DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 | KELAS A
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanawata’ala karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah keperawatan jiwa dan trend serta isu dalam
keperawatan jiwa global” ini dengan baik dan tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan bimbingan atau saran-saran dari pembaca untuk menyempurnakan tugas makalah
ini.
Berkaitan dengan pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
sudah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari banyak kekurangan
dalam penyusunana makalah ini oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca untuk membuat makalah ini agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Aamiin.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
1.1
1.2
1.3
2.1
A.
B.
2.2
A.
B.
C.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
6. Untuk memahami proses terjadinya gangguan jiwa
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Environment Mastery
Mampu untuk sukses, adaptif terhadap lingkungan, dan dapat mengatasi
kesepian, agresi dan frustasi.
Keadaan sehat atau sakit jiwa dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu:
1) Bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan, baik prosesnya maupun hasil.
2) Bagaimana hubungan interpersonal di lingkungan individu berada.
3) Bagaimana individu menggunakan waktu senggangnya. Individu yang
sehat jiwa dapat
4) menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif dan positif bagi
dirinya dan lingkungannya.
4
Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya
pengobatannya dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh
jahat. Pada waktu itu, orang sakit jiwa yang miskin dikumpulkan dan dimasukkan dalam
rumah sakit jiwa. Jadi, rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan sebagai tempat
penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat kotor dan
jorok. Sementara orang kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri.
Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa. Ia
tersentuh hatinya, sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa.
Bersamaan dengan itu, Herophillus dan Erasistratus memikirkan apa yang sebenarnya
ada dalam otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang. Karena kurang
puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh sistem tubuh
hewan (Notosoedirjo, 2001).
3. Zaman Vesalius
Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia
ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala manusia
untuk dipelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluruh sistem
tubuh manusia. Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat manusia untuk dipelajari.
Sayangnya kegiatannya tersebut diketahui masyarakat, sehingga ia ditangkap, diadili,
dan diancam hukuman mati (pancung). Namun, ia bisa membuktikan bahwa
kegiatannya itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya ia dibebaskan.
Versailus bahkan mendapat penghargaan karena bisa menunjukkan adanya
perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan
jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya, pelayanan di rumah sakit jiwa tidak
pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai, karena petugasnya
khawatir dengan keadaan pasien.
4. Revolusi Prancis I
Phillipe Pinel, seorang direktur di RS Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan
Revolusi Prancis untuk membebaskan belenggu pada pasien gangguan jiwa. Revolusi
Prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan utamanya “Liberty,
Equality, Fraternity”. Ia meminta kepada walikota agar melepaskan belenggu untuk
pasien gangguan jiwa. Pada awalnya, walikota menolak. Namun, Pinel menggunakan
5
alasan revolusi, yaitu “Jika tidak, kita harus siap diterkam binatang buas yang berwajah
manusia”. Perjuangan ini diteruskan oleh murid-murid Pinel sampai Revolusi II.
5. Revolusi Kesehatan Jiwa II
Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah perubahan
orientasi pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa
masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut mengikuti
paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan penyakit) dan nosologi
(ada tanda/gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu membuat penggolongan
dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehatan jiwa terus berkembang dengan
berbagai tokoh dan spesifikasinya masing-masing.
6. Revolusi Kesehatan Jiwa III
Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada
berbasis rumah sakit (hospital base), maka pada perkembangan berikutnya
dikembangkanlah basis komunitas (community base) dengan adanya upaya pusat
kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang dipelopori oleh J.F.
Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa
baik dalam tatanan regional maupun global.
1. Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai
ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat
dituntut mampu memberikan askep yang profesional dan dpt mempertanggung
jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa mengkembangkan ilmu dan
teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam
era global harus membekali diri dgn bahasa internasional, kemampuan komunikasi
dan pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa.
2. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat
6
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan kesehatan termasuk
standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin ketinggalan.
Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa mendatang bukan lagi
masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pada konteks
kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit, melainkan
pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa bukan lagi sehat atau sakit,
tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi social
Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya proaktif untuk pencegahan daripada
menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan
promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjadi community
base.
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka
menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi
tidak produktif. Trauma bukan semata-semata gejala kejiwaan yang bersifat individual,
trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan
7
Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka
kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000
penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk
negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki
Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit
seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali
lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend
bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia,
Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya
melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering
dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris
pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling terkenal
kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika skandal suap
pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi
dalam setiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode yang paling disukai =
lebih banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dengan
sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar belakangnya beragam : asmara,
pekerjaan, cek-cok rumah tangga, ekonomi, perasaan malu dan terlilit utang.
8
5. Masalah Ekonomi dan Kemiskinan
lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan
menurun dan infrastruktur yang masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami
gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di
Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu disertai
dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan
biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang
kerap terjadi.
9
ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota
badan tertentu meskipun terkadanggejalanya dapat terlihat dengan keadaan fisik.
10
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan pada
individu.
11
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, biasanya
tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab dari beragai unsur
yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan
kejiwaan. Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab
gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
1. Faktor Somatik (Somatogenik), yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi, dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan
organik, serta faktorpranatal dan perinatal.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan ayah,
persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan
masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri,
dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah.
Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat menyebabkan kecemasan, depresi,
rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak,
tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi
prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh
mengenai keagamaan.
Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa
diantaranya:
1) Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia yang
produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara
mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya masalah
dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota keluarganya.
2) Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak mempunyai
penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya, sehingga
12
seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan memungkinkan
mengalami harga diri rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3) Kepribadian yang tertutup
Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung menyimpan
permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan semakin
menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan
permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan depresi dan
mengalami gagguan jiwa.
4) Putus obat
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan gangguan
jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa bosan, dan
kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan merasa sudah
sembuh.
5) Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya aniaya
seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan
memicu seseorang mudah mengalami ganguan jiwa
6) Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang mempunyai konflik dengan keluarga misalnya karena
harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa.
Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan memicu
stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor yang
berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan besar
sesorang akan mengalami gangguan jiwa.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masalah kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan yang belum
terselesaikan di tengah-tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun
nasional. Terlebih di masa pandemi COVID-19, permasalahan kesehatan jiwa
akan semakin berat untuk diselesaikan. Angka kejadian gangguan jiwa dapat
diminimalkan dengan menggunakan cara-cara preventif seperti menemukan
kasus-kasus secara dini, diagnosa dini dan intervensi krisis.
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah
yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.
Tema Global peringatan hari kesehatan jiwa Sedunia tahun 2021 ini
adalah “Mental Health in an Unequal World : Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa
untuk Semua”. Tema tersebut mengamanahkan pada setiap Negara agar lebih
memberikan akses layanan yang lebih besar dan luas, agar kesehatan mental
masyarakat lebih terjamin dan setara dengan kesehatan fisik lainnya
3.2 SARAN
Perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui mengenai sejarah
keperawatan jiwa dan mengkaji serta mempelajari trend dan isu keperawatan jiwa
global agar dapat mengetahui dan menangani masalah kesehatan jiwa yang terjadi
di masyarakat sehingga dapat diterapkan dalam pelayanan keperawatan/asuhan
keperawatan serta proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan
jiwa.
14
DAFTAR PUSTAKA
15