Anda di halaman 1dari 22

TERAPI KELUARGA

KEPERAWATAN JIWA II

Dosen Pembimbing : Yori Yolanda, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh

KELOMPOK 5

Risma Rostika Firdaus (11191051)

Sabila Julia Putri (11191053)

Safira (11191054)

Sarah Safira (11191055)

Sely Merliana Alamsyah (11191056)

Shafa Nabila (11191057)

Siska Rahmayati (11191058)

Sofia Putri Maharani (11191059)

Syifa Farida (11191060)

Tarisha Pratiwi (11191061)

Ully Syafitri Dalimunthe (11191063)

Vera Oktaviani (11191064)

Vika Amalia (11191065)

Novelia Rahmawati (11191068)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA SELATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya
sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Terapi
Keluarga” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Dalam penyusunan
makalah ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis hadapi namun pada akhirnya dapat
melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun
spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Allah SWT. Atas nikmat sehat wal afiat, serta karunianya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
2. Kedua Orangtua, atas do’a dan dukungannya selama proses pembuatan makalah.
3. Yori Yolanda, S.Kep., Ners., M.Kep selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Jiwa II
dan dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan
selama penyusunan makalah.
4. Teman satu kelompok, atas kerjasama dan semangatnya sehingga makalah ini dapat selesai
dengan tepat waktu.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya.

Jakarta, 15 September 2021

              

 Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2

1.3. TUJUAN................................................................................................................................2

BAB II ANALISA JURNAL

2.1. ANALISA PICOT.................................................................................................................3

BAB III TINJAUAN TEORI

3.1. DEFINISI...............................................................................................................................7

3.2. TUJUAN TERAPI KELUARGA..........................................................................................8

3.3. FUNGSI.................................................................................................................................8

3.4. MANFAAT TERAPI KELUARGA....................................................................................10

3.5. INDIKASI TERAPI KELUARGA......................................................................................11

3.6. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KELUARGA......................................................11

3.7. TERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA..........................................................................12

3.8. PENERAPAN TERAPI KELUARGA................................................................................13

BAB IV ANALISA PENERAPAN EBN

4.1. STRENGTH (S)...................................................................................................................15

4.2. WEAKNESS (W)................................................................................................................15

4.3. OPPORTUNITY (O)...........................................................................................................15

4.4. THREAT (T).......................................................................................................................15

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN......................................................................................................................16

5.2. SARAN..................................................................................................................................16
iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,


intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan orang lain. Namun sebaliknya apabila seseorang itu mengalami gangguan dalam
jiwanya, maka orang tersebut akan mengalami perubahan perilaku yang dapat berlangsung
lama. Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam
hidupnya. Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang
menyusun aturan, peran,struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan
pemecahan masalah sehingga dapatmelaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif.
Dalam penjelasan yang lain dikatakan bahwakeluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai
atau tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran daninteraksi di antara kinerja peran dari
macam-macam anggota keluarga

Terapi keluarga mempunyai pengertian sebagai terapi yang berfokus pada interaksi antar
anggotakeluarga, bukan lagi suatu terapi yang berfokus pada perorangan. Terapi keluarga
diperlukan karenaterapi yang berpusat pada satu pribadi saja tidak akan menyelesaikan
persoalan dalam keluarga secaramenyeluruh. Terapi keluarga mempunyai perbedaan yang
nyata dengan terapi lain yang bersifatperorangan (Holdert & Ploegmakers-Burg, 2013)
Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami
perilaku,perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Model terapi yang diterapkan
dalam keluarga antaralain Experiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika dan
Behavioral. Terapi keluarga dapat dilakukansesama anggota keluarga dan tidak memerlukan
orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama
pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda(Almasitoh, 2012).

Terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan fokus pada penanganan
keluarga sebagai satuan jadi dalam pelaksanaanya terapi membantu keluarga dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan yang maladatif, kontrol diri pada anggota yang
kurang serta pola hubungan yang tidak konstruktif. Terapi keluarga lebih menggunakan
pendekatan teraupetik untuk melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya
keluarga dan proses antarpribadi (Prabowo, 2014).
1
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Terapi Keluarga?
b. Apa tujuan dari Terapi Keluarga?
c. Apa fungsi dari Terapi Keluarga?
d. Apa manfaatnya Terapi Keluarga?
e. Bagaimana indikasi Terapi Keluarga?
f. Bagaimana peran perawat dalam Terapi Keluarga?
g. Jelaskan Terapi Psikoedukasi Keluarga?
h. Bagaimana penerapan Terapi Psikoedukasi Keluarga?

1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa konsep dan teori terapi keluarga dengan secara
keseluruhan apa itu Terapi Keluarga dalam Keperawatan Jiwa

b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu Terapi Keluarga secara singkat dan jelas
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan Terapi Keluarga
3) Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi Terapi Keluarga
4) Mahasiswa mampu mengetahui manfaat Terapi Keluarga
5) Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana indikasi Terapi Keluarga?
6) Mahasiswa mampu menjelaskan peran perawat dalam Terapi Keluarga?
7) Mahasiswa mampu mengetahui Terapi Psikoedukasi Keluarga?
8) Mahasiswa mampu mengetahui penerapan Terapi Keluarga?

2
BAB II

ANALISA JURNAL

2.1. Jurnal Utama


A. Judul.
“Pengaruh Family psychoeducation theraphy terhadap kemampuan keluarga merawat
pasien skizofrenia dengan halusinasi di kota Samarinda Kalimantan Timur”

B. Peneliti
1. Gajali
2. Badar

C. Populasi Dan Teknik Sampling


1. Populasi : 25 keluarga
2. Teknik Sampling : total sampling

D. Desain Penelitian
Quasi eksperiment dengan rancangan pre post test without control group design dengan
intervensi Family Psychoeducation.

E. Instrumen Yang Digunakan


Intrumen tersebut telah dilakukan uji validitas dan reliabiltas. Analisis pada penelitian ini
terdiri dari analisis univatdan bivariate dengan menggunakan wilcoxon dan Mann
Whitney.

F. Uji Statistic Yang Digunakan


Uji statistik menunjukkan bahwa usia keluarga tidak berhubungan signifikan dengan
kemampuan kognitif keluarga dalam merawat pasien skizofrenia (p value 0,05)

2.2. Jurnal Pendukung

A. Judul
“Pengaruh PsikoEdukasi Keluarga terhadap Kemampuan keluarga dalam merawat
penderita Skizofrenia”
3
B. Peneliti
1. Tri Nuhudi Sasono
2. Faizatur Rohmi
C. Hasil
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan kemampuan responden
dalam merawat penderita skizofrenia antara kelompok kontrol dan perlakuan disebabkan
karena pada kelompok perlakuan mendapatkan informasi yang lebih sering dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Terapi Psikoedukasi pada keluarga mampu meningkatkan
kualitas hidup dan fungsi kehidupan. Psikoedukasi dilakukan selama 3 minggu
menyebutkan bahwa psikoedukasi, terbukti meningkatkan kemampuan untuk mencari atau
mendapatkan akses pelayanan yang lebih baik. Pada pemberian intervensi kepada keluarga
dengan skizofrenia manjadi salah satu alternatif yang bisa diberikan pada keluarga untuk
mampu meningkatkan perannya dalam melakukan fungsi keluarga.

2.3. ANALISA PICOT


A. Problem (P).
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan November 2016. Di
wilayah kerja Puskesmas Juanda Samarinda merupakan salah satu daerah yang telah
dibentuk kelurahan siaga sehat jiwa dengan jumlah keluarga yang memiliki penderita
skizofrenia sebanyak 36 keluarga dengan masalah halusinasi sebanyak 25 keluarga.
Masalah yang di dapatkan dari penelitian yaitu kurangnya pemahaman keluarga tentang
pentingnya perawatan pada penderita skizofenia dan masih kuatnya stigma yang buruk dari
lingkungan masyarakat yang membuat keluarga merasa malu karena memiliki anggota
keluarga yang menderita skizofrenia dengan masalah halusinasi

B. Intervension (I).
Pada penelitian ini menggunakan intervensi yaitu terapi psikoedukasi keluarga. Family
psychoeducation therapy adalah salah satu bentuk terapi perawatan kesehatan jiwa
keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik. Terapi ini dirancang terutama untuk meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang penyakit, mengajarkan teknik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui
gejala penyimpangan perilaku, mengurangi kekambuhan pasien dengan skizofrenia,
meningkatkan fungsi pasien dan keluarga sehingga mempermudah pasien kembali ke
4
lingkungan keluarga dan masyarakat dengan memberikan penghargaan terhadap fungsi
sosial dan okupasi pasien skizofrenia, meningkatkan kemampuan keluarga dalam upaya
menurunkan angka kekambuhan, mengurangi beban keluarga, melatih keluarga untuk lebih
bisa mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain,
serta peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri.

C. Compere (C).

1) Judul
“Pengaruh Terapi Suportif Keluarga terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Klien
Gangguan Jiwa di Kecamatan Bogor Timur”

2) Peneliti
a. Rika Damayanti
b. Tati Hernawaty

3) Hasil dan Pembahasan


Dalam penelitian ini menunjukkan hasil analisis yang dapat disimpulkan pada alpha
5% adanya peningkatan kemampuan psikomotor keluarga yang bermakna antara
sebelum dengan sesudah intervensi pemberian terapi suportif keluarga pada kelompok
intervensi sebesar 13,00 (p-value0,05). Pada hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa
pada alpha 5% rata-rata kemampuan kognitif keluarga dalam merawat klien gangguan
jiwa meningkat secara bermakna pada kelompok intervensi lebih tinggi sebesar 4,21,
rata-rata kemampuan afektif keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa meningkat
secara bermakna pada kelompok intervensi lebih tinggi sebesar 3,92, dan rata- rata
kemampuan psikomotor keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa meningkat secara
bermakna pada kelompok intervensi lebih tinggi sebesar 14,10 (p-value<0,05).

D. Outcome (O).
Hasil penelitian ini menunjukan sebelum dilakukannya terapi psikoedukasi jumlah
kekambuhan yang dialami pasien skizofrenia adalah 1,80 kali (SD 1,780), dengan jumlah
kekambuhan terbanyak adalah 7 kali. skizofrenia dengan halusinasi dalam aspek kognitif
dari sebelum intervensi sebesar 34,72 (SD 4,026) sesudah intervensi FPE pada penelitian
menunjukan adanya peningkatan rerata kemampuan keluarga merawat pasien skizofrenia

5
dengan halusinasi dalam aspek kognitif dari intervensi menjadi sebesar 38,80 (SD 3,969).
Peningkatan rerata kemampuan keluarga merawat pasien skizofrenia dengan halusinasi
juga terlihat pada aspek psikomotor, yaitu 28,32 (SD 7,392) sebelum intervensi menjadi
32,40 (SD 6,331) sesudah intervensi FPE.
Setelah dilakukannya uji statistik menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
kemampuan kognitif keluarga dalam merawat pasien. maka disimpulkan bahwa jenis
kelamin dan tingkat pendidikan keluarga tidak berhubungan dengan kemampuan keluarga
merawat pasien skizofrenia dalam aspek kognitif maupun psikomotor. Hal ini bisa
disebabkan karena faktor kemauan merawat, adanya waktu yang lebih banyak dalam
memberikan perawatan, dan pengalaman caregiver dalam merawat anggota keluargannya
dengan skizofrenia halusinasi

6
BAB III

TINJAUAN TEORI
3.1. DEFINISI
Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang,
memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga
dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis
keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara
yang satu dengan yang lain berbeda. Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan
sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan erat
satu sama lain dan saling bergantung serta diorganisasi dalam suatu unit tunggal dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. 
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang timbul
kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga dalam hal ini setiap
anggota keluarga diberi kesempatan yang sama untuk berperan serta menyelesaikan
masalah. Sampai saat ini, keluarga masih tetap merupakan bagian terpenting dari jaringan
sosial individu sekaligus sebagai lingkungan pertama selama tahun-tahun formatif awal
untuk memperoleh pengalaman sosial dini, yang kelak akan berperan penting dalam
menentukan hubungan sosial di masa depan dan juga perilaku terhadap orang lain.
Keluarga yang berhasil, berfungsi dengan baik, bahagia, dan kuat tidak hanya
seimbang, perhatian terhadap anggota keluarga yang lain, menggunakan waktu bersama-
sama, memiliki pola komunikasi yang baik, memiliki tingkat orientasi yang tinggi terhadap
agama, tetapi juga dapat menghadapi krisis dengan pola yang positif. Terapi keluarga
adalah suatu  metode terapi keluarga yang merupakan terapi ini diberikan kepada seluruh
anggota keluarga baik dalam motivasi, spirit dan juga sebagai unit penanganan. tujuan
terapi keluarga adalah untuk mengalami disfungsi dan memenuhi fungsi sebagai keluarga. 
Satu sama lain akan diminta kerjasama dan mencari solusi yang terbaik untuk ke arah
perbaikan.
Terapi keluarga adalah suatu metode pendekatan terapeutik yang melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan berfokuskan pada proses
interpersonal. Terapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina
komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat. Keluarga sebagai suatu
sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang

7
mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung serta diorganisasi dalam
suatu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.  Terapi keluarga adalah suatu
cara untuk menggali masalah emosi yang timbul kemudian dibahas atau diselesaikan
bersama dengan anggota keluarga dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi kesempatan
yang sama untuk berperan serta menyelesaikan masalah.
Terapi keluarga adalah suatu metode terapi keluarga yang merupakan terapi ini
diberikan kepada seluruh anggota keluarga baik dalam motivasi, spirit dan juga sebagai
unit penanganan. tujuan terapi keluarga adalah untuk mengalami disfungsi dan memenuhi
fungsi sebagai keluarga.  Satu sama lain akan diminta kerjasama dan mencari solusi yang
terbaik untuk ke arah perbaikan. Terapi keluarga adalah suatu metode pendekatan
terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga
dan berfokuskan pada proses interpersonal. Terapi keluarga merupakan intervensi spesifik
dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat.

3.2. TUJUAN TERAPI KELUARGA


a. Menurunkan konfilik kecemasan dalam keluarga
b. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai

c. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis

d. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota


keluarga.

e. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota
keluarga
f. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.

3.3. FUNGSI
Ada beberapa kategori dan definisi fungsi yang diekspresikan dan dilakukan oleh keluarga
serta dapat digunakan sebagai bentuk dukungan keluarga pada klien yang mengalami
gangguan jiwa yaitu :
a. Fungsi Manajemen (Management Function).
Fungsi manajemen keluarga merupakan fungsi yang dilakukan keluarga
sehubungan dengan pengaturan meliputi pengambilan keputusan dalam keluarga,
membuat peraturan, ketetapan pendukung finansial, cara menghadapi lingkungan di
8
luar keluarga dan perencanaan masa depan keluarga. Dapat disimpulkan bahwa
anak/individu akan belajar tentang ketrampilan ”decision making” dan
”responsibility” melalui fungsi ini. Pada keluarga dengan gangguan jiwa, fungsi ini
mengalami gangguan dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar termasuk dengan
masyarakat dan komunitas yang dapat disebabkan karena perasaan malu mempunyai
salah satu anggota keluarga dengan gangguan jiwa.

b. Fungsi Ikatan (Boundary Function).


Fungsi ikatan keluarga merupakan fungsi yang dilakukan keluarga sehubungan
dengan keterikatan antar anggota keluarga meliputi kejelasan ikatan antar individu,
ikatan antar generasi dan ikatan keluarga. Dalam artian luas, fungsi fisik, emosional
dan emosional seseorang akan berhubungan dengan tingkat perbedaan peran individu
tersebut dalam keluarga dan tingkat kecemasan dalam keluarga. Pada keluarga dengan
gangguan jiwa, fungsi ini sangat penting dilakukan dalam upaya meningkatkan
semangat, motivasi dan peningkatan harga diri klien sehingga dapat mempengaruhi
pembentukan prilaku yang adaptif dari klien dalam upaya peningkatan kesehatannya.
Selain itu adanya ikatan keluarga yang kuat dapat menjadikan hidup klien lebih
berharga dan berarti serta bermakna atau bermanfaat bagi keluarganya. Klien akan
merasa bahwa dirinya masih sangat dibutuhkan oleh orang lain khususnya oleh
keluarga dimana klien tinggal.

c. Fungsi Komunikasi (Communication Function).


Fungsi komunikasi keluarga merupakan fungsi yang dilakukan keluarga
sehubungan dengan pola komunikasi dalam keluarga meliputi kejujuran dan
keterbukaan pesan/komunikasi yang disampaikan, tanpa manipulasi, dan ekspresi
anggota keluarga dalam menanggapi hal positif dan negative. Pada keluarga dengan
gangguan jiwa, fungsi ini memegang peranan yang sangat esensial karena secara
otomatis akan berdampak langsung pada ketegangan hubungan antar anggota keluarga
ataupun dengan klien. Fungsi komunikasi yang adekuat antara keluarga dengan klien
dapat memungkinkan menurunkan tingkat kekambuhan pada klien.

d. Fungsi Suportif Emosional (Emosional-Supportive Function).


Fungsi suportif emosional keluarga merupakan fungsi yang dilakukan keluarga
sehubungan dengan suportif emosional meliputi rasa hormat antar anggota keluarga,
9
cara menghadapi konflik, penggunaan sumber daya yang ada untuk kepentingan
keluarga dan memenuhi tugas perkembangan setiap anggota keluarga. Pada keluarga
dengan gangguan jiwa, fungsi ini sangat berperan dalam meningkatkan dukungan
psikis antar anggota keluarga dan terutama untuk meningkatkan dukungan moral
terhadap klien. Dengan adanya fungsi suportif emosional yang adekuat dari keluarga
memungkinkan klien dapat beraktifitas dan memenuhi kebutuhan aktifitasnya secara
optimal.

e. Fungsi Sosialisasi (Socialization Function).


Fungsi sosialisasi merupakan fungsi yang dilakukan keluarga sehubungan dengan
kebutuhan sosialisasi meliputi pola tumbuh kembang anggota keluarga, peran anggota
keluarga sesuai dengan usia dan kemampuan, pola asuh dalam keluarga, dan
peran/prilaku pasangan (suami/istri) terhadap satu sama lain. Fungsi sosialisasi
tercermin untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang
diyakini anak, memberikan batasan-batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada
anak serta membimbing anak untuk meneruskan nilai-nilai budaya.
Melalui fungsi ini, dapat terlihat bahwa keluarga yang sehat akan berperan
fleksibel dalam mengadaptasi berbagai peran baru sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan lingkungan tempat keluarga tersebut berada. Pada keluarga dengan gangguan
jiwa, fungsi ini kemungkinan tidak dipenuhi dengan sempurna sehingga dapat
mengakibatkan terganggunya tingkat perkembangan mental dan emosional salah satu
anggota keluarga.

3.4. MANFAAT TERAPI KELUARGA


KLIEN
1. mempercepat proses penyembuhan
2. memperbaiki hubungan interpersonal
3. menurunkan angka kekambuhan

KELUARGA
1. memperbaiki fungsi dan struktur keluarga
2. keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap pelayanan sehingga lebih dapat
menerima, toleran dan menghargai klien sebagai manusia
3. keluarga dapat meningkatkan kewajiban dalam membantu klien dalam rehabilitasi 
10
3.5. INDIKASI TERAPI KELUARGA
a. Konflik orang tua dan anak
b. Konflik perkawinan, sibling konflik, konflik beberapa generasi

c. Proses transisi dalam keluarga yaitu pasangan baru menikah, kelahiran anak pertama,
anak mulai remaja

d. Terapi individu yg perlu melibatkan anggota keluarga lain


e. Tidak ada kemajuan terapi individu

3.6. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KELUARGA


Dalam terapi keluarga perawat berperan  melakukan asuhan keperawatan yang relevan
dimana untuk perawat yang tidak memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah
memberikan psikoedukasi pada keluarga sedangkan bagian memiliki sertifikasi adalah
memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien sementara itu, intervensi yang dilakukan
perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu :
a. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga.
b. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuk berubah pendapat serta menerima perilaku pasien
sebagai respon adanya stress.
c. Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan
membentuk perilaku yang baru.

Secara lebih spesifik peran keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa dapat
dipandang dari berbagai segi, yaitu:
a. Hubungan interpersonal dengan lingkungan.
Adanya salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam
keluarga secara otomatis akan mempengaruhi pola hubungan dan cara bersikap
keluarga terhadap lingkungan. Hal ini cendrung terjadi karena adanya anggapan dari
pihak keluarga bahwa lingkungan sekitar memandang anggota keluarga yang

11
mengalami gangguan jiwa sebagai individu yang dianggap menyimpang dari nilai
dan norma yang dianut masyarakat sehingga perlu dijauhi dan dianggap berbahaya.

b. Perubahan status kesehatan salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi


keluarga secara keseluruhan.
Adanya anggota keluarga yang mengidap gangguan jiwa secara tidak langsung
akan menimbulkan konflik internal di dalam keluarga meliputi aspek fisik, mental
dan finansial. Gangguan aspek-aspek tersebut dapat menimbulkan berbagai akibat
negatif terhadap keluarga seperti perasaan cemas, kehilangan, malu, tertekan,
kelelahan fisik dalam merawat klien gangguan jiwa dan juga sangat mempengaruhi
segi finansial keluarga berkurangnya tenaga produktif dalam keluarga dan
keterbatasan keluarga mencari sumber tambahan karena harus merawat klien
gangguan jiwa.

c. Pelayanan kesehatan hanya berfungsi membantu klien dan keluarga mengembangkan


kemampuan dalam mencegah dan menyelesaikan masalah secara adaptif.
Keluarga dengan gangguan jiwa sangat membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak untuk mengatasi beban yang muncul karena kondisi tersebut. Dalam situasi ini,
peran tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif yang
muncul karena ketidakmampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah. Perlu
digarisbawahi bahwa peran tenaga kesehatan hanya bersifat sementara sehingga
perlu ditingkatkan pemberdayaan keluarga dan lingkungan sehingga dapat
membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah secara efektif.

d. Keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien.


Keluarga dengan gangguan jiwa seringkali dipengaruhi oleh stigma yang terlontar
dari masyarakat tentang gangguan jiwa sehingga keluarga dengan didukung
masyarakat kerap melakukan tindakan yang tidak masuk akal dalam menangani klien
gangguan jiwa. Tindakan tersebut dapat berupa pemasungan atau pengurungan
terhadap klien gangguan jiwa dan pengabaian terhadap hak- hak dan martabat
mereka sebagai manusia. Tindakan ini tidak serta merta mengurangi angka
kekambuhan klien tetapi malah menimbulkan stresor baru bagi klien sehingga dapat
memperparah kondisi mereka.

12
3.7. TERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA
Psikoedukasi keluarga merupakan sebuah metode yang berdasarkan padapenemuan
klinik terhadap pelatihan keluarga yang bekerjasama dengan tenagakeperawatan jiwa
profesional sebagai bagian dari keseluruhan intervensi klinik untukanggota keluarga yang
mengalami gangguan. Terapi ini dapat dikembangkan dandimodifikasi sedemikian rupa
untuk melatih anggota keluarga dalam merawat salahsatu anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Keluarga merupakan sumberdukungan positif yang sangat luar
biasa untuk mempertahankan dan meningkatkankoping keluarga dengan klien gangguan
jiwa.
Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan oleh perawat
di komunitas untuk menyelesaikan masalah masalah psikososial terutama yang berkaitan
dengan masalah fisik.  Psikoedukasi pada keluarga mampu meningkatkan kemampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit serta menurunkan angka
kekambuhan. Psikoedukasi keluarga adalah terapi yang dirancang oleh ners spesialis dan
terapi spesialis untuk meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol kecemasan,
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan anggota keluarganya.
Mengajarkan suatu teknik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala
munculnya suatu masalah kesehatan jiwa serta meningkatkan dukungan bagi anggota
keluarga.
Tujuan terapi ini adalah memberikan pengetahuan akurat tentang dunia secara
komprehensif ( psikoedukasi),  dan menghilangkan pola komunikasi negatif yang penuh
dengan kritikan, cemoohan, dan pesan-pesan negatif lain. Pola komunikasi negatif perlu
dihilangkan karena cenderung menimbulkan stress yang kemudian berakibat pada
kekambuhan nya gangguan skizofrenia selain itu juga untuk meningkatkan kepatuhan
dalam menjalankan pengobatan dan menjalankan rekomendasi yang diberikan oleh terapis
atau konsuler.
Indikasi dilakukannya family psychoeducation therapy adalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa. Dari beberapa penelitian
ditemukan bahwa psikoedukasi keluarga cukup efektif diterapkan terhadap keluarga
dengan klien gangguan bipolar (dibandingkan dengan terapi individu yang berfokus pada
manajemen krisis), kekambuhan, depresi, rawat inap berulang, dan komunikasi positif

3.8. PENERAPAN TERAPI KELUARGA


a. Pengkajian  
13
Dilakukan pengkajian keluarga secara menyeluruh terutama pada pola komunikasi
dalam keluarga, hubungan interpersonal antara anggota keluarga, sistem pendukung
yang tersedia, mekanisme koping keluarga  dan persepsi keluarga terhadap masalah

b. Diagnosis
Diagnosis yang utama dan sering adalah konflik ( gangguan hubungan interpersonal
anak dan keluarga ) berhubungan dengan koping keluarga tidak efektif

c. Tujuan jangka panjang


Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah mengacu pada problem atau masalah
yaitu konflik menurun atau dapat diatasi dan hubungan interpersonal anak dan keluarga
dapat diangkat

d. Tujuan jangka pendek


Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai mengacu pada etiologi yaitu koping keluarga
efektif

e. Tindakan keperawatan
1. Manipulasi lingkungan
2. Sebutkan pendukung
3. Pendekatan umum untuk semua anggota keluarga
4. Pendekatan individu
a. Teknik abrasi yaitu menurunkan stress dengan ekspresi perasaan
b. Penggunaan penguatan
c. Penggunaan teknik klarifikasi dan lainnya

14
BAB IV

ANALISA PENERAPAN EBN


4.1. Strength (S)
a. Berdasarkan penelitian pada terapi Psikoedukasi keluarga mampu meningkatkan kualitas
hidup dan fungsi kehidupan
b. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa terapi psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan
pengetahuan pada keluarga tentang penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam merawat penderita skizofrenia
c. Terapi keluarga dengan pemberian psikoedukasi dapat berpengaruh dalam mengurangi
kekambuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga

4.2. Weakness (W)


a. Semakin bertambah usia (lansia) keluarga(caregiver) semakin rendah kemampuan kognitif
dan psikomotor keluarga dalam merawat pasien Skizofrenia.
b. Kurangnya pemahaman perawat terhadap pemberian terapi psikoedukasi keluarga yang
efektif sehingga keluarga belum mampu merawat pasien skizofrenia

4.3. Opportunity (O)


a. Psikoedukasi terbukti meningkatkan kemampuan untuk mencari atau mendapatkan akses
pelayanan yang lebih baik
b. Pemberian intervensi pada keluarga dengan skizofrenia menjadi salah satu alternatif yang
bisa diberikan pada keluarga untuk mampu meningkatkan perannya dalam melakukan
fungsi keluarga

4.4. Threat (T)


a. Kurangnya pemahaman perawat mengenai pemberian terapi psikoedukasi kepada pasien
dan keluarga
b. Terjadinya suatu penolakan kepada perawat karena pasien dan keluarga terhadap metode
terapi psikoedukasi keluarga.

15
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Family psychoeducation therapy adalah salah satu bentuk terapi perawatan kesehatan
jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik. Terapi ini dirancang terutama untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
penyakit, mengajarkan teknik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala-gejala
penyimpangan perilaku, mengurangi kekambuhan pasien dengan skizofrenia, meningkatkan
fungsi pasien dan keluarga sehingga mempermudah pasien kembali ke lingkungan keluarga
dan masyarakat dengan memberikan penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi pasien
skizofrenia, meningkatkan kemampuan keluarga dalam upaya menurunkan angka
kekambuhan, mengurangi beban keluarga.

Psikoeduaksi keluarga mampu meningkatkan kualitas hidup dan fungsi kehidupan. Selain
itu keaktifan dari Hal ini menuntut peran pelayanan kesehatan pada upaya promotif (Am J
Public Health. 2010). Kemampuan keluarga dalam merawat penderita dengan skizofrenia
berpengaruh terhadap kesembuuhan penderita (Ran, 2016). Psikoedukasi dilakukan selama 3
minggu bahwa psikoedukasi terbukti meningkatkan kemampuan untuk mencari atau
mendapatkan akses pelayanan yang lebih baik. Psikoedukasi keluarga menawarkan kombinasi
antara informasi tentang gangguan jiwa, praktek dan dukungan emosional, pengembangan
kterampilan keluarga dalam problem solving dan manejeman krisis keluarga. Psikoedukasi
mampu meningkatkan kualitas penderita bipolar. Sehingga perlu adanya deteksi dini tentang
gangguan jiwa (Aalsma, Brown, Holloway, & Ott, 2014). Sehingga pemberian intervensi
pada keluarga dengan skizofrenia manjadi salah satu alternatif yang bisa diberikan pada
keluarga untuk mampu meningkatkan peran nya dalam melakukan fungsi keluarga (Yu et al.,
2017).

5.2. SARAN
Dengan disusunnya Makalah tentang Keperawatan Jiwa II ini di harapkan mahasiswa/i dan
para pembaca dapat mengetahui serta memahami isi dari makalah yang berisikan tentang
tentang Terapi Keluarga yaitu mulai dari definisi, tujuan, manfaat, indikasi, kontraindikasi,

16
peran perawat, penerapan terapi keluarga. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah
ilmu mengenai tentang Terapi Keluarga.

17
DAFTAR PUSTAKA

Agus Supinganto, Dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Dasar. Medan : Yayasan Kita Menulis.
Almasitoh, U.H. (2012). Model terapi dalam keluarga. Magistra No. 80 th. XXIV Juni
2012 ISSN 0215-9511.
A.Supratiknya. 2011. Merancang Program dan Modul Psikoedukasi edisi revisi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Nihayati, Hanik Ending, Ah. Yusuf, Risky Fitryasari PK. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Pardede, J. A. (2018). Pelaksanaan Tugas Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(2)
Safaria, Triantoro. 2021. Psikologi Abnormal, Dasar- Dasar, Teori, dan Aplikasinya.
Yogyakarta: UAD PRESS
Widiyawati, Wiwik. (2020). Keperawatan Jiwa. Malang : Literasi Nusantara.
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis dan
Komunitas. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA

Anda mungkin juga menyukai