Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

I DENGAN GANGGUAN SENSORI


PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN

Dosen Pengampu : Dr. Ns. Wahyu Kirana, M.Kep., Sp. Kep J

Disusun Oleh:

Firdya Nur Shina 841201002


Putri Frixskhiya Pangesti 841201003
Ristania Oasis 841201004
Siti Nurfatimah 841201005
Endang Dwi Lestari 841201006

PRODI D III KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI
PONTIANAK
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur dengan tulus dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Tugas Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. I Dengan Gangguan Sensosi Persepsi Halusinasi Pendengaran
” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penyusunan Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas
matakuliah praktik klinik keperawatan jiwa. Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan Keluarga ibu Dr. Ns. Wahyu Kirana, M. Kep., Sp. Kep. J juga
berterima kasih kepada para pihak yang mendukung penulisan makalah ini. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada kedua orang tuaku yang selalu memberi do'a, dukungan dan
semangat tiada henti dan selalu memberi dukungan baik moral maupun material dalam
penyusunan tugas makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya dan semua pihak yang telah memberikan
kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan tugas Makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
kemampuan penulis, namun peneliti berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pontianak, 23 November 2022

Kelompok 1

2
HALAMAN COVER..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................5
D. Manfaat..............................................................................................................5
E. Sistematika penulisan........................................................................................6

BAB II. TINJAUAN TEORI...............................................................................................7


A. KONSEP DASAR HALUSINASI.....................................................................7
a. definisi halusinasi ……………………………………….………..………7

b. rentan respon halusinasi…………………………………………….……..7


c. tanda dan gejala halusinasi ...……………………………………….…..…8
d. factor predisposisi halusinasi....……………………………………………9
e. factor presipitasi halusinasi……………………………….………………..10
f. jenis- jenis halusinasi………….…………………………….……………..11
g. fase fase halusinasi………….…………………………….………………..12
h. Pohon Dignosa………….…………………………….……………………13
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS…………………………….…….....13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA...........................................20

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................39
A. Kesimpulan........................................................................................................39
B. Saran..................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................40

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat
dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan
sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Salah satu kondisi yang mengganggu
kesehatan jiwa ketika seseorang merasakan ada ganguan pancaindera terhadap sumber
yang tidak nyata (Sepalanita & Khairani, 2019).
Menurut (World Health Organization, 2022) dalam beberapa tahun terakhir, ada
peningkatan pengakuan akan peran penting kesehatan mental lebih sering terjadi
terhadap Wanita dari pada pria depresi menjadi salah satu penyebab utama. Orang
dengan kondisi kesehatan mental yang parah akan meninggal sebelum waktunya karena
kondisi fisik yang tidak dapat dicegah. Sedangkan skizofrenia di Indonesia mencapai
67% dari 282.654 penduduk yang tertimbang di setiap provinsi yang ada di Indonesia
(Rikesdas, 2018).
Menurut (Rikesdas, 2018) prevalensi gangguan jiwa skizofernia dan psikosis
dalam keluarga khusnya di daerah Kalimantan Barat terdapat 7,88% dari 7.582 orang
yang tertimbang. Untuk wilayah kota pontianak terdapat 6,69% dari 970 orang yang
tertimbang. Wilayah bengkayang menjadi salah satu kabupaten paling tertinggi yaitu,
sebanyak 18,68%. Wilayah puskemas tanjong hulu terdapat 35 kasus yang terdata.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang ditandai dengan
seseorang menarik diri dari lingkungan sosial dan hubungan personal serta hidup dalam
duniannya sendiri dan halusinasi yang berlebihan. Halusinasi merupakan suatu
gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang tidak
terjadi, suatu penghayatan yang dialami melalui panca indera tanpa stimulus (Livana et
al., 2018)
4
Maka dari itu upaya yang harus di lakukan untuk mengatasi skizofrenia dengan
di berikan asuhan keperawatan dan kemamuan pasien mengatasi halusinasinya yang
dimana melakukan kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasien menghardik
halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat
halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi
(Keliat dkk, 2010 dalam Livana et al., 2018). Menurut peneliti pengaruh mengherdik
terhadap menurunan tingkat halusinasi dengan pasien skizofrenia dengan menutup
telingga akan menurunkan tingkat halusinasi dan adanya peningkatan pada pasien
memiliki kemampuan mengontrol halusinasi sebesar 41%. maka dari itu penyusunan
makalah ini kelompok tertarik untuk menganalisis terkait asuhan keperawatan
halusinasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah untuk memberi Pendidikan kesehatan dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sensori persepsi halusinasi

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui yang dimaksud definisi halusinasi
b. Mengetahui yang dimaksud rentan respon halusinasi
c. Mengetahui yang dimaksud tanda dan gejala halusinasi
d. Mengetahui yang dimaksud factor predisposisi halusinasi
e. Mengetahui yang dimaksud factor presipitasi halusinasi
f. Mengetahui yang dimaksud jenis-jenis halusinasi
g. Mengetahui yang dimaksud fase – fase halusinasi

D. Manfaat
1. Bagi Praktik Keperawatan
Menjadi bahan bacaan dalam menentukan proses asuhan keperawatan pada klien
5
dengan masalah gangguan sensori halusinasi dan membantu proses penyembuhan
klien.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah wawasan
dalam memahami penerapan langkah-langkah asuhan keperawatan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan khususnya bagi pasien dengan masalah halusinasi.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika dari penyusunan makalah kelompok terkait materi asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi yaitu dimulai dari
bab I (Pendahuluan), bab II (Tinjauan Teori), dan bab III (Asuhan keperawatan jiwa),
bab iv ( Penutup ). Adapun, susunan sistematikan makalah sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
2. BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini berisikan penjelasan dari masing-masing materi terkait pengertian
dari halusinasi., etiologi, rentan respon halusinasi, tanda dan gejala
halusinasi.factor predisposisi halusinasi, factor presipitasi halusinasi, mekanisme
koping halusinasi.
3. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Pada bab ini berisikan pengkajian, diagnose, intervensi, impelementasi, evaluasi
4. BAB IV PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR HALUSINASI


1. Definisi halusinasi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber
yang tidak nyata ( Keliat, 2019). Halusinasi pengelihatan disebabkan adanya
stimulus pengelihatan dalam bentuk pancaran cahya, gambaran geometric, gambar
kartun atau panorama yang luas dan komleks. Pengelihatan halusinasi tersebut bisa
tampak yang menyenangkan atau menakutkan (Irwan et al., 2021).
Halusinasi juga bisa diakibatkan karena adanya gangguan persepsi dimana
individu tidak mampu membedakan antara persepsi nyata dengan yang tidak nyata.
Hal ini akan mengakibatkan seseorang kehilangan control akan dirinya, pasien akan
mengalami panik dan perilakunya akan dikendalikan oleh halusinasinya.
Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. (Nugroho, 2021).
Halusinasi berdasarkan dari faktor internal adalah dimana seseorang akan
mengalami halusinasi tersebut berdasarkan dari pikiran nya diri sendiri. Sedangkan
faktor eksternal bisa terjadi oleh dunia luar. Halusinasi memiliki beberapa rentan
respon baik respon adaptif, respon psikososial, respon maladaptive (Erviana &
Hargiana, 2018).

2. Rentan respon halusinasi


Menurut (Damaiyanti, 2012) ada beberapa retan respon neurologis halusinasi
yaitu respon adaptif, respon psikososial, respon maladaptif

7
Respon Adaptif Respon Psikosial Respon Maladaptif

a. Respon Adaptasi
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif :

1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.


2. Persepsiakuratadalahpandanganyangtepatpadakenyataan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.

b. Respon Psikososial

1. Proses fikir terganggu.


2. Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3. Emosiberlebihanatauberkurang.
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5. Menarik diri yaitu percoban untuk menghindar interaksi dengan orang lain.

c. Respon Maladaptasi

Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari


norma-norma sosial budaya dan lingkungan adapun respon maladaptif meliputi:

8
1. Kelainan pikiran (waham) adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan kenyataan sosial.
2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4. Perilakutidakterorganisirmerupakansuatuperilakuyangtidakteratur.
5. Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau
berinteraksi dengan orang dan lingkungan

Ketiga respon halusinasi di atas dapat menimbulkan tanda dan gejala bagi
penderita yang meliputi subjektif dan objektif. Individu yang mengalami hal
tersebut bisa di lihat dari aspek fisiologis dan fisiknya.

3. Tanda dan gejala halusinasi


Menurut (Keliat, 2019) ada beberapa tanda dan gejala bagi penderita halusinasi,
baik dari subjektif dan obejektif.
a. Subjektif
Tanda dan Gejala Mayor
a) Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya
b) Melihat benda, orang, atau sinar tanpa ada objeknya
c) Menghidu bau-bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal tidak
d) Merasakan pengecapan yang tidak enak
e) Merasakan rabaan atau Gerakan

Tanda dan Gejala Minor


a) Sulit tidur
b) Khawatir
c) Takut

b. Objektif
Tanda dan Gejala Mayor
a) Bicara sendiri
b) Tertawa sendiri
c) Melihat ke satu arah
d) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
e) Tidak dapat memfokuskan pikiran
9
f) Merasakan pengecapan yang tidak
g) Diam sambil menikmati enak halusinasinya

Tanda dan Gejala Minor


a) Konsentrasi yang buruk
b) Disorientasi waktu, tempat, orang, situasi
c) Curiga
d) Menyediri dan melamun
e) Kurang mampu merawat diri

Tanda dan gejala yang timbul oleh seseorang penderita halusinasi ada dua
faktor pencetusnya yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor
predisposisi bisa diartikan faktor resiko yang mempengaruhi sumber koping
individu sedangkan faktor predisposisi adalah suatu ancaman bagi penderita.

4. Factor predisposisi halusinasi


Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang memengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik (Dyah, 2022)

a. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.
b. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stres yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP).
d. Faktor Psikologi Hubungan interpersonal yang tidak harmonis dan adanya
peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan

10
mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan
orientasi
e. Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofernia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.

5. Factor presipitasi halusinasi


Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan,
dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik halusinasi paling sering diakibatkan oleh (Dyah,
2022)

a. Skizofrenia.
Lebih dari 70% orang dengan penyakit ini mengalami halusinasi visual, dan
60%-90% mendengar suara-suara. Tetapi beberapa mungkin juga mencium dan
merasakan hal-hal yang tidak ada.
b. Penyakit Parkinson.
Hingga setengah dari orang yang memiliki kondisi ini terkadang melihat hal-hal
yang tidak ada.
c. Penyakit Alzheimer.
bentuk lain dari demensia, terutama demensia tubuh Lewy.
Mereka menyebabkan perubahan di otak yang dapat menyebabkan halusinasi.
Lebih sering terjadi pada lanjut usia
d. Migrain.
Sekitar sepertiga orang dengan jenis sakit kepala ini juga memiliki "aura",
sejenis halusinasi visual. Itu bisa terlihat seperti bulan sabit warna-warni.
e. Tumor otak.
Tergantung di mana itu, itu dapat menyebabkan berbagai jenis halusinasi. Jika
berada di area yang berhubungan dengan penglihatan, seseorang mungkin
melihat hal-hal yang tidak nyata. Seseorang mungkin juga melihat bintik-bintik

11
atau bentuk cahaya. Tumor di beberapa bagian otak dapat menyebabkan
halusinasi penciuman dan pengecapan.
f. Sindrom Charles Bonnet
Kondisi ini menyebabkan orang dengan masalah penglihatan seperti degenerasi
makula, glaukoma, atau katarak untuk melihat sesuatu. Pada awalnya, seseorang
mungkin tidak menyadari bahwa itu adalah halusinasi, tetapi pada akhirnya,
seseorang menyadari bahwa apa yang orang tersebut lihat tidak nyata.
g. Epilepsi
Kejang yangmenyertai gangguan ini dapat membuat seseorang lebih mungkin
mengalami halusinasi. Jenis yang seseorang dapatkan tergantung pada bagian
otak mana yang terkena kejang. Penyebab halusinasi oleh penderita akan
menimbulkan berbagai jenis - jenis halusinasi yaitu halusinasi pengelihatan,
halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan,
halusinasi sentuhan.

6. Jenis – Jenis Halusinasi


Halusinasi memiliki lima jenis sesuai pancaindera yaitu (Dyah, 2022)
a. Halusinasi penglihatan Penderita halusinasi penglihatan akan melihat
sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Objek yang dilihat bisa manusia, benda,
atau cahaya. Melihat benda dengan bentuk yang salah atau melihat benda
bergerak dengan cara yang biasanya tidak. Terkadang terlihat seperti kilatan
cahaya.
b. Halusinasi pendengaran Penderita halusinasi pendengaran akan mendengar
suara, perintah, atau ancaman yang sebenarnya tidak ada. Seseorang
merasakan bahwa suara-suara itu datang dari dalam atau dari luar
pikirannya Klien/Pasien mungkin mendengar suara-suara berbicara satu
sama lain atau merasa seperti mereka menyuruhnya melakukan sesuatu.
c. Halusinasi penciuman Penderita halusinasi penciuman akan mencium bau
harum atau bau yang tidak sedap, padahal bau tersebut sebenarnya tidak
ada. Klien/pasien mengira bau itu berasal dari sesuatu di sekitarnya, atau
berasal dari tubuh sendiri padahal sebenarnya tidak ada.
d. Halusinasi pengecapan Penderita halusinasi jenis ini akan mengecap rasa
yang aneh, misalnya rasa logam, pada makanan atau minuman yang ia
konsumsi, padahal rasa tersebut sebenarnya tidak ada. Merasa bahwa
sesuatu yang dimakan atau diminum memiliki rasa yang aneh.
12
e. Halusinasi sentuhan
Penderita merasa seakan-akan ada seseorang yang meraba atau
menyentuhnya, atau merasa seperti ada hewan yang merayap di kulitnya,
padahal sebenarnya tidak ada. Mungkin berpikir bahwa dirinya sedang
digelitik bahkan ketika tidak ada orang lain di sekitarnya, atau dirinya
mungkin merasa seperti serangga merayap.

7. Fase-fase halusinasi
Halusinasi memiliki lima fase yang meliputi sleep disorder, Comforting,
Condemning, Controlling Severe Level of Anxiety, Conquering Panic Level of
Anxiety (Damaiyanti, 2012).
a. Fase Pertama / Sleep disorder
pada fase ini Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,
takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karna berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat
narkoba, dikhianati kekasih, masalah dikampus, drop out, dst. Masalah terasa
menekan karena terakumulasi sedangkan support sistem kurang dan persepsi
terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsung trus-menerus sehingga
terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunanlamunan awal tersebut sebagai
pemecah masalah
b. Fase Kedua / Comforting
Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian,
perasaan berdosa, ketakutan, dan mencoba memusatkan pemikiran pada
timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan
sensorinya dapat dia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya
c. Fase Ketiga / Condemning
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien
mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga
jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri
dari orang lain, dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Klien
dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase
gangguan psikotik.
e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiety

13
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau
perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama
minimal empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi
terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

8. Penatalaksanaan
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini
peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).

a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang
mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain
(Muhith, 2015).
1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :

Kelas kimia Nama generic ( dagang ) Dosis harian


Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40mg
2)
Kloprotiksen (Tarcan) 75-600mg
Tioksanten
Tiotiksen (Navane) 8-30mg
Butirofenon Haloperidol (Halodol) 1-100mg
Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900mg

Terapi kejang listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik
dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

9. Mekanisme Koping

14
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi termasuk (Dalami, dkk,
2014 ) :
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan keracunan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor,
misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan

10. Rentang Respon Neorobiologis


Rentang respon neurobiologis yang paling adaptif yaitu adanya pikiran logis,
persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan
terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sedangkan,respon maladaptive yang
meliputi waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak teroganisasi,
dan isolasi sosial. Rentang respon neurobiologis halusinasi digambaran sebagai
berikut (Stuart, 2013).

11. Pohon Diagnosa

Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Isolasi Sosial

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

15
Asuhan Keperawatan adalah tindakan untuk memberi asuhan kepada klien yang
bersifat individual, holistik, efektif, dan efisien. Mendiagnosis dan menangani
respon klien terhadap masalah aktual atau potensial, respon klien meliputi gejala
pasien dan reaksi fisiologis terhadap pengobatan. Perawat juga berkomunikasi
mengenai masalah kesehatan pada klien dan terhadap tenaga kesehatan lainnya,
proses keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien membantu
perawat untuk mengetahui secara jelas masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh
perawat secara mandiri (Siregar et al., 2021). Asuhan keperawatan harus
dilaksanakan dengan benar, perawat perlu menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dengan cara yang teroganisir dan berorientasi pada tujuan, asuhan
keperawatan merupakan standar praktik yang harus dilaksanakan dengan baik dan
benar, guna memberikan pelayanan yang berkualitas untuk proses penyembuhan
pada klien serta melindungi perawat dari masalah yang terkait dengan asuhan
keperawatan.

a. Pengkajian
Pengkajian adalah penilaian langkah pertama dalam asuhan keperawatan
yang merupakan pengumpulan data secara sistematis untuk menentukan status
kesehatan klien dan mengidentifikasi masalah kesehatan aktual atau potensial.
Pengkajian merupakan kumpulan informasi subjektif dan objektif pada klien
yang menjadi dasar rencana keperawatan (Siregar et al., 2021). Analisa data
dimasukan sebagai bagian dari pengkajian seperti riwayat kesehatan, keluhan
yang dirasakan, identitas klien, aktifitas sehari-sehari dan lain-lain. Pada
gangguan halusinasi perawat mengkaji faktor predisposisi, faktor presipitasi dan
perilaku (Keliat et al, 2016). Berikut data yang dapat dikaji perawat :
1. Faktor predisposisi
a) Biologis
b) Psikologis
c) Sosiokultural
2. Factor presipitasi sifat stressor
3. Tanda dan gejala
a) Respon Kognitif
b) Respon afektif
c) Respon fisiologis
d) Respon prilaku
e) Respon sosial
16
4. Sumber koping
a) Kemampuan personal
b) Dukungan sosial
c) Ketersediaan material asset
d) Keyakinan positif

b. Diagnosa Keperawatan
Penegakkan diagnosis keperawatan termasuk kompetensi perawat yang
merupakan entry point untuk merumuskan rencana asuhan keperawatan, yang
merupakan dasar untuk mengembangkan intervensi dalam mencapai promosi,
pencegahan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan pasien (PPNI, 2017).
Perawat menggunakan pemikiran kritis dan keterampilan membuat keputusan
dalam mengembangkan diagnosis keperawatan, saat melakukan diagnosis
keperawatan, perawat menganalisis data hasil pengkajian dan mengidentifikasi
masalah kesehatan baik aktual ataupun potensial. Diagnosis keperawatan
berfokus pada respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah
kesehatan.
Pada gungguan halusinasi (Keliat 2019). Diagnosis perawat meliputi :
1. Halusinasi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra,
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan
terhadap sumber yang tidak nyata (Keliat et al., 2019). Masalah
keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi
halusinasi adalah (Dalami, dkk, 2014 ),

a. Risiko prilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi


b. Gangguan persepsi halusinasi berhubungan dengan gangguan
pendengaran
c. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental

c. Intervensi Keperawatan
Pada gangguan halusinasi terkait diagnosa yang sudah di tetapkan yaitu
halusinasi (Keliat, 2019). Intervensi yang dapat diberikan meliputi Pada
Diagnosis Keperawatan halusinasi, intervensi yang di berikan :
1. Tujuan Asuhan Keperawatan
17
a. Kognitif, Klien mampu
a) Menyebytkan penyebab halusinasi
b) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: Jenis, isi,
freku ensi, durasi, waktu, situasi yang menyebabkan dan respons.
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi.
d) Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan
halusinasi.
e) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat
b. Psikomotor, Klien mampu
a) Melawan halusinasi dengan menghardik.
b) Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.
c) Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap-cakap
dan melakukan aktivitas.
d) Minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama, benar obat,
benar manfaat, benar dosis, benar frekuensi, benar cara, benar
tanggal kedaluwarsa, dan benar dokumentasi.
c. Afektif
a) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi.
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan.

2. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada klien
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan
klien mengatasinya. Jika ada halusinasi katakan Anda percaya, tetapi Anda
sendiri tidak mendengar/melihat/menghidu/merasakan.
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya halusinasi

c) Tindakan Keperawatan:
1) Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien.
2) Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik.
3) Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.
4) Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan secara teratur.
5) Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama klien,
benar nama obat, benar manfaat obat, benar dosis obat, benar frekuensi,
benar cara, benar tanggal kedaluwarsa dan benar dokumentasi.
18
6) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi.
7) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan

b. Tindakan Pada keluarga


a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien. Jelaskan
pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi
b) yang dialami klien. Diskusikan cara merawat halusinasi dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
c) Melatih keluarga cara merawat halusinasi:
1) Menghindari situasi yang menyebabkan halusinasi.
2) Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan halusinasi
sesuai dengan yang dilatih perawat kepada klien.
3) Memberi pujian atas keberhasilan klien.
d) Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap secara
bergantian, memotivasi klien melakukan latihan dan memberi pujian atas
keberhasilannya.
e) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan rujukan segera
yaitu isi halusinasi yang memerintahkan kekerasan, serta me lakukan follow
up ke pelayanan kesehatan secara teratur.

3. Tindakan pada kelompok klien


Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi persepsi untuk halusinasi
a) Sesi 1: Mengenal halusinasi (jenis, isi, frekuensi, waktu, situasi,respon
b) Sesi 2: Melawan halusinasi dengan menghardik.
c) Sesi 3: Melawan halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal
d) Sesi 4: Melawan halusinasi dengan bercakap-cakap dan de-enskalasi.
e) Sesi 5: Patuh 8 benar minum obat (benar nama klien, benar nama obat,benar
dosis obat, benar waktu pemberian, benar cara, benar manfaat, benar
kedaluwarsa dan benar dokumentasi).
4. Tindakan kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b) Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian obat
dengan menggunakan konsep safety pemberian obat.
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.
5. Dischaege planning
19
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.
6. Evaluasi
a) Penurunan tanda dan gejala halusinasi.
b) Peningkatan kemampuan klien mengendalikan halusinasi.
c) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
d. Intervensi
Setelah dilakukan intervensi yang sesuai (Keliat, 2019). memperoleh hasil
implementasi meliputi :
1. Pasien tidak mendengar suara orang berbicara tanpa ada orangnya
2. Pasien tidak melihat benda, orang, sinar tanpa ada objeknya
3. Pasien tidak menghirup bau bau padahal tidak ada
4. Pasien tidak merasakan rabaan atau Gerakan badan
5. Pasien tidak merasakan pengecapan yang tidak enak
6. Pasien tidak berbicara sendiri
7. Pasien tidak tertawa sendiri
8. Pasien tidak melihat ke satu arah
9. Pasien tidak mengarahkan telinga ke satu titik tertentu
e. Evaluasi
Evaluasi pada gangguan konsep diri terkait diagnosa halusinasi, dengan tujuan
untuk mengetahu sejauh mana hasil setelah di berikan tindakan keperawatan (B. A.
Keliat et al., 2019). Hasil evaluasi meliputi :
1. Penurunan tanda dan gejala halusinasi
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi halusinasi
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN:
1. Nama : Tn I (L)
2. Umur : 52 tahun
3. Nomor CM :-
4. Ruang Rawat : puskesmas tanjung hulu
5. Tanggal MRS :-

B. ALASAN MASUK:

Keluarga pasien mengatakan ada bisikan suara untuk bunuh diri, pasien juga
21
mendengar bisikan untuk membunuh orang lain. Pasien mengalami hal ini sudah 15
tahun yang lalu. Keluarga pasien mengatakan sudah masuk rumah sakit jiwa 8 kali.
Pasien merasakan tidak tenang ketika berada di keramaian, merasa panik, takut.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya
2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil
3. Trauma:

Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


Aniaya fisik - - - -
Aniaya sexual - - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan dalam keluarga - - - -
Tindakan kriminal - - - -
Lain-lain - - - -

Jelaskan No.
Ketika pasien sehat tidak memiliki riwayat trauma
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Tidak ada


Bila ada : Hubungan keluarga : Tidak ada
Gejala : Tidak ada
Riw. Pengobatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?


Pasien memiliki 2 istri. Pada saat tinggal di rumah istri ke-2 pasien mengalami
tekanan oleh istrinya dan pasien hanya bisa memendam nya saja dan pada saat
itulah halusinasi pada pasien muncul untuk menyuruh pasien menyakiti orang lain
sehingga di keroyok oleh warga yang menyebabkan trauma.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital : TD: 190/100 mm/Hg N:78x/mt S: 36,5 C
P: 22x/mt.
2. Ukur : BB:61 kg TB 165cm
Jelaskan: Pasien mengalami tekanan darah yang meningkat
Masalah Keperawatan: Hipertensi
22
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram: (minimal 3 generasi)

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: meninggal

: garis keturunan

--------- : tinggal satu rumah

23
Jelaskan: pasien merupakan seorang bapak yang memiliki istri dan 1 anak. Pasien
memiliki kedua orang tua dan mertua yang sudah meninggal. Pasien memiliki 3
bersaudara pasien merupakan anak ke 2. Pasiem memiliki ipar sebanyak 5 orang.

Masalah: t i d a k a d a m a s a l a h

2. Konsep Diri:
a. Citra tubuh
Pasien terlihat penampilan rapi, badan berisi, dan sehat, bagian tubuh yang
disukai klien adalah matanya karena masih dapat melihat dunia, bagian tubuh
yang tidak disukai ada tanganya karena pernah melukai orang lain
b. Identitas
Diri: pasien seorang suami yang mempunyai istri dan seorang ayah memiliki 1
anak
c. Peran: pasien merupakan seorang Bapak dan kepala keluarga
d. Ideal Diri: keluarga mengatakan agar pasien cepat sembuh dan dapat
bersosialisasi kembali

e. Harga Diri: pasien merasakan bahwa dirinya terdapat gangguan dan takut
kepada orang yang tidak dikenal

Masalah Keperawatan: gangguan interaksi sosial

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti:
Pasien mengatakan jika curhat dan paling dekat dengan istrinya sehingga
orang yang paling berarti adalah istri dan anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan apapun dimasyarakat, pasien hanya
membantu istrinya berjualan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien merasa terancam dan takut jika berbicara kepada orang yang tidak
dikenal

Masalah Keperawatan: gangguan interaksi sosial

24
4. Spiritual
a. Nilai dan
Keyakinan: pasien mempunyai keyakinan muslim
b. Kegiatan
Ibadah: pasien terkadang sholat terkadang tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan:
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, makan, mandi, toileting dan
pemakaian sarana dan prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Lain-lain,
Jelaskan : pasien berpakaian rapi bisa makan dan toileting mendiri
Masalah Keperawatan:.............................................................................................

25
2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoherensi  Apatis Lambat
Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain, jelaskan: pasien terlihat acuh tak acuh dan menjawab secukupnya
Masalah Keperawatan:..............................................................................................

3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang  Gelisah Agitasi TIK
Grimasen
Tremor Kompulsif Lain-lain, jelaskan: pasien tampak gelisah
pada saat ditanya dan menjawab pertanyaan
Masalah Keperawatan: .............................................................................................

4. Afek dan Emosi:


a. Afek:  Datar Tumpul Labil Tidak sesuai Lain-
lain Jelaskan: pasien tampak biasa saja dan datar
Masalah
Keperawatan:..............................................................................................
b. Alam Perasaan (emosi): Sedih  Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan Lain-lain
jelaskan: pasien tampak ketakutan karena mempunyai trusth issue dan
suku madura
Masalah
Keperawatan:..................................................................................

5. Interaksi selama Wawancara:


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga Lain-lain
Jelaskan: pasien tidak ada memiliki kendala pada saat interaksi selama wawancara
Masalah Keperawatan:.........................................................................................

6. Persepsi & Sensorik:


Apakah ada gangguan:  Ada Tidak ada
Halusinasi:  Pendengaran Penglihatan Perabaan

26
Pengecapan Penghidu

27
Ilusi: Ada Tidak ada Lain-lain,
Jelaskan : pasien memiliki halusinasi pendengaran
Masalah Keperawatan: halusinasi pendengaran

7. Proses Pikir:
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir):
Sirkumtansial Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi
Flight of idea Pengulangan pembicaraan  Lain-lain
Jelaskan : pasien tidak memiliki masalah proses pikir
Masalah Keperawatan:......................................................................................
b. Isi pikir:
Obsesi Phobia Hipokondria Depersonalisasi
Pikiran magis Ide terkait
Waham: Agama Somatik Kebesaran  Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir Lain-lain, jelaskan
Masalah Keperawatan: .........................................................................................

8. Tingkat Kesadaran:
 Bingung Sedasi Stupor Lain-lain, jelaskan....................
Adakah gangguan orientasi (disorientasi): Waktu Tempat Orang
Jelaskan: tidak ada gangguan orientasi
Masalah Keperawatan: ............................................................................................
9. Memori:
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka menengah
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi  Lain-lain,
jelaskan: pasien mengatakan ingat jika memiliki saudara, istri, dan anak

28
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung:
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana  Lain-lain
Jelaskan: pasien memiliki tingkat konsentrasi dan berhitung yang baik
Masalah Keperawatan: ..........................................................................................

11. Kemampuan Penilaian:


 Gangguan ringan Gangguan bermakna Lain-lain, jelaskan..........
Jelaskan: klien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang
lain
Masalah keperawatan: ...........................................................................................
12. Daya Tilik Diri:
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
 Lain-lain, jelaskan: pasien menyadari bahwa pasien memiliki penyakit
gangguan jiwa
Masalah Keperawatan:.............................................................................................

G. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan:

Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak


Makanan 
Keamanan 
Perawatan kesehatan 
Pakaian 
Transportasi 

29
Tempat tinggal 
Keuangan 
Lain-lain 

Jelaskan:.................................................................................................................
......
Masalah Keperawatan:...........................................................................................

2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL):


a. Perawatan Diri

Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal


Mandi - -
Kebersihan - -
Makan - -
Buang air kecil/ BAK - -
Buang air besar/ BAB - -
Ganti pakaian - -
Jelaskan: pasien tidak memiliki permasalahan perawatan diri dan dapat
melakukannya secara mandiri
Masalah Keperawatan:...........................................................................................

b. Nutrisi:
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda?  Puas Tidak puas
Bila tidak puas,
jelaskan:....................................................................................
2) Apakah anda makan memisahkan diri? Ya  Tidak
Bila ya,
jelaskan:.................................................................................................
3) Frekuensi makan sehari: 3 x (kali) dan frekuensi kudapan 1 x
(kali).
4) Nafsu makan: meningkat  menurun
berlebihan sedikit-sedikit
5) Berat badan: meningkat  menurun
30
Berat badan saat ini: 61 kg BB terendah: 58 kg

BB tertinggi 62 kg.
Jelaskan:......................................................................................................

c. Tidur:
1) Apakah ada masalah tidur? Tidak  Ada,
jelaskan pasien susah tidur Ketika obat yang
dikonsumsi habis
2) Apakah merasa segar setelah bangun
tidur?
 Segar tidak segar,
jelaskan...........................................................
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang?
 Ya, lamanya....... jam. Tidak.
4) Apakah ada yang menolong anda mempermudah
tidur?  Ada Tidak ada
Bila ada, jelaskan: obat tidur
5) Tidur malam jam: 22:00 Bangun jam: 09:00 Rata-rata tidur malam: 11
jam.
6) Apakah ada gangguan tidur?  Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi Somnambulisme
Terbangun saat tidur Gelisah saat tidur
Berbicara saat tidur Lain-lain,
jelaskan.....................

Jelaskan: pasien mengatakan sulit tidur jika obat habis/ tidak dikonsumsi
Masalah Keperawatan: gangguan pola tidur
3. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini:
a. Mengantisipasi kebutuhan sendiri:  Ya Tidak
b. Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri:  Ya Tidak
c. Mengatur penggunaan obat:  Ya Tidak
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan:  Ya Tidak
Jelaskan:................................................................................................................

31
.
.......

32
Masalah Keperawatan:...........................................................................................
4. Klien memiliki sistem pendukung:
a. Keluarga  Ya Tidak
b. Terapis Ya  Tidak
c. Teman sejawat  Ya Tidak
d. Kelompok sosial Ya  Tidak

Jelaskan: system pendukung pasien hanya keluarga dan teman sejawat


Masalah Keperawatan:...........................................................................................

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?


Ya/menikmati Tidak menikmati,
jelaskan............................................

H. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

 Bicara dengan orang lain × Minum alkohol

 Mampu menyelesaikan masalah × Reaksi lambat/ berlebihan

 Tekhnik relaksasi × Bekerja berlebihan

 Aktivitas konstruktif × Menghindar

× Olah raga × Mencederai diri


Lain-lain Lain-lain

Jelaskan:........................................................................................................................
......................................................................................................................................
Masalah Keperawatan: ................................................................................................
I. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN
X Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya pasien tidak memiliki masalah
dan didukung oleh keluaga
X Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya pasien tidak memiliki
masalah terhadap lingkungan
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya pasien hanya tamatan SD
X Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya pasien tidka memiliki masalah pada
pekerjaan

33
X Masalah dengan perumahan, spesifiknya pasien tidak memiliki masalah dengan
perumahan sekitar
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya pasien memiliki masalah dalam ekonomi
X Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya pasien tidak memiliki masalah
dengan pelayanan Kesehatan dan pasien rutin mengambil obat seyiap bulannya
X Masalah lainnya, spesifiknya tidak ada

Masalah Keperawatan:.................................................................................................

J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal:
 Penyakit/ gangguan jiwa lain-lain, jelaskan..........................................
Jelaskan: pasien mengalami susah tidur
Masalah Keperawatan: gangguan pola tidur

K. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis : skizhofrenia
Terapi Medis : obat-obatan (trifluoperazine HCL, clozapine, alprazolam)
Masalah Keperawatan: halusinasi pendengaran

L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. gangguan pola tidur
2. kurang kegiatan sosial
3. mengurung diri
4. sering merasa bersalah

34
M. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasaan Effect

Gangguan sensori persepsi


halusinasi Core problem

Isolasi sosial cause

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Halusinasi pendengaran

........................., ........-........- 20......


Perawat yang mengkaji

(.....................................................)

35
III. ANALISA DATA

No
Dx. Data Senjang Masalah
1 DS : Halusinasi pendengaran
- Klien mengatakan sering mendengar
suara-suara aneh untuk membunuh orang
lain
- Klien mengatakan ada bisikan untuk
bunuh diri
- Pasien mengatakan mendengar suara
menyuruh memotong tangan orang lain
dan pasien melakukannya
- Pasien mengatakan sudah masuk RSJ
sebanyak 8 x
- Pasien mengatakan takut, panik, tidur
tidak tenang dan suaranya terdengar
setiap saat

DO :
- Pasien tampak tidak dapat memfokuskan
pikiran
- Konsentrasi pasien buruk
- Pasien tampak curiga
- Pasien tampak melamun
- Pasien tampak menutup telinganya Ketika
suara aneh timbul

TTV :
TD : 170/100 mmHg
N : 78 x / menit
S : 36,5 ° C
RR : 22 x/menit

36
IV. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. I No. CM :.........................


Jenis Kelamin : laki-laki Dx. Medis : halusinasi
pendengaran
Ruangan :......................................... Unit Keswa :..........................

Paraf &
No
Diagnosa Tujuan & Rencana Tindakan Nama
Dx.
Keperawatan Prwt
1 Halusinasi pendengaran Tujuan klien mampu:
1. Menyebutkan karakteristik halusinasi
yang diraskan: jenis, isi, frekuensi,
durasi, waktu, situasi yang
menyebabkan dan respon
2. Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
dari halusinasi
3. Menyebutkan cara yang selama ini
digunakan untuk mengendalikan
halusinasi
4. Melawan halusinasi denan
menghardik dan bersikap cuek
5. Mengalihkan halusinasi dengan
bercakap-cakap dan melakukan
aktivitas
6. Minum obat dengan prinsip 8 benar
7. Merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi

Rencana tindakan kepada klien :


SP 1:
Menghardik dan bersikap cuek Ketika
halusinasi timbul

SP2:
Mengalihkan halusinasi dengan
bercakap-cakap

SP 3:
Mengalihkan halusinasi dengan
melakukan aktivitas

SP 4:
Minum obat dengan prinsip 8 benar
yaitu: benar nama klien, benar nama
obat, benar manfaat obat, benar dosis
obat, benar frekuensi, benar cara, benar
tanggal kadaluarsa, dan benar
dokumentasi
37
Rancana tindakan kepada keluarga :
SP 1:
Mengidentifikasi masalah Kesehatan
yang dialami klien dan masalah
Kesehatan keluarga (care giver) dalam
merawat klien

SP 2:
Merawat masalah Kesehatan klien

SP 3:
Manajemen stress untuk keluarga

SP 4:
Manajemen beban untuk keluarga

SP 5:
Memanfaatkan system pendukung

SP 6:
Mengevaluasi manfaat psikoedukasi
keluarga

38
V. IMPLEMENTASI & EVALUASI

Nama Pasien : Tn. I No. CM :........................


Jenis Kelamin : laki-laki Dx. Medis :.........................
Ruangan :......................................... Unit Keswa :..........................

No. Paraf &


Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Mengumpulkan data klien S : klien mengatakan
- Pernah memotong tangan orang
H : mendapatkan data akurat klien
lain akibat mendapatkan
bisikan
- Hanya menutup telinganya
Melakukan pengkajian
Ketika suara aneh timbul
R : klien menjawab dibantu dengan
O: klien tampak
istrinya
- Ketakutan
H : mendapatkan data pengkajian - Tidak konsentrasi
- Melamun
klien
- Curiga

A : masalah teratasi sebagian


Menanyakan akibat yang
ditimbulkan dari halusinasi P: intervensi dilanjutkan
1. Mengalihkan halusinasi
R : klien mengatakan pernah
dengan bercakap-cakap
memotong tangan orang lain akibat 2. Mengalihkan halusinasi dengan
melakukan aktivitas
mendapatkan bisikan 3. Minum obat dengan prinsip 8
H: klien akan diajarkan cara benar yaitu: benar nama klien,
benar nama obat, benar
menghardik manfaat obat, benar dosis obat,
benar frekuensi, benar cara,
benar tanggal kadaluarsa, dan
Menanyakan cara yang selama ini benar dokumentasi
digunakan untuk mengendalikan
halusinasi
R : klien mengatakan hanya
menutup telinganya Ketika suara
aneh timbul
H : klien akan di ajarkan cara
menghardik dan bersikap cuek
Ketika halusinasi timbul

39
Ajarkan Latihan menghardik dan
bersikap cuek Ketika halusinasi timbul
R : klien mengatakan “pergi-pergi
kamu tidak nyata, kamu suara palsu”
dengan nada yang tegas namun tidak
berteriak
H : klien mengikuti ajaran dari
perawat untuk mengahrdik

Evaluasi tindakan Latihan kemarin S : klien mengatakan


R : klien mengatakan saat 1. Saat halusinasinya timbul
halusinasinya timbul maka klien
maka klien akan menghardik
dan bersikap cuek
menghardik nya dan bersikap cuek 2. Klien akan mencari teman
H : melanjutkan Latihan ketindakan mengobrol saat
halusinasinya timbul
selanjutnya
3. Klien akan melakukan
aktivitas Ketika
Mengalihkan halusinasi dengan halusinasinya timbul seperti
menyapu dan membantu
bercakap-cakap istrinya berjualan
R : klien akan mencari teman
mengobrol saat halusinasi timbul O : klien tampak
1. Lebih tenang
H : klien dianjurkan mencari teman 2. Tidak sering melamun
mengobrol saat halusinasi timbul 3. Konsentrasi masih buruk
4. Masih curiga

Mengalihkan halusinasi dengan A : masalah teratasi Sebagian


melakukan aktivitas
P : intervensi dilanjutkan
R : klien akan melakukan aktivitas 1. Melatih minum obat dengan
Ketika halusinasi timbul seperti prinsip 8 benar
menyapu dan membantu istri berjualan
H : anjurkan klien melakukan aktivitas
Ketika halusinasi timbul seperti
kegiatan sehari-hari klien

40
Evaluasi tindakan Latihan kemarin S : klien mengatakan
Halusinasinya berkurang karna
R : klien mengatakan halusinasinya
klien mengalihkannya dengan
berkurang karna klien bercakap-cakap dan melakukan
aktivitas
mengalihkannya dengan bercakap-
cakap dan melakukan aktivitas O : klien tampak
1. Lebih tenang
H : melanjutkan Latihan ketindakan
2. Tidak sering melamun
selanjutnya 3. Dapat mengatasi
halusinasinya sesuai dengan
yang sudah diajarkan
Latih minum obat dengan prinsip 8 perawat
benar yaitu : benar nama klien, benar 4. Klien masih berhalusinasi
nama obat, benar manfaat obat, benar
A : masalah teratasi Sebagian
dosis obat, benar frekuensi, benar cara,
benar tanggal kadaluarsa, dan benar P : intervensi dialanjutkan dengan
keluarga sesuai dengan yang
dokumentasi
siudah diajarkan perawat
H: jelaskan nama obat, dosis, manfaat,
dan cara minum obat

Ajarkan mencatat kegiatan harian


H : jelaskan cara pengisisan format
kegiatan harian dari latuhan pertama
sampai Latihan minum obat

41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi juga bisa diakibatkan karena adanya gangguan persepsi dimana individu tidak
mampu membedakan antara persepsi nyata dengan yang tidak nyata. Hal ini akan mengakibatkan
seseorang kehilangan control akan dirinya, pasien akan mengalami panik dan perilakunya akan
dikendalikan oleh halusinasinya. Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Halusinasi ini memiliki 3 rentan respon terhadap individu
yaitu respon adaptif, respon psikososial, respon maladaptive. Yang akan menimbulkan tanda dan
gejala seperti melihat seseorang yang menyeramkan tetapi tidak ada sosoknya.

. Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah dengan memberikan
tidakan keperawatan yaitu membantu pasien mengenali halusinasi, isi halusinasi, waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul dan respon klien saat halusinasi muncul.

A. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang terapi aktifitas kelompok
stimulasi persepsi. Dan sebagai tenaga keperawatan, dapat memberikan Asuhan Keperawatan
dengan semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik dan maksimal.

42
DAFTAR PUSTAKA

Adi nugroho, H. (2021). PERAWATAN HALUSINASI , DUKUNGAN KELUARGA DAN.


272–284.
Damaiyanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Deborah Siregar, Pakpahan, M., Togatorop, L. B., Manurung, E. I., Sitanggang, Y. F.,
Umara, A. F., Sihombing, R. M., Florensa, M. V. A., Perangin-angin, M. A., &
Mukhoirotin, M. (2021). Pengantar Proses Keperawatan Konsep, Teori dan Aplikasi
(Abdul Karim (ed.); Cetakan 1). Yayasan Kita Menulis.
Dyah, W. (2022). keperawatan Jiwa. Yayasan Kita Menulis.
Erviana, I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis Dan
Psikoreligius Pada Klien Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatan Dan
Pendengaran. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 2(2), 114–123.
https://doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106
Irwan, F., Efendi Putra Hulu, Manalu, L. W., Romintan Sitanggang, & Waruwu, J. F. P.
(2021). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Halusinasi. OSF Preprints, 1–47.
https://osf.io/fdqzn
Keliat, budi anna. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC.
Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. ., Wardani, I. Y., Susanti, H.,
Hargiana, G., & Pandaitan, R. U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. In B. A. Keliat,
Soimah, M. Mulia, I. R. Wibawa, K. Triyaspodo, Rahmawatii, & M. L. Khorunnisa
(Eds.), Asuhan Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC.
Livana, Imroati Istibsyaroh Ar Ruhimat, S., Titik Suerni, Kandar, & Arief Nugroho. (2018).
Peningkatan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi melalui terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi. Jurnal Ners Widya Husada, 5(1), 35–40.
http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php/jners/article/view/328/335
PH, L., Keliat, B. A., & Putri, Y. S. E. (2016). Respons ansietas. Jurnal Keperawatan Jiwa,
4(1), 13–20.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Rikesdas. (n.d.). No Title. 2018.
Rikesdas. (2018). kecemasan.
Sepalanita, W., & Khairani, W. (2019). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok dengan
Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Pasien
43
Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(2), 426.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i2.690
World Health Organization. (2022). Mental Health.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta: CV. Trans Info Media.

44

Anda mungkin juga menyukai