Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL”

Dosen Pembimbing: Eka Santi, Ns., M. Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Hartanti Wisnu Wardani NIM 1610913420009


2. Herlina Sucianingsih NIM 1610913410010
3. Purwanti Ningsih NIM 1610913420015
4. Syarif Hidayatullah NIM 1610913420017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2017

LEMBAR PENGESAHAN

i
Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Eka Santi, Ns., M. Kep

Kelompok :4

Nama :
Anggota

Hartanti Wisnu Wardani NIM 1610913420009


Herlina Sucianingsih NIM 1610913410010
Purwanti Ningsih NIM 1610913420015
Syarif Hidayatullah NIM 1610913420017

Banjarbaru, November 2017

Dosen Pengampu

Eka Santi, Ns., M. Kep

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi Mental”, Penulis
menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan penulis. Karena itu penulis mohon saran, bimbingan
dan kritik yang sifatnya menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
Rahmat dan Petunjuk-Nya kepada kita sekalian.

Banjarbaru, November 2017

Penyus
un

3
DAFTAR ISI
JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
i

KATA PENGANTAR..............................................................................................
ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................
1

B. Rumusan Masalah....................................................................................
2

C. Tujuan.......................................................................................................
2

D. Manfaat....................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Retardasi Mental........................................................................


3
B. Etiologi Retardasi Mental.........................................................................
4
C. Klasifikasi Retardasi Mental....................................................................
8
D. Diagnosis Retardasi Mental.....................................................................
10
E. Patofisiologi Retardasi Mental.................................................................
11
F. Manifestasi Klinis Retardasi Mental........................................................
12
G. Tata Laksana Retardasi Mental................................................................
13
H. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi Mental....................
14

BAB III PENUTUP

4
A. Kesimpulan..............................................................................................
24

B. Saran.........................................................................................................
24

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,


diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan
ini. Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang
kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak
yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang
seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan
proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang
terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan
adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun postnatal. Mengingat
beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang harus ditanggung dalam
penatalaksanaan retardasi mental, maka pencegahan yang efektif merupakan
pilihan terbaik.

Pada zaman dahulu orang tidak begitu membedakan antara deformitas


fisik bawaan seperti kerdil dan lain-lain dengan retardasi mental. Penderita
epilepsi, psikosis, tuna rungu-wicara sering dicampuradukkan dengan
mereka yang terganggu intelektualnya. Pada kenyataannya memang
keadaan-keadaan tersebut sering menyertai penderita retardasi mental,
sehingga menyulitkan untuk membuat diagnosis klinis.

Pada masa kerajaan Yunani di bawah hukum Lycurgus anak dengan


retardasi mental mengalami perlakuan yang sangat mengenaskan, yang
dibolehkan untuk dimusnahkan, atau dibuang di sungai Eurotes. Di Romawi
kuno ada hukum yang membenarkan pembunuhan pada anak-anak yang
cacat atau yang lemah, walaupun kadang-kadang anak cacat tersebut masih
dipertahankan hidup bila masih mampu menghibur para pembesar.

6
Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di
negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5%, di negara berkembang
berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus
baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi
mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup. Banyak penelitian melaporkan
angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki
dibandingkan perempuan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang akan kami
bahas yaitu :
1. Definisi retardasi mental
2. Etiologi retardasi mental
3. Klasifikasi retardasi mental
4. Diagnosis retardasi mental
5. Patofisiologi retardasi mental
6. Manifestasi klinis retardasi mental
7. Tata laksana retardasi mental
8. Asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi retardasi mental
2. Mengetahui dan memahami etiologi retardasi mental
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi retardasi mental
4. Mengetahui dan memahami diagnosis retardasi mental
5. Mengetahui dan memahami patofisiologi retardasi mental
6. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis retardasi mental
7. Mengetahui dan memahami tata laksana retardasi mental
8. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental
D. Manfaat
Makalah ini bermanfaat sebagai pedoman dalam asuhan keperawatan
anak dan sebagai referensi dalam pemahaman konsep asuhan keperawatan
pada anak dengan retardasi mental.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Retardasi Mental


American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat
definisi retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961)
sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi
pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi
sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini
yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa
perkembangan. Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut definisi
Rick Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu
deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental
menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.
Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan dengan adanya
penurunan fungsi intelektual. Menurut definisi ini tidak ada kriteria bahwa
retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti definisi retardasi mental se-
belumnya. (Titi Sunarwati Sularyo & Muzal Kadim, 2000)

Banyak pakar menyatakan bahwa definisi ini terlalu liberal, karena


dengan batasan tes intelegensia di bawah satu deviasi standar (1 SD)
terdapat hampir 16% dari populasi dapat digolongkan sebagai retardasi
mental. Pada tahun 1973 melalui Manual on Terminology and Classfication
in Mental Retardation Grossman merevisi definisi Heber tersebut. Menurut
Grossman retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan
adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan. Menurut
definisi ini penurunan fungsi intelektual yang bermakna berarti pada
pengukuran uji intelegensia berada pada dua deviasi standar di bawah rata-
rata. Berdasarkan kriteria ini ternyata kurang dari 3% populasi yang dapat
digolongkan sebagai retardasi mental. Periode perkembangan menurut
definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 18 tahun. Gangguan

8
adaptasi sosial menurut definisi ini secara langsung di-sebabkan oleh
penurunan fungsi intelektual.

Pengertian retardasi mental suatu kondisi yang ditandai oleh


intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu
untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal (Arif Muttaqin, 2008).

Anak tidak mampu belajar dan beradaptasi karena intelegensi yang


rendah, biasanya IQ di bawah 70. Anak dengan retardasi mental akan
mengalami gangguan perilaku adaptasi sosial, yaitu di mana anak
mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya,
tingkah laku kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Retardasi
mental ini memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal (umumnya dibawah 70)
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan, yaitu dibawah usia 18
tahun.

Retardasi mental adalah fungsi intelektual dibawah rata-rata yang


muncul bersamaan dengan kurangnya perilku adaptif, awitannya sebelum
usia 18 tahun (Donna L. Wong, 2004)

B. Etiologi Retardasi Mental


Terdapat beberapafaktor yang mempengaruhi terjadinya retardasi mental.
Dan dibagi menjadi empat golongan, yaitu (Arif Muttaqin, 2008):

1. Faktor genetik
Akibat kelainan kromosom:

 Kelainan jumlah kromosom, misalnya trisomy-21 atau dikenal


dengan Mongolia atau Down Syndrome.
 Kelainan bentuk kromosom.

9
2. Faktor prenatal
Dimaksudkan adalah keadaan tertentu yang telah diketahui ada
sebelum atau pada saat kelahiran, tetapi tidak dapat dipastikan
sebabnya.
3. Faktor perinatal
 Proses kelahiran yang lama misalnya plasenta previa, ruptur tali
umbilikus.
 Posisi janin yang abnormal seperti  letak bokong atau melintang,
anomali uterus, dan kelainan bentuk jalan lahir.
 Kecelakaan pada waktu lahir dan distress fatal.
4. Faktor pascanatal
 Akibat infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, dan
infeksi).
 Trauma kapitis dan tumor otak.
 Kelainan tulang tengkorak.
 Kelainan endokrin dan metabolik, keracunan pada otak, serta
faktor sosio-budaya.

Menurut (Titi Sunarwati Sularyo & Muzal Kadim, 2000) terjadinya


retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang anak.
Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis
besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat
bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan
lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana
(milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang.

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis besar dapat
digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)


 Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling penting)
 Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi
secara teratur, pengobatan sederhana, dan lain lain)

10
 Papan (pemukiman yang layak)
 Higiene, sanitasi
 Sandang
 Kesegaran jasmani, rekreasi
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih). Pada tahun-tahun pertama
kehidupan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses tumbuh
kembang yang selaras, baik fisis, mental maupun sosial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah). Merupakan cikal bakal
proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi
mental ini membantu perkembangan mental-
4. psikososial (kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas,
kepribadian, moral-etika dan sebagainya). Perkembangan ini pada
usia balita disebut sebagai perkembangan psikomotor.

Kelainan/penyimpangan tumbuh kembang pada anak terjadi akibat


gangguan pada interaksi antara anak dan lingkungan tersebut, sehingga
kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi. Keadaan ini dapat menyebabkan
morbiditas anak, bahkan dapat berakhir dengan kematian. Kalaupun
kematian dapat diatasi, sebagian besar anak yang telah berhasil tetap hidup
ini mengalami akibat menetap dari penyimpangan tersebut yang
dikategorikan sebagai kecacatan, termasuk retardasi mental. Jelaslah bahwa
dalam aspek pencegahan terjadinya retardasi mental praktek pengasuhan
anak dan peran orangtua sangat penting.

Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000
macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang
dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan
atas penyebab biologis dan psikososial. Penyebab biologis atau sering
disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat


berat

11
 Tampak sejak lahir atau usia dini
 Secara fisis tampak berkelainan/aneh
 Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
 Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosio-kultural mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut:
1. Biasanya merupakan retardasi mental ringan
2. Diketahui pada usia sekolah
3. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
4. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
5. Ada hubungan dengan kelas sosial

Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah


masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan
bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-
kultural.

Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam
(Titi Sunarwati Sularyo & Muzal Kadim, 2000):

1. Penyebab pranatal
 Kelainan kromosom
 Kelainan genetik /herediter
 Gangguan metabolik
 Sindrom dismorfik
 Infeksi intrauterin
 Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
 Prematuritas
 Asfiksia
 Kernikterus
 Hipoglikemia

12
 Meningitis
 Hidrosefalus
 Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
 Infeksi (meningitis, ensefalitis)
 Trauma
 Kejang lama
 Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

C. Klasifikasi Retardasi Mental

Tabel: klasifikasi retardasi mental (Arif Muttaqin, 2008)

Uji intelegensia pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog Perancis


yang bernama Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1900. Pada
tahun 1916 Dr Lewis Terman mengadaptasi pemeriksaan intelegensia
berdasarkan skala Binet tersebut di Stanford University. Saat ini uji
intelegensia tersebut dinamakan Stanford Binet Intelligence Scale yang
sudah direvisi 4 kali yaitu tahun 1937, 1960, 1973, dan 1986.

William Stern pada tahun 1912 membuat konsep intelligence quotient (IQ)
sebagai suatu perbandingan antara mental age (MA) dan chronological age
(CA)

13
MA

IQ = x 100

CA

Pada tahun 1939 David Wechsler mempubli-kasikan suatu tes intelegensia


yang mengukur fungsi intelektual yang lebih global. Uji ini kemudian
disebut Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) yang kemudian
direvisi tahun 1976 dan disebut Wechsler Intelligence Scale for Children
Revised (WISC-R), dan direvisi kembali tahun 1990 yang disebut WISC
third edition (WISC-III). Uji intelegensia tersebut dipakai untuk anak umur
6-16 tahun. Pada tahun 1966 dipublikasikan Wechsler Preschool and
Primary Scale of Intelligence (WPPSI) yang kemudian direvisi tahun 1989
disebut WPPSI-R, untuk anak umur 4-6,5 tahun.

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural


Disorders, WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4
golongan yaitu :

 Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih
mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk
wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri
sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju,
mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat
perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan
utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak
yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka
tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan
sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak
mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau
kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.

14
 Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian
akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan
ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa
diantaranya mem-butuhkan pengawasan sepanjang hidupnya.
Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar-dasar
membaca, menulis dan berhitung.

 Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34


Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi
mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan
keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi
mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna
atau adanya defisit neurologis.

 Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20


Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat
terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan
atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas,
dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.

D. Diagnosis Retardasi Mental


Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja,
melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari
sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang
perlu dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya.
Dari anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi
mental.

Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit


dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang

15
kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda
dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan
neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang berumur
diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya


kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun
masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi,
pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai
screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai
adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu
seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI.

Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3
tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih
besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar,
serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental
juga mengalami keterlambatan motor dan bahasa.

E. Patofisiologi Retardasi Mental (Arif Muttaqin, 2008)

16
F. Manifestasi klinis

Penjelasan di atas jelas menunjukkan tingkat ketergantungan anak


retardasi mental lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang pertumbuhan
dan perkembangannya normal. Anak retardasi mental dapat dikenali dari
tanda sebagai berikut :
 Penampilan fisik tidak seimbang misalnya kepala terlalu kecil atau
besar, mulut melongo,mata sipit/mongoloid, badan bungkuk
 Kecerdasan terbatas
 Tidak dapat mengurus diri tanpa bantuan orang lain sesuai usia
 Arah minat sangat terbatas kepada hal-hal yang terbatas dan sederhana
saja
 Perkembangan bahasa/ bicara lambat
 Tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungannya
(pandangan kosong) dan perhatian labil, sering berpindah-pindah
 Koordinasi gerakan kurang, gerakan kurang terkendali
 Daya ingatan lemah, emosi sangat miskin dan terbatas, apatis dan
acuh tak acuh terhadap sekitarnya
 Sering ngiler atau keluar cairan dari  mulut

Bila ditinjau dari gejalanya retardasi mental dapat dibagi dalam:


 Tipe Klinik Biasanya mudah dideteksi sejak dini, mempunyai
penyebab organik dan kelainan fisik maupun mental yang diderita
cukup berat. Kebanyakan anak ini memerlukan perawatan yang terus
menerus dan perkembangannya sangat lambat.
 Tipe Sosial Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak mencapai usia sekolah.
Penampilannya seperti anak normal, diagnosis retardasi mental baru
ditegakan setelah anak masuk sekolah dan tidak dapat mengikuti
pelajaran. Tipe anak ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan

17
retardasi mental ringan. Anak retardasi mental mempunyai
ketergantungan yang berbeda tergantung dari level cacat mental
(tingkat IQ) dan seberapa jauh proses optimalisasi yang dilakukan
orang tua atau pengasuhnya.

G. Tata Laksana Retardasi Mental

Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah
terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin)
dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang
dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar
pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin,
asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA).

Rumah Sakit/Panti Khusus


Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar:
kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak,
derajat retardasi mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak,
fasilitas perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk membimbing
orangtua dan sosialisasi anak.

Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental adalah


kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan
kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak.

Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada
orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi
mental tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan
perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.

Konseling

18
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada
atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi
mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga,
kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.

Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana
mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini.
Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.

 Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa


 Sekolah luar biasa C
 Panti khusus
 Pusat latihan kerja (sheltered workshop)

Pencegahan
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi
mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental).
Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi, trauma,
intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan
genetik.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (Arif Muttaqin, 2008)

Anamnesis
Identitas meliputi nama (harus lengkap dan jelas), umur perlu
dipertanyakan untuk interpretasi tingkt perkembangan anak yang
sudah dicapai sesuai dengan umur, jenis kelamin (anak laki-laki lebih
sering sakit dibandingkan anak perempuan tetapi belum diketahui
secara pasti mengapa demikian).

Nama orang tua harus diketahui, supaya tidak keliru dengan orang
lain. Alamat untuk mempermudah komunikasi, kondisi lingkungan
dan komunitas untuk mengetahui epidemologi. Umur, pendidikan, dan

19
pekerjaan untuk pendekatan anamnesis dalam memperoleh data yang
akurat, meggambarkan tingkat status sosial dan pola asuh, asah dan
assih. Agama dan suku menilai perilaku tentang kesehatan dan
penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan dan tradisi yang dapat
menunjang atau menghambat perilaku sehat.

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena


pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terhambat dari
kelompok seusianya.

Riwayat Penyakit Saat ini


Biasanya diawali dari pengalaman dan perasaan cemas ibu klien yang
melihat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat dan
tidak sesuai dengan kelompok seusianya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit seperti rubella, tetanus, dipteri, meningitis, morbili, polio,
pertusis, verisea, dan ensifalitis dapat berkaitan atu mempengaruhi
petumbuhan dan perkembangan baik secara sentral maupun
parenteral.

Riwayat atenatal, Natal, dan Pascanatal


Antenatal. Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah di
dderita serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya,
berapa kali perawatan antenatal, kemana serta kebiasaan minum jamu-
jamuan dan obat yang pernah diminum serta kebiasaan selama hamil.

Natal. Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang


menolong, cara persalinan ( spontan, ekstrasi vakum, ekstraksi orsep,
sectio sesaria, dan gemelli), presentasi kepala, dan komplikasi atau
kelainan kongenital. Keadaan saat lahir dan mordibitas pada hari
pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih) bulan.

Pascanatal. Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang


berhubungan dengan gangguan sistem, masalah nutrisi, perubahan

20
berat badan, warna kulit, pola eliminasi, dan respons lainnya. Selama
neonatal perlu dikaji adanya afiksia, trauma, dan infeksi.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada
terakhir. Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik
kasar, motorik halus, kemampuan bersosialisasi, dan kemampuan
bahasa.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Sosial, perkawinan orangtua, kesejahteraan dan ketenteraman, rumah
tangga yang harmonis dan pola asuh, asah, dan asih. Ekonomi dan
adat istiadat berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan
pengetahuan serta ketrampilan anak. Di samping itu juga berhubungan
dengan persediaan dan  bahan pangan, sandang, dan papan.

Pola Fungsi Kesehatan


Pola nutrisi. Makanan pokok utama apakah ASI atau PSI pada umur
anak tertentu. Jika diberikan PASI ditanyakan jenis, takaran, dan
frekuensi pemberian serta makanan tambahan yang diberikan.Adakah
makanan yang disukai, alergi ataumasalah makanan lainnya.

Pola Eliminasi
Sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji  BAB atau
BAK (konsistensi, warna, frekuensi, jumlah serta bau). Bagaimana
tingkat toilet training sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Pola Aktivitas
Kegitan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia
sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan

Pola Istirahat

21
Kebutuhan istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal yang
menggangu tidur dan yang mempercepat tidur

Pola Kebersihan Diri


Bagaimana perawatan pada diri anak, apakah sudah mandiri atau
masih ketergantungan sekunder pada orang lain atau orang tua

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

Kondisi klien saat dikaji, kesan kesadaran, TTV. Kepala dan lingkar
kepala hendaknya diperiksa sampai anak usia 2 tahun dengan
pengukuran diameter oksipito-frontalis terbesar. Ubun-ubun normal:
besar rata atau sedikit cekung sampai anak usia 18 bulan.

Mata, reflek mata baik, sklera tidak ikterus, konjungtiva adakah


anemis, penurunan penglihatan (visus)

Telinga, simetris, fungsi pendengaran baik

Mulut/ leher, keadaan faring,tonsil (adakah pembesaran, hyperemia),


adakah pembesaran kelenjar limfe, lidah dan gigi (kotor atau tidak,
adakah kelainan, bengkak dan gangguan fungsi). Kelenjar tiroid
adakah pembesaran (gondok) yang dapat mengganggu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kulit, keadaan warna, turgor, edema, keringat dan infeksi

Thoraks, bentuk simetris, gerakan

Paru, normal vesikular, adakah kelainan pernafasan  (ronkhi,


wheezing)

Jantung, pembesaran, irama,suara jantung dan bising

Genitalia, testis, jenis kelamin, apakah labia mayor menutupi labia


minor pada perempuan.

22
Ekstremitas, reflek fisiologis, reflek patologis, reflek memegang,
sensibilitas, tonus, dan motorik.

Pemeriksaan diagnostik
Penatalaksananan pada anak retardasi mental meliputi:

1. Radiologi
2. Pemeriksaan EEG
3. Pemeriksaan CT scan
4. Thoranks AP/ PA
5. Laboratorium : SE (serum elektrolit), FL, UL, DL, BUN, LED,
serum protein, IgG/ IgM
6. Konsultasi :
 Bidang THT, jantung, paru.
 Bidang mata
 Rehabilitasi medis
7.      Program terapi :
 Gizi seimbang
 AB sesuai dengan infeksi penyerta
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Hambatan interaksi Setelah dilakukan Modifikasi perilaku :
sosial berhubungan tindakan keperawatan keterampilan-keterampilan
dengan kendala dalam 2x24 jam, masalah sosial (4362)
komunikasi, keperawatan hambatan Definisi:
ketiadaan orang interaksi sosial dapat Membantu pasien untuk
terdekat dan kendala teratasi. mengembangkan atau
lingkungan. Integritas Keluarga meningkatkan
Domain 7: Hubungan (2603) keterampilan sosial
peran Definisi: Kapasitas interpersonal.
Kelas3: Performa nggota keluarga untuk  Bantu pasien dalam
peran. mempertahankan kohesi bermain peran dalam
Definisi: dan ikatan emosional. setiap langkah dalam
Kurang atau Kriteria hasil: berperilaku
kelebihan kuantitas  Sering berinteraksi  Didik keluarga dengan
atau tidak efektif dengan keluarga cara yang tepat
kualitas pertukaran (bukan keluarga inti) mengenai tujuan dan
sosialnya.  Anggota keluarga proses training
Batasan karakteristik: memberikan keterampilan sosial
 Disfungsi interaksi dukungan selama  Libatkan keluarga
dengan orang lain masa krisis dalam sesi kegiatan

23
 Keluarga  Mempersiapkan dan latihan keterampilan
melaporkan makan makanan sosial (bermain peran)
perubahan dalam bersama-sama dengan pasien dengan
berinteraksi mis  Mendorong otonomi cara yang tepat
gaya, pola. dan kemandirian
individu.

2. Ansietas (orang tua) Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan


berhubungan dengan tindakan keperawatan (5820)
adanya stresor, dalam 2x24 jam, masalah Definisi:
riwayat keluarga keperawatan Mengurangi tekanan,
tentang ansietas dan Ansietasdapat teratasi. ketakutan, firasat, maupun
perubahan besar Tingkat kecemasan sosial. ketidaknyamanan terkait
9fungsi peran, status  Antisipasi cemas dengan sumber-sumber
peran). pada situasi sosial bahaya yang tidak
Domain 9: tidak ada teridentifikasi.
Koping/Toleransi  Tidak nyaman  Pahami situasi krisis
stress. selama menghadapi yang terjadi dari
Kelas 3: Respons sosial tidak ada perspektif
Koping  Gangguan dalam klien(orangtua)
Definisi: fungsi peran tidak  Lakukan usapan pada
Perasaan tidak ada punggung/leher
nyaman atau  Gangguan dalam dengan cara yang
kekhawatiran yang hubungan tidak ada. tepat
samar disertai  Dengarkan orangtua
respons otonom  Dorong verbalisasi
(sumber seringkali perasaan, persepsi,
tidak spesifik atau dan ketakutan
tidak diketahui oleh  Kaji untuk tanda
individu; perasaan verbal dan non verbal
takut yang kecemasan.
disebabkan oleh
antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan
individu akan adanya
bahaya dan
mmemampukan
individu untuk
bertindak
menghadapi
ancaman.
Batasan
Karakteristik:
 Distres
 Gelisah
 Kesedihan yang
mendalam
 Ketakutan
 Peka
 Sangat khawatir

24
 Perasaan tidak
adekuat.

3, Gangguan proses Setelah dilakukan Dukungan Keluarga


keluarga tindakan keperawatan (7140)
berhubungan dengan dalam 2x24 jam, masalah Definisi: Peningkatan
krisis perkembangan, keperawatan gangguan minat, tujuan dan nilai-
pergeseran peran proses keluarga dapat nilai keluarga
keluarga, situasi teratasi.  Dengarkan
transisi. Fungsi Keluarga (2602) kekhawatiran,
Domain 7: Hubungan Definisi: perasaan dan
peran Kapasitas sebuah keluarga pertanyaan dari
Kelas2: Hubungan untuk memenuhi keluarga
keluarga kebutuhan anggotanya  Tingkatkan
Definisi: selama masa hubungan saling
Perubahan dalam perkembangan. percaya dengan
hubungan dan/atau  Bersosialisasi keluarga
fungsi keluarga. dengan anggota  Orientasikan
Batasan keluarga baru keluarga terkait
karakteristik :  Merawat anggota tatanan pelayanan
 Perubahan keluarga yang kesehatan, seperti
dalam keintiman memiliki rumah sakit atau
 Perubahan ketergantunagn klinik
dalam keluhan  Beradaptasi terhadap  Identifikasi sifat
somatik adanya dukungan
 Perubahan perkembangan spiritual bagi
dalam kepuasan transisi keluarga
terhadap  Anggota keluarga  Bantu keluarga
keluarga bisa saling untuk
 Perubahan mendukung mendapatkan
dalam pola  Menerima pengetahuan,
komunikasi keanekaragaman di keterampilan dan
 Perubahan antara anggota alat yang
dalam pola keluarga diperluakn untuk
hubungan mendukung
keputusaan
mereka terhadap
perawatan pasien
4. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Peningkatan mekanika
fisik berhubungan tindakan keperawatan tubuh (0140)
dengan keterlambatan dalam 2x24 jam, masalah Definisi : Memfasilitasi
perkembangan, keperawatan hambatan penggunaan postur dan
malnutrisi, kurang mobilitas fisikdapat pergerakan dalam aktivitas
dukungan sosial mis. teratasi. sehari-hari untuk
Fisik atau sosial. Pengetahuan :Aktifitas mencegah kelelahan dan
Domain 4: yang disarankan (1811) ketegangan atau injuri
Aktivitas/Istirahat Definisi: Tingkat muskuloskeletal.
Kelas 2 : pemahaman yang  Kolaborasi dengan
Aktivitas/Olahraga disampaikan tentang fisioterapis dalam
Definisi : aktivitas fisik yang mengembangkan
Keterbatasan dalam direkomendasikan oleh peningkatan
gerakan fisik atau seorang profesional mekanika tubuh,

25
satu atau lebih kesehatan untuk kondisi sesuai indikasi
ekstrimitas secara tertentu  Bantu keluarga
mandiri dan terarah Kriteria hasil: untuk
Batasan Karakteristik  Pengetahuan tentang mengidentifikasi
: aktivitas yang latihan postur
 Gangguan sikap disarankan sangat tubuh yang sesuai
berjalan banyak  Edukasi keluarga
 Gerakan tidak  Pengetahuan tentang tentang frekuensi
terkoordinasi tujuan dari aktivitas dan jumlah
 Penurunan yang disarankan pengulangan dari
kemampuan sangat banyak setiap latihan
melakukan  Pengetahuan dari  Monitor perbaikan
keterampilan pembatasan aktivitas postur tubuh
motorik kasar yang disarankan /mekanika tubuh
dan halus sangat banyak pasien
 Memiliki strategi
untuk meningkatkan
aktivitas yang
disarankan secara
bertahap
 Mengetahui rutinitas
aktivitas yang
disarankan secara
realistik.

5. Risiko pertumbuhan Setelah dilakukan Terapi Nutrisi (1120)


tidak proporsional tindakan keperawatan Definisi:
dengan faktor risiko dalam 2x24 jam, Risiko Pemberian makanan dan
gangguan genetik, pertumbuhan tidak cairan untuk membantu
infeksi, dan proporsional dapat proses metabolik pada
prematuritas. teratasi. pasien malnutrisi atau
Domain 13: Pertumbuhan(0110) (pasien) yang berisiko
Pertumbuhan/Perkem Definisi: Pertambahan tinggi mengalami
bangan normal pada qukuran malnutrisi.
Kelas 2: tulang dan berat badan  Lengkapi pengkajian
Pertumbuhan selama pertumbuhan nutrisi sesuai
Definisi: Rentan Kriteria hasil: kebutuhan.
mengalami  Berat badan, Tinggi  Tentukan jumlah kalori
pertumbuhan di atas badan, Indeks massa dan tipe nutrisi yang
persentil ke-97 atau tu buh tidak ada diprlukan untuk
dibawah persentel ke- deviasi dari kisaran memenuhi kebutuhan
3 untuk usia, yang normal nutrisi dengan
melewati dua jalur  Persentil berat badan kolaborasi bersama ahli
persentil, yang dapat berdasarkan jenis gizi, sesuai kebutuhan
mengganggu kelamin, usia dan  Berikan nutrisi yang
kesehatan. tinggi badan tidak ada dibutuhkan sesuai batas
deviasi dari kisaran diet yang dianjurkan
normal  Ciptakan lingkungan
 Persentil lingkar yang membuat suasana
kepala berdasarkan yang menyenangkan
umur tidak ada deviasi dan menenangkan
dari kisaran normal  Sajikan makanan
denagn menarik, cara

26
yang menyenangkan
dengan
mempertimbangkan
warna, tekstur dan
keragaman.

6. Risiko keterlambatan Setelah dilakukan Peningkatan


perkembangan tindakan keperawatan Perkembangan bayi (8278)
dengan faktor risiko dalam 2x24 jam, risiko Definisi:
gangguan genetik, keterlambatan Fasilitasi pertumbuhan
infeksi, nutrisi tidak perkembangan tidak fisik, kognitif, sosial dan
adekuat terjadi. emosional yang optimal
Domain 13: Perkembangan anak : 6 dari anak dibawah usia 1
Pertumbuhan/Perkem bulan (0102) tahun.
bangan. Definisi: Periode penting  Baerikan instruksi
Kelas 2: perkembangan fisik, kepada orangtua
Pertumbuhan. kognitif, dan psikososial mengenai gizi yang
Definisi: Rentan anak usia 6 bulan. seimbang serta
mengalami Kriteria hasil: manfaatnya
keterlambatan 25%  Dapat menahan  Instruksikan orangtua
atau lebih pada satu kepala ketika ditarik untuk menghindari
atau lebih area sosial untuk duduk memberikan minum di
atau perilaku regulasi berguling dalam botol yang
diri, atau  Dapat duduk dengan berisi jus atau susu
keterampilan sokongan ditempat tidur.
kognitif, bahasa,  Dapat menggerakan  Bangun struktur
motorik kasar atau tubuh mis. bermain dan perawatan
halus, yang dapat Menunjuk, seputar jenis perilaku
mengganggu menggelengkan dan pola temperamen
kesehatan. kepala bayi.
 Dapat mengoceh  Sediakan mainan dan
berulang-ulang aktivitas yang aman
 Menoleh pada suara. dan sesuai dengan
tahapan tumbuh
kembang anak
 Dukung dan fasilitasi
kelekatan orangtua
dengan bayi
 Kaji untuk tanda verbal
dan nonverbal
kecemasan.

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental merupakan masalah bidang kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami
retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.

Definisi retardasi mental harus mencakup bidang kognitif (intelegensia) dan


adaptasi sosial yang timbul pada masa perkembangan.

Klasifikasi retardasi mental saat ini yang terbanyak dipakai adalah The ICD-
10 Classification of mental and Behavioural Disorders, WHO, Geneva
tahun 1994, yaitu :

 Mild retardation (Retardasi mental ringan), IQ 50-69


 Moderate retardation (Retardasi mental sedang), IQ 35-49
 Severe retardation (Retardasi mental berat), IQ 20-34
 Profound retardation (Retardasi mental sangat berat), IQ <20
Mengingat besarnya beban yang ditanggung oleh penderita retardasi mental,
keluarga, dan masyarakat maka pencegahan terhadap timbulnya retardasi
mental dan diagnosis dini merupakan pilihan terbaik.

B. Saran
Kami selaku penulis meminta maaf apabila terdapat kekurangan dan
kekeliruan.Untuk itu segala kritik dan saran demi perbaikan makalah ini
sangat kami harapkan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi : 4. Jakarta:


EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan.


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). Alih Bahasa


Bulechek, Gloria M, dkk.Editor Bahasa Indonesia Intansari Nurjannah
dan Roxsana. Indonesia: CV. Mocomedia.

NANDA. 2015. Nursing outcomes Classification (NOC). Alih Bahasa Moorhead,


Sue, dkk.Editor Bahasa Indonesia Intansari Nurjannah dan Roxsana.
Indonesia: CV. Mocomedia.

Sularyo T S & Kadim M. 2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3:
170–177 diakses pada november 4, 2017, dari Web site:
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1036/966

29

Anda mungkin juga menyukai