Anda di halaman 1dari 20

Makalah

PENGANTAR KESEHATAN KOMUNITAS DAN KONSEP


DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keperawatan Komunikasi I
Dosen Pengampu : Miftahul Falah, S.Kep., Ns., M.SN

Disusun Oleh
Yoga Maulana NIM : C1714201031
Kelas 3A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya Panjatkan ke Hadirat tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “PENGANTAR KESEHATAN

KOMUNITAS DAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS”.


Dalam penyusunan makalah ini, saya mendapat banyak tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan adanya do’a dari kedua orangtua saya. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua yang sudah suport dan mendo’akan
saya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekian.

Tasikmalaya, 21 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan ............................................................................................................ 2


A. Pengertian Kesehatan .............................................................................................. 2
B. Indikator Sehat ........................................................................................................ 3
C. Karakteristik ............................................................................................................ 4
D. Perilaku Sehat ......................................................................................................... 8
E. Pengertian Komunitas ............................................................................................. 9
F. Tahapan Pencegahan ............................................................................................... 10

BAB III Penutup ................................................................................................................. 16


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang


kesehatan, serta bertambahnya penduduk dan masyarakat, maka perlu
adanya perawat kesehatan komunitas yang dapat melayani masyarakat
dalam hal pencegahan, pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan
penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu, keluarga, tetapi juga
dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan
komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan
dan Dawkin, 1987).

B. Tujuan
Setelah melihat latar belakang diatas maka muncullah
permasalahan sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kesehatan ?
2. Untuk Mengetahui Indikator Sehat ?
3. Untuk Mengetahui Karakteristik ?
4. Untuk Mengetahui Perilaku Sehat ?
5. Untuk Mengetahui Pengertian Komunitas ?
6. Untuk Mengetahui Tahapan Pencegahan (tujuan dan strategi serta
pelayanan kesehatan utama) ?
7.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan
Menurut beberapa para ahli :
a) Undang-Undang No.23 Tahun 1992
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
b) Perkins
Menyatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan yang
seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh juga berbagai
faktot yang mempengaruhinya.
c) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarahNasional Ulama
pada tahun 1983
Menyebutkan bahwa kesehatan merupakan ketahanan jasmani,
rohani, dan sosial yang dimiliki oleh manusia sebagai karunia dari
Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan segala ajaran-Nya.
d) Paune
Mengemukakan kesehatan sebagai fungsi yang efektif dari
sumber-sumber perawatan diri yang menjamin sebuah tindakan untuk
perawatan diri. Kesehatan merupakan perilaku yang sesuai dengan
tujuan diperlukannya untuk mendapatkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
e) Neuman
Menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keseimbangan
biopsiko, kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan yang
fleksibel, normal dan resisten.

2
f) White
Menjelaskan sehat sebagai suatu keadaan dimana seseorang
pada waktu diperiksa tidak memiliki keluhan apapun atau tidak ada
tanda-tanda kelainan atau penyakit.

B. Indikator Sehat
 Prevalensi balita gizi buruk dan kurang,
 Prevalensi balita sangat pendek dan pendek,
 Prevalensi balita sangat kurus dan kurus,
 Prevalensi balita gemuk,
 Prevalensi diare,
 Prevalensi pnemonia
 Prevalensi hipertensi
 Prevalensi gangguan mental
 Prevalesnsi asma,
 Prevalensi penyakit gigi dan mulut,
 Prevalensi disabilitas,
 Prevalensi cidera
 Prevalensi penyakit sendi
 Prevalensi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut),
 Proporsi perilaku cuci tangan,
 Proporsi merokok tiap hari,
 Akses air bersih,
 Cakupan persalinan oleh nakes,
 Cakupan pemeriksaan neonatal-1
 Cakupan imunisasi lengkap,
 Cakupan penimbangan balita,
 Ratio Dokter/Puskrsmas, dan
 Ratio Bidan/Desa.
Adapun indikator sehat menurut WHO :

3
a) Berhubungan dengan status kesehatan masyarakat
1. Indikator komprehensif
 Angka kematian kasar menurun
 Rasio angka moralitas proporsional rendah
 Umur harapan hidup meningkat
2. Indikator spesifik
 Angka kematian ibu dan anak menurun
 Angka kematian karena penyakit menular menurun
 Angka kelahiran menurun
b) Berhubungan dengan pelayanan kesehatan
1. Rasio antara pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk
seimbang.
2. Distribusi tenaga kesehatan merata
3. Informasi lengkap tentang fasilitas kesehatan
4. Informasi tentang sarana Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
Puskesmas, dan lain-lain

C. Karakteristik
a) Menurut John, Donahue, dan Kentle
1. Opennes to Experience
Karakteristik individu menurut para ahli salah satunya
yaitu kepribadian yang terbuka terhadap pengalaman baru berupa
ide, imajinasi yang aktif, kecerdikan dan kemampuan berpikir
mendalam, suka melakukan refleksi diri, memiliki rasa penasaran
yang tinggi, artistik dan inovatif. Sedangkan seseorang yang
memiliki opennes to experience rendah akan memiliki ciri – ciri
yang berkebalikan, yaitu tidak inovatif, suka hal – hal yang rutin,
bersifat lebih praktis dan kepribadiannya cenderung tertutup.
2. Conscientiousness
Berupa kepribadian yang berkaitan dengan keterbukaan
mata dan telinga, individu dengan conscientiousness tinggi suka

4
bekerja keras, bekerja dengan cermat dan terperinci, serta
cenderung lebih rajin. Sebaliknya, orang yang berkepribadian
conscientiousness rendah memiliki ciri – ciri orang yang ceroboh,
malas, tidak memiliki keteraturan dan tidak dapat diandalkan.
3. Extraversion
Karakteristik individu menurut para ahli berikutnya
adalah kepribadian yang terbuka. Extraversion merupakan
kepribadian yang terbuka kepada orang lain, individu yang
memiliki kepribadian extraversion tinggi adalah seorang yang
aktif dalam berbicara, penuh energi, selalu antusias, memiliki
kepribadian yang tegas dan pasti, ramah serta senang bergaul.
4. Agreeableness
Artinya kepribadian yang terbuka terhadap kesepakatan,
yang bersifat suka bekerja sama, bisa dipercaya, penuh perhatian
dan sangat baik kepada orang lain, suka menolong, tidak egois,
pemaaf, tidak suka mengalami perselisihan dengan orang lain.
5. Neocritism
Artinya adalah kepribadian yang terbuka terhadap
tekanan, sehingga individu nya sering merasa mudah murung,
sedih, dan mudah gelisah,, penuh kekhawatiran. Orang yang
memiliki kepribadian ini disebutkan memiliki emosi yang tidak
stabil. Orang yang memiliki emosi stabil akan dapat mengatasi
stres dengan baik, tidak gampang merasa kecewa, selalu tenang
dalam situasi yang genting dan tidak mudah terkesan.
b) Menurut Mathis
1. Minat
Seseorang akan cenderung mengejar karir yang diyakini
cocok dengan minat mereka masing – masing. Minat menjadi
salah satu karakteristik individu menurut para ahli yang
menentukan karir seseorang. Ketahulah pembahasan
mengenai penerapan psikologi sosial dalam bidang

5
organisasi, psikologi industri dalam organisasi, dan aplikasi
psikologi industri dan organisasi dalam pekerjaan.
2. Jati diri
Karir yang mereka jalani merupakan perpanjangan dari
jati diri seseorang dan juga merupakan hal yang membentuk jati
dirinya, itulah karakteristik individu menurut para ahli
berdasarkan jati diri seseorang. Ketahuilah juga
mengenai manfaat psikologi manajemen dalam
organisasi, pendekatan kognitif dalam organisasi, aplikasi
psikologi sosial dalam bidang organisasi.
3. Kepribadian
Faktor kepribadian mencakup orientasi pribadi dari
seseorang dan kebutuhan individualnya, juga adanya latihan,
kekuasaan dan kebutuhan akan prestise. Ada pula macam –
macam intervensi dalam psikologi, teori psikologi industri,
dan peran psikologi dalam manajemen sumber daya manusia.
4. Latar belakang sosial
Status sosial yang dimiliki seseorang akan menjadi faktor
yang menentukan dan berfungsi dalam kategori tertentu. Keluarga,
kekayaan dan kedudukan sosial seseorang akan menentukan
status sosialnya.
c) Menurut Stephen P. Robbins
1. Usia
Hubungan antara kinerja dengan umur sangat erat,
karena adanya keyakinan yang luas bahwa kinerja akan merosot
seiring dengan pertambahan usia. Karyawan yang dianggap sudah
berumur juga kerap bersikap kurang luwes dan menolak
penerapan teknologi baru, akan tetapi di lain pihak ada sejumlah
kualitas positif yang dimiliki oleh karyawan yang lebih tua
berdasarkan pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat dan
komitmen yang dimiliki terhadap mutu pekerjaannya. Sedangkan

6
karyawan yang lebih muda kerap dianggap memiliki fisik yang
lebih kuat dan diharapkan untuk lebih bekerja keras, namun
terkadang kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dan sering
berpindah pekerjaan jika dibandingkan karyawan yang lebih tua.
2. Jenis Kelamin
Tidak ditemukan perbedaan yang konsisten antara pria
dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan dalam analisis, dorongan untuk bersikap kompetitif,
motivasi yang dimiliki, kemampuan sosial dan kemampuan
belajar. Akan tetapi ditemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk
mematuhi wewenang yang ada sementara pria lebih bersikap
agresif dalam pekerjaan dan lebih besar memiliki harapan untuk
sukses. Selain itu juga ada pendapat yang menyatakan bahwa
wanita lebih memiliki resiko mangkir yang tinggi dalam
pekerjaan jika dibandingkan dengan pria.
3. Masa Kerja
Lamanya masa kerja dan kepuasan karyawan saling
berkaitan. Masa kerja yang lebih lama cenderung membuat
seorang karyawan lebih betah dalam suatu organisasi, yang
disebabkan karena seseorang telah beradaptasi dengan lingkungan
kerjanya cukup lama sehingga merasa nyaman. Selain itu, adanya
jaminan perusahaan mengenai hari tua karyawan juga berkaitan
dengan masa kerja karyawan yang semakin lama, maka jaminan
tersebut akan semakin mantap. Jaminan untuk karyawan juga
didasarkan pada tingkat pengalaman dan senioritas karyawan
tersebut.
4. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
berdampak terhadap semakin tingginya tuntutan terhadap fasilitas
di tempat kerja yang akan berdampak terhadap kepuasan kerja
seseorang. Dengan kata lain, karyawan yang memiliki tingkat

7
pendidikan tinggi akan lebih menuntut terhadap adanya fasilitas
tertentu dari perusahaan yang akan berdampak pada kepuasan
kerjanya di perusahaan tersebut, dan kemungkinan mereka baru
termotivasi untuk bekerja dengan giat jika kebutuhan atau
kepuasan tersebut telah terpenuhi.
5. Status Perkawinan
Perkawinan antara dua orang akan meningkatkan level
tanggung jawab dan juga peningkatan hak- hak dan kewajiban
seseorang. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa karyawan
yang sudah menikah menunjukkan tingkat absensi yang lebih
rendah, namun lebih merasa puas dengan pekerjaannya daripada
rekan kerjanya yang masih belum menikah. Sebabnya, pernikahan
akan membutuhkan peningkatan tanggung jawab yang akan
membuat nilai pekerjaan yang dimiliki lebih penting dan berharga
bagi seseorang.

D. Perilaku sehat
Perilaku sehat sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan
individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan
mereka (Taylor, 2003).
Notoatmojo (2003) juga hampir sama dalam mendefinisikan
perilaku sehat, yaitu suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sehat- sakit, penyakit dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan seperti pelayanan kesehatan, makanan, minuman
dan lingkungan.
Menurut Skinner (1938), perilaku sehat (healthy behavior)
adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi
kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan.

8
E. Pengertian komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu
keperawatan, kesehatan, dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti
yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut
sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat
mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya
secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh
manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan
manusia mulai dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta
perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia
mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan
lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada
diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan
barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-
hari.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang
perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapian derajat kesehatan yang

9
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauann pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin,
1987).

F. Tahapan pencegahan (tujuan dan strategi serta pelayanan


kesehatan utama)
a) Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka
miliki.
b) Tu,uanKhuusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam hal :
(a) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi.
(b) Menetapkan masalah kesehatan keperawatan dan prioritas
masalah.
(c) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan
keperawatan.
(d) Menanggulangi masalah kesehatan keperawatan yang mereka
hadapi.
(e) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan;
keperawatan.
(f) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan;keperawatan.
(g) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care)
(h) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

10
(i) Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian
bayi, ibu dan balita sertaditerimanya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
(j) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang
rawan terhadap masalah kesehatan.
c) Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok danmasyarakat, baik yang sehat maupun yang
sakit yang mempunyai masalah kesehatan;perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila
individu tersebut mempunyai masalah kesehatan keperawatan
karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan
sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat,
terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang
berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau
beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga
lainnya dan keluarga-keluarga yang aada disekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu
yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan.Termasuk diantaranya adalah :
a) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai
akibat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti :

11
1. Ibu hamil
2. Bayi baru lahir
3. Balita
4. Anak usia sekolah
5. Usia lanjut
b) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah :
1. Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
2. Penderita dengan penynakit tak menular,
seperti : penyakit diabetes mellitus, jantung
koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya :
1. Wanita tuna susila
2. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba.
3. Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya
adalah :
1. Panti wredha
2. Panti asuhan
3. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan social)
4. Penitipan balita
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
mengangap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok
individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk

12
mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan
muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
5. Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunikasi meliputi :
1. Proses kelompok
2. Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (Partnership)
Tingkat pencegahan intervensi keperawatan meliputi :
Prevensi primer ditunjukan bagi orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi
berpotensi untuk menderita. Perawat komunitas harus mengenalkan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang
perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak
masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang
pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat,
menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi
kesehatan.
Prevalensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau
menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan
memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam
mengelola, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat munhkin
dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan
mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran
penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang
baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang
merupakan ujung tombak pengelolaan.
Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun,
maka perawat komunitas harus berusaha mencegah terjadinya
kecatatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini
mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan

13
bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu : mendorong
untuk patuh mengikuti program PKP, pendidikan kesehatan kepada
dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan memelihara
stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).
Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat komunitas terdiri dari :
1. Observasi. Observasi diperlukan dalam pelaksanaan
keperawatan . Observasi dilakukan sejak pengkajian awal
dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama
melakukan kunjungan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi
rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan komunitas.
Observasi diperlukan untuk menyusun dan mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi pada.
2. Terapi modalitas. Terapi modalitas adalah suatu sarana
penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat
menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga
mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi
modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri,
perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis,
latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
3. Terapi komplementer (complementary and alternative
medicine/CAM). Terapi komplementer adalah penyembuhan
alternatif untuk melengkapi atau memperkuat pengobatan
konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman, 2004;
Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan.
Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan
penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami
(komplementer) menangani penyebab penyakit serta memacu
tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita
(Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).

14
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi
komplementer (Cushman & Hoffman, 2004) :
1. Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur,
pengobatan herbal Cina
2. Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi
perilaku, relaksasi Benson, relaksasi progresif, guided
imagery, pengobatan mental dan spiritual.
3. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus,
pengobatan orthomolekuler (terapi megavitamin), bee
pollen, terapi lintah, terapi larva.
4. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh :
Pijat refleksi, akupresur, perawatan kaki, latihan kaki,
senam.
5. Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni
pernafasan tenaga dalam, Tai Chi
6. Bioelektromagnetik : Terapi magnet Bentuk intervensi
terapi modalitas dan komplementer memerlukan kajian dan
pengembangan yang disesuaikan dengan peran dan fungsi
perawat, terutama pada agregat.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. (Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992).
Paune Mengemukakan kesehatan sebagai fungsi yang efektif
dari sumber-sumber perawatan diri yang menjamin sebuah tindakan untuk
perawatan diri. Kesehatan merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan
diperlukannya untuk mendapatkan, mempertahankan dan meningkatkan
fungsi psikososial dan spiritual.
Strategi intervensi keperawatan komunikasi meliputi :
1. Proses kelompok
2. Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (Partnership)

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang


perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama


penulis. Mohon kritiik dan saran yang membangun demi
menyempurnakan makalah ini dilain kesempatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner :


Theory and practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia : Lippincott.
Allender, J. A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing :
Concepts and practice, 4th.ed, Philadelpia : Lippincott.
Clark, M. J.(1999). Nursing in the community : Dimensions of
community health nursing, Standford, Connecticut : Appleton & Lange.
George B. Julia, Nursing Theories-The base for profesional Nursing
Practice, 3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat Aziz Halimul, 2004, Pengantar Kosep Keperawatan Dasar,
Salemba Medika : Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit, 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan
Komunitas I. Cv Sagung Seto : Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai