Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

“SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DAN TREND SERTA ISU DALAM


KEPERAWATAN JIWA GLOBAL SERTA PROSES TERJADINYA GANGGUAN
JIWA”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4 | KELAS A

1. SRI ILVANA RAHMAN 841420034


2. NOVA NOVIANTI LAMANGIDA 841420001
3. SITI FAJRIN DJALIL 841420032
4. DINDA DWI MELANY 841420014
5. YAYUK YUDISTIRA MAUKE 841420126
6. ROFIKA PAPUTUNGAN 841420023
7. MIRSIN H.N DAHITU 841420029
8. JUAN SYARIF ALI 841420139
9. MUH. ALDIANSYAH P. ABDUL 841416118

DOSEN PENGAJAR: Ns Yuniar Mansye Soeli, S.Kep,M.Kep,Sp.Kep J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN BUDAYA

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Subhanawata’ala karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah keperawatan jiwa dan trend serta isu dalam
keperawatan jiwa global” ini dengan baik dan tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan bimbingan atau saran-saran dari pembaca untuk menyempurnakan tugas makalah
ini.

Berkaitan dengan pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
sudah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari banyak kekurangan
dalam penyusunana makalah ini oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca untuk membuat makalah ini agar lebih baik kedepannya.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, 15 Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

1.1

1.2

1.3

2.1

A.

B.

2.2

A.

B.

C.

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan kesehatan jiwa (mental health nursing) adalah bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dalam pelayanan kesehatan,
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri
secara terapeutik sebagai kiatnya. American Nurses’ Association mendefenisikan
keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi bidang keperawatan
yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang
bermanfaat sebagai kiatnya(Stuart,2013).
Pada tahun 2016 rencana WHO (Kesehatan Mental Action 2013-2020),
disahkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada tahun 2013, mengakui peran penting
dari kesehatan jiwa dalam mencapai kesehatan bagi semua orang. Rencana tersebut
meliputi 4 tujuan utama : kepemimpinan yang lebih efektif dan pemerintahan untuk
kesehatan jiwa, penyediaan komprehensif, kesehatan jiwa dan kepedulian sosial
layanan terpadu dalam pengaturan berbasis masyarakat, pelaksanaan strategi
promosi dan pencegahan dansistem informasi diperkuat, bukti dan penelitian.
Saat ini terjadi peningkatan dalam masalah keperawatan jiwa seperti
penyalahgunaan narkoba, meningkatnya tindakan kekerasan, meningkatnya tawuran
serta faktor pengangguran dan perselingkuhan yang menjadi penybab gangguan
jiwa di masyarakat.
2.1 Rumusan Masalah
Bagaimana menganalisis sejarah keperawatan jiwa dan trend serta isu dalam
keperawatan jiwa serta proses terjadinya gangguan jiwa.
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan jiwa
2. Untuk mengetahui sejarah keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui trend dan isu dalam keperawatan jiwa global
4. Untuk mengetahui definisi gangguan jiwa
5. Untuk memahami perspektif keperawatan jiwa

1
6. Untuk memahami proses terjadinya gangguan jiwa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa


Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta
dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Seseorang yang sehat mental menurut WHO mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan
2. Memperoleh kepuasan dari usahanya
3. Mereka lebih puas memberi daripada menerima
4. Saling tolong menolong dan saling memuaskan
5. Menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang
6. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif
7. Mempunyai kasih sayang

Kriteria Sehat Jiwa menurut M.Jahoda:


1. Sikap positif terhadap diri
Menerima diri apa adanya, sadar diri, objektif, dan merasa berarti.
2. Tumbuh, kembang dan aktualisasi
Berfungsi optimal dan adaptif
3. Integrasi
Keseimbangan antara ekspresi dan represi, ego yang kuat (stress dan
koping) dan mampu menyeimbangkan konflik dan dorongan.
4. Otonomi
Tergantung dan mandiri seimbang, tanggung jawab terhadap diri
sendiri, menghargai otonomi orang lain, persepsi reality mau berubah
sesuai dengan pegetahuan baru, empati dan menghargai sikap dan
perasaan orang lain.

3
5. Environment Mastery
Mampu untuk sukses, adaptif terhadap lingkungan, dan dapat mengatasi
kesepian, agresi dan frustasi.

Keadaan sehat atau sakit jiwa dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu:
1) Bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan, baik prosesnya maupun hasil.
2) Bagaimana hubungan interpersonal di lingkungan individu berada.
3) Bagaimana individu menggunakan waktu senggangnya. Individu yang
sehat jiwa dapat
4) menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif dan positif bagi
dirinya dan lingkungannya.

2.2 Sejarah Keperawatan Jiwa

1. Zaman Mesir Kuno


Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat yang
bersarang di otak. Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan membuat lubang
pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut.
Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah
mengalami gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir Kuno tentang siapa
saja yang pernah kena roh jahat dan telah dilubangi kepalanya.
Tahun-tahun berikutnya, pasien yang mengalami gangguan jiwa diobati dengan
dibakar, dipukuli, atau dimasukkan dalam air dingin dengan cara diajak jalan melewati
sebuah jembatan lalu diceburkan dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni
semacam syok terapi dengan harapan agar gangguannya menghilang.
Hasil pengamatan berikutnya diketahui ternyata orang yang menderita skizofrenia
tidak ada yang mengalami epilepsi (kejang atau hiperplasia). Padahal penderita epilepsi
setelah kejangnya hilang dapat pulih kembali. Oleh karenanya, pada orang skizofrenia
dicoba dibuat hiperplasia dengan membuat terapi koma insulin dan terapi kejang listrik
(elektro convulsif theraphy).
2. Zaman Yunani (Hypocrates)

4
Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya
pengobatannya dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh
jahat. Pada waktu itu, orang sakit jiwa yang miskin dikumpulkan dan dimasukkan dalam
rumah sakit jiwa. Jadi, rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan sebagai tempat
penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat kotor dan
jorok. Sementara orang kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri.
Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa. Ia
tersentuh hatinya, sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa.
Bersamaan dengan itu, Herophillus dan Erasistratus memikirkan apa yang sebenarnya
ada dalam otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang. Karena kurang
puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh sistem tubuh
hewan (Notosoedirjo, 2001).
3. Zaman Vesalius
Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia
ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala manusia
untuk dipelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluruh sistem
tubuh manusia. Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat manusia untuk dipelajari.
Sayangnya kegiatannya tersebut diketahui masyarakat, sehingga ia ditangkap, diadili,
dan diancam hukuman mati (pancung). Namun, ia bisa membuktikan bahwa
kegiatannya itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya ia dibebaskan.
Versailus bahkan mendapat penghargaan karena bisa menunjukkan adanya
perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan
jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya, pelayanan di rumah sakit jiwa tidak
pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai, karena petugasnya
khawatir dengan keadaan pasien.
4. Revolusi Prancis I
Phillipe Pinel, seorang direktur di RS Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan
Revolusi Prancis untuk membebaskan belenggu pada pasien gangguan jiwa. Revolusi
Prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan utamanya “Liberty,
Equality, Fraternity”. Ia meminta kepada walikota agar melepaskan belenggu untuk
pasien gangguan jiwa. Pada awalnya, walikota menolak. Namun, Pinel menggunakan

5
alasan revolusi, yaitu “Jika tidak, kita harus siap diterkam binatang buas yang berwajah
manusia”. Perjuangan ini diteruskan oleh murid-murid Pinel sampai Revolusi II.
5. Revolusi Kesehatan Jiwa II
Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah perubahan
orientasi pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa
masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut mengikuti
paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan penyakit) dan nosologi
(ada tanda/gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu membuat penggolongan
dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehatan jiwa terus berkembang dengan
berbagai tokoh dan spesifikasinya masing-masing.
6. Revolusi Kesehatan Jiwa III
Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada
berbasis rumah sakit (hospital base), maka pada perkembangan berikutnya
dikembangkanlah basis komunitas (community base) dengan adanya upaya pusat
kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang dipelopori oleh J.F.
Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.

2.3 Tren dan Isu dalam Keperawatan Jiwa Global

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa
baik dalam tatanan regional maupun global.
1. Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai
ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat
dituntut mampu memberikan askep yang profesional dan dpt mempertanggung
jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa mengkembangkan ilmu dan
teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam
era global harus membekali diri dgn bahasa internasional, kemampuan komunikasi
dan pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa.
2. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat

6
         Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan kesehatan termasuk

keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan

pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat “jiwa” ) hrs mempunyai

standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin ketinggalan.

Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa mendatang bukan lagi

masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pada konteks

kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit, melainkan

pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa bukan lagi sehat atau sakit,

tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi social

Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya proaktif untuk pencegahan daripada

menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan

promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjadi community

base.

3.    Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang

umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress

berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka

menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi

tidak produktif. Trauma bukan semata-semata gejala kejiwaan yang bersifat individual,

trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan

pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

4.      Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

7
  Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka

kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000

penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk

negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki

Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit

seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali

lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend

bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia,

Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya

melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering

dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris

pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap

perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling terkenal

kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika skandal suap

Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan

pimpinannya.  Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003

mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi

dalam setiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama

kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode yang paling disukai =

menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun. Keberhasilan BD pd pria

lebih banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dengan

sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar belakangnya beragam : asmara,

pekerjaan, cek-cok rumah tangga, ekonomi, perasaan malu dan terlilit utang.

8
5.     Masalah Ekonomi dan Kemiskinan

Pengangguran telah menyebabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli

lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan

menurun dan infrastruktur yang masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami

gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di

Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu disertai

dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan

biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang

kerap terjadi.

Proses Terjadinya Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Keperawatan Jiwa

A. Definisi Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitandengan suatu
gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsipenting dari manusia,
yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, gaangguantersebut mempengaruhi hubungan
antara dirinya sendiri dan juga masyarakat(Maramis, 2010).
Gangguan jiwa atau mental illnes adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan
sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang sama
halnya dengan gangguan jasmaniah lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih
kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa
sakit jiwa (Budiono, 2010).
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan
dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014).
Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak normal baik yang
berhubungan dengan keadaan secara fisik maupun secara mental. Namun,

9
ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota
badan tertentu meskipun terkadanggejalanya dapat terlihat dengan keadaan fisik.

B. Perspektif Keperawatan Jiwa


Perspektif keperawatan jiwa adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadi kerangka dasar dalam praktik keperawatan jiwa. Setiap
individu memiliki harkat dan martabat, sehingga masing masing individu perlu dihargai.
Tujuan individu meliputi : tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing masing
individu berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah makhluk
holistik yang kebutuhannya berbeda. Semua prilaku individu itu bermakna meliputi :
pikiran, persepsi, perasaan dan tindakan. Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan
dalam keperawatan jiwa antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 1998).
a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu dihargai.
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan sebagai manusia yang utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu adalah bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh
kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi individu.
j. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan kesehatan
yang komprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk
kesehatan fisik dan mentalnya.
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan, memaksimalkan fungsi
(meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan), dan meningkatkan aktualisasi diri.

10
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan pada
individu.

C. Proses Terjadinya Gangguan Jiwa


Proses terjadinya gangguan jiwa melalui Sumber penyebab gangguan jiwa
dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur yang terus-menerus saling
mempengaruhi (Yosep,2007) yaitu:
1. Faktor-factor somatic (somatogenik) atau organobiologis
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
2. Faktor -faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
a. Interaksi ibu-anak: normal(rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus(perasaan tak
percaya dan kebimbangan)
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Intelegensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa
salah
g. Konsep diri, pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu
h. Keterampilan, bakat, dan kreatifitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak

11
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, biasanya
tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab dari beragai unsur
yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan
kejiwaan. Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab
gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
1. Faktor Somatik (Somatogenik), yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi, dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan
organik, serta faktorpranatal dan perinatal.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan ayah,
persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan
masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri,
dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah.
Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat menyebabkan kecemasan, depresi,
rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak,
tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi
prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh
mengenai keagamaan.
Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa
diantaranya:
1) Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia yang
produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara
mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya masalah
dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota keluarganya.
2) Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak mempunyai
penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya, sehingga

12
seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan memungkinkan
mengalami harga diri rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3) Kepribadian yang tertutup
Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung menyimpan
permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan semakin
menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan
permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan depresi dan
mengalami gagguan jiwa.
4) Putus obat
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan gangguan
jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa bosan, dan
kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan merasa sudah
sembuh.
5) Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya aniaya
seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan
memicu seseorang mudah mengalami ganguan jiwa
6) Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang mempunyai konflik dengan keluarga misalnya karena
harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa.
Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan memicu
stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor yang
berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan besar
sesorang akan mengalami gangguan jiwa.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masalah kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan yang belum
terselesaikan di tengah-tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun
nasional. Terlebih di masa pandemi COVID-19, permasalahan kesehatan jiwa
akan semakin berat untuk diselesaikan. Angka kejadian gangguan jiwa dapat
diminimalkan dengan menggunakan cara-cara preventif seperti menemukan
kasus-kasus secara dini, diagnosa dini dan intervensi krisis.
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah
yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.
Tema Global peringatan hari kesehatan jiwa Sedunia tahun 2021 ini
adalah “Mental Health in an Unequal World : Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa
untuk Semua”. Tema tersebut mengamanahkan pada setiap Negara agar lebih
memberikan akses layanan yang lebih besar dan luas, agar kesehatan mental
masyarakat lebih terjamin dan setara dengan kesehatan fisik lainnya

3.2 SARAN
Perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui mengenai sejarah
keperawatan jiwa dan mengkaji serta mempelajari trend dan isu keperawatan jiwa
global agar dapat mengetahui dan menangani masalah kesehatan jiwa yang terjadi
di masyarakat sehingga dapat diterapkan dalam pelayanan keperawatan/asuhan
keperawatan serta proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan
jiwa.

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai