Anda di halaman 1dari 17

NEUROPSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI KLINIS

Dosen Pengampu :
Radhiya Bustan,M.Soc,Sc.

Disusun oleh :
1. Ahmad Utbah 0601517003
2. Laela Siti Kamilah 0601517014
3. Nabila Maulidya 0601517020
4. Chaisna Fidinillah 0601517036
5. Tesha Aninditha P 0601517039

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahNya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini kami susun dengan menggunakan berbagai sumber sebagai
referensi sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dalam susunan kalimat ataupun bahasanya. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Yth Ibu Radhiya Bustan,M.Soc,Sc. selaku dosen pembimbing, yang
memberikan banyak materi pendukung, masukan serta bimbingan kepada penulis.

Jakarta, November 2019


Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... I


DAFTAR ISI ..................................................................................................... II
BAB I ................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
A. Pengertian Neuropsikologi ................................................................... 3
B. Fungsi dan Kegunaan Neuropsikologi .................................................. 4
a. Metode Asesmen Neuropsikologis ................................................... 4
b. Interpretasi Hasil Test ....................................................................... 5
c. Masalah Baterai Tes .......................................................................... 7
d. Intervensi dan Rehabilitasi ................................................................ 9
C. Hubungan antar Otak dan Perilaku ....................................................... 9
BAB III............................................................................................................ 13
PENUTUP ....................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ......................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami kepribadian seseorang merupakan suatu hal yang kompleks dan
bersifat subjektif. Namun, dapat bersifat objektif apabila seseorang memiliki
landasan yang kuat untuk memahami tingkah laku individu seperti halnya dalam
penggunaan test. Dalam wacana psikologi terkait kepribadian sering dihubungkan
dengan aspek biologis yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Karena sehat
tidaknya seseorang tentu aspek biologis lah yang menentukannya. Peristiwa yang
berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang.
Para psikolog telah menjelaskan bahwa fisiologi dan struktur otak sangat
mempengaruhi individu dalam berperilaku. Coba kita kaitkan hal ini dengan
beberapa kasus yang terjadi, ketika seorang anak mengalami masalah pada otaknya
yang disebabkan oleh suatu kejadian tertentu maka dampaknya ialah anak tersebut
akan sulit untuk beradaptasi seperti biasanya sebelum kejadian itu terjadi.
Jika otak manusia mengalami masalah maka dampak nya akan sangat
berpengaruh dalam kehidupan. Bagian terpenting dari otak yang perlu kita pahami
adalah neuron. Neuron merupakan tempatnya emosi, intelegensi, dan afeksi. Dan
segala aktifitas mental yang dilakukan oleh individu, seperti merekam, mengingat,
berpikir, dan aktifitas-aktifitas mental lainnya, sangat ditentukan oleh berfungsi
tidaknya neuron ini. Neuron paling banyak ditemukan pada otak besar kita. Otak
besar berfungsi sebagai pengolah informasi yang didapat oleh manusia yang berasal
dari panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan
perasa. Dalam hal ini dapat dikatakan sistem kerja otak seseorang lah yang dapat
menentukan perilaku manusia. Membericarakan tentang otak dan saraf sepertinya
tidak sejalan apabila kita tidak membicarakan tentang neuropsikologi. Karena
dalam kajian psikologi klinis hal ini merupakan suatu bentuk khusus yang perlu
untuk dibahas. Neuropsikologi menjadi sebuah wacana untuk membahas suatu
hubungan antar struktur dan fungsi otak dengan proses perilaku individu.
Ketika seorang konselor dan psikolog memahami kajian ini maka akan semakin
mudah mereka untuk memprediksi atau mengidentifikasi seseorang dengan melihat

1
gejala yang disebabkan oleh kerusakan pada struktur otak. Jika seorang konselor
menemukan pasien yang bermasalah pada aspek biologisnya, konselor dapat
mengahli tangan kan kepada psikolog, dan seorang psikolog dapat melakukan tes
untuk menganalisa gangguan apa yang dialami individu. Jika gangguan yang ada
pada otak sudah dalam tahap yang berlanjut psikolog dapat memberikan hasil
diagnosisnya kepada seorang dokter.
Membicarakan tentang neuropsikologi dan ahli yang ada, seorang psikolog
profesional atau ahli dalam bidang klinis dapat melakukan intervensi khusus
terhadap klien yang memiliki masalah gangguan dalam sistem saraf. Terkait hal ini
dapat dikatakan bahwa adanya jalinan kerja sama yang saling menguntungkan antar
ketiga profesi tersebut. Sehingga dalam makalah ini penulis ingin menguraikan
secara lebih lanjut terkait kekhususan dalam psikologi klinis yakni Neuropsikologi.
Agar memudahkan konselor atau psikolog dalam menghadapi suatu kasus yang
berhubungan pada struktur otak.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Neuropsikologi?
b. Apa kegunaan dari Neuropsikologi?
c. Bagaimana hubungan antar otak dan perilaku seseorang?

C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Neuropsikologi
b. Memahami kegunaan dari Neuropsikologi
c. Memahami hubungan antara otak dan perilaku seseorang

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Neuropsikologi
Neuropsikologi mempelajari hubungan antara otak dan perilaku, disfungsi otak
dan defisit perilaku, dan melakukan asesmen dan treatment untuk perilaku yang
berkitan dengan fungsi otak yang terganggu. Dalam, lima tahun terakhir,
neuropsikologi berkembang pesat ini terlihat dari jumlah anggota asosiasi
neuropsikologi, program pelatihan, makalah-makalah yang dipublikasikan, dan
posisi-posisi tugas berkaitan dengan neuropsikologi di Amerika yang
meningkat(phares, 1992). Phares (1992) mengemukakan bahwa neuropsikologi
dianggap sebagai salah satu di antara kekhususan psikologi klinis1. Sebagian ilmu
neuro psikologi dianggap salah satu bagian dari biopsikologi. Bidang lainnya yang
juga termasuk biopsikologi, psikologi faal, psikofarmakologi, psikofisiologi, dan
psikologi perbandingan. Neuropsikologi adalah interface neurologi dan neurosains,
yang dipacu oleh kemajuan yang sangat pesat dalam penelitian biokimia, ilmu faal,
histologi susunan syaraf pusat.
Peran Neurolog dan neuropsikolog klinis harus dibedakan. Seorang neurologist
(neurolog) adalah seorang dokter medis dengan gelar Medical Doctor (MD) yang
biasanya memiliki spesialisasi dibidang asesment dan penanganan farmakologis
untuk berbagai gangguan sistem saraf. Seorang neuropsychologist (neuropsikolog)
klinis biasanya merupakan psikolog klinis yang mendapat latihan dan pengalaman
tambahan tentang hubungan antara otak dan perilaku. Neuropsikolog biasanya
bekerja bersama psikiater, neurolog, terapis okupasional, terapis fisik, terapis bicara,
dan profesional lain dalam pendekatan tim-terkoordinasi dimana masing-masing
profesional memberikan informasi yang berguna untuk profesional-profesional
lainnya2.

1
Nurussakinah Daulay “Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan
Gangguan Spektrum Autis: Kajian Neuropsikologi” KAJIAN NEUROPSIKOLOGI:
STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA hlm 15.
2
Mia Dewi “Neuropsikologi, forensik, komunitas”Jurnal Academia.Edu hlm 2.

3
B. Fungsi dan Kegunaan Neuropsikologi
Neuropsikologi klinis adalah area khusus dalam psikologi prot'essional. Itu
biasanya diakui sebagai khusus oleh American Psychological Association pada
tahun 1996. Disiplin merupakan integrase klinis psychology dan neuropsikologi.
Klinis neuro psychologists adalah psikolog profesional yang terlatih dalam ilmu
otak-perilaku hubungan Mereka adalah spesialis dalam penerapan prinsip-prinsip
penilaian dan intervensi berbasis pada studi ilmiah tentang perilaku manusia di
seluruh rentang hidup yang berkaitan dengan normal dan fungsi normal system
saraf pusat3.

a. Metode Asesmen Neuropsikologis


Beberapa waktu dahulu banyak pendapat yang membicarakan mengenai
hubungan antara otak dan tingkahlaku. Pada abad ke-19 lokasi fungsi otak
merupakan pembicaraan yang sangat menarik. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa daerah spesifik dari otak memainkan peran penting dalam tingkahlaku
tertentu. Selain itu, ada salah satu teori yang terkenal yaitu teori equipotential yang
berpendapat bahwa semua daerah pada otak memiliki kontribusi terhadap semua
fungsi intelektual (Krech 1962), sementara lokasi luka pada otak memberikan
sumbangan sekunder, namun terdapat perbedaan yang tergantung pada tarafnya.
Para equipotensial menekankan pada kekuranagn dalam kemampuan abstrak dan
simbolik yang dianggap bergabung dengan semua bentuk luka otak untuk
menghasilkan sikap yang konkret dan kaku bagi pemecahan masalah.
Luka pada otak banyak memberikan efek termasuk persepsi penglihatan,
pendengaran, kinestetik, koordinasi dan pemfungsian visual motor, ingatan, Bahasa
dan lain sebagainya. Namun secara umum deteriorasi intelektual dapat dibagi
menjadi dua, yaitu4:
a) Penurunan sebagai akibat dari faktor-faktor psikologis, seperti motivasi,
psikosis, masalah emosional atau sekedar mendapatkan keuntungan dari
asuransi.
b) Penurunan sebagai akibat dari cedera otak.

3
“Neuropsikologi Klinis” Jurnal Psikologi Klinis, hlm,19.
4
Prof.Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Klinis (Bandung: PT.Refika Aditama, 2012)
hlm 216-217.

4
Asesmen dalam neuropsikologis merupakan suatu kegiatan yang kompleks
karena melibatkan banyak masalah. Ada yang berpendapat bahwa setidaknya pada
saat tes neuropsikologis itu dilakukan digunakan seluruh tes yang bersangkutan
dengan gangguan pada otak. Namun ada pendapat lain bahwa dipilih beberapa saja
yang dipilih berdasarkan prakiraan klinis melalui gejala-gejala yang kasat mata atau
tergantung pada permintaan misalnya dokter-ahli neurologi. Beberapa pendekatan
yang ada adalah sebagai berikut5:
1) Pendekatan baterai baku atau pendekatan baterai.
 Keuntungan : akan mendapatkan database tentang seluruh taraf fungsi otak dan
tentu saja seluruh kemungkinan area gangguan pada otak.
 Kelemahan : menyangkut waktu dan biaya, tidak membedakan satu individu
dengan individu lain yang pada kenyataannya berbeda dalam segala hal,
termasuk pada kekuatannya. Pada akhirnya memunculkan pendapat baru bahwa
pendekatan ini tidak fleksibel karena mengabaikan perbedaan individual.
2) Pendekatan fleksibel atau pendekatan hipotesis (hypothesis-testing approach)
Pada pendekatan ini setiap pengetesan disesuaikan dengan keadaan individu
yang dites dengan pemilihan pengetesan sesuai dengan hipotesisnya.
 Keuntungan : pemeriksaan dilaksanakan dengan efisien tertuju pada sasaran
yang tertentu sehingga hasilnya cukup menyangkut tingkat keparahan
gangguan.
 Kelemahan : ada kemungkinan kesalahan pada hipotesisnya sehingga harus
diulangi kembali untuk melakukan pengetesan.

b. Interpretasi Hasil Test


Penggunaan tes piskoneurologis ini sering disederhanakan dengan nama tes
cedera otak atau brain damage test. Menurut Golden dkk (1992) terdapat beberapa
cara untuk menginterpretasikan data tes psikoneurologis ini. Pertama, taraf kinerja
pasien dapat diinterpretasi dalam konteks data normatif. Kedua, beberapa
perhitungan skor berbeda mengenai dua tes dari seorang pasien; taraf tertentu
perbedaan menandakan adanya kelemahan pada pasien. Ketiga, tanda-tanda
pathogmnotic cedera otak (misalnya gagal dalam menggambar bagian kiri suatu

5
Ibid, hlm 217-218

5
gambar) dapat dicatat dan diinterpretasi. Keempat, suatu analisis pola skor bisa jadi
diusahakan; pola-pola skor tes tertentu telah diasosiasikan dengan luka atau
kelemahan neorologis spesifik.
a) Prosedur Neurodiagnostik
Saat ini bidang medis telah memiliki berbagai prosedur Neurodiagnostik,
termasuk pemeriksaan yang sampaikan neurolog, EEG, roentgent, potret
Computerized Asial Tomography (CAT), dan yang paling modern adalah teknik
Nuclear Magnetic Resonance imaging (NMR atau MRI).
Banyak prosedur Neurodiagnostik mahal dan melanggar. Karena itu sangat
menolong untuk menggunakan tes neuropsikologis sebagai alat ukur untuk dapat
menyaring, yang hasilnya dapat dilanjutkan dengan alat tes yang mahal tapi canggih
itu.
b) Area Pemeriksaan Fungsi Kognitif
Banyak alat tes yang dapat digunakan untuk mengakses fungsi perilaku dan
kognitif dalam rentang yang luas6.
1. Fungsi Intelektual
Terutama menyangkut usaha mengukur taraf intelektual misalnya WAIS atau
WAIS-R dan WBIS nilai ini biasanya digunakan untuk menyarankan apaka klien
dapat dianjurkan untuk memasuki jenjang pendidikan tertentu; kadang-kadang
lebih jauh berupa jurusan pendidikan ilmu apa yang dinilai paling cocok baginya.
Hasil skor tes itu diinterpretasikan untuk keperluan memahami kepribadian dan
kelemahan neurologis klien. Karena itu pula, ada orang yang menganggap bahwa
Pssikodiagnostik bersifat subjektif yang sebenarnya adalah terdapat dasar-dasar
yang bersifat objektif, dan untuk lebih mendalam bersifat subjektif, sesuai dengan
kemampuan subjek (interpreter).
2. Penalaran abstrak
Selama berpuluh-puluh tahun para klinikus berpendapat bahwa penderita
skizofreni adalah orang-orang yang mengalami kelemahan atau kerusakan dalam
hal penalaran atau cara berpikir konseptual. Hal itu dapat ditemukan pada

6
Ibid, 218-221.

6
rendahnya nilai “similarity” pada WAIS, karena sub tes itu menguji kemampuan
orang dalam menghubungkan persamaan satu dengan objek lainnya.
Dalam Winconsing Card Sorting Test (WCST), penalaran abstrak ini diukur
oleh sub tes dimana pasien diminta untuk menempatkan suatu kartu dibawah kartu
yang sesuai (misalnya sama warna, bentuk dan jumlah figur bentuk tertentu).
3. Daya Ingat
Luka otak biasa digejala ; hilangnya daya ingat, bahkan sampai kehilangan daya
ingat secara menyeluruh. Salah satu alat tes yang terkenal adalah yang dibuat
Weschler (1942) yang disebut Wschsler Memory Scale, WMS.
Dalam WMS-III dikemukakan delapan jenis fungsi ingatan, ialah Auditory
immediate, Visual immadiate, Immadiate Memory, Auditory Delayed, Visual
Delayed, Auditory Recognition Delayed, General Memory dan Working Memory.
Juga terdapat dua tes tambahan yang penting menyangkut usaha menilai adanya
kehilangan daya ingat. Selanjutnya kita kenal pula The Benion Visual Retention
Test yang pada dasarnya adalah suatu tes untuk daya ingat atas rancangan.
4. Pemrosesan Visual-perseptual
Keterampilan visual-spatial dibutuhkan untuk sejumlah besar aktivitas, termasuk
membaca peta, memarkir kendaraan secara paralel, dan memasukkan bola basket.
Dalam WAIS 3 hal ini didapatkan dalam sub tes block-design. Sub tes ini dapat
diartikan sebagai kemampuan berpikir sintesis analisis menggambarkan kekuatan
berfikir sehingga dinilai sebagai salah satu bentuk atau wujud dari Original
Intelligence Quotient (OIQ).
5. Pemfungsian Bahasa
Berbagai bentuk cedera otak atau trauma dapat berpengaruh baik dalam
memproduksi ataupun penguasaan bahasa. Misalnya, penguasaan bahasa dapat
diakses dengan menggunakan Receptive Speech Scale dari Luria-Nebraska.

c. Masalah Baterai Tes


dalam tradisi kedokteran, suatu alat pemeriksaan diperuntukkan sebagai usaha
untuk menemukan gangguan pada hal atau fungsi tertentu. Misalnya dari
pemeriksaan darah, digunakan zat dan alat tertentu untuk menemukan pada orang
tersebut kadar asam urat atau kolestrol yang berlebihan. Dalam psikologis, yang

7
seperti telah diutarakan terdahulu sebagai ilmu yang sangat dekat, khususnya dalam
pengertian mental tes, untuk suatu jenis gangguan tertentu, digunakan alat tes
tertentu, satu saja.
Dalam pengertian terakhir ini gangguan dapat diartikan merupakan ekstremitas
kepribadian atau merupakan akibat dari interaksi kepribadian dengan masalah-
masalah yang memang bagian rawan kepribadian tersebut. Oleh karena itu, maka
dalam pemeriksaan neuropsikologis ini juga dikenal apa yang di sebut baterai tes
atau penggunaan sejumlah alat tes, kemudian dikenal dengan nama sub tes untuk
memeriksa kelainan dalam fungsi neuropsikologis atau bisa juga fungsi neurologis.
Trull (2005) sebagai buku yang menjadi referensi utama bagian ini juga bagian-
bagian lainnya, menyebutkan dua baterai yang popoler7;
1. The Halsted-Reitan Battery
The Halsted-Reitan Neuropsychological Battery dibangun untuk menembus
keterbatasan penggunaan penggunaan alat tes tunggal. Saat ini merupakan baterai
tes yang sangat luas digunakan, yang mengandung pengukuran-pengukuran sebagai
berikut : tes kategori, tes irama dari Seashore, tes Oskilasi tangan, tes prestasi tekstil,
tes membuat jejak, tes persepsi bicara suara, tes kekuatan menggenggam,
pemeriksaan sensori perseptual, tes lokalisasi jari, tes persepsi menulis jumlah
ujung jari, tes pengenalan bentuk tektil, tes penyaring aphasia. Baterai tes ini dapat
memberikan informasi mengenai lokasi yang mungkin pada cedera dan apakah
cedera itu timbul gradual atau segera dan oprinsipal. Kelemahan tes ini adalah
panjangnya, tidak praktis, dan relatif mengabaikan area tertentu, seperti misalny
adaya ingat (G.GoldStein, 1997).
2. The Luria-Nebraska Battery
Ini dapat dianggap sebagai alternatif bagi Halsted - Reitan Battery, terdiri dari
269 kemampuan yang terdiri dari 11 sub tes ; fungsi-fungsi motor, fungsi irama,
fungsi taktil, fungsi visual, bicara reseptif, bicara ekspresif, fungsi menulis,
keterampilan membaca, keterampilan berhitung, ingatan dan proses-proses
intelektual.

7
Ibid, 222-223.

8
d. Intervensi dan Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan salah satu fungsi utama para neuropsikolog, dimana
mereka berusaha keras untuk memerankan upaya mengkoordinasikan penanganan
kognitif dan keprilakuan pasien yang telah memperlihatkan kelemahan kognitif dan
keperilakuan sebagai akibat dari adanya disfungsi atau cedera.
Dalam kasus pengembangan alternatif atau sistem-sistem fungsional yang baru,
tugas-tugas rehabilitasi diformulasikan untuk men”treat” kekurangan pasien.
Menurut Golden upaya rehabilitasi ini meliputi8:
1. Seyogianya meliputi kelemahan keterampilan dimana seseorang mencoba
untuk mereformulasikan.
2. Terapis seyogianya mampu untuk mengubahnya cara, saat pasien mengalami
kesukaran dari taraf yang mudah untuk menampilkan prestasi normal;
3. Tugas-tugasnya seyogianya dapat di kuantifikasikan, sehingga taraf kemajuan
dapat di catat;
4. Tugas seyogianya menyediakan umpan balik yang segera kepada pasien;
5. Jumlah kesalahan yang dibuat pasien harus terlkendali.
Dalam hal rehabilitasi ini, penanganan selanjutnya setelah pemeriksaan
dilakukan, misalnya setelah ditemukan kelemahan dalam daya ingat, adalah dengan
memberikan tugas-tugas secara bertaraf untuk mengingat dari hal-hal yang
sederhana meningkat ke hal yang lebih kompleks.

C. Hubungan antar Otak dan Perilaku


Hubungan yang kompleks dan menarik antara fungsi otak dan perilaku
adalah bidang neuropsikologi. Otak merupakan bagian yang sangat penting dalam
diri manusia meskipun tidak perlu dengan menyepelekan bagian badan lainnya.
Dalam dunia kedokteran, orang sering menganggap interne sebagai ratu dari
kedokteran dalam hubungan itu neurologi sering di nobatkan sebagai rajanya
kedokteran. Neuropsikologis adalah bidang ilmu yang mempelajari hubungan
antara aktivitas listrik di otak dengan perilaku seseorang. Emosi termasuk dalam
perilaku mengontrol perasaan yang bersifat subyektif dan terjadi disadari ataupun
tidak disadari. Respon emosional berdasarkan neuropsikologis seseorang dapat

8
Ibid, hlm 224.

9
diidentifikasi menggunakan perangkat Elektroensephalogram (EEG). EEG
menangkap sinyal aktivitas listrik di otak, walaupun pemrosesannya tidak mudah.
Bentuk sinyal EEG berbeda setiap orang karena dipengaruhi beberapa faktor seperti
aktivitas, kesehatan, rangsangan eksternal dan emosional. EEG menangkap sinyal
aktivitas listrik di otak, walaupun pemrosesannya tidak mudah. Bentuk sinyal EEG
berbeda setiap orang karena dipengaruhi beberapa faktor seperti aktivitas,
kesehatan, rangsangan eksternal dan emosional9.
Otak juga sebagai pusat, perlu kita ketahui baik struktur,fungsi maupun
kelemahannya. Dilihat dari segi struktur nya, otak terdiri atas dua bagian, ialah
hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Hemisfer kiri mengendalikan bagian kanan badan
dan lebih terlibat dengan fungsi bahasa, penyimpulan logis, dan analisis rinci dalam
hampir semua individual yang tidak kidal dan sejumlah individu yang baik.
Hemisfer kanan mengendalikan bagian kiri badan dan lebih terlibat dalam
ketrampilan spatial-visual, kreativitas, aktivitas musikal, dan presepsi arah. Kedua
hemisfer berkomunikasi melalui corpus calosum, yang membantu
mengoordinasikan dan mengintegrasikan perilaku kita yang kompleks10.
Setiap serebral hemisfer memiliki 4 lobes: frontal, temporal, parietal dan
occipital. Lobus frontal merupakan bagian otak yang berkembang paling baru.
Bagian bagian ini memungkinkan kita untuk mengamati dan membandingkan
perilaku kita dan reaksi reaksi lain terhadapny untuk mendapatkan umpan balik
yang di perlukan untuk mengubah perilaku kita untuk mencapai tujuan berharga.
Juga berasosisasi dengan lobes frontal adalah fungsi fungsi eksekutif
memformulasikan, merencanakan, dan mengangkat prakasa yang bertujuan.
Lobe temporal memediasi ekspresi, resepsi, dan analisis linguistik, juga terlibat
dalam memproses nada, suara, ritme, dan makna auditori yang secara natural bukan
bahasa. Juga mereka melibatkan kesiagaan badan. Lobe oksipital terutama
berorientasi pada pemrosesan visual dan beberapa aspek ingatan yang di mediasi
secara visual. Koordinasi motor, seperti pun pengendalian keseimbangan dan tonus
otot, diasosiasikan dengan cerebellum.

9
Kartika N. Oktavian, Esmeralda C. Djamal & Agus Komarudin “Identifikasi Neuropsikologi
Emosi terhadap Video Iklan menggunakan Fast Fourier Transform dan Backpropagation
Levenberg-Marquardt” Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATi) 2018, hlm 1.
10
Ibid, hlm 213.

10
Adapun yang merupakan kejadian atau penyebab cedera otak, jenis dan
jumlahnya sangat banyak: trauma, kejadian cerebrovascular, tumor, penyakit
degeratif, defisiensi nutrisi, penyakit karena keracunan, dan penyalahgunaan
alkohol yang bersifat kronis. Dan yang di maksud dengan trauma adalah kejadian
yang memberikan efek gangguan untuk jangka panjang, bahkan bisa jadi akan
menjadi bagian sari struktur badannya yang tentunya tidak di kehendaki11.
Benturan cerebrovascular menyebabkan tersumbat atau retaknya pembuluh
darah serebral, yang popular dengan sebutan stroke. Ini merupakan jenis penyebab
kerusakan otak pada orang dewasa yang di amerika serikat merupakan gangguan
yang paling banyak menyebabkan kematian. Tumor di otak dapat tumbuh di luar
dan di dalam otak, atau menyebabkan dari penyebaran sel metastatik melalui cairan
badan ke berbagai bagian badan. Gejala tumoe otak ini, atau bisa saja jadi kanken,
tidak begitu muda dilihat, karena bisa jadi hanya berupa sakit kepala atau sesak
nafas saja, gangguan pengliahatan, kesulitan dalam membuat keputusan yang
makin lama makin meningkat keparahannya. Penyakit degeneratif, merupakan
kelompok gangguan/penyakit yang di tandai oleh degenerasi neuron di dalam
sistem syaraf pusat. Biasanya meliputi chorea hutington yang biasa menyerang
orang orang yang berusia antara 30 sampai 50 tahun, penyakit parkinson yang biasa
menyerang orang orang berusia antara 50 sampai 60 tahun, dan penyakit alzheimer
yang biasa menyerang orang orang di atas 65 tahun serta dimensi lainnya.
Definisi nutrisional, berhubungan dengan malnutrisi yang menyebabkan
gangguan neurologis dan psikologis. Misalnya terlihat dalam psikosis korsakoff
sebagai akibat dari kebiasaan buruk yang panjang dalam makan dan khususnya
minim alkohol, pellagra atau niacin yang merupakan akibat dari kekurangan B3,
serta, serta di berikan atau thiamin sebagai akibat kekurangan vitamin B1.
Gangguan tocix atau keracunan yang di dasarkan pada metal, racun, berbagai jenis
gas, dan bahkan tanaman yang di serap melalu kulit. Dalam beberapa kejadian,
gangguan ini tidak bisa menimbulkan kerusakan otak. Jenis gangguan yang sering
di dapatkan adalam delirium ialah keracunan dalam kesadaran. Penyalahgunaan
alkohol khronik sebagai akibat dari lemahnya toleransi terhadap atau banyak nya
menggunakan dan tergantung pada subtansi subtansi berakohol itu.

11
Ibid, hlm 213-214.

11
Dalam mempelajari gangguan ini kita perlu ingat bahqa sistem limbik
merupakan jejaring kerja struktur struktur dalam otak yang berasosiasi dengan
pembentukan ingata, regulasi emosional, dan integrasi sensori. Defisit di daerah ino
merupakan akibat dari besarnya pengaruh alkohol.
Konsekuensi dan simtom luka neurologis, antara lain berkurangnya
orientasi(impaired orientation) sehingga pasien tidak dapat menyebut nama nama
hari, melemahkan daya ingat (impaired memory) terutama daya ingat jangka
pendek, melemahkan fungsi fungsi intelektual seperti berhitung, berbicara, tidak
dapat mendefinisikan kata kata yang sederhana, dan sindroma lobus depan (lobe
frontal syndrome) dimana sejumlah karakteristika kepribadian sering mengikuti
destruksi jaringan lobe depan akibat pembedahan, tumor, atau kecelakaan12.

12
Ibid, hlm 215-216.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Neuron merupakan tempatnya emosi, intelegensi, dan afeksi. Dan segala
aktifitas mental yang dilakukan oleh individu, seperti merekam, mengingat,
berpikir, dan aktifitas-aktifitas mental lainnya, sangat ditentukan oleh berfungsi
tidaknya neuron ini. Neuropsikologi mempelajari hubungan antara otak dan
perilaku, disfungsi otak dan defisit perilaku, dan melakukan asesmen
dan treatment untuk perilaku yang berkitan dengan fungsi otak yang terganggu.
Neuropsychologists mempelajari efek dari kondisi otak, membantu
mengidentifikasi jenis disfungsi otak berkorelasi berdasarkan perilaku mereka,
menilai konsekuensi dari cedera otak, dan membantu klien untuk pulih dari, dan
mengatasi, gangguan otak. Setiap belahan terdiri dari empat lobus, frontal, temporal,
parietal, dan occipital. Penutup bagian luar otak yang disebut korteks serebral atau
hanya korteks.
Pendekatan neuropsikologi bersifat ilmiah, menggunakan neurosains, dan
memiliki sudut pandang mengenai pemrosesan informasi yang sejalan
dengan psikologi kognitif dan sain kognitif. Peran Neurolog dan neuropsikolog
klinis harus dibedakan. Neuropsychologist (neuropsikolog) klinis biasanya
merupakan psikolog klinis yang mendapat latihan dan pengalaman tambahan
tentang hubungan antara otak dan perilaku.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sekiranya
dosen pengampu dalam mata kuliah ini dapat membantu untuk melengkapi
kekurangan dalam makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anon., t.thn. Neuropsikologi Klinis. Jurnal Psikologi Klinis, p. 19.


Daulay, N., t.thn. Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan
Gangguan Spektrum Autis : Kajian Neuropsikologi. KAJIAN NEUROPSIKOLOGI:
STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA, p. 15.
Dewi, M., t.thn. Neuropsikologi, forensik. Jurnal Academia.Edu, p. 2.
Kartika N. Oktavian, E. C. D. &. A. K., 2018. Identifikasi Neuropsikologi
Emosi terhadap Video Iklan menggunakan Fast Fourier Transform dan
Backpropagation Levenberg-Marquardt. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi (SNATi), p. 1.
Wiramihardja, P. S. A., 2012. Psikologi Klinis. 3 penyunt. Bandung: PT.Refika
Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai