Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH DAN KONSEP KONGNITIF PADA LANSIA

SERTA ASPEK LEGAL KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH KELOMPOK 2

1. Angelina T. Klaas
2. Calista Nenobahan
3. Jeni Dorince Abi
4. Mardiana Tenggu Nalu
5. Musa Riwu
6. Taroci Padakama

Dosen Pembimbing:

Dr. Rafael Paun., SKM.,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG

TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis sadar bahwa
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan maka dari itu penulis menerima setiap kritik
dan saran untuk membuat makalah yang lebih baik kedepannya. Makalah ini berjudul
“Sejarah dan Konsep Kongnitif Pada Lansia Serta Aspek Legal Keperawatan Gerontik” yang
merupakan tugas terstruktur dari mata kuliah Gerontik pada Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Kupang Jurusan Keperawatan Program Studi Pendidikan Profesi
Ners.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang sudah turut serta
membantu penulis dalam rangka penulisan makalah ini. Penulis berharap melalui makalah ini
pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih dalam sesuai dengan topik
yang dimaksudkan. Terima kasih.

Kupang, 14 Februari 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB 2...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Sejarah Terapi Kongnitif.............................................................................................................6
2.2 Definisi Dan Tujuan Terapi Kongnitif.........................................................................................7
2.3 Terapi Kongnitif Kepribadian......................................................................................................8
2.4 Teori Terapi Kongnitif.................................................................................................................8
2.5 Teknik Terapi Kongnitif..............................................................................................................9
BAB 3..................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
3.2 saran..........................................................................................................................................11

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kognitif merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan
kecerdasan yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanaan, dan
pelaksanaan. Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa. Mudah lupa ini biasa
berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan sampai ke dimensia sebagai bentuk klinis
yang paling berat (Harini, et al., 2018). Di kalangan para lansia penurunan fungsi kognitif
merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas
normal sehari-hari, dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan
ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat
dirinya sendiri pada lansia (Mongisidi, et al., 2012)
Proses menua pada lanjut usia menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan seperti
perubahan pada fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan mental. Melambatnya proses
pikir, memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru merupakan
beberapa gejala yang terjadi pada perubahan psikologis dan mental, salah satunya pada
fungsi kognitif (Harini, et al., 2018). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi
kognitif lansia yaitu usia, kemampuan regenerasi pada otak, ketidakadekuatan
vaskularisasi ke otak dan hormone sehingga dapat menyebabkan kualitas hidup menurun,
status fungsional yang tidak optimal dan berpengaruh pada perasaan bahagia serta
kreativitas (Santoso&Rohmah, 2011). Dampak penurunan fungsi kognitif dapat berupa
dimensia tipe alzheimer, selain itu dapat berupa dimensia vaskuler yang secara umum
dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler.
Untuk mengurangi gangguan kognitif terdapat beberapa cara salah satunya dengan
reminiscence therapy. Reminiscence adalah terapi yang membangkitkan kenangan yang
berarti pada masa lalu dengan mengaitkan pengalaman, fakta, atau tindakan yang terkait
dengan rangsangan tertentu. Menurut (Ebersole, 2009) reminiscence therapy dapat
diberikan pada lansia secara individu, keluarga maupun kelompok. Pelaksanaan kegiatan
terapi secara kelompok memberi kesempatan kepada lansia untuk membagi

4
pengalamannya pada anggota kelompok, meningkatkan kemampuan komunikasi dan
sosialisasi dalam kelompok serta efesiensi biaya maupun efektifitas waktu. Pemberian
Reminiscence therapy pada lanjut usia mereka dapat mengingat kembali kenangan masa
lalu, perasaan yang bersifat bahagia untuk memfasilitasi kesenangan, membagikan cerita
tentang masalah nya, dapat bersosialisasi dan beradaptasi, serta mengurangi beban
pikiran, selain itu Reminiscence therapy dapat meningkatkan kemampuan memori pada
lansia.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Sejarah Terapi Kongnitif?
2. Apa Definisi dan Tujuan Kongnitif?
3. Apa Terapi Kongnitif Kepribadian?
4. Apa Teori Terapi Kongnitif?
5. Apa Teknik Terapi Kongnitif?
6. Apa Langkah langkah terapi kongnitif ?
7. Apa Contoh-contoh terapi kongnitif pada lansia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Terapi Kongnitif
2. Untuk mengetahui Definisi dan Tujuan Kongnitif
3. Untuk mengetahui Terapi Kongnitif Kepribadian
4. Untuk mengetahui Teori Terapi Kongnitif
5. Untuk mengetahui Teknik Terapi Kongnitif
6. Untuk mengetahui langkah-langkah terapi kongnitif
7. Untuk mengetahui contoh-contoh terapi kongnitif

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Terapi Kongnitif


Sejarah terapi kognitif pada awalnya dikembangkan pada awal 1960 oleh Dr.
Aaron Beck dari University of Pennsylvania. Teori tersebut memostulasikan bahwa
selama perkembangan kognitifnya klien belajar kebiasaan-kebiasaan yang tidak tepat
untuk memproses dan menginterpretasi informasi. Terapi kognitif berusaha bahwa
distorsi kognitif klien dan membantunya mempelajari berbagai macam cara yang
berbeda dan lebih realistis untuk memproses dan menguji realitas informasi.
Secara historis, terapi kognitif dapat dirunut kembali kepada karya filsuf
Epictetus, pada abad pertama Masehi berpendapat bahwa orang-orang tidak terganggu
oleh hal jasmaniah, namun terganggu oleh pandangan mereka tentang hal-hal itu.
Yang lebih mutakhir, akarnya terletak pada karya John Broadus Watson, seorang
yang dikenal sebagai bapak pendekatan perilaku, dan karya fisiolog Ivan Pavlov, yang
berdasarkan risetnya pada binatang, menghasilkan prinsip-prinsip pengkondisian
klasik.
Kemudian pendapat Alfred Alder, dalam bukunya berjudul What Life Should
Mean to You menuliskan bahwa makna tidak ditentukan oleh situasi, namun kitalah
yang menentukan diri kita dengan makna yang kita berikan pada situasi tersebut. Juga
pada tahun 1950, George Kelly pencipta terapi konstruk personal berpendapat bahwa
individu adalah ilmuwan yang mengembangkan gagasan dan kemudian mengujinya
dengan mempraktikannya. Karyanya tersebut membuka jalan bagi perkembangan
terapi kognitif. Berikutnya karya Albert Ellis, adalah pendiri terapi perilaku emotif
rasional dan Donald Miechenbaum menekankan pentingnya proses kognitif. Hingga
akhirnya pada tahun 1960, terapi kognitif mulai menemukan bentuknya lewat karya
Aaron Beck. Jurnal Cognitive Therapy and Research pertama kali didirikan pada

6
1977 dan salah satu bukunya yang sangat terkenal, Cognitive Therapy for Depression,
karya tersebut dipublikasikan Beck bersama koleganya pada tahun 1979. Dan sejak
saat itu terapi kognitif berkembang dengan pesat.2
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa terapi kognitif Aaron Beck
diawali dengan pendapat-pendapat para tokoh. Yaitu diawali oleh Filsuf Epictetus
yang beranggapan bahwa seseorang tidak terganggu dengan hal-hal jasmaniah namun
terganggu karena pandangan mereka sendiri tentang suatu hal. Kemudian diikuti oleh
pendapat-pendapat tokoh terkemuka seperti J.B Watson, Ivan Pavlov, Alfred Alder,
George Kelly, Albert Ellis yang kemudian mulai terbentuklah terapi kognitif oleh
Aaron Beck. Melalui karya-karyanya terapi kognitif akhirnya berkembang pesat .

2.2 Definisi Dan Tujuan Terapi Kongnitif


Terapi perilaku kognitif/Cognitive Behavior Therapy (CBT), atau disebut juga
dengan istilah Cognitive Behavior Modification merupakan salah satu terapi
modifikasi perilaku yang menggunakan kognisi sebagai “kunci” dari perubahan
perilaku. Terapis membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan
buruk klien, untuk kemudian diganti dengan konstruksi pola pikir yang lebih baik.
Perilaku merupakan pendekatan konseling dan terapi yang memadukan pendekatan
cognitive (pikiran) dan behavior (perilaku) untuk memecahkan masalah. Pendekatan
cognitive (pikiran) berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran,
keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya,
hidup saya sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya).
Adapun Bush mengungkapkan bahwa konseling Cognitive Behavior
merupakan perpaduan dari dua pendekatan dalam psikoterapi yaitu Cognitive Therapy
dan Behavior Therapy. Terapi kognitif memfokuskan pada pikiran, asumsi dan
kepercayaan. Terapi Cognitive memfasilitasi individu belajar mengenali dan
mengubah kesalahan dalam berpikir atau pikiran yang irasional menjadi rasional.
Sedangkan terapi tingkah laku membantu individu untuk membentuk perilaku baru
dalam memecahkan masalahnya. Pendekatan Cognitive Behavior tidak berfokus pada
kehidupan masa lalu dari individu akan tetapi memfokuskan pada masalah saat ini
dengan tidak mengabaikan masa lalu. Secara umum, proses Konseling Cognitive
Behavior adalah pembukaan, tahapan inti dan terminasi (pengakhiran).
Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa pengaertian CBT adalah pendekatan konseling yang menitik

7
beratkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat
kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis. CBT merupakan
konseling yang dilakukan untuk meningkatkan dan merawat kesehatan mental.
Konseling ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan
bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil keputusan,
bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Sedangkan, pendekatan pada aspek
behavior diarahkan untuk membangun hubungan yang baik antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Seseorang harus mampu
mengubah cara berfikir dan prilakunya sendiri demi mencapai masa depan yang dia
inginkan.
Tujuan Terapi Kongnitif
1. Langsung: memperbaiki ( menghentikan mengganti/ mengubah) proses pikir.
2. Tidak langsung: mengurangi sampai dengan menghilangkan perilaku yang
menyimpang, meningkatkan perilaku yang produktif, dan meningkatkan kepuasan
serta penerimaan diri.

2.3 Terapi Kongnitif Kepribadian


Beck (dalam Seligman, 2006) membagi kognisi individu ke dalam empat tingkatan,
yaitu pikiran otomatis, keyakinan tingkat tinggi, keyakinan inti, dan skema.
1. Pikiran otomatis
menjembatani situasi dan emosi, artinyadari situasi tertentu dapat muncul
pikiran otomatis tertentu dan dapat membangkitkan emosi tertentu. 
2. Keyakinan tingkat tinggi
merefleksikan suatu aturan dan sikap yang absolut yang membentuk pikiran
otomatis
3. Keyakinan hati
 ide sentral tentang diri yang mendasari berbagai pikiran otomatis dan selalu
direfleksikan dalam keyakinan lanjut
4. Skema
didefinisikan sebagai struktur kognitif yang mencakup keyakinan inti atau
suatu aturan khusus yang mengendalikan perilaku dan pemrosesan informasi.
Skema akan mempengaruhi cara individu mempersepsi realita dan dapat
bersifat personal. Suatu skema dapat diaktifkan melalui satu stimuli khusus.

8
Jika skema telah aktif, skema akan menggabungkan berbagai informasi yang
konsisten dan relevan serta menolak informasi yang kontradiktif.

2.4 Teori Terapi Kongnitif


Pola pikir seseorang terhadap sesuatu dapat memengaruhi emosi dan
perilakunya. Sebagai contoh, seseorang yang pernikahannya berakhir dengan
perceraian akan berpikir bahwa dirinya bukan pasangan yang baik, dan tidak pantas
menjalani suatu hubungan. Pola pikir tersebut akan membuatnya putus asa, kemudian
memicunya menjauhkan diri dari lingkup sosial. Bila kondisi tersebut dibiarkan, dia
akan terjebak pada siklus pola pikir, emosi dan perilaku yang negatif.Pada terapi
perilaku kognitif, pasien yang mengalami kondisi seperti di atas akan belajar cara
berpikir positif, sehingga akan menghasilkan emosi dan perilaku positif pula.
Terapi perilaku kognitif dapat dilakukan dalam sesi personal, baik bertemu
langsung atau melalui telepon dan panggilan video. Terapi juga bisa dilakukan secara
berkelompok, baik bersama anggota keluarga, maupun dengan orang yang memiliki
masalah serupa. Pada beberapa kondisi, terapi dapat dilakukan secara online melalui
komputer.

2.5 Teknik Terapi Kongnitif


CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh konselor untuk
membantu individu ke arah yang positif. Berbagai variasi teknik perubahan kognisi,
emosi dan tingkah laku menjadi bagian yang terpenting dalam Cognitive Behavior
Therapy. Metode ini berkembang sesuai dengan kebutuhan konseli, di mana konselor
bersifat aktif, direktif, terbatas waktu, berstruktur, dan berpusat pada konseli.
Konselor atau terapis Cognitive Behavior biasanya menggunakan berbagai
teknik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran dengan konseli.
Teknik yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam Cognitive Behavior Therapy
CBT yaitu:
1. Menata keyakinan irasional.
2. Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang
menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan.
3. Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play
dengan konselor.

9
4. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi
ril.
5. Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang
dialami pada saat ini dengan skala 0-100.
6. Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentika pikiran negatif
dan mengubahnya menjadi pikiran positif.
7. Desensitization systematic. Digantinya respons takut dan cemas dengan
respon relaksasi dengan cara mengemukakan permasalahan secara
berulang-ulang dan berurutan dari respon.
2.6. Langkah-langkah Terapi Kongnitif
A. Tujuan
Pasien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi pikiran otomatis negative
B. Setting
- Pertemuan dilakukan di satu ruangan yang ada di ruang rawat inap pasien
- Suasana ruangan harus tenang
- Pasien duduk berhadapan dengan terapis
C. Alat
- Format evaluasi proses
- Format dokumentasi
- Format jadwal kegiatan harian
- Alat tulis
D. Metode
Diskusi dan Tanya jawab
E. Langkah-langkah
 Persiapan
- Kontrak dengan pasien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
 Orientasi
- Salam teraupetik
 Fase kerja
- Diskusikan cara melawan pikiran otomatif negative dengan cara memberi
tanggapan positif (aspek positif yang domiliki pasien) dan minta pasien
mencatatnya dalam lembar cara melawan pikiran otomatis negative

10
- Latih kembali pasien untuk menggunakan aspek-aspek positif pasien
dalam melawan pikiran otomatis negative
- Memberi pujian terhadap keberhasilan

 Terminasi
- Evaluasi
Terapis menyanyakan perasaan pasien setelah latihan mengatasi pikiran
otomatis negative
2.7. Contoh Terapi Kongnitif Pada Lansia
1. Terapi dengan puzzle
Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kongnitif adalah
dengan menjagak mereka bermain puzzle. Hal ini bertujuan untuk melatih
organ otak untuk mengingat dan tidak mudah pikun. Dengan bermain ini
lansia akan terangsang daya ingat dan kreatifnya untuk berpikir dan
melakukannya dengan perasaan yang riang gembira serta antusia tinggi.
2. Terapi teka-teki
Contoh terapi kongnitif pada lansia adalah dengan mengajak bermain
teka-teki. Permainan ini juga dapat merangsang perasaan, daya ingat dan juga
lansia bersemangat untuk menjawab didalamnya. Dengan demikian lansia
akan merasa gembira serta terhibur.
3. Terapi bermain catur
Tujuan dari permainan ini sama dengan permainan lainnya, untuk
menyegarkan daya ingat serta melatih otak untuk tetap berfungsi dengan baik.
Terapi ini juga berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi penyakit pikun
pada lansia.
4. Terapi dengan ketrampilan
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan daya ingat. Contoh terapi
ketrampilan berupa merajut kain, menyulan benang, membuat kerajinan,
seperti bunga. Hal ini ciukup menarik untuk dilakukan para lansia untuk
mengisi waktu luang dan merasa gembira secara hati dan pikirannya.
5. Terapi bermain tebak-tebakan
Terapi permainan ini cukup asyik dan cukup menantang, para lansia
harus menebak apa yang menjadi tebakannya. Terapi ini dapat meningkatkan

11
daya ingat, memori, juga menjaga perasaan menjadi lebih tenang dan juga
atraktif.
6. Terapi belajar
Contoh terapi konitif belajar yaitu seperti menggambar, belajar
mengerjakan sebuah pola, belajar menegerjakan pekerjaan rumah dan
sebagainya. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan
juga mengisi waktu luang. Kegiatan ini dapat melatih para lansia melatih
emosi, perasaan, hati dan juga pikiran lebih fokus dan terarah.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah terapi kognitif pada awalnya dikembangkan pada awal 1960 oleh Dr. Aaron
Beck dari University of Pennsylvania. Teori tersebut memostulasikan bahwa selama
perkembangan kognitifnya klien belajar kebiasaan-kebiasaan yang tidak tepat untuk
memproses dan menginterpretasi informasi. Terapi kognitif berusaha bahwa distorsi
kognitif klien dan membantunya mempelajari berbagai macam cara yang berbeda dan
lebih realistis untuk memproses dan menguji realitas informasi.
Terapi perilaku kognitif/Cognitive Behavior Therapy (CBT), atau disebut juga
dengan istilah Cognitive Behavior Modification merupakan salah satu terapi modifikasi
perilaku yang menggunakan kognisi sebagai “kunci” dari perubahan perilaku. Terapis
membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan buruk klien, untuk
kemudian diganti dengan konstruksi pola pikir yang lebih baik. Perilaku merupakan
pendekatan konseling dan terapi yang memadukan pendekatan cognitive (pikiran) dan
behavior (perilaku) untuk memecahkan masalah.

Tujuan Terapi Kongnitif: Langsung: memperbaiki ( menghentikan mengganti/


mengubah) proses pikir dan Tidak langsung: mengurangi sampai dengan menghilangkan
perilaku yang menyimpang, meningkatkan perilaku yang produktif, dan meningkatkan
kepuasan serta penerimaan diri.

Terapi kongnitif kepribadian terdiri dari pikiran otomatis,keyakinan tingkat


tinggi,keyakinan hati dan skema

3.2 saran
Dengan diberikan tugas ini kami dapat lebih memahami dan mengerti tentang sejarah dan
konsep kongnitif pada lansia serta aspek legal keperawatan gerontik. Dengan adanya

13
tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu
yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Muliani, N. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Kenangan (Reminiscence Therapy)


Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Pondok Lansia Al-Ishlah Malang (Doctoral
dissertation, Poltekkes RS dr. Soepraoen).

Richard, Nelson-Jones. 2011. PraktikKonselingdan Therapy. Yogyakarta: Pustakabelajar

Kasandra, Oemarjoedi. 2003. PendekatanKongnitif Behavior dalamPsikoterapi. Jakarta:


Creativ Media

Khadijah, 2006. PengembanganKongnitifAnakUsia Dini. Medan: IKAPI

14

Anda mungkin juga menyukai