Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. Y.

T DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANGAN KABELA RSJ PROF. DR. V. L.
RATUMBUYSANG SARIO MANADO

Clinical Teacher (CT) : Ns. Esrome Kanine, M.Kep.Sp.J

Clinical Instructur (CI) : Ns. Nortje Supit S.Kep

Disusun Oleh :

NI LUH PUSPINA SARI

7114 4011 9076

DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas cinta dan Kasihnya kepada
saya sehingga pembuatan “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. Y.T Dengan Perilaku
Kekerasan” dapat diselesaikan.

Penulis berharap ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Asuhan Keperawatan Jiwa yang saya buat ini
masih sangat jauh dari kata sempurna ,maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca untuk bisa saya perbaiki dan membuat asuhan
keperawatan yang lebih baik.

Manado, 25 November 2021

NI LUH PUSPINA

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................6

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................6

D. Manfaat Penulisan........................................................................................7

BAB II...........................................................................................................................8

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................8

A. Definisi Perilaku Kekerasan.........................................................................10


B. Etiologi Perilaku Kekerasan.........................................................................10
C. Rentang Respon Marah................................................................................14
D. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ......................................................15
BAB III........................................................................................................................13

TINJAUAN KASUS...................................................................................................13

BAB IV........................................................................................................................21

PEMBAHASAN..........................................................................................................39

BAB V.........................................................................................................................40

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................40

A. Kesimpulan..................................................................................................40

B. Saran............................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................52

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit
degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,
namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta
invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat
pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Widiyanto
dkk, 2016).
Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan
menimbulkan kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah
satu yang termasuk gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017).
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas
(halusinasi dan waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif
(tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan
aktivitas sehari-hari. (Suryenti dkk, 2011).
Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi dengan
baik, tepat dan bahagia (Menninger, 2015). Menurut Undang - Undang
Kesehatan Jiwa no 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu berkontribusi

4
untuk komunitasnya. Seseorang yang sehatjiwa dapat menyesuaikan diri
secara konstruktif pada kenyataan, merasa bebas secara relatif dari ketegangan
dan kecemasan, merasa lebih puas memberi dari pada menerima. Angka
penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta
orang yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan
jiwa sepertinya tinggal di negara yang berkembang, sebanyak 8 dari 10
penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan. Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar
35 juta orang yang mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan
bipolar, 21 juta orang dengan skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan
demensia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 dilaporkan, Indonesia


yang diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa, diantaranya adalah skizofrenia. Prevalensi
skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu penduduk.
Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang, akan terdapat
gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta
orang. Klien dengan diagnosa skizofrenia 70% mengalami halusinasi
(Sutinah, 2016). Klien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20%
mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70%
mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan,
dan 10% mengalami halusinasi lainnya (Suryenti, 2017).

Dari pengamatan penulis di RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang


Manado, Sulawesi Utara, dampak dari halusinasi tersebut bisa menimbulkan
perilaku kekerasan yang dapat melukai orang lain, dan mencederai diri sendiri
seperti pada kasus klien halusinasi memakan telinga orang lain, biasanya
halusinasi tersebut bersifat menyuruh yang bisa membuat klien melakukan
sesuatu yang tidak diinginkannya, dan hal tersebut tidak bisa ditahan oleh

5
klien. Sehingga diperlukan pemberian asuhan keperawatan dengan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, klien
ataupun keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan asuhan


keperawatan jiwa secara komprehensif pada klien dengan perilaku kekerasan
di ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi
Utara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, maka rumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara.”

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami Asuhan Keperawatan dengan Perilaku Kekerasan di
Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi
Utara
2. Melakukan pengkajian pada klien dengan masalah Perilaku Kekerasan di
Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi
Utara
3. Merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah Perilaku
Kekerasan di Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang
Manado, Sulawesi Utara
4. Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan masalah Perilaku
Kekerasan di Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang
Manado, Sulawesi Utara
5. Melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan masalah Perilaku
Kekerasan di Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang

6
Manado, Sulawesi Utara
6. Mengevaluasi klien dengan masalah Perilaku Kekerasan di Ruang Kabela
RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

D. Manfaat Penulisan
Menambah wawasan penulis dalam hal melakukan studi kasus dan
mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan klien dengan masalah
Perilaku Kekerasan

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan masalah
Perilaku Kekerasan

Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan


memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
pada klien sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal, di
arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2012). Perilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto, 2016) Perilaku
kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan
skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Simatupang, 2010)

B. Etiologi Perilaku Kekerasan


Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku
kekerasan menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah factor
biologis, psikologis dan sosiokultural
1. Faktor Biologis
1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

8
2) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan sebagai
pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin,
2013)
2. Factor Psikologis
1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal
atau menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berprilaku agresif
karena perasaan prustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut
tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi
melalui berprilaku destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon
asertif atau agresif.
2) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013)

9
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan,
kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan
rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut,
padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu
perilaku kekerasan (Deden dan Rusdin, 2013)
3. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi, represi,
denial dan reaksi formasi(Deden dan Rusdin, 2013)
4. Perilaku Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
1. Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat,
takikardia, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl meningkat, peristaltic
gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan


kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekpresikan rasa marah tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk
mengembangkan diri klien.
3. Memberontak (acting Out)

10
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “Acting Out”
untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku Kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungaa(Deden dan Rusdin, 2013)

C. Rentang Respon Marah

Menurut yosep (2010) rentang respon marah dibagi menjadi 5 yaitu:


Respon adaptif Respon maladaptive
I---------------I---------------I---------------I---------------I
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Rentang Respon Kemarahan (Yosep, 2007)


1. Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu
tuntunan nyata.
4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik.
Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk dengan ancaman,
member kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol
perilaku untuk tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada yang paling berat. Klien tidak
mampu mengendalikan diri.

11
D. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila tidak sengaja
ditandai dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku. Verbal, mengancam,
mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus
(Keliat, 2013)
Prilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa
terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat,
meremehakan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual,
merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan, dan sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan
seksual. (Keliat, 2013)

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Identitas Klien

Nama : Ny. Y.T


Umur / TTL : 50 Tahun / 3 Juli 1971
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sanger
Alamat : Bitung
No. RM :-
Tanggal MRS : 22 April 2017
Tanggal Pengkajian : 25 November 2021 Jam 13.00 WITA

Identitas Penanggung jawab


Nama : Tn. T
Umur : 62 Tahun
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Bitung
Hubungan : Kakak

Alasan Masuk : Klien mengatakan dibawa ke RSJ Ratumbuysang sejak 25


desember 2011 oleh kakak dan iparnya dikarenakan marah-marah tanpa sebab,
mendengarkan bisikan-bisikan untuk memotong kakaknya, dan sering memukul
saudara-saudaranya menggunakan perabotan yang ada dirumah

13
Keluhan saat di kaji : Saat di kaji klien tampak gelisah dan terus berjalan
mondar-mandir
Faktor Predisposisi
a. Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
b. Pegobatan klien sebelumnya kurang berhasil karena putus obat selama
setahun
c. Klien mengatakan pernah menjadi korban penganiayaan oleh kakak dan
iparnya
d. Di dalam anggota keluarga hanya klien megalami penyakit ini
e. Klien mengatakan memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
pada saat klien dianiaya oleh kakaknya
Masalah keperawatan : Gangguan Perilaku Kekerasan

Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg N : 82 x/m R : 20 x/m SB : 36,2oC
b. Tinggi badan : 162 Cm Berat badan : 70 kg

c. Keluhan fisik : klien mengatakan tidak mempunyai keluhan untuk saat ini

Psikososial
a. Genogram
A B

14
Keterangan :
: Meninggal
: Klien

: Laki-laki / Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan

Konsep diri

1) Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh bentuk tubuhnya


2) Identitas diri : klien menyadari dirinya seorang perempuan, anak ke 7 dari
7 bersaudara, dan merupakan pasien RSJ Ratumbuysang
3) Peran diri: klien mengatakan dia berperan sebagai seorang anak dalam
keluarganya.
4) Ideal diri : klien berharap ingin cepat sembuh dan di jemput oleh
keluarganya untuk pulang bertemu keluarganya.
5) Harga Diri : Klien mengatakan kurang percaya diri ketika bertemu dengan
orang baru
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan bahwa kedua orangtuanya merupakan orang-orang yang
berarti baginya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok dan masyarakat
Klien mengatakan enggan untuk mengikuti kegiatan dalam rumah sakit
(seperti olahraga, dan kegiatan lain).

15
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak mau terlalu dekat dengan orang lain, karena takut
melukai orang lain jika ia kambuh atau marah

Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : klien menganut Agama Kristen Protestan


b. Kegiatan Ibadah : klien mengatakan selalu mengikuti ibadah yang dilakukan
di Sario

Status Mental
a. Penampilan fisik : klien tampak bersih, tidak berbau, rambut tersisir rapi,
selalu ganti pakaian setelah mandi
b. Pembicaraan : klien bicara terus terang dan ketus ketika ditanyakan, cara
bicara klien cepat dan sering mendominasi percakapan, dan sedikit
memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara
c. Aktivitas Motorik : klien kompulsif, klien terlihat gelisah, tegang, dan sering
mondar-mandir
d. Alam perasaan : klien tidak tampak sedih tidak tampak gembira berlebihan
e. Afek lebih : afek klien labil, emosi klien cepat tersulut, sensitive, dan mudah
tersinggung
f. Interaksi selama wawancara : klien mudah tersinggung saat diajak bicara,
sehingga harus hati-hati dalam memilih topic pembicaraan
g. Persepsi : klien mengatakan sering mendengar bisik-bisikan
h. Proses pikir : klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang di tanya
dengan respon cukup baik, pembicaraan klien kadang berhenti lalu di
lanjutkan kembali
i. Isi pikir: saat berinteraksi dengan klien tidak di temukan adanya waham,
obsesi dan fobia

16
j. Tingkat kesadaran : saat wawancara klien sadar, klien tidak mengalami
disorientasi: waktu, tempat dan orang lain, klien mampu mengenal waktu
saat pagi,siang, sore dan malam, di RSJ klien mengenal yang merawatnya
adalah ses yang di ruangan.
k. Memori : klien dapat mengingat kejadian masa lalu yang menyebabkan dia
stress
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung: klien mampu berkonsentrasi dalam
menjawab pertanyaan dan mampu berhitung 1-10.
m. Kemampuan penilaian: klien memiliki gangguan kemampuan penilaian
ringan, di mana klien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan
bantuan orang lain (perawat), misalnya dengan memberikan kesempatan
pada klien untuk memilih, mandi dulu sebelum makan atau makan dulu
sebelum mandi, setelah di beri penjelasan ternyata klien dapat mengambil
keputusan dengan benar yaitu mandi dulu sebelum makan.
n. Daya tilik diri : klien menyadari dirinya sakit dan di rawat di Rumah Sakit
Jiwa.

Kebutuhan
a. Makan/ minum: Dilakukan secara mandiri, makan 3x sehari, porsi makan
dihabiskan, minum sesuai kebutuhan tubuh klien ( diarahkan)
b. BAB/BAK: Dilakukan secara mandiri ( diarahkan)
c. Mandi: Dilakukan secara mandiri mandi 2x sehari, menggunakan sabun dan
air ( diarahkan)
d. Berpakaian/ berhias: Dilakukan secara mandiri ( diarahkan)
e. Istirakat dan tidur: Dilakukan secara mandiri, tidur dan istirahat ±8 jam
( diarahkan)
f. Penggunaan obat: Dilakukan secara mandiri (diarahkan)
g. Pemeliharaan kesehatan: Dilakukan secara mandiri ( diarahkan)

17
Mekanisme Kopimg
a. Adaptif : klien bicara dengan orang lain jika di ajak bicara.
b. Maladaptive: klien mengatakan jika punya masalah klien akan mencederai
diri sendiri dengan memukuli dinding ruangan dan orang di sekitarnya

Masalah psikososial dan lingkungan

a. Masalah dengan lingkungan kelompok, spesifik: klien kurang bergaul dengan


orang disekitar dan kurang mendapat dukungan dari lingkungan tempat
tinggal sebelumnya
b. Masalah berhubungan dengan pendidikan, spesifik: klien memiliki latar
belakang pendidikan SLTA.
c. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada masalah.
d. Masalah dengan perumahan spesifik : tidak ada masalah.
e. Masalah dengan ekonomi, spesifik : tidak ada masalah
f. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : terkadang klien sering
bertanya kapan berhenti minum obat.

Aspek medik
a. Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
b. Terapi medis :
Haloperidol 2 mg, 2x1
Cepezet 100 mg, 2x1/2
THP, 2x1
Vit C, 1X1

18
ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS : (D.0132)
Klien mengatakan sering memukul dinding diruangan Perilaku Kekerasan b.d
Klien mengatakan sering marah-marah tanpa sebab ketidakmampuan
mengendalikan dorongan
DO : marah
Pandangan klien tampak tajam
Suara tampak keras dan ketus
TTV : TD : 120/80 mmHg N : 82 x/m R : 20 x/m
SB : 36,2oC
2. DS : ( D.0085)
Klien mengatakan sering mendengarkan bisikan untuk Gangguan Persepsi
memotong kakaknya Sensori b.d halusinasi
pendengaran
DO :
Klien tampak gelisah dan terus berjalan mondar-mandir
3. DS : (D. 0087)
Klien mengatakan kurang percaya diri ketika bertemu Harga Diri Rendah
dengan orang baru Situasional b.d riwayat
Klien mengatakan tidak mau terlalu dekat dengan orang penolakan
lain, karena takut melukai orang lain jika ia kambuh atau
marah
DO :
Klien tampak pesimis dengan kehidupannya
Klien enggan mencoba kegiatan atau hal yang baru

19
POHON MASALAH

Effect : Dampak Resiko mencederai diri sendiri, orang


lain, dan lingkungan

Core problem: Masalah utama Perilaku Kekerasan

Cause : Penyebab Halusinas Pendengaran

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
2. Gangguan Persepsi Sensori b.d halusinasi pendengaran
3. Harga Diri Rendah Situasional b.d riwayat penolakan

20
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Tujuan Kriteria Intervensi
Keperawatan
Hasil
1 Perilaku Setelah - Perilaku Manajemen Perilaku
Kekerasan b.d dilakukan melukai diri - Identifikasi
ketidakmampuan tindakann sendiri dan penyebab/pemicu marah
mengendalikan keperawatan orng lain - Gunakan pendekatan
dorongan marah selama 2x5 menurun yang tenang
jam - Cegah aktivitas fisik
diharapkan akibat marah.
- Suara keras
Kontrol Diri - Dukung menerapkan
menurun
Meningkat strategi pengendalian
marah.
- Bicara ketus
- Jelaskan makna,
menurun
fungsi marah, frustasi,
dan respon marah
- Ajarkan metode
memodulasi. Mis.
Teknik relaksasi
2 Gangguan Persepsi Setelah - Distorsi Manajemen
Sensori b.d dilakukan sensori Halusinasi
halusinasi tindakann menurun - Anjurkan melakukan
pendengaran keperawatan distraksi (mis.
selama 2x5 - Perilaku melakukan aktivitas dan
jam halusinasi teknik relaksasi)
diharapkan menurun - Ajarkan klien cara
Persepsi mengontrol halusinasi
Sensori - Kolaborasi pemberian

21
Membaik obat antipsikotik

3 Harga Diri Rendah Setelah - Penilaian Promosi Harga Diri


situasional b.d dilakukan diri positif - Diskusikan persepsi
riwayat penolakan tindakann meningkat negatif diri
keperawatan - Anjurkan
selama 2x5 - mengidentifikasi
jam Meremehkan kekuatan yang dimiliki
diharapkan kemampuan - Latih peningkatan
Harga Diri mengatasi tanggung jawab untuk
Meningkat masalah diri sendiri
menurun - Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


 Hari/Tanggal : Jumat, 26/11/2021 Waktu : 08.30
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

22
Perilaku Kekerasan b.d - Identifikasi S : Klien mengatakan
ketidakmampuan penyebab/pemicu marah masih sering marah-marah
mengendalikan - Gunakan pendekatan yang tanpa sebab, serta sering
dorongan marah tenang memukul dinding ruangan
- Cegah aktivitas fisik akibat
marah. O:
- Dukung menerapkan strategi - Pandangan klien tampak
pengendalian marah. tajam
- Suara tampak keras dan
ketus
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m R : 18 x/m
SB : 36oC

A:
- Identifikasi
penyebab/pemicu marah
- Gunakan pendekatan
yang tenang
- Cegah aktivitas fisik
akibat marah.
- Dukung menerapkan
strategi pengendalian
marah.
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi manajemen
perilaku dilanjutkan
Gangguan Persepsi - Menganjurkan melakukan S : Klien mengatakan

23
Sensori b.d gangguan distraksi (mis. melakukan masih sering
pendengaran aktivitas dan teknik relaksasi) mendengarkan bisikan
- Mengajarkan klien cara untuk memotong kakaknya
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian obat O : Klien tampak gelisah
antipsikotik dan terus berjalan mondar-
mandir

A:
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis. melakukan
aktivitas dan teknik
relaksasi)
- Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi manajemen
halusinasi dilanjutkan
Harga Diri Rendah - Mendiskusikan persepsi S: Klien mengatakan
situasional b.d riwayat negatif diri kurang percaya diri ketika
penolakan - Menganjurkan bertemu dengan orang baru
mengidentifikasi kekuatan Klien mengatakan tidak
yang dimiliki mau terlalu dekat dengan
- Melatih peningkatan orang lain, karena takut
tanggung jawab untuk diri melukai orang lain jika ia

24
sendiri kambuh atau marah
- Melatih
pernyataan/kemampuan O:
positif diri - Klien tampak pesimis
Melatih cara berfikir dan dengan kehidupannya
berperilaku positif - Klien enggan mencoba
- Melatih meningkatkan kegiatan atau hal yang baru
kepercayaan pada
kemampuan dalam A:
menangani situasi - Diskusikan persepsi
negatif diri
- Anjurkan
mengidentifikasi kekuatan
yang dimiliki
- Latih peningkatan
tanggung jawab untuk diri
sendiri
- Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi
Masalah belum teratasi

25
P:
Intervensi Promosi Harga
Diri dilanjutkan

 Hari/Tanggal : Sabtu, 27/11/2021 Waktu : 08.30


Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Perilaku Kekerasan b.d - Jelaskan makna, fungsi S : Klien mengatakan
ketidakmampuan marah, frustasi, dan respon sudah tidak mengalami
mengendalikan marah marah-marah tanpa sebab,
dorongan marah - Ajarkan metode dan tidak memukuli
memodulasi. Mis. Teknik dinding ruangan lagi
relaksasi
O:
- Pandangan tajam klien
tampak berkurang
- Suara klien tampak pelan
dan santai ketika berbicara
TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/m R : 18 x/m
SB : 36.5oC

A:
- Jelaskan makna, fungsi
marah, frustasi, dan respon
marah
- Ajarkan metode
memodulasi. Mis. Teknik
relaksasi
Masalah sudah teratasi

26
P:
Intervensi manajemen
perilaku dihentikan
Gangguan Persepsi - Menganjurkan melakukan S : Klien mengatakan
Sensori b.d gangguan distraksi (mis. melakukan sudah tidak mendengarkan
pendengaran aktivitas dan teknik relaksasi) bisikan-bisikan
- Mengajarkan klien cara ditelinganya
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian obat O : Klien tampak tenang
antipsikotik dan tampak tidak berjalan
mondar-mandir

A:
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis. melakukan
aktivitas dan teknik
relaksasi)
- Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik
Masalah sudah teratasi

P:
Intervensi manajemen
halusinasi dihentikan
Harga Diri Rendah - Mendiskusikan persepsi S: Klien mengatakan sudah
situasional b.d riwayat negatif diri mulai merasa percaya diri

27
penolakan - Menganjurkan sedikit demi sedikit ketika
mengidentifikasi kekuatan bertemu dengan orang baru
yang dimiliki
- Melatih peningkatan O: Klien tampak mulai
tanggung jawab untuk diri optimis dengan
sendiri kehidupannya dan klien
- Melatih mulai mencoba kegiatan
pernyataan/kemampuan atau hal yang baru seperti
positif diri berbicara dengan orang
Melatih cara berfikir dan disekitarnya
berperilaku positif
- Melatih meningkatkan A:
kepercayaan pada - Diskusikan persepsi
kemampuan dalam negatif diri
menangani situasi - Anjurkan
mengidentifikasi kekuatan
yang dimiliki
- Latih peningkatan
tanggung jawab untuk diri
sendiri
- Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam

28
menangani situasi
Masalah sudah teratasi

P:
Intervensi Promosi Harga
Diri dihentikan

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Jumat SP 1 S:
26 November Orientasi - Klien mengatakan “saat
2021 - BHSP (Bina Hubungan Saling ini belum bisa
08.30-12.00 Percaya) mengontrol amarah ”.“
- Mengucapkan salam kepada itu muncul diwaktu saat
klien saya sendiri dan tidak
Hasil: Klien tampak membalas beraktifitas
salam - Klien mengatakan klien
- Menanyakan perasaan klien sudah mengikuti cara
Hasil: Klien mengatakan yang sudah diajarkan
perasaannya saat baik yaitu dengan latihan
- Menyampaikan topik yang nafas dalam dan
akan dibicarakan memukul kasur dan
Hasil: Topik yang akan bantal .
dibahas penyebab amarah yang O:
di rasakan - Klien memperagakan
- Kontrak waktu dengan klien cara pengendalian
Hasil: Klien mengatakan di dengan cukup baik
ruang makan klien, selama 15 - Klien memasukan

29
menit kedalam kegiatan tentang
cara pengendalian
Tahap Kerja - Klien tampak
berinteraksi dengan baik
- Menjelaskan dan melatih cara
- Tampak kontak mata
mengontrol perilaku
klien baik
kekerasan dengan cara latihan
fisik ( nafas dalam )
A: SP 1 dan 2 Tercapai
P: Lanjutkan SP 3 dan SP 4
Hasil: Klien mengatakan sudah
mengetahuinya sebelumnya
- memperagakan Kembali cara
yang di ajarkan.
Terminasi
- Menayakan perasaan klien
setelah melakukan cara yang
tadi
- Hasil: Klien mengatakan
perasaan klien lebih tenang dan
lebih nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil: Klien mengatakan akan
memasukan di dalam jadwal
kegiatan klien
- Memberitahu kepada klien
bahwa ada cara kedua yang
dapat mengendalikan terjadinya
Pk
- Hasil: Klien tampak senang dan

30
menyetujui untuk dilakukan
cara kedua
- Kontak waktu, tempat
Hasil: Klien mengatakan
ditempat yang sama saja

SP2
Orientasi
- Mengucapkan salam kepada
klien
Hasil : Klien tampak merespon
salam yang diberikan
- Menanyakan apakah nynya
masih marah-marah ?
Hasil: Klien mengatakan sudah
tidak/ kadang
- Apakah cara yang dilatih
kemarin sudah dipakai
Hasil: Klien mengatakan klien
masih mengingatnya
- Menyampaikan topik yang akan
dibahas
Hasil: Topik yang akan dibahas
yaitu mengontrol amarah
dengan cara menyalurkan
amarah (Pukul kasur/bantal)
Kontrak waktu
Hasil: Mengontrak waktu

31
dengan klien kira-kira 10 menit

Tahap Kerja
- Mengajarkan kepada klien jika
suara mulai datang langsung
mencari bantal
Hasil: Saat diberi penjelasan
klien tampak memperhatikan
jalannya dengan baik
- Mencontohkan cara
pengendalian amarah
- Hasil: nyonya langsung masuk
ke kamar dan memukul kasur
mnggunakan bantal

Terminasi
- Menayakan perasaan klien
setelah mengikuti cara ke-2
memukul bantar ke kasur ?
Hasil: Klien mengatakan
perasaan klien lebih legah dan
lebih nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil: Klien mengatakan akan
memasukan di dalam jadwal
kegiatan klien
- Memberitahu kepada klien
bahwa ad acara ketiga yang

32
dapat mengendalikan amarah
Hasil: Klien tampak senang dan
menyetujui untuk dilakukan
cara ketiga
- Kontak waktu, tempat
Hasil: Klien mengatakan
ditempat yang sama saja dan
dilakukan besok hari

Sabtu SP 3 S:
27 November Orientasi
- Klien mengatakan “saat ini
2021 - Mengucapkan salam kepada
amarah sudah jarang
08.30-12.00 klien
muncul.
Hasil : Klien tampak merespon - Klien mengatakan aktivitas
salam yang diberikan dan klien yang dilakukan membantu
tampak senang mengendalikan amarah
- Menanyakan apakah apakah 2 - Klien mengatakan klien
cara itu efektif senang mengikuti cara
ketiga dan keempat dalam
Hasil: Klien mengatakan 2 cara
mengendalikan amarah
yang telah diajari itu sangat
membantu mengontrol dan
menghardik halusinasi klien
O:
- Apakah cara yang dilatih
kemarin sudah dipakai - Klien tampak melakukan
aktifitas sehari-hari
Hasil: Klien mengatakan klien
menyiapkan makanan,
masih mengingatnya
mencuci piring, mengatur

33
- Menyampaikan topik yang akan tempat tidur, dan
dibahas beribadah.
- Klien memahami cara ke 4
Hasil: Topik yang akan dibahas
mengendalikan amarah
yaitu mengontrol amarah
dengan berdoa
dengan cara, verbal. Menolak
dengan baik, meminta dengan A : SP 3 dan 4 tercapai
baik, menggungkapkan P : Evaluasi Kembali SP1, SP2,
perasaan dengan baik. SP3, SP4, dalam
mengendalikan Amarah
Tahap Kerja Intervensi dihentikan
- Menjelaskan mencegah amarah
jika amarah sudah tersalurkan
dengan cara nafas dalam &
pukul bantal sekarang kita
lanjut dengan cara ketiga
pengendalian

- Hasil: Saat diberi penjelasan


klien tampak memperhatikan
dengan baik

- Mendiskusikan aktifitas yang


biasa dilakukan klien, meminta
dengan baik tanpa amarah,
menolak dengan baik, dan
mengungkapkan perasaan.

Hasil: Klien mengatakan klien


sudah mempunyai jadwal
sebelumnya tentang aktifitas

34
klien sehari-hari
- Menyusun jadwal aktitas
sehari-hari sesuai dengan
aktifitas yang telah dilatih,
upayakan pasien mempunyai
aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam,7 hari
dalam seminggu

Hasil : Klien sudah mempunyai


jadwal aktifitas yang dilakukan
sehari-hari sebelumnya
- Memantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, memberikan
penguatan terhadap perilaku
klien yang positif

Hasil: Klien melakukan


kegiatan aktifitas sesuai dengan
jadwal yang ada, dan saat
diberikan pujian atas perlakuan
positif dari klien, klien terlihat
senang.

Terminasi
- Menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti cara
mengontrol amarah

Hasil: Klien mengatakan

35
perasaan klien lebih nyaman
sekarang karena sudah
mengetahui banyak cara dalam
mengontrol amarah
- Menanyakan 3 cara yang sudah
diajarkan

Hasil: Klien dapat menyebutkan


3 cara yang telah diajarkan
- Selanjutnya akan diajarkan cara
yang ke empat

- Hasil: Klien menyetujui untuk


dilakukan cara yang keempat

- Kontak waktu, tempat

Hasil: Klien mengatakan


tempatnya ruang makan saja,
dan waktu sebelum makan
siang

SP. 4
Orientasi
- Mengucapkan salam kepada
klien
Hasil : Klien tampak merespon
salam yang diberikan dan klien
tampak senang
- Menanyakan perasaan klien
hari ini

36
Hasil: Klien mengatakan hari
ini klien sedikit sedih karena
hari ini merupakan hari terakhir
perawat praktik di ruangan
- Menanyakan kepada klien
apakah menggunakan 3 cara
yang sudah diajarkan
Hasil: Klien mengatakan klien
sudah memasukan ke dalam
jadwalnya dan klien tidak akan
lupa melakukannya jika amarah
muncul
- Apakah jadwal kegiatan yan
dibuat sudah dilakukan
Hasil: Klien mgatakan klien
sudah melakukannya sedari
kemarin
- Menanyakan kepada klien
apakah pagi tadi sudah minum
obat
Hasil: Klien mengatakan sudah
minum obat
- Menyampaikan topik yang akan
dibahas
Hasil: Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang cara
pengendalian ke 4
- Kontrak waktu

37
Hasil : 20 menit

Tahap Kerja
- Menjelaskan cara yang ke
empat
Hasil: Saat penjelasan
berlangsung klien tampak
mengerti dan antusias
- Jelaskan cara keempat yaitu
jika nyonya marah maka
melakukan berdoa
Hasil: Saat dijelaskan klien
tampak menyimak dengan baik
dan dapat melakukanya.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Perilaku


Kekerasan pada Ny.Y.T, setelah dilakukan tindakan selama 2 hari mendapatkan
hasil yang cukup baik pada klien artinya klien mengalami peningkatan kemampuan
juga dalam penurunan perilaku kekerasan, mengontrol halusinasi, terjadi
peningkatan harga diri ke arah lebih baik dan meminum obat dalam setiap harinya
dengan teratur sesuai anjuran.
Asuhan keperawatan ini sesuai dengan teori pendapat Notoatmojo (2010)
bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin mudah untuk
menerima informasi tentang objek atau yang berkaitan dengan pengetahuan.

38
Menurut Nurdiana (2007), bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan
penderita skizofrenia khususnya perilaku kekerasan adalah kurangnya peran
keluarga dalam perawatan terhadap anggota yang menderita skizofrenia. Ekonomi
juga berperan dalam merawat klien halusinasi disertai pendidikan yang tinggi
mempengaruhi cara merawat klien yang mengalami gangguan jiwa.
Penulis berasumsi bahwa keberhasilan asuhan keperawatan pada klien
disebabkan oleh keinginan mereka untuk sembuh sehingga mereka selalu mengikuti
apa yang telah diajarkan untuk melawan halusinasi. Dari pihak rumah sakit juga
telah membantu merawat klien dalam mengontrol kebutuhan minum obat secara
teratur. Penulis juga berasumsi, hal yang menyebabkan klien menderita gangguan
jiwa seperti ini mungkin dikarenakan faktor keluarga yaitu kakak dan iparnya yang
sudah membawanya ke RSJ dan memberikan tekanan yang berujung stress yang
tidak mampu klien hadapi sehingga membuat klien menjadi seperti ini.

39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Klien Ny. Y.T dengan
masalah Gangguan Perilaku Kekerasan di Ruang Kabela RSJ PROF. DR. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara maka dapat disimpulkan :
1. Kesimpulan Klien
1) Hasil Pengkajian pada Ny. Y.T didapatkan data subyektif klien mengatakan
sering memukul saudara-saudaranya dan sering marah-marah tanpa sebab.
Data objektif yang didapatkan klien tampak gelisah dan sering mondar-
mandir.
2) Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian Ny. Y.T adalah
Gangguan Perilaku Kekerasan.
3) Intervensi Keperawatan di masalah Gangguan Perilaku Kekerasan adalah
Identifikasi penyebab/pemicu marah, Gunakan pendekatan yang tenang,
Cegah aktivitas fisik akibat marah, Dukung menerapkan strategi pengendalian
marah, Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi, dan respon marah, Ajarkan
metode memodulasi. Mis. Teknik relaksasi.
4) Pelaksanaan tindakan klien Ny. Y.T dengan cara mengajarkan Strategi
Pelaksanaan (SP) klien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. Implementasi
Ny. Y.T berlangsung selama 2 hari dengan SP latihan nafas dalam, memukul
kasur dan bantal, melakukan aktifitas sehari-hari, dan melakukan kegiatan
berdoa.
5) Evaluasi pada studi kasus ini adalah Klien Ny. Y.T mampu membina
hubungan saling percaya, klien kooperartif, dapat melaksanakan SP latihan
nafas dalam, memukul kasur dan bantal, melakukan aktifitas sehari-hari, dan
berdoa dalam mengontrol amarah

40
B. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya mengkuti
langkah-langkah proses keperawatan sesuai dengan pelaksanaan tindakannya
yang dilakukan secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil sesuai dengan
yang diharapkan.
2. Bagi Klien
Diharapkan klien mampu melakukan SP Perilaku kekerasan yang telah
diajarkan oleh perawat disetiap jadwal yang telah dibuat bersama agar tidak
kambuh kembali.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil asuhan keperawatan jiwa ini dapat menjadi referensi
lain serta dapat menjadi acuan untuk dikembangkan kembali dalam asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah Perilaku Kekerasan

41
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2010. Konsep Dasar Keperawatan, Edisi I. Jakarta : EGG


Dermawan, D. & Rusdin, (2013). Keperawatan Jiwa: konsep dan kerangka kerja
asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, S. P. R. (2014). Hubungan Antara Pasien
Halusinasi Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Kenari RS.
Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel, 4, 470-475
Gustop Amatiria (2010). Pengaruh Terapi Token Ekonomi Pada Kemampuan
Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ Provinsi
Lampung
Hadiyanto, H. (2016). Hubungan Antara Terapi Modalitas Dengan Tanda Dan
Gejala Perilaku Kekerasan Pada pasien skizofrenia Di Ruang Rawat Inap RSJ.
Prof. dr. Soerojo Magelang.
Keliat dan akemat, 2010, Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta:
EGC
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).
Simatupang, M. (2010). Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Perilaku
Kekerasan Dengan Kesiapan Keluarga Dalam Merawat Pasien Di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Medan
Sukmadinata, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya Bandung
World Health Organization (2016) The World Health Organization Report 2016.
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Revika
Aditama (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : PT. Revika
Aditama (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Revika Aditam

42

Anda mungkin juga menyukai