Anda di halaman 1dari 32

A.

Konsep Community Health Nursing (CHN)


1. Pendahuluan

Keperawatan komunitas (diadopsi dari community health nursing) pertama kali


dikenal tahun 1970 yang merupakan kelanjutan dari sejarah keperawatan kesehatan
publik (public health nursing) terutama berembang didaratan Eropa dan Amerika. Para
perawat bekerja diklinik-klinik berbasiskan masyarakat (community-bases clinics)
yang merupakan koordiansi dalam menangani berbagai kasus-kasus kesehatan
dimasyarakat dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan. Di Indonesia dikenal
sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan
kesehatan profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan,
kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul
Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut

a. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya


kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau
tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh
manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
b. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam
sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
c. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut
pandang. Pengertian komunitas menurut :
a. WHO (1974), sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas batas wilayah, nilai
nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenaldan berinteraksi
antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.
b. Spradley (1985), sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting
didalam hidupnya.
c. Saunders (1991), sebagai tempat atau kumpulan orang – orang atau sistem sosial.
Selain itu , komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan kesehatan, yang
bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan dan
kerja sama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah pencapaian tujuan yang
berarti masyarakat / komunitas tersebut dilibatkan secara aktif untuk mencapai tujuan
tersebut.
Peran komunitas diartikan sebagai suatu proses dimana individu, keluarga dan
komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri, dengan berperan sebagai
pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatannya berdasarkan asas kebersamaan dan
kemandirian. Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmauan, dengan menggunakan potensi lingkungan untuk memandirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat merupakan bentuk
pengorganisasian yang tepat digunakan. Di dalam keperawatan komunitas pendekatan
ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri dari empat
tahapan pengkajian, perencanaan ,pelaksanaan dan evaluasi.
2. Asumsi Dasar Keperawatan Komunitas
Menurut American Nurses Association (Ana, 1980), Keperawatan Komunitas
didasarkan pada asumsi berikut :
a. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
b. Pelayanan kesehatan primer , sekunder dan tersier merupakan komponen sistem
pelayanan kesehatan
c. Keperawatan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan
penelitian melandasi praktek
d. Fokus utama adalah keperawatan primer, sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan ditatanan pelayanan kesehatan utama dengan demikian keperawatan
komunitas perlu dikembangkan ditatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan
komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas

B. Ruang Lingkup Community Health Nursing (CHN)


1. Primary prevention :
a. Health Promotion
Dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan komunitas, melalui kegiatan Health
education, Gizi, Growth & development, Pengendalian lingkungan , Olah raga secara
teratur, Rekreasi / hiburan sehat, Sex education, Marriage counseling.
b. General & Specific Protection
Memberikan perlindungan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan terhadap
komunitas, melalui kegiatan: Imunisasi ( bayi, balita, ibu hamil dl ), Peningkatan
hygiene perorangan, Perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan,
Perlindungan kerja ( Occupational health ), Perlindungan kecelakaan , Perlindungan
diri dari carcinogen, toxin, dan allergen , Pemeriksaan kesehatan secara berkala ,
Pemberian vitamin A , yodium, Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan
menyusui.
2. Secondary Prevention
Pencegahan terhadap masyarakat yang masih sedang sakit, dengan dua kelompok
kegiatan sebagai berikut :
a. Early diagnosis & prompt treatment
Diagnosa dini dan pengobatan adekwat melalui upaya kuratif, ditujukan untuk merawat
dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang bermasalah kesehatan , melalui
kegiatan : Penemuan kasus secara dini / early case finding, Pemeriksaan umum lengkap
/ general check up, Pemeriksaan masal / mass screening Survei terhadap kontak,
sekolah dan rumah / contact survey, school survey, household survey, Penanganan
kasus/ case holding, Pengobatan adekwat melalui kolaborasi medis dalam pemberian
obat, Perawatan orang sakit di rumah (home nursing), Perawatan orang sakit sebagai
tindak lanjut perawatan dari Puskesmas atau RS, Perawatan ibu hamil dengan kondisi
patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas, Perawatan buah dada, Perawatan tali pusat
bayi baru lahir.
b. Disability limitation / pembatasan gangguan
Penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, Pencegahan komplikasi, Perbaikan
fasilitas kesehatan, Penurunan beban social klien, dll.
3. Tertiary prevention
Usaha pencegahan terhadap masyarakat yang setelah sembuh dari sakit serta
mengalami kecacatan, antara lain melalui upaya :
a. Upaya Rehabiliatif : Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi klien yang dirawat di
rumah, maupun terhadap kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan : Latihan
fisik, bagi yang mengalami gangguan fisik seperti klien kusta, patah tulang, kelainan
bawaan., Latihan fisik tertentu bagi klien sakit tertentu, misalnya , TBC : latihan napas
dan batuk, Klien stroke melalui fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh
perawat, Pendidikan kesehatan lanjutan, Terapi kerja
b. Resosialitatif : Upaya untuk mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus
ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat, misalnya karena sakit kusta, AIDS atau kelompok PSK, tuna wisma dan
sebagainya. Dalam hal ini perlu meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dengan cara
memberikan pengertian dan batasan yang jelas dan dimengerti, melalui kegiatan :
Penyadaran masyarakat, Membentuk Perkampungan rehabilitasi social, mendirikan
lembaga rehabilitasi dan partisipasi masyarakat

C. Paradigma Community Health Nursing (CHN)


Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual ) terhadap
kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu
kepada falsafah atau paradigma keperawatan secara umum. Yaitu manusia merupakan
titik sentral setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai – nilai
kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusun falsafah atau paradigma
keperawatan komunitas yang terdiri dari empat komponen dasar, yaitu :

Manusia
(komunitas dengan keluarga
sebagai unit pelayanan dasar)

Keperawatan Kesehatan
(3 level prevensi) (sehat – sakit)

Lingkungan
(bio, psiko, sosial, spiritual)

1. Manusia : Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/ klien yang berada
pada lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai – nilai , keyakinan dan
minat relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga. Komunitas sebagai klien
yang dimaksudkan termasuk kelompok risiko tinggi, natara lain adalah daerah
terpencil, daerah rawan, daerah kumuh
2. Kesehatan : Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien ( komunitas ). Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis
sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stresor.
3. Lingkungan : Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien, yang
bersifat biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
4. Keperawatan ; Intervensi yang bertujuan untuk menekan stresor atau meningkatkan
kemampuan klien ( komunitas ) menghadapi stresor, melalui pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
D. Aturan CHN di Indonesia
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977). Di Indonesia dikenal
dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak
permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan
profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan kesehatan komunitas juga beperan dalam pembangunan
kesehatan tahun 2015-2019, terutama mengenai pendekatan keluarga sebagai
strateginya. Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 39 tahun
2016, pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
1. Tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas
a. Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan
sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya,
1978). Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang
keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan
keluarga disepanjang rentang sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case
management dan konsultasi.
b. Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan
pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut sertakan keluarga
maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus
utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran
penunjang adalah guru dan kader.

c. Perawat Kesehatan Kerja


Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam
memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat
kesehatan kerja mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat
kerja, tempat konstruksi, universitas dan lain-lain.
d. Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan
dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi
yang optimal. Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan
atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah
dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.
2. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
2) Menetapkan masalah kesehatan atau keperawatan dan prioritas masalah.
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau keperawatan.
4) Menaggulangi masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka hadapi.
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau keperawatan.
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan atau
keperawatan.
7) Meningkakan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care)
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
3. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok
khusus baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
keperawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
massalah kesehatan atau keperawatan karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri
oleh sesuatu hal dan sebasb, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya
baik secara fisik, mental maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga.
Anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perakawinan atau adobsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota
keluarga yang lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan, dan termasuk diantaranya adalah
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti: ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah
dan usia lanjut.
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah :
a) Penderita penyakit menular , seperti : TBC, Lepra ,AIDS , Penyakit kelamin lainnya.
b) Penderita yang menderita penyakit tidak menular seperti : penyakit DM ,jantung
kororner , cacat fisik, gangguan mental dan lainnya.
c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit , diantaranya : wanita tuna
susila, kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika serta kelompok – kelompok
pekerja tertentu.
d) Lembaga sosial ,perawatan dan rehabilitasi dianttaranya adalah : panti werdha, panti
asuhan, pusat – pusat rehabilitasi ( cacat fisik ,mental , sosial ) dan penitipan anak balita.
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas – batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga,
ataupun perilaku kelompok masyarakat dalam banyak hal, diantaranya adalah yang
berkaitan dengan kesehatan lingkungan, misalnya membuang sampah sembarangan,
BAB disungai yang digunakan orang banyak sebagai tempat mandi, mencuci dan
aktifitas – aktifitas lainnya
Definisi dan Konsep Mayor
Model sistem Neuman menyoroti bahwa keadaan sehat dan sakit dari seseorang itu
sebagai sistem yang holistik dan lingkungan mempengaruhi kesehatan. Klien dengan perawat
membuat tujuan dan mengidentifikasi intervensi preventif yang sesuai. Individu, keluarga
atau kelompok lain, komunitas ataujaringan sosial adalah sistem klien yang dilihat sebagai
gabungan dari interaksi fisiologis, psikologis, sosial budaya, perkembangan, dan variabel
spiritual (Tomey dan Alligood, 2002).
Konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep “Health care
System” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan
kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara
fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Betty
Neuman mendifinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik (
fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan dan variabel spiritual) dan pendekatan
sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan
disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stressor (Chinn dan Jacobs, 1995
dalam Potter dan Perry, 2005).
Konsep Mayor yang terdapat dalam model sistem Neuman adalah (Fitzpatrick &
Whall, 1989):
1. Tekanan/ Stressor
2. Garis pertahanan dan perlawanan
3. Tingkatan pencegahan
4. Lima variabel sistem klien
5. Struktur dasar
6. Intervensi, dan
7. Rekonstruksi

Penjelasan dari konsep mayor model sistem Neuman adalah sebagai berikut:
1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial
untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut
(Potter dan Perry, 2005):
a. Stressor intrapersonal
Stressor intrapersonal terjadi dalam diri individu dan berasal dari dalam diri klien, serta
berhubungan dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmun
b. Stressor interpersonal
Lingkungan eksternal, segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri klien. Stessor ini
terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya
: ekspektasi peran
c. Stressor ekstrapersonal
Stressor yang juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh
jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial politik.

2. Garis pertahanan dan perlawanan


Garis pertahanan menurut Neuman terdiri dari:
a. Garis pertahanan normal (normal line of defense)
Garis pertahanan normal adalah lingkaran tebal diluar model. Garis ini
memperlihatkan sebuah stabilitas dari individu/sistem.
b. Garis pertahanan fleksibel (flexible line of defense)
Garis pertahanan fleksibel adalah lingkaran putus di luar model. Garis pertahanan
fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor.
Sedangakan untuk garis perlawanan hanya ada satu yaitu garis pertahanan Resisten (lines
of resistance)
Rangkaian lingkaran putus2 mengelilingi struktur utama dasar disebut garis resisten.
Lingkaran itu memperlihatkan faktor sumber yang menolong klien melawan serangan
atau stressor. Sebagai contoh adalah sistem respon imun/pertahanan tubuh. Ketika garis
resisten itu efektif, sistem klien dapat tersusun kembali, tetapi jika tidak efektif maka
kematian dapat terjadi atau dengan kata lain jika lines of resistance efektif dalam
merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka
energi berkurang dan bisa timbul kematian. Jumlah resisten terhadap sebuah stressor
ditentukan oleh hubungan antar 5 variabel dalam sistem klien.

3. Tingkatan pencegahan
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari: 1)
pencegahan primer, 2) sekunder, dan 3) tersier (Neuman, 1982 dalam Potter dan Perry, 2005)
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi
faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu. Atau
pencegahan ini terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi
kesehatan dan mempertahankan kesehatan.

2) Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal
melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak.
Pencegahan ini meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari pencegahan
tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor, dilakukan
setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Tujuan utamanya
adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali
atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk
kembali pada pencegahan primer.

4. Sistem klien
Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang
membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual.
Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien merupakan cerminan secara wholistik
dan multidimensional (Fawcett, 2005). Dimana secara wholistik klien dipandang sebagai
keseluruhan yang bagian-bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan
tersebut membuktikan bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-masing dalam
mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari.
Neuman mengubah ejaan atau istilah dari “Holistik” menjadi “Wholistik” dalam edisi
keduanya untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap orang secara
keseluruhan.

5. Struktur dasar (Core)


Struktur dasar berisi seluruh variabel untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa
terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabel-variabel tersebut
yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-bagian sistem.
6. Intervensi
Intervensi merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh,
meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer,
sekunder dan tertier.
7. Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi
berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai
tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam
lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense ke
tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan
mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah
faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan
dengan variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

E. Teori Betty Neuman


F.

Gambar 2.2. Model system Neuman (Tomey and Alligood (2002))

Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan
perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien, struktur dasar, intervensi
dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989). Berikut ini akan diuraikan tentang masing-
masing variable:

1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial
untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :

1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan


dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmune

2) Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran

3) Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga


tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial
politik.

2. Garis pertahanan dan perlawanan


Garis pertahanan menurut Neuman’s terdiri dari garis pertahanan normal dan garis
pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang
mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai
pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan digunakan sebagai
dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain
itu ada berbagai stressor yang dapat menginvasi garis pertahanan normal jika garis
pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi. maka
sistem klien akan bereaksi dengan menampakan adanya gejala ketidakstabilan atau sakit
dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan. Garis
pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping
individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan
bagian dari garis pertahanan fleksibel.

Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada
sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal.
Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh
sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi
garis pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan
dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai variabel
(fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi
tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap
stressor.

Sedangkan garis perlawanan menurut Neuman’s merupakan serangkaian lingkaran putus-


putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar
dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal
pertahanan (normal line of defense). Misalnya mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines
of resistance efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi,
jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.

3. Tingkatan pencegahan
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari
pencegahan primer, sekunder dan tersier.

1) Pencegahan primer

Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan
mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible
lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko.
Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi
terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan
perubahan gaya hidup.

2) Pencegahan sekunder.

Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan
sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi
dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui
tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak
berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem
dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian

3) Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan


sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem
klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap
stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat
mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan
primer.

4. Sistem klien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis
terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus definisi
masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan lingkungannya.
Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka mengalami pertukaran energi informasi
dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stres merupakan komponen
dasar dari sistem terbuka. Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok,
komunitas atau sosial issue (Tomey & Alligood, 1998). Klien sebagai suatu sistem
memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam sistem
tersebut. Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya,
komunitasnya, bahkan lingkungan sosialnya.

Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang
membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual.
Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien merupakan cerminan secara
wholistik dan multidimensional (Fawcett, 2005). Dimana secara wholistik klien dipandang
sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis.
Pernyataan tersebut membuktikan bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-
masing dalam mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari- hari. Perubahan istilah dari Holistik menjadi Wholistik untuk
meningkatkan pemahaman terhadap orang secara keseluruhan.

Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik, sehingga sakit atau
kematian.tan atau stabilitasasi system. perubazhan dapat mempertahankan kesehatan
secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau harmonis menjaga keutuhan integritas
sistem. Apabila bagian-bagian dari klien berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud
jika kebutuhan-kebutuhan sistem telah terpenuhi. Namun apabila terjadi
ketidakharmonisan diantara bagian-bagian dari system, hal ini disebabkan karena adanya
kebutuhan yang tidak terpenuhi.

5. Struktur dasar

Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa
terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabel-variabel tersebut
yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-bagian sistem.

6. Intervensi

Intervensi merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh,


meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer,
sekunder dan tertier.

7. Rekonstitusi

Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi


berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai
tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi adalah suatu adaptasi terhadap stressor
dalam lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense
ke tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan
mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah
faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan
dengan variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

Model Sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian di masyarakat,
karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas sebagai sistem klien.

2.4 Asumsi Mayor (terkait dengan paradigm keperawatan)

Paradigma keperawatan merupakan konsep sentral keperawatan yang menjelaskan tentang


teori-teori model konseptual keperawatan. Paradigma menjelaskan 4 unsur utama yang
mendasar yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, keperawatan. Perawat harus mampu
memahami model konseptual ini didalam memberikan asuhan keperawatan. Salah satu
teori model konseptual keperawatan adalah “System Model Neuman” dimana beliau
menyampaikan bahwa paradigma Keperawatan menurut model sistem Neuman adalah
(Neuman, 1995):

1. Manusia

Neuman memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistik) yang terdiri dari 5
(lima) variabel faktor fisiologis, psikologis, sosial budaya, faktor perkembangan, dan faktor
spiritual.

1) Faktor Fisiologis meliputi struktur dan fungsi tubuh

2) Faktor psikologis terdiri dari proses dan hubungan mental

3) Faktor sosial budaya meliputi fungsi sistem yang menghubungkan sosial dan
ekspektasi kultural dan aktivasi.

4) Faktor perkembangan sepanjang hidup.


5) Faktor spiritual pengaruh kepercayaan spiritual.

Faktor-faktor ini berhubungan secara dinamis dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

Klien juga dipandang mengalami kondisi yang bervariasi,sesuai stress yang dialami. Ketika
stressor terjadi individu banyak membutuhkan informasi atau bantuan untuk mengatasi
stressor. Pemberian motivasi dan atau berbagai jenis pencegahan (primer, sekunder dan
tersier) merupakan rencana tindakan perawat untuk membantu klien.

Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dan lingkaran-lingkaran konsentrik yang saling
berkaitan . Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang lebih umum dari
karakter sehat dan sakit yang merupakan gambaran yang unik dari sistem klien. Secara
umum gambaran keunikan sistem klien dari Neuman adalah range normal, struktur genetik
, pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktr ego dan pengetahuan atau kebiasaan.
Neuman selanjutnya menyatakan bahwa normal lines of defense adalah :

1) Merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu,
sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut
keadaan wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi
dari keadaan wellness untuk sistem klien.

2) Berbagai stressor dapat menginvasi normal line of defense jika flexible lines of
defensetidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi maka sistem klien akan
bereaksi yang akan tampak pada adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan
mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan.

3) Normal lines of defense terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola
koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan.

Garis pertahanan flexible/ Flexible Lines of Defense

1) Digambarkan sebagai lingkaran putus-putus paling luar yang berperan memberikan


respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor.
2) Diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa menjauh atau mendekat pada normal
line of defense. Bila jarak antara flexible lines of defense dan normal lines of
defense meningkat maka tingkat proteksipun meningkat.

3) Melindungi normal line of defense dan bertindak sebagai buffer untuk


mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien.

4) Bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat.
Lines of Resistance Merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi
struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika
ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of
defense). Misalnya adalah mekanisme sistem immun tubuh.

Jika lines of resistance efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan
berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.

Hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan


spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan flexible lines of defense terhadap
berbagai reaksi terhadap stressor.

2. Lingkungan

Menurut Neuman lingkungan adalah seluruh faktor-faktor internal dan eksternal yang
berada di sekitar klien . Neuman mengatakan baik lingkungan internal maupun ekternal
pada manusia memiliki hubungan yang harmonis dan keduanya mempunyai keseimbangan
yang bervariasi, dimana keseimbangan atau keharmonisan antara lingkungan internal dan
eksternal tersebut dipertahankan. Pengaruh lingkungan terhadap klien atau sebaliknya bias
berdampak positif atau negatif. Stressor yang berasal dari lingkungan meliputi 3 hal yaitu
intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal. Neuman membagi lingkungan menjadi:

1) Lingkungan internal yaitu lingkungan intrapersonal yang ada dalam system klien.
2) Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar system klien.
Kekuatan-kekuatan dan pengaruh interaksi yang berada di luar sistem klien

3) Lingkungan yang diciptakan merupakan pertukaran energi dalam system terbuka


dengan lingkungan internal dan eksternal yang bersifat dinamis. Lingkungan ini tujuannya
adalah untuk memberikan stimulus positif ke arah kesehatan klien.

Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial


untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :
1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan
dengan lingkungan internal. Misalnya : respon autoimmun.

2) Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran.

3) Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga


tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial
politik.

Stressor interpersonal dan extrapersonal berhubungan dengan lingkungan


eksternal. Created environment mencakup ketiga jenis stressor ini.

3. Sehat

Sehat menurut Neuman, definisi sehat digambarkan dengan model komponen. Sehat
adalah kondisi dimana bagian dan sub bagian keseluruhan manusia yang selalu harmoni.
Kesehatan manusia dalam status baik atau sakit, selalu berubah dalam lima variable :
fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan. Sehat relatif dan dinamik
dengan stabilitas yang bervariasi.

Garis normal sebagai parameter status sehat. Sehat adalah individual kadang seimbang atau
stabilitas klien atau berubah. Garis pertahanan manusia dapat permiabel, berbeda dengan
individu lain dan menghasilkan status kesehatan yaitu garis pertahanan normal. Sehat untuk
individu lain mungkin berarti retensi komponen yang tercontitusi, contoh penggunaan
protesa setelah amputasi dapat menghasilkan garis normal. Sehat untuk individu adalah
hubungan antara faktor genetik dan pengalaman.Tipe definisi sehat mengikuti individu
,tidak ada standart absolut. Status yang terbaik adalah status optimal untuk klien bervariasi
dari beberapa poin dalam hubungannya dengan konsep dasar

4. Keperawatan

Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh dan


keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua variabel yang
mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Keperawatan digambarkan sebagai profesi
yang unik, keunikannya dihubungkan dengan sifat holistic manusia dan pengaruh dari
variable yang berinteraksi dalam lingkungan internal maupun eksternal.

Penggunaan model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk
mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness. Keunikan
keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel yang mana
mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang
model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan
keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya
bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi
pelayanan kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah.

5. Aktivitas Keperawatan.

Perawat dalam model Neuman dipandang sebagai “aktor” atau pemberi intervensi yang
mempunyai tujuan mengurangi pertemuan individu dengan stressor yang jelas atau
meminimalkan efeknya. Perawat memberikan pelayanan sebagai peserta yang aktif dalam
mendukung pertahanan klien dengan membantu klien berespon yang sesuai terhadap
stressor yang datang. Partisipasi aktif dari klien membenarkan arti dari pengalamannya
dengan perawat. Selanjutnya pembuatan tujuan kolaborasi dan kemajuannya adalah istilah
yang digunakan Neuman untuk menjelaskan aktivitas antara perawat dan klien. Keputusan
dibuat oleh proses kolaborasi antara perawat dan klien, klien terlibat dalam merundingkan
tujuan kolaborasi yang sesuai. Perawat membantu klien berbeda tergantung pencegahan
primer, sekunder atau tersier yang diperlukan. Dalam situasi perawatan tiap klien perawat
mengkaji dan mengintervensi secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien
tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin
mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau membantu
klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal
(tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan sifat dari
proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptive. Jika stressor dihasilkan
dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi
atau mengurangi efek, barangkali dengan menggunakan sumber-sumber rehabilitasi.

Perawat mengkaji semua faktor yang berpengaruh pada klien. Contoh Neuman menyatakan
bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan professional dan klien harus dikaji karena
persepsi klien dan caregiver mungkin bervariasi. Dengan demikian hal ini akan
mempengaruhi tindakan caregiver. Pengkajian persepsi berarti bahwa perawat mengkaji
prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien yang berhubungan dengan kondisi
klien sebelum membuat keputusan. Hal ini penting bahwa pengkajian persepsi harus
menjadi aspek yang dimuat karena ini akan sangat berguna pada format proses perawatan
yang selanjutnya dibuat oleh Neuman (Neuman, 1995).

Model Neuman dalam Praktek Keperawatan


Penggunaan model ini oleh perawat dilengkapi fasilitas tujuan yang terarah, terpadu
dengan pendekatan holistik untuk perawatan klien, namun juga cocok untuk digunakan
multidisiplin dalam mencegah fragmentasi perawatan pada klien.

Salah satu aplikasi / praktek yang menggunakan model neuman adalah penulisan atau
pengumpulan data klien sebagai alat penilaian dan intervensi untuk membantu perawat
dalam mengumpulkan dan mensintesa data klien, sebuah format untuk pencegahan sebagai
intervensi, dan sebuah format untuk aplikasi proses keperawatan dalam kerangka model
sistem neuman. Format proses keperawatan Neuman terdiri dari 3 tahap berikut: (1)
diagnosa keperawatan, (2) tujuan keperawatan dan (3) hasil keperawatan . Diagnosis
keperawatan berdasarkan pengkajian awal yang komprehensif. Tujuan
keperawatan tersebut kemudian ditetapkan bersama klien untuk perubahan preskriptif
yang diinginkan guna memperbaiki kesehatan. Hasil keperawatan ditentukan oleh
intervensi keperawatan yang diberikan. Evaluasi dilakukan untuk mengkonfirmasi tujuan
hasil yang diinginkan atau untuk reformasi tujuan keperawatan.

Luasnya model Neuman telah berpengaruh dalam aplikasi dan adaptasi berbagai
setting praktek keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Banyak
contoh yang dikutip dalam buku-buku Neuman. Model ini telah digunakan juga dengan
sukses pada klien dalam pengaturan pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit, panti
jompo, pusat rehabilitasi, dan tempat penampungan anak. Model pendekatan holistik
dibuat terutama berlaku bagi klien yang mengalami stres yang kompleks dan
mempengaruhi variabel beberapa klien. Sistem model Neuman digunakan dalam praktik
berbasis masyarakat / kelompok dan perawatan kesehatan masyarakat. Sistem model
Neuman digunakan secara efektif untuk meningkatkan praktek perawatan lanjutan. Model
ini telah dipelajari dan diterapkan dalam disiplin lain seperti terapi fisik. Penelitian lebih
lanjut terus memvalidasi aplikasinya di luar keperawatan.

Model ini telah diterima di kalangan akademisi dan digunakan secara luas sebagai
panduan kurikulum. Telah digunakan di semua tingkat pendidikan keperawatan di seluruh
Amerika Serikat dan di negara lain, termasuk Australia, Kanada, Denmark, Inggris, Korea,
Kuwait, Portugal, Taiwan, Belanda dan Jepang. Model Neuman telah dipilih untuk
program sarjana muda berdasarkan perspektif teoretis dan komprehensif untuk kurikulum
holistik, dan karena ber potensi untuk digunakan pada individu, keluarga, kelompok kecil,
dan masyarakat. Efektivitas model ini telah dibuktikan dalam mendukung transisi
konseptual antara tingkat pendidikan keperawatan.

Kesimpulan model, baik terhadap persepsi klien dan persepsi perawat membuatnya
sangat relevan Untuk mempelajari konsep kebudayaan dan mempelajari lintas budaya.
Model system Neuman menggunakan pengembangan konseptual model kerangka kerja
untuk tingkat berganda dari keperawatan dan kurikulum yang berhubungan dengan
kesehatan didunia. Penerimaaan oleh pendidikan keperawatan komunitas adalah sebuah
bukti yang jelas.

Penelitian sangat penting bagi keperawatan untuk maju sebagai suatu disiplin ilmu.
Penelitian komponen model untuk penjelasan tambahan dan generasi teori keperawatan
dapat diuji melalui penelitian adalah contoh kontribusi potensi Model Neuman untuk
kegiatan penelitian dan pengetahuan keperawatan. Tinjauan penelitian saat ini
menggunakan model Sistem Neuman menunjukkan bahwa sering dipilih sebagai kerangka
kerja konseptual untuk praktisi penelitian dan mahasiswa pascasarjana. Model ini biasa
dipakai oleh mahasiswa sebagai kerangka kerja konseptual untuk tesis dan
disertasi. Contoh terbaru meliputi studi mahasiswa tentang penggunaan
kondom dikalangan wanita kulit hitam, kebiasaan koping dan penggunaan narkoba di
kalangan anak SMU, efek manajemen nyeri untuk tekanan darah, hubungan karakteristik
lingkungan keluarga dengan resiko penyakit kardiovaskuler, penyedia layanan kesehatan
militer kepatuhan terhadap pedoman pasien nasional untuk mengelola hipertensi.Model ini
dapat beradaptasi dengan baik untuk mempelajari bidang yang diminati di seluruh
hambatan budaya. The neuman Sistem Model digunakan secara luas untuk menyediakan
kerangka kerja konseptual untuk proyek-proyek penelitian di Amerika Serikat dan di
negara lain. Penerimaan oleh komunitas riset keperawatan adalah bukti yang jelas.

F. Teori Leininger
Teori Madeleine Leininger (Cultural Demiversity and Universality)
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality, atau
yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Transcultural nursing merupakan
subbidang dari praktik keperawatan yang telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada
nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya.

Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah :

1. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma, cara
hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir, membuat
keputusan, serta motif tindakan yang diambil.

2. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai
yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu, menfasilitasi
atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan
kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau
kematian.

3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat kesehatan,
serta asuhan keperawatan.

4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat dan
asuhan keperawatan.

5. Worldview
Cara seseorang memandang dunianya

6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga,
terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.

Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka Leininger


menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Sunrise model dikembangkan untuk
memvisualisasikan dimensi tentang pemahaman perawat mengenai budaya yang berdeda-
beda. Perawat dapat menggunakan model ini saat melakukan pengkajian dan perencanaan
asuhan keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar belakang budaya. Meskipun
model ini bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini dapat dijadikan sebagai
panduan untuk memahami aspek holistik, yakni biopsikososiospiritual dalam proses
perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini juga dapat digunakan oleh perawat
komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien (individu, kelompok, khususnya
keluarga) untuk mendapatkan pemahaman budaya klien secara menyeluruh. Sampai pada
akhirnya, klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya melihat penyakit serta kondisi
emosional yang dimiliki pasien. Namun, merawat pasien secara lebih menyeluruh.
Adapun, sebelum melakukan pengkajian terhadap kebutuhan berbasis budaya kepada
klien, perawat harus menyadari dan memahami terlebih dahulu budaya yang dimilki oleh
dirinya sendiri. Jika tidak, maka bisa saja terjadi cultural imposition.

Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan


a. Riset (Research)
Teori leinger telah diujicobakan pada suatu penelitian tentang kepedulian sebuah
keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang sakit. Ditemukan bahwa ternyata
mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga yang sakit, selama kurang
lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut berpartisipasi untuk merawat
anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa faktor yang memengaruhi kepedulian
anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota yang sakit. Faktor tesebut,
dintaranya adalah komitmen dalam kepedulian, pergolakan emosional, hubungan
keluarga yang dinamis, transisi dan ketabahan. Penemuan ini menjelaskan pemahaman
yang nyata. Bahwa penjagaan terhadap pasien merupakan salah satu ekspresi dari sifat
caring dan memberikan sumbangsih pada pengetahuan tentang perawatan peka budaya.

b. Edukasi (Education)
Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan
keperawatan bukan merupakan hal yang baru.
Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan antara
tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan
program perawat besama ilmuwan Ph-D, kemudian dia memperkenalkan teori ini
kepada mahasiswa pascasarjana pada tahun 1977. Ada pandangan, jika beberapa
program keperawatan tidak mengenali pengaruh dari perawatan peka budaya, akan
berakibat pelayanan yang diberikan kurang maksimal. Teori Leininger memberikan
pengaruh yang sangat besar dalam proses pembelajaran keperawatan yang ada di
dunia. Namun, Leinginger merasa khawatir beberapa program menggunkannya
sebagai fokus utama. Karena saat ini pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah
signifikan dengan presentasi dan konsultasi di setiap belahan dunia.

Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing


dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan langsung
dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai budaya yang
sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien yag berasal dari
luar negara Indonesia.

c. Kolaborasi (Colaboration)
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan
memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang budaya
klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan klien,
ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman terhadap budaya
klien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi perawatan peka budaya yang
dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :
i. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai yang relavan, misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
ii. Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani atau nabati lain yang nilai gizinya setara dengan ikan.
iii. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang
lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

d. Pemberi Perawatan (Care Giver)


Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat),
baik secara diam maupun terang-terangan memaksakan nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dan
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya
kelompok lain.
Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. Bila
perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga
tidak akan terjadi hubungan terapeutik.

e. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa
ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan oleh
pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat dengan
pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara Indonesia fasih dan
nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi masyarakat awam, mereka
justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan kesehatan yang menggunakan bahasa
ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai budaya yang dipegang oleh tiap orangnya masih
cukup kuat.
f. Sehat dan Sakit
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di Indonesia
juga beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak mengalami influenza
disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya
secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit. Karena di Suku Batak, seseorang
dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk menjalankan aktivitasnya secara
normal
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv
Sagung Seto : Jakarta.
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 39 tahun 2016 tentang pedoman
penyelenggaraan program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga
Scribd. 2013. Konsep Dasar keperawatan Kesehatan Komunitas (Community Health Nursing),
[online], https://www.scribd.com/doc/130290105/Konsep-CHN, diakses tanggal 18
Maret 2017.
Neuman, B. (1989). The Neuman systems model (2nd ed.). Norwalk, CT: Appleton-Lange.
Neuman, B. (1995). The Neuman systems model (3rd ed.). Norwalk, CT: Appleton-Lange.
Potter dan Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek
Edisi 4. Jakarta: EGC
Potter dan Perry, (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Tomey dan Alligood, (2002). Nursing Theory: Utilization &Application .3rd ed. Missouri:
Elsevier Mosby Publications
Tomey dan Alligood, (2002). Nursing theorists and their work. (5th
ed.). Mosby, Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai