Anda di halaman 1dari 35

Problem Basic Learning

“ SISTEM RESPIRASI“

DOSEN PENDAMPING
Ns. Gusti Pandi Liputo , S.Kep,M.Kep
DISUSUN OLEH
KELOMPOK2 | KELAS A

Afrilia Jaya Markus 841420004


Alfarhan Sidik Yahya 841420016
Agustina Durahim 841420007
Apria Putri Pratiwi Pakaya 841420030

Ayu Puspita Mobonggi 841420033


Dinda Dwi Melany 841420014
Firliyanti Mustapa 841420040
Indah ChairurNisa 841420039
Izzatul Magfirah Baba 841420019
Mirsin H.N. Dahitu 841420029
Merlin Moputi 841420036
Nurmala I. Mohi 841420070
Novia Putri Ramdani 841420044
Paradiyastuti Mohamad 841420037
Sintia Hasan 841420009
Subhan Muttaqin Bilondatu 841420070

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN
KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO
2021
PENDAHULUAN
Problem based learning( PBL) merupakan sesuatu Metode pendidikan yang menolong
mahasiswa dalam mendalami materi / modul . Mahasiswa diberikan suatu permasalahan
penyakit untuk di diskusikan bersama dalam PBL dengan memakai prinsip 7 langkah atas
(seven jumps) untuk memecahkan masalah tersebut. Mahaiswa diharapkan bisa lebih paham
dari permasalahan- permasalahan yang terdapat dalam sekenario setelah berdiskusi, selain itu
juga akan Terjalin kerjasama antara kelompok yang baik karena pada saat diskusi PBL
berlangsung terjadi komunikasi yang saling membantu antar sesama dan dapat menggunakan
komunikasi yang efektif saat berkomunikasi dengan pasien / klien nantinya.

Problem based learning juga menjadikan mahasiswa sanggup memakai fasilitas data
yang telah ada semacam buku, internet, jurnal serta fasilitas komunikasi yang lain buat mencari
bahan serta jadi acuan untuk mencari jawaban tentang permasalahan serta persoalan yang
mencuat dikala komunikasi berlangsung. Problem based learning menjadikan mahasiswa juga
sanggup akan menjelaskan hubungan antara ilmu kedokteran dasar dengan ilmu kedokteran
klinis yang praktis sehingga mudah dipahami dan mengerti. Adapaun scenario yang pertama ini
mengenai “Sistem Respirasi ”. Dengan modul 2 “ Sesak”. Disusun sebagai pemenuhan tugas
pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.

SESAK

PEMICU
SKENARIO 2

Seorang perempuan berusia 21 tahun masuk UGD dengan keluhan sesak nafas. Hasil
pengkajian: ada bunyi nafas tambahan wheezing, nyeri dada (skala 4), pucat, gelisah, TD:
130/90 mmHg, frekuensi napas 32x/m, frekuensi nadi 80 x/m, suhu 37.50C. Keluhan sesak
sering dialami ketika terpapar debu/asap rokok.

1. KLASIFIKASI ISTILAH ISTILAH PENTING :


a) Sesak napas, terjadi ketika paru-paru tidak mendapatkan pasokan udara yang cukup
sehingga menyebabkan perasaan tidak nyaman. Dalam istilah medis, sesak napas
dikenal sebagai dispnea, sering digambarkan sebagai sensasi sesak yang intens di dada,
tidak bisa merasakan udara, sulit bernapas, sesak napas atau ada perasaan tercekik.Ada
banyak penyebab sesak napas. Beberapa orang mengalami sesak napas setelah
melakukan aktivitas berat, atau sebagai akibat dari kelebihan berat badan, serangan
panik, penyakit seperti asma atau radang paru-paru, atau penyebab lainnya.Sesak napas
dapat berlangsung sesaat maupun dalam waktu yang lebih lama. Kondisi ini bisa
menjadi pertanda medis dari penyakit lainnya, seperti asma, penyakit paru obstruktif,
dan penyakit paru-paru lainnya. (Jurnal Respirologi Indonesia 2015).
b) Wheezing, adalah suara yang bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara yang
melaluisaluran napas yang sempit (Rumende, 2007:40).
c) Nyeri dada, kondisi ketika dada terasa seperti tertusuk, perih, atau tertekan. Nyeri ini
bisa terjadi di dada sebelah kanan, sebelah kiri, atau dada tengah. Nyeri dada tidak boleh
diabaikan, karena bisa jadi merupakan gejala dari serangan jantung. 
d) Pucat, kondisi saat kecerahan warna kulit berubah menjadi tidak normal. Kulit pucat
kadang tampak pada seluruh tubuh, tapi lebih sering terjadi pada salah satu bagian tubuh
seperti muka pucat, wajah pucat, atau bibir pucat.
e) Gelisah, adalah suatu kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan tubuh dan pikiran
untuk beristirahat, rileks, atau berkonsentrasi. Rasa gelisah dapat muncul dengan atau
tanpa sebab. Kegelisahan yang bersifat ekstrem disebut dengan agitasi.
f) Frekuensi napas, atau respirasi adalah proses menghirup gas oksigen (O2) dari udara
luar ke dalam tubuh danmenghembuskan gas karbondioksida (CO2) dari dalam tubuh ke
udara bebas di luar tubuh. Peristiwa menghirup oksigendisebut dengan fase inspirasi dan
peristiwa menghembuskan karbon dioksida disebut dengan fase ekspirasi. Mekanisme
respirasi berkaitan erat dengan aktivitas otot diafragma serta otot dada yang
berkonstraksi danberelaksasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan volume pada
rongga dada. Pernafasan ada dua macam yaitupernapasan dada dan pernapasan perut.
Respirasi normal atau pernafasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali per
menit. Pada bayi dan anak-anak laju perapasan normal lebih tinggi daripada orang
dewasa. (Nursanto, 2015).
g) Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana ada arteri melintas. Denyut
nadi normal dapat dikategorikan sesuai umur yaitu: dewasa 60-80, anak 80-100 dan bayi
100-140. (Ivanny K, 2014)
h) Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang kelingkungan luar. Suhu tubuh mudah sekali berubah dan
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Perubahan
suhu tubuh sangat erat kaitannya dengan produksi panas maksimal maupun pengeluaran
panas yang berlebihan. Menurut WHO suhu tubuh normal manusia berkisar 36,5 - 37,5
°C. Saat suhu tubuh turun ke 35 C, klien bisa mengalami menggigil, kehilangan
ingatan, depresi dan gangguan akal. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4C, terjadi
penurunan denyut jantung, fekuensi nafas dan tekanan darah, kulit menjadi sianotik. (Z.
Wangean,2016).
i) Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding
arteri. Tekanan darah rata-rata orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun) adalah
120/80 mmHg. Nilai pertama (120) merupakan sistolik dan nilai kedua (80) merupakan
tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan
sfigmomanometer yang ditempatkan di atas arteri brakialis pada lengan. (Amarudin,
2015).

2. KATA /PROBLEM KUNCI


a) sesak nafas
b) wheezing
c) Nyeri dada
d) Pucat
e) Gelisah
f) MIND MAP Ses
ak

PPOK ASMA BRONKIAL


PNEUMONIA
Adalah peradangan pada paru paru Asma bronkial atau lebih akrab disebut
yang berkembang dalam jangka panjang. Asma merupakan penyakit akibat Pneumonia adalah peradangan paru paru
PPOK umumnya ditandai dengan sulit peradangan dalam saluran udara (Bronkus). yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia
bernafas, batuk berdahak, dan mengi. 2 Peradangan itu akhirnya membuat saluran bisa menimbulkan gejala yang ringan
kondisi yang paling sering berkembang pernafasan bengkak dan sangat sensitif. hingga berat. Beeberapa gejala yang
Akibatnya,saluran penafasan menyempit umumnya dialami penderita pneumonia
menjadi ppok adalah bronkitis kronis dan
adalah batuk berdahak, demam,dan sesak
enfisema. PPOK lebih sering sering sehingga udara yang masuk ke paru paru
nafas.
menyerang orang berusia paruh baya yang jadi terbatas.
merokok.

MANIFESTASI Asma BRONKITIS


ISPA
NO KLINIS Bronkial
Infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA adalah
PPOK Pneumonia ASMA ISPA Bronkitis adalah penyakit yang terjadi karena ada
infeksi saluran pernafasan, yang menimbulkan infeksi pada bronkus, yaitu saluran pernafasan
gejala baruk, pilek,disertai dengan demam. ISPA utama dari paru paru. Akibatnya, terjadi
akan menimbulkan peradangan pada saluran peradangan atau inflamasi yang kemudian
pernafasan, mulai dari hidung hingga paru paru. memicu gejala gangguan pernafasan. Bronkitis
Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus, sehingga dibagi menjadi 2 jenis yaitu bronkitis akut dan
dapat sembuh dengan sendirinya. bronkitis kronis.
1. Sesak Nafas     

2. Wheezing  - - 

3. Nyeri Dada     -

4. Pucat  - - - -

5. Gelisah  - - -
-

4. TABEL PERSORTIRAN

1. PERTANYAAN PENTING
1. Apa yang menyebabkan pasien pada kasus tersebut sering mengeluh sesak nafas?
2. Mengapa klien sering merasa sesak ketika terpapar debu/asap rokok?
3. Bagaimana intervensi yang tepat yang dapat dilakukan oleh parameter kesehatan khususnya perawat dalam menangani kasus diatas?!
2. JAWABAN PENTING
1. Yang menyebabkan pasien pada kasus tersebut sering mengeluh sesak nafas Karena paru- paru pada pasien tersebut sudah sering
teriritasi dengan pemicu-pemicu terjadinya gejala ‘ Asma bronkial’ seperti sering tepapar asap rokok, debu, bulu binatang, infeksi virus,
bahkan terpapar zat kimia. Sehingga otot- otot saluran pernapasan dari pasien akan menjadi kaku dan membuat saluran pernapasan
menyempit sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas pada pasien.
2. Asap rokok dapat menyebabkan asma, baik pada perokok itu sendiri maupun orang-orang yang terkena asap rokok. Suatu penelitian di
Finlandia menunjukkan bahwa orang dewasa yang terkena asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat dibandingkan orang
yang tidak terkena asap rokok. Studi lain menunjukkan bahwa seseorang penderita asma yang terkena asap rokok selama satu jam, maka
akan mengalami sekitar 20% kerusakan fungsi paru. Selain itu, paparan debu dalam jangka panjang nantinya bisa merusak jaringan di
sekitar hidung dan tenggorokan. Kondisi ini bisa meningkatkan produksi dahak di saluran napas atas. Penumpukkan dahak ini bisa
menghalangi jalan udara sehingga menyebabkan sesak napas.
3. Intervensi yang tepat yang dapat dilakukan oleh parameter kesehatan khususnya Perawat dalam menangani kasus di atas diamana
perawat lebih memeperbiki dan mempermantap skil praktek dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan dari perawatan penetapan
pemecahan masalah dan menentukan tujuan rencana untuk mengatasi masalah pasien yang lebih khususnya pada pasien asma bronkial.
Dan Perawat juga dapat menggunakan strategi pemecahan untuk mengatasi masalah pasien khususnya pada pasien asma bronkial melalui
intervensi dan manajemen yang baik dan rencana keperawatannya yang lebih baik, dan dengan memiliki tujuan untuk menyembuhkan
pasien bukan memperparah pasien. Dimana tujuannya antara lain :
a) sebagai oganisasi imformasi pasien dan sebagai sumber dokumentasi.
b) Sebagai alat komuniasi atara pasien dan keluarga pasien
c) Sebagai alat komunikasi antara angota tim kesehatan dll.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
a. Di harapkan bisa mengerti dan mendalami masalah sistem Respirasi
b. Diharapkan bisa menganalisa penyakit yang terdapat pada skenario
c. Untuk mengetahui pemeriksaan selanjutnya dan untuk menegakkan diagnosa dari kasus diatas
d. Untuk mengetahui apakah adanya penatalaksanaan dari kasus diatas
4. INFORMASI TAMBAHAN
a. Penatalaksanaan Perawatan
b. Pemeriksaan diagnostik
5. KLARIFIKASI INFORMASI
a) Penatalaksanaan perawatan :
1) Memberikan oksigen 4-6 liter/ menit
2) Melakukan pemenuhan hidras vian invus
3) Memberiksan terbutalin 0,25 mg / 6 jam secara subkutan (SC)
4) Bronkodilator / antibronkospasme dengan cara :
1. Nebulazer (via Inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (bricasma), feneterol HBr 0,1 % solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75
mg (Allupent)
2. Intravena dengan golongan theophylline ethilenediamine (Aminophillin) bolus IV 5-6 mg/ kg BB
3. Antiedema mukosa dan didnding bronkus dengan golongan kartikosteroid, deksamethasone 4 mg IV setiao 8 jam (Nugroho,t 2016)
b) Pemeriksaan diagnostic :
1) Tes laboratorium spirometri.
Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kinerja paru-paru dengan berpatokan kepada volume udara yang dapat pasien embuskan dalam
satu detik dan jumlah total udara yang diembuskan. Sehingga adanya hambatan pada saluran pernapasan yang mengarah kepada asma dapat
diketahui oleh dokter setelah membandingkan data yang didapat dengan ukuran yang dianggap sehat pada orang-orang seusia pasien.
2) Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas
Dalam tes ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika pasien bernapas. Jika kadar zat tersebut tinggi, maka bisa
jadi merupakan tanda-tanda peradangan pada saluran pernapasan. Selain oksida nitrat, dokter juga akan mengambil sampel dahak untuk
mengecek apakah paru-paru pasien mengalami radang.
3) Tes responsivitas saluran napas (uji provokasi bronkus)
Tes ini digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan pasien bereaksi ketika terpapar salah satu pemicu asma. Dalam tes
ini, pasien biasanya akan diminta menghirup serbuk kering (mannitol). Setelah itu pasien akan diminta untuk menghembuskan napas ke
dalam spirometer untuk mengukur seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah terkena pemicu. Jika hasilnya turun drastis,
maka dapat diperkirakan pasien mengidap asma. Pada anak-anak, selain mannitol, media yang bisa dipakai untuk memicu asma adalah olah
raga.
4) Pemeriksaan status alergi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah gejala-gejala asma yang dirasakan oleh pasien disebabkan oleh alergi. Misalnya
alergi pada makanan, tungau, debu, serbuk sari, atau gigitan serangga.
5) CT Scan
Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter apabila mencurigai bahwa gejala sesak napas pada diri pasien bukan disebabkan oleh asma,
melainkan infeksi di dalam paru-paru atau kelainan struktur rongga hidung.
6) Pemeriksaan rontgen
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini sama seperti pemeriksaan CT Scan, yaitu untuk melihat apakah gangguan pernapasandisebabkan
oleh kondisi lain.
6. ANALISA & SINTESIS INFORMASI

Asma bronkial adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan saluran udara paru-paru membengkak dan menyempit. Dimana karena
pembengkakan ini, jalur udara menghasilkan lendir berlebih sehingga sulit bernapas/ sesak, yang mengakibatkan batuk, napas pendek, dan bunyi nafas
tambahan wheezing.
Berdasarkan hasil pengkajian pd skenario kasus pasien adalah Seorang perempuan berusia 21 tahun masuk UGD dengan keluhan sesak nafas.
Hasil pengkajian: ada bunyi nafas tambahan wheezing, nyeri dada (skala 4), pucat, gelisah, TD: 130/90 mmHg, frekuensi napas 32x/m, frekuensi nadi
80 x/m, suhu 37.50C. Keluhan sesak sering dialami ketika terpapar debu/asap rokok
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Asma Bronkhial merupakan penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran napas dimana saluran napas mengalami penyempitan yang
bersifat reversible karena peningkatan hiperesponsif jalan napas mengalami kontaminasi dengan antigen, yang menimbulkan gejala berulang
seperti batuk-batuk terutama di malam menjelang dini hari, wheezing, sesak napas, dada terasa berat. Penyempitan saluran napas ini dapat terjadi
secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat pula terjadi secara mendadak, sehingga menimbulkan
kesulitan bernapas akut. (Irianto, 2015) dan (Rab, 2010).
2. Etiologi

Menurut (Wahid & Suprapto, 2013) Obstruksi jalan napas pada asma bronkhial disebabkan oleh:

a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan nafas

b. Pembengkakan membrane bronkus

c. Bronkus terisi oleh mucus yang kental

1) Faktor predisposisi :

1. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, meski belum diketahui bagaimana penurunannya dengan jelas.

2) Faktor Pencetus :

a) Alergen

Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan (debu, bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, polusi).Ingestin, yang masuk
melalui mulut (makanan dan obat-obatan).

b) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma bronkhial, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma
bronkhial seperti musim hujan, musim bunga, musim kemarau. Hal ini berhubungan dengan angin, serbuk bunga dan debu.

c) Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya asma bronkhial, hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya
orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu atau cuti.

d) Olahaga

Sebagian besar penderita akan mendapat serangan asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Serangan asma karena
aktivitas biasanya segera setelah aktivitas selesai. Lari cepat lebih mudah menimbulkan serangan asma.

e) Stress

Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada. Gejala asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya.
3. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan
nafas dan edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
meredahkan volume ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara, hiperinflamasi patu. Bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat dan tidur. walaupun, jalan nafas bersifat
difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi yang
menyebakan kelainan gas-gas terutama CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di
lepaskan. Histomin menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin juga merangsang pembentukuan mulkus dan
peningkatan permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu
mudah mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus edema dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015).
4. Manifestasi Klinis
- Mengi/wheezing
- Sesak napas
- Dada terasa tertekan
- Batuk produktif
- Pilek
- Nyeri dada
- Takikardia
- Retraksi otot dada
- Nafas cuping hidung
- Takipnea
- Kelelahan
- Lemah
- Anoreksia
- Sianosis
- Berkeringat
- Ekspirasi memanjang
- gelisah
5. Klasifikasi
Menurut (Somantri, 2012) Tipe asma bronkhial berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi alergi, idiopati, dan nonalergik atau campuran
(mixed).
a. Asma Bronkhial Alergik/Ekstrinsik
Merupakan suatu bentuk asma bronkhial dengan alergen seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari makanan, dan lain-
lain. Alergen terbanyak adalah airbone dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit
alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan
asma.Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
b. Idiopatik atau Nonalergik Asma Bronkhial/Intrinsik
Tidak berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Faktorfaktor seperti, common cold, infeksi saluran napas atas,
aktivitas, emosi/stres, dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti antagonis ß- adrenergik
dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau nonelergik menjadi lebih
berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronkitis dan emfisema. Pada beberapa kasus dapat
berkembang menjadi asma bronkhial campuran. Bentuk asma bronkhial ini biasanya dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
b. Asma Bronkhial Campuran (Mixed Asma)
Merupakan bentuk asma bronkhial yang paling sering. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik
atau nonalergi.
6. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut :

a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah

b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah

c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltraste paru d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru

d) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru


2) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat bereaksi positif pada asma

3) Elektrokardiografi

a) Terjadi right axis deviation

b) Adanya hipertropo otot jantung right bundle branch bock.

c) Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES atau terjadi depresi segmen ST negatif

4) Scanning paru
Melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma bronkhial tidak menyeluruh pada paru-paru.

5) Spirometri

Menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat diagnosis asma bronkhial adalah melihat respon pengobatan
dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronkodilaor (inhaler dan
nebuliser), peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20 % menunjukkan diagnosis asma bronkhial. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20 %. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan Diagnosis Keperawatan, menilai berat obstruksi
dan efek pengobatan banyak penderita tanpa keluhan pada pemeriksaan ini menunjukkan adanya obstruksi.
7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita asma bronchial diantaranya (Kurniawan Adi Utomo, 2015) :

a. Pneumonia adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi.
b. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus).
c. Gagal nafas terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paruparu tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen
dan terjadi pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
d. Bronkitis adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-paru yang kecil (bronkiolus) mengalami
bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam
upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.
e. Fraktur iga adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernafas secara berlebihan pada obstruksi jalan nafas
maupun gangguan ventilasi oksigen
8. Penatalaksanaan
Menurut (Rosdahl & Kowalski, 2017) Penatalaksanaan medis pada penderita asma bronkhial yaitu :
a. Pengobatan farmakologi
1) Antikolinergik
Bronkodilator ini bekerja pada sistem saraf untuk mengendalikan ukuran jalan napas :
a) Atropin metilnitrat
b) Ipratropium bromida (Atrovent)
2) Agonis Beta
Obat ini mendilatasi jalan napas bronkhial dengan bekerja pada sistem saraf yang mengendalikan jaringan otot di sekitar jalan napas:
a) Albuterol (Asmavent, Proventil, Vention, Volmax)
b) Epineprin (Adrenalin, Asthmanefrin, Epifrin, Micronefrin, Sus-Phrine)
c) Metaproterenol sulfat (Alupent)
d) Pirbuterol asetat (Maxair Inhiler)
e) Terbutalin sulfat (Brethine,Bricanyl)
3) Kortikosteroid
Obat ini bekerja sebagai ageris anti-inflamasi:
a) Beklometason ( Vanceril, Beclovent, Beconase)
b) Budesonid (Pulmicort, Rhinocort)
c) Flunisolid (Aerobid, Nasalide)
d) Flutikason propionate(Flovent, Flonase)
e) Metilprednison (Medrol)
f) Nedokromil (Tilade)
g) Prednison (Meticorten, Orasone, Deltasone)
h) Triamsinolon (azmacort).
4) Metilsantin
Bronkodilator ini merelaksasi otot polos bronkial:
a) Aminofilin/teofilin etilenediamin (Truphylline)
b) Teofilin(Theo-Dur, Theovent, Sio-Phyllin, UniDur, Uniphyl)
5) Penstabil Sel Mast
Agen ini menghambat pelepasan histamin yang dipicu oleh alergen dan zat anafilaksis lepas lambat (leukotrien) dari sel mast: Natrium
Kromalin( Intal,NasalCrom).
b. Pengobatan Non farmakologi
Menurut (Wahid & Suprapto, 2013) yaitu :
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian carian
4) Fisioterapi napas (senam napas)
1. Pemberian oksigen bila perlu
9. Prognosis
Menurut (Digilulio, 2014) prognosis asma bronkhial dikatakan baik bila asma bronkhial terkontrol dengan baik secara khas mempunyai
gejala serangan yang bisa dibalik, yang dapat dikendalikan dengan pengobatan, sering pada pasien rawat jalan. Dikatakan prognosisnya buruk
bila pasien yang tidak beraksi terhadap pengobatan atau yang menggunakan pengobatan yang tidak sesuai bisa terjadi kematian selama serangan
asma.
9. Pencegahan
• Mengenali dan menghindari pemicu asma.
• Mengikuti anjuran rencana penanganan asma dari dokter.
• Melakukan langkah pengobatan yang tepat dengan mengenali penyebab serangan asma.
• Menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara teratur.
 Memonitor kondisi saluran napas.

Faktor pencetus :
- Alergen (debu, asap rokok, polusi)
PATHWAY
- Perubahan cuaca
- Lingkungan kerja
Faktor Predisposisi:
Genetik - Olahraga dan stress

Sel Plasma terangsang

Imunoglobulin E (Ig E)
Sel mast tersensitasi

Sel mast mengalami


degranulasi

Histamin Branditin

Edema Peningkatan kapiler


Spasme otot Peningkatan
mukosa polos Produksi Mukosa
bronkiolus

Diameter bronkiolus Dx: Bersihan jalan nafas


mengecil tidak efektif

Dispnea Merangsang nosireseptor


nyeri
Perfusi paru tidak Transduksi saraf aferen
cukup mendapat
ventilasi
Menghantar serabut
saraf A dan C

Medula Spinalis
Dada tertekan dan nyeri
Nyeri Akut Hipotalamus
dada
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien
Nama : Tidak terkaji

Usia : 21 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Tidak terkaji

Alamat : Tidak terkaji

Pendidikan : Tidak terkaji

Pekerjaan : Tidak terkaji

Suku bangsa : Tidak terkaji

Tanggal masuk : Tidak terkaji

Tanggal keluar : Tidak terkaji

No. Registrasi : Tidak terkaji

Diagnosa Medis : Asma Bronkial

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tidak terkaji

Umur : Tidak terkaji

Hubungan dengan Pasien : Tidak terkaji

Pekerjaan : Tidak terkaji

Alamat : Tidak terkaji

3) Keluhan utama

Sesak nafas

4) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat Kesehatan sekarang

Seorang perempuan berusia 21 tahun masuk UGD dengan keluhan sesak nafas. Hasil
pengkajian: ada bunyi nafas tambahan wheezing, nyeri dada (skala 4), pucat, gelisah,
TD: 130/90 mmHg, frekuensi napas 32x/m, frekuensi nadi 80 x/m, suhu 37.5 0C.
Keluhan sesak sering dialami ketika terpapar debu/asap rokok.

b) Riwayat Kesehatan terdahulu

Tidak terkaji

c) Riwayat Kesehatan keluarga

Tidak terkaji

5) Pola Kebutuhan Dasar

a) Pola persepsi dan manajemen Kesehatan : Tidak terkaji

b) Pola nutrisi metabolik

- Sebelum sakit : Tidak terkaji

- Sesudah sakit : Tidak terkaji

c) Pola eliminasi

 BAB

- Sebelum sakit : Tidak terkaji

- Sesudah sakit : Tidak terkaji

 BAK

- Sebelum sakit : Tidak terkaji

- Sesudah sakit : Tidak terkaji

d) Pola aktivitas dan Latihan

- Sebelum sakit : Tidak terkaji

- Sesudah sakit : Tidak terkaji

6) Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : Tidak Terkaji


 Kesadaran : Tidak Terkaji

 Tanda-Tanda Vital

- Suhu : 37,5º C

- Nadi : 80 x/menit

- RR : 32 x/menit

- TD :130 x/90 mmHg

 Keadaan fisik

- Kepala : Tidak terkaji

- Leher : Tidak terkaji

- Dada

 Pemeriksaan Paru

- Inspeksi : Tidak terkaji

- Palpasi : Tidak terkaji

- Perkusi : Tidak terkaji

- Auskultasi : Tidak terkaji

 Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi : Tidak terkaji

- Palpasi : Tidak terkaji

- Perkusi : Tidak terkaji

- Auskultasi : Tidak terkaji

 Integument : Tidak terkaji

 Genetalia : Tidak terkaji

 Ekstremitas : Tidak terkaji

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri : Tidak terkaji

8) Pola Tidur dan Istirahat


- Sebelum sakit : Tidak terkaji

- Sesudah sakit : Tidak terkaji

9) Pemeriksaan penunjang : Tidak terkaji

b. Klasifikasi data

Data subjektif Data objektif


 Pasien mengeluh sesak nafas  Ada bunyi nafas tambahan
 Nyeri dada (skala 4)  Pucat
 Pasien mengeluh sering alami sesak  Gelisah
ketika terpapar debu/asap rokok  TD : 130/90 mmHg
 Respirasi : 32 x/m
 Nadi : 80 x/m
 Suhu 37,5º C
c. Tabel pes
PROBLEM ETIOLOGI SYMPTOM
Ds : Peningkatan kapiler Bersihan jalan napas tidak
efektif (D.0001)
1) Dispnea

2) Keluhan sering dialami


Edema mukosa,plasme
ketika terpapar asap
otot polos bronkiolus ,
rokok
peningkatan produksi
mukus
Do :

1) Nyeri dada (skala 4)


Diameter bronkiolus
2) Bunyi napas tambahan
mengecil
wheezing/mengi

3) Pucat

4) Gelisah Bersihan jalan napas


tidak efektif
5) TTV:

- TD : 130/90 mmHg

- Respirasi : 32x/menit
- Frekuensi nadi :
80x/menit

- Suhu : 37,5
Ds : Diameter bronkiolus Nyeri akut (D.0077)
mengecil
1) Dispnea

2) Keluhan sering dialami


Dispnea
ketika terpapar asap
rokok
Merangsang nosireseptor
nyeri
Do :

1) Nyeri dada (skala 4) Transduksi saraf aferen

2) Bunyi napas tambahan


Menghantar serabut saraf
wheezing/mengi A dan C

3) Pucat
Medula Spinalis
4) Gelisah

5) TTV:
Hipotalamus
- TD : 130/90 mmHg

- Respirasi : 32x/menit Dada tertekan dan nyeri


dada
- Frekuensi nadi :
80x/menit
Nyeri akut
- Suhu : 37,5
2. Diagnosa dan intervensi
No SDKI SLKI SIKI
.
1.
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan
(D.0001) (L.01001) (I.01011)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi Definisi: Definisi :
Kemampuan membersihkan Mengidentifikasi
Definisi : sekret atau obstruksi jalan mengelola kepatenan
Ketidakmampuan membersihkan secret atau napas untuk mempertahankan napas
obstruksi jalan napas untuk jalan napas tetap paten
mempertahankan jalan napas tetap paten. Observasi :
Penyebab : Kriteria Hasil: 1. Monitor pola
Setelah melakukan tindakan (frekuensi, keda
- Fisiologis :
keperawatan selama 3x24 jam usaha napas)
1. Spasme jalan napas
maka bersihan jalan napas 2. Monitor bunyi
2. Hipersekresi jalan napas
pasien dapat meningkat, tambahan (mis. Gu
4. Benda asing dalam jalan napas
dengan kriteria hasil : mengi, wheezing,
5. Adanya jalan napas buatan
kering)
6. Sekresi yang tertahan 1. Mengi/wheezing menurun
7. Hyperplasia dinding jalan napas 2. Dispnea menurun
Terapeutik :
8. Proses infeksi 3. Sulit bicara menurun
1. Pertahankan kep
9. Respon alergi 4. Gelisah menurun
jalan napas dengan
- Situasional : 5. Frekuensi napas membaik
tilt dan chin-lift
1. Terpajan polutan
thrust jika curiga
servikal)
Gejala dan Tanda Mayor :
2. Posisikan semi-
Subjektif
atau fowler
(tidak tersedia) 3. Berikan oksigen,
Objektif perlu
1. Mengi, wheezing, dan/atau ronkhi
kering
Kolaborasi :
Kolaborasi pem
Gejala dan Tanda Minor : bronkodilator, ekspe
Subjektif mukolitik, jika perlu
1. Dyspnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Bunyi napas menurun
3. Frekuensi napas berubah
4. Pola napas berubah

Kondisi klinis terkait :


1. Prosedur diagnostic (mis.
Bronkoskopi, transesophageal
echocardiography (TEE))
2. Infeksi saluran napas
2.
Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.0
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan Definisi: Definisi:
Pengalaman sensorik atau Mengidentifik
Definisi : emosional yang berkaitan mengelola
Pengalaman sensorik atau emosional yang dengan kerusakan jaringan pengalaman s
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, atau emosiona
aktual atau fungsional, dengan onset dengan onset mendadak atau berkaitan
mendadak atau lambat dan berintensitas lambat dan berintensitas kerusakan ja
ringan hingga berat yang berlangsung ringan hingga berat dan atau fun
kurang dari 3 bulan. konstan. dengan
mendadak
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan lambat
1. Agen pencedera fisiologis (mis. keperawatan 3x24 jam berintensitas
inflamasi, iskemia, neoplasma) masalah tingkat nyeri dapat hingga berat
teratasi dengan kriteria hasil: konstan
Gejala dan tanda mayor : - Keluhan nyeri cukup Observasi
Subjektif menurun (4) 1. Identifikasi
1. Mengeluh nyeri - Frekuensi nadi cukup karakteristik,
Objektif membaik (4) frekuensi, k
1. Gelisah intensitas nyeri
2. Identifikasi skala ny
Gejala dan Tanda Minor 3. Identifikasi respons
Subjektif non verbal
(tidak tersedia) 4. Identifikasi faktor
Objektif memperberat
1. Tekanan darah meningkat memperingan nyeri
2. Pola napas berubah 5. Identifikasi penge
dan keyakinan
Kondisi Klinis Terkait : nyeri
1. Infeksi 6. Identifikasi pe
nyeri pada kualitas h
7. Monitor efek sa
penggunaan analget

Terapeutik
1. Berikan teknik
farmakologis
mengurangi rasa
(mis. TENS, hi
akupresur, terapi
biofeedback, terapi
aroma terapi,
imajinasi terbi
kompres hangat/
terapi bermain
2. Kontrol lingkungan
memperberat rasa
(mis. suhu ru
pencahayaan, kebisi
3. Fasilitasi istirahat
tidur
4. Pertimbangkan jen
sumber nyeri
pemilihan
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan pen
periode, dan pemicu
2. Jelaskan
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor
secara mandiri
4. Anjurkan mengg
analgetik secara tep
5. Ajarkan teknik
farmakologis
mengurangi rasa ny

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian ana
jika perlu
3. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO. HARI/ TANGGAL, JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI


1. Bersihan Jalan Napas Tidak Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Efektif (D.0001)

Definisi:

Mengidentifikasi dan mengelola kep


jalan napas

Tindakan

Observasi :

1. Memonitor pola napas, dengan k


sebelumnya pola napas klien belu
teratur

2. Memonitor bunyi napas tambaha


dengan kondisi sebelumnya terda
bunyi napas tambahan
Terapeutik :

1. Mempertahankan kepatenan jalan


dengan head-tilt dan chin-lift
thrust jika curiga trauma servikal

2. Posisikan semi-fowler atau fowle

3. Memberikan oksigen jika perlu


2. Nyeri akut (D. 0077) Manajemen Nyeri (I.08238)

Definisi:

Mengidentifikasi dan me
pengalaman sensorik atau emosion
berkaitan dengan kerusakan jaring
fungsional dengan onset mendada
lambat dan berintensitas ringan
berat dan konstan.

Tindakan:

Observasi

1. Mengidentifikasi lokasi, karak


durasi, frekuensi, kualitas, in
nyeri.

2. Mengidentifikasi skala nyeri

3. Mengidentifikasi respon nyeri d


verbal

4. Mengidentifikasi faktor
memperberat dan memperingan n

5. Mengidentifikasi pengetahuan
keyakinan tentang nyeri
6. Mengidentifikasi pengaruh
terhadap respon nyeri

7. Mengidentifikasi pengaruh nye


kualitas hidup

Terapeutik

1. Memberikan tehnik non farma


untuk mengurangi rasa nyeri
TENS, hipnosis, akupresure,
music, biofeedback,
pijat,aromaterapi,teknik im
terbimbing,kompres
hangat/dingin,terapi bermain)

2. Mengontrol lingkungan
memperberat rasa nyeri (m
ruangan,pencahayaan,kebisingan

3. Memfasilitasi istrahat dan tidur

Edukasi

1. Menjelaskan penyebab,periode
pemicu nyeri

2. Menjelaskan strategi meredakan

3. Menganjurkan memonitor nyeri


mandiri

4. Mengan
menggunakanmenggunakan an
secara tepat

5. Mengajarkan teknik nonfarm


untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

1. Berkolaborasi pemberian analge


perlu
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter.2019. Nyeri Dada (https://www.alodokter.com/nyeri-dada),diakses pada tanggal


05 oktober 2021 pukul 21.00
Alodokter. (2020) Penyakit Paru Obstruktif Kronis.( https://www.alodokter.com/penyakit-
paru-obstruktif-kronis), diakses pada tanggal 6 oktober 2021 pukul 16.21
Alodokter. 2020.pneumonia. (https://www.alodokter.com/pneumonia), diakses pada 6
oktober 2021. Pukul 16.49
Alodokter.2019. ISPA (https://www.alodokter.com/ispa), diakses pada 6 oktober 2021 pukul
16.58.
E Erina.2019. Konsep Penyakit Asma Bronkial.
Halodoc.2021. Bronkitis. (https://www.halodoc.com/kesehatan/bronkitis), diakses pada 6
oktober 2021 pukul 17.10.
Priandarini, Lucia. 2021. Pucat (https://www.sehatq.com/penyakit/pucat), diakses pada
tanggal 05 oktober 2021 pukul 20.50
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :
Tim Pokja SDKI DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :
Tim Pokja SIKI DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1 Cetakan II. Tim Pokja
SLKI DPP PPNI
Rafiqua, Nurul. 2021. Gelisah. (https://www.sehatq.com/penyakit/gelisah), diakses pada
tanggal 05 oktober 2021 pukul 21.30
Risky candra swari.2020. Asma. (https://hellosehat-
com.cdn.ampproject.org/v/s/hellosehat.com/pernapasan/asma/pengertian-), diakses
pada 6 oktober 2021 pukul 16.44
Sudarman I. Wolinelo.2020. SISTEM RESPIRASI. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai