafas pada paru-paru dan frekuensi pernafasan, auskultasi suara
jantung apakah ada suara jantung tambahan dan observasi pada
payudara, biasanya pada ibu post partum payudara akan mengalami
pembesaran dan aerola menghitam serta normalnya ASI akan keluar.
9. Abdomen
Pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah cembung, cekung
atau datar. Observasi celah pada diastasis recti, tinggi fundus uteri
pasca persalinan, pada ibu yang mengalami kehamilan tanda khas pada
abdomen terdapat linia nigra, observasi juga pada blas apakah teraba
penuh atau tidak.
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
10. Punggung dan bokong
Dilihat apakah ada kelainan pada tulang belakang, apakah terdapat
nyeri tekan.
11. Genetalia
Observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang dower cateter,
observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi bagaimana keadaan
luka, bersih atau tidak. Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran
air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak
anak.
12. Anus
Observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak, apakah
terdapat hemoroid.
13. Ekstremitas
Atas : pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan kanan simetris atau
tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga apakah ada nyeri
tekan serta ROM.
Bawah : pada ekstremitas bawah diobservasi apakah terdapat varises,
edema, pergerakan kaki serta ROM.
2) Pemeriksaan fisik bayi
a. Keadaan umum, meliputi tampilan, kesadaran bayi yang dinilai
menggunakan APGAR score.
b. Atropometri, meliputi pemeriksaan berat badan bayi, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas serta lingkar
abdomen.
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe, pada pemeriksaan fisik pada bayi
diobservasi apakah ada kelainan pada kepala, seperti bentuknya, warna
rambut apakah terdapat lesi, kemudian dilihat pada wajah apakah
bentuk mata hidung mulut proporsional atau tidak, observasi bentuk
telinga kanan dan kiri, bentuk leher apakah ada pertumbuhan
abnormal, observasi bentuk dada dan abdomen auskultasi pada suara
jantung dan suara nafas apakah ada penambahan suara atau tidak,
bentuk punggung dan bokong, genetalia apakah terdapat kelainan,
observasi anus serta ekstremitas atas dan bawah.
F. Data psikologis
1) Adaptasi psikologis post partum
Klien telah berada pada tahap taking in, fase dimana yang berlangsung
pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, periode ketergantungan
dimana klien masih membutuhkan bantuan keluarga atau perawat untuk
mendekatkan bayinya saat klien ingin menyusui.
2) Konsep diri
Gambaran diri klien kaji bagaimana dengan perubahan badannya selama
kehamilan dan setelah persalinan.
3. Peran diri
Kaji kesadaran diri klien mengenai jenis kelaminnya, dan kaji apakah klien
mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
4. Identitas diri
Tanyakan kepada klien tentang fungsinya sebagai wanita.
5. Ideal diri
Kaji persepsi klien tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standar pribadi.
6. Harga diri
Kaji penilaian pribadi klien dalam memenuhi ideal diri klien.
G. Data sosial
Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga, masyarakat
dan lingkungan saat sakit.
H. kebutuhan Bounding Attachment
mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap interaksi dengan bayi
secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori.
I. Kebutuhan pemenuhan seksual
Mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap pemenuhan seksual pada
masa postpartum/nifas.
J. Data spiritual
Menghidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme kesembuhan
penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
K. Pengetahuan tentang perawatan diri
Mengidentifikasi pengetahuan tentang perawatan diri; breast care,
perawatan luka perineum, perawatan luka dirumah, senam nifas, KB dan
lain lain.
L. Pemeriksaan penunjang (Nurarif & Kusuma, 2015).
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, elektrolit
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Ultrasonogafi
M. Analisa data
Melakukan interprestasi data data senjang yang dapat membantu
mengidentifikasi masalah keperawatan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan
utama yang dapat muncul , antara lain :
1. Anisietas b.d Kekhawatiran mengalami kegagalan (D.0800)
2. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi (D.0111)
3. Bersih Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Efek agen farmakologis (D.0001)
4. Resiko Syok b.d perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler (D.0039)
5. Nyeri Akut b.d Agen pencedera biologis pasca post partum spontan
(D.0077)
6. Resiko Infeksi b.d Ketuban pecah sebelum waktunya (D.0142)
7. Konstipasi b.d Ketidak cukupan asupan serat (D.0049)
8. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
9. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kekakuan sendi (D.0054)
Bersih Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas SLKI Menejemen Jalan Napas SIKI
Tidak Efektif b.d Efek (L.03032) (I.01011)
agen farmakologis Setelah dilakukan tindakan Obsenvasi
(D.0001) keperawatan selama 3x7 1. Monltor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
jam pertemuan diharapkan 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
Bersihan Jalan Nafas wheezing, ronkhi kering)
meningkat dengan 3. Montor sputum (umlah, warna, aroma)
KRITERIA HASIL : Terapeutik
1. Produksi sputum 4. Pertahanikan kepatenan jalan napas dengan head-ilt dan chin-lit
meningkat. (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
2. Mekonium 5. Posisikan sem-Fowler atau Fowler
meningkat. 6. Berikan minum hangat
3. Frekuemsi napas 7. Lakukan fisioterapi dada, Jika perlu
membaik. 8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4. Pola napas membaik. 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGil
11. Berlikan oksigen, jlika perlu
Edukasi
12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
-Ajarkcan teknik batuk efektif
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukollik,
Iika perlu.
Resiko Syok b.d Tingkat Syok SLKI Manajemen Syok SIKI
Kekurangan volume (L03032) (I.02048)
cairan di tandai dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
Klien terdapat keperawatan selama 3x7 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
pengeluaran lochea jam pertemuan diharapkan frekuensi napas, TD, MAP)
dalam jumlah 200 cc Tingkat Syok menurun 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
(D.0039) dengan 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit,
KRITERIA HASIL : CRT)
1. Kekuatan nadi 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
membaik. 5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
2. Output urine (defomitiyldeformitas, open wound/luka terbuka,
meningkat. tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak)
3. Tingkat kesadaran Terapeutik
meningkat. 6. Pertahankan jalan napas paten
4. Pucat pada wajah 7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
pasien membaik. 8. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
5. Tekanan nadi 9. Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
membaik. 10. Pasang jalur iV
6. Frekuensi napas 11. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
membaik. 12. Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung
7. Frekuensi nadi Kolaborasi
membaik. 13. Kolaborast pemberian Infus cairan kristaloid 1-2 L pada
dewasa
14. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/kgBB pada
anak
15. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Nyeri akut b.d Agen Tingkat Nyeri SLKI Manajemen Nyeri SIKI (I.08238)
pencedera biologis (L.08066) Observasi
pasca post partum Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas,
spontan keperawatan selama 3x7 intensitas nyeri
(D.0077) jam pertemuan, diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri menurun, 3. Identifikasi respon nyeri secara non verbal
dengan 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
KRITERIA HASIL : 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
1. Keluhan nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
menurun. 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
2. Meringis menurun. diberikan
3. Skala nyeri menurun. 8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
4. Kegelisahan menurun Terapeutik
5. Kesulitan tidur 9. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
menurun. 10. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
12. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
13. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
17. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian analgesic
Resiko Infeksi b.d Tingkat Insfeksi SLKI Pencegahan Insfeksi SIKI
Ketuban pecah sebelum (L.14137) (I.14539)
waktunya (D.0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x7 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistamik
jam pertemuan, diharapkan Terapeutik
Tingkat Insfeksi menurun, 2. Batasi jumlah pengunjung
dengan 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
KRITERIA HASIL : 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
1) Demam menurun lingkungan pasien
2) Kemerahan 5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
menurun Edukasi
3) Nyeri menurun 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4) Bengkak menurun 7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Konstipasi b.d Ketidak Eliminasi Fekal SLKI Menejemen Eliminasi Fekal SIKI
cukupan asupan serat (L.04033) (I.04151)
(D.0049) Setelah dilakukan tindakan Obsenvasi
keperawatan selama 3x7 1. Identtfikasi masalah usus dan perggunaan obat pencahar
jam pertemuan, diharapkan 2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi
Eliminasi Fekal membaik, gastrointestinaf
dengan 3. Monitor buang air besar (mis. wana, frekuensi, konsistensi,
KRITERIA HASIL : volume
1) Kontrol pengeluaran 4. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi
feses membaik Terapeutik
2) Keluhan defekasi 5. Berikan air hangat setelah makan
lama dan sulit 6. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
membaik 7. Sediakan makanan tinggi serat
3) Mengejan saat Edukasi
defekasi membaik 8. Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
4) Konsistensi feses keteraturan peristaltik usus
membaik 9. Anjurkan menoatat wama, frekuensl, konsistensi, volume feses
5) Frekuensi defekasi 10. Anjurkan moningkatkan akdifitas fisik, sosuai tolerans
membaik 11. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
6) Peristaltik usus pembentukan gas
membaik 12. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggl
serat
13. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu.
Defisit Nutrisi b.d Status Nutrisi SLKI Menejemn Nutrisi SIKI
ketidakmampuan (L.03030) (I.03119)
mencerna makanan Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
(D.0019) keperawatan selama 3x7 1 Identifikasi status nutrisi
jam pertemuan, diharapkan 2 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Status Nutrisi membaik, 3 Identifikasi makanan yang disukai
dengan 4 Identifikasi kebutuhan kalorl dan jenis nutrien
KRITERIA HASIL : 5 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
1) Kekuatan otot 6 Monitor asupan makanan
pengunyah membaik 7 Monitor berat badan
2) Kekuatan otot 8 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menelan membaik Terapeutik
3) Berat badan membaik 9 Lakukan aral hygiene sebelum makan, jika perlu
4) Indeks masa tubuh 10 Fasiltasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
membaik 11 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14 Berikan suplemen makanan, jika perlu
15 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
16 Anjurkcan posisi duduk, jika mampu
17 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
18 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antlemetik), jika pertu
19 Kolaborasi dengan ahll gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan jilke peru
Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik SLKI Dukungan Mobilisasi SIKI
Fisik b.d Kekakuan (L.05042) (I.05173)
sendi (D.0054) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x7 1 Identifikasl adanya nyeri atau keluhan fisik lalnnya
jam pertemuan, diharapkan 2 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Mobilitas Fisik meningkat, 3 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelurm memulai
dengan mobilisasi
KRITERIA HASIL : 4 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
1) Pergerakan Ektrimitas Terapeutk
membaik 5 Fasilitasi aktivitas mobilisasl dengan alat bantu (mis. pagar
2) Kekuata otot fempat tidur)
membaik 6 Fasilitasi melakukan pergerakan, jikea perlu
3) Rentang gerak (ROM) 7 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
membaik pergerakan
4) Nyeri membaik Edukasi
8 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
9 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
10 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk
di tempat tidur, duduk di slsi tempat tidur. pindah dari tempat
tidur ke kursi)
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang no. 110 Telp. (0536) 3227707
A. Pengumpulan data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.I
Tempat/Tgl lahir : 21-08-2001
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terkahir : -
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : -
Alamat : Jl.Pateh Gajah Meta,Arut Utara,Kabar
Diagnosa Medis : Persalinan Spontan+KPD
Penghasilan perbulan : -
Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2021
Nomor Medrek : -
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : -
Umur : -
Jenis kelamin : -
Agama : -
Suku Bangsa : -
Pendidikan terakhir : -
Pekerjaan : -
Gol. Darah : -
Alamat : -
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan mules-mules dari jam 22:00 WIB hamil
± 7 bulan
b. Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)
Pada tanggal 28 Oktober 2021 pukul 01.20 WIB, Seorang perempuan Ny.I umur
20 Tahun dengan keluhan perutnya terasa mules disertai keluar cairan Amnion
minimal sekali TBBJ ± 11.86 grm ( 27 Oktober 2021 ). Pada saat dikaji tinggi
fundus uteri 3 jari diatas umbillikus/pusat (21 cm) (L 1), Posisi janin punggung
kanan (L 2), Palpasi (L 3) didapatkan prentasi kepala (+), Palpasi (L 4)
divergen, His 4x/10 menit lamanya sekitar 20 detik, DJJ 141x/menit. Dokter
mendiagnosa Ny.I mengalami ketuban pecah dini ( KPD ) kemudian dilakukan
tindakan partus pervaginam dan pemberian IVFD RL 16 tpm lalu Ny.I
melahirkan bayinya pada pukul 04.00 WIB. Setelah 3 hari pasca persalinan
spontan klien mengeluh nyeri pada jalan lahir, terdapat skala nyeri 4 (nyeri
sedang), rasa seperti tertusuk-tusuk dan nyeri terus menerus, hasil pemeriksaan
yg didapat pada pemeriksaan awal yaitu kesadaran composmentis, conjungtiva
merah, N: 75x/mnt, R: 20x/mnt, TD: 100/70 mmhg, S: 36,7 ℃, SP02: 99 %.
Klien mengatakan nyeri mulues-mules
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Hasil Satuan
Wbc 10.1 [10ᶺ3/uL]
Hb 12.5 [g/dL]
Hematocrit 38,2 %
Trombosit 388 [10ᶺ3/uL]
Pemeriksaan tambahan
Rapid Test Antigen
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Rapid Test Antigen NEGATIF NEGATIF
SARS-COV-2
I.PENGOBATAN
No Terapi Indikasi Dosis Rute
1 Infus RL Untuk menginduksi kontraksi 16 tpm IV
uterus.
David Elison
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Data Subjektif : Nyeri Akut Nyeri Akut b.d Agen
pencedera biologis pasca
- Klien mengatakan persalinan spontan
nyeri pada luka (D.0077)
jalan lahir
P = saat banyak
bergerak nyeri
bertambah
Q = nyeri seperti
tertusuk-tusuk terus
menerus
R = nyeri pada
bagian jahitan
perineum
S = skala nyeri 4
(nyeri sedang)
T = Nyeri terus
menerus
Data Objektif :
- Klien tampak
gelisah
- Klien tampak
meringis
- K/U : Baik
- TD : 100/70 mmHg
- RR : 20x/menit
- S : 36,7 ˚C
- N : 75 x/menit
DO :
- Klien post partum
spontan hari
- Terdapat luka epiostomi
derajat 2
- Nyeri Skala 4 (Nyeri
sedang)
- K/U : Baik
TTV :
- TD : 100/70 mmHg
- RR : 20x/menit
- S : 36,7 ˚C
- N : 75 x/menit
- Pasien tampak
bertanya bagaimana
cara menyusui bayi
dan memberikan
makanan tambahan
pada bayi
- Pasien tampak
bingung
PRIORITAS MASALAH
1) Nyeri Akut b.d Agen pencedera biologis pasca post partum spontan di tandai
dengan klien tampak meringis karena nyeri skala nyeri 4(nyeri sedang), K/U : Baik
TTV : TD : 100/70 mmHg, RR : 20x/menit, S : 36,7 ˚C, N : 75 x/menit, HIS 4x/10
menit (D.0077).
2) Resiko Infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahan tubuh primer di tandai dengan
terdapat luka epiostomi derajat 2, K/U : Baik TTV : TD : 100/70 mmHg, RR :
20x/menit, S : 36,7 ˚C, N : 75 x/menit, HIS 4x/10 menit (D.0142).
3) Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi ditandai dengan klien tampak
bertanya tentang cara memberi ASI dan cara memberi makanan tambahan pada
bayi, K/U : Baik TTV : TD : 100/70 mmHg, RR : 20x/menit, S : 36,7 ˚C, N : 75
x/menit, HIS 4x/10 menit (D.0111).
RENCANA KEPERAWATAN
Nyeri Akut b.d Agen pencedera biologis (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Observasi
pasca post partum spontan di tandai 2. Mengetahui tingkat nyeri pada klien.
Setelah dilakukan tindakan
dengan klien tampak meringis karena 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
nyeri (D.0077) keperawatan selama 3x7 jam, 3. Mencari tahu faktor memperberat dan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
diharapkan Tingkat Nyeri memperingan nyeri agar mempercepat
2. Identifikasi skala nyeri proses kesembuhan.
menurun, dengan 4. Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri
3. Identifikasi respon nyeri secara non verbal
yang terjadi akan mengurangi ketegangan
KRITERIA HASIL : 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
pasien dan memudahkan pasien untuk
memperingan nyeri
1. Keluhan nyeri menurun.
diajak bekerjasama dalam melaksanakan
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
2. Meringis menurun.
tindakan.
nyeri
3. Skala nyeri menurun.
5. Teknik distraksi dan relaksasi dapat
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
4. Kegelisahan menurun
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
nyeri
5. Kesulitan tidur menurun.
6. Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
harus dijelaskan oleh pasien untuk
sudah diberikan
mengevaluasi keefektifan dan terapi yang
8. Monitor efek samping penggunaan analgesic diberikan
Terapeutik 7. Mengetahui berhasil atau tidaknya terapi
yang sudah diberikan
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
8. Agar mengetahui efek samping apa saja
mengurangi rasa nyeri.
yang muncul setelah pemberian analgesic
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
9. Salah satu cara mengurangi nyeri seperti
nyeri
TENS, hipnosis, terapi musik, terapi, pijat,
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
akupressur, aromaterapi, imajinasi
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
terbimbing, kompres hangat/dingin, dan
pemilihan strategi meredakan nyeri
terapi bermain.
Edukasi 10. Memberikan kondisi lingkungan yang
nyaman untuk membantu meredakan nyeri.
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri 11. Agar kebutuhan istirahat tidur pasien
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri terpenuhi
12. Agar penanganan yang dilakukan sesuai
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 13. Agar klien tau dan dapat melakukan
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat pencegahan terhadap pemicu nyeri
14. Agar klien atau keluarga dapat melakukan
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk secara mandiri ketika nyeri kambuh.
mengurangi rasa nyeri 15. Agar klien mengetahui skala nyeri dan
dapat melakukan penanganan secara
Kolaborasi mandiri ketika nyeri kambuh.
16. Agar mempercepat kesembuhan
1. Kolaborasi pemberian analgesic
17. Salah satu cara mengurangi nyeri seperti
TENS, hipnosis, terapi musik, terapi, pijat,
akupressur, aromaterapi, imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, dan
terapi bermain.
18. Bekerja sama dengan dokter dalam
pemberian dosis obat dan tindakan
dependen perawat, dimana analgetik
berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.
Minggu, 7 November 2021 Observasi Klien mengatakan masih nyeri tetapi sudah berkurang dari
skala nyeri 4 (nyeri sedang) ke skala 3 (nyeri ringan)
Jam 09.00 WIB 1. Mengidentifikasi skala nyeri
Terapeutik O:
1. Memberikan teknik nonfarmakologi yaitu teknik - Skala nyeri awal 4 (nyeri sedang)
kompres air dingin untuk mengurangi rasa nyeri Setelah diberikan tindakan menjadi nyeri 3 (nyeri
Edukasi ringan)
1. Menganjurkan untuk beristirahat ketika nyeri muncul - Klien mampu melakukan teknik kompres air dingin
2. Mengajarkan strategi meredakan nyeri untuk mengurangi rasa nyeri
3. Mengajarkan memonitor nyeri secara mandiri - Klien tampak beristirahat pada saat nyeri timbul
4. Memberikan obat analgesik Inj.Ketorolac - Klien tampak memonitor nyeri secara mandiri
- Klien diberikan pemberian obat analgesik Injeksi David Elison
Ketorolac
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervesi
DX 2 Pencegahan Infeksi SIKI S : Klien mengatakan luka bekas persalinan spontan mulai
Minggu, 7 November 2021 Observasi : Pasien mengatakan sudah mulai tau bagaimana cara memberi
Jam 09.00 WIB ASI dan cara memberi makanan tambahan pada bayi.
1. Mengidentifikais kesiapan dan kemampuan
menerima informasi O:
Terapeutik : David Elison
- Pasien kooperatif mendengarkan
1. Menyediakan materi dan media pendidikan - Pasien tampak tidak bingung lagi tentang bagaimana
kesehatan cara memberi ASI dan memberi makanan tambahan
2. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai pada bayi.
kesepakatan - Pasien sudah mulai bisa mempraktekannya sendiri
3. Memberikan kesempatan untuk bertanya
A : Masalah teratasi
Edukasi :
P : Pertahankan Intervensi
1. Jelaskan cara menyusui dan cara memberi makanan
tambahan untuk bayi
2. Jelaskan kebutuhan nutrisi bagi ibu yang menyusui
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok bahasan : Post Partum
Sub Pokok bahasan : Infeksi pada Postpartum
Sasaran : Ny. I
Tempat : RSUD Dr. Sylvanus Palangka Raya
A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 20 menit diharapkan
pengunjung memahami tentang penyakit diare.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, bapak dapat :
a. Menjelaskan pengertian infeksi postpartum
b. Menjelaskan penyebab infeksi postpartum
c. Menjelaskan tanda dan gejala pasca persalinan
d. Menyebutkan tindakan bila terkena infeksi postpartum
e. Menyebutkan cara mencegah terjadinya infeksi postpartum
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian infeksi postpartum
2. Penyebab infeksi postpartum
3. Tanda dan gejala infeksi postpartum
4. Cara penanganan infeksi postpartum
5. Cara mencegah infeksi postpartum
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Alat/Media
Leaflet
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Waktu Sasaran
1. Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2 menit 2. Mendengarkan dan
mengucapkan salam memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
Materi
2. Pelaksanaan :
Mendengar,
Menjelaskan tentang : 15 menit
memperhatikan,
1. Pengertian infeksi postpartum
memberikan
2. Penyebab infeksi postpartum
pertanyaan
3. Tanda dan gejala infeksi
postpartum
4. Cara penanganan infeksi
postpartum
5. Cara mencegah infeksi
postpartum
Memberikan kesempatan
bertanya atau feedback kepada
sasaran
3. Penutup :
3 menit
1. Tanya jawab 1. Memberikan