Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA

Oleh :

Kelompok 4

1. Pamela Hetharion
2. Arwin Gay
3. Nur Kholifah
4. Rizky Umagap
5. Girlvanny Meirlyn Sapasuru
6. Hesti Ruhulesin
7. Sterland Tuhumena
8. Richardo Diaz
9. Nabira Hukul
10. Yokbeth Tasidjawa
Tingkat : IIIB

POLITEKNIK KESEHATAN KMENKES MALUKU

JURUSAN KEPERAWATAN AMBON

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Segala rasa syukur terucap hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa makalah yang
berjudul “Sejarah Keperawatan Jiwa dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat berdasarkan
berbagai sumber dan beberapa bantuan dari berbagai pihak.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
maupun kesalahan, untuk itu kami mengundang pembaca untuk memberi saran dan kritik
yang membangun. Kritik dan saran dari pembaca akan menyempurnakan makalah .

Semoga makalah ini menjadi manfaat bagi semua yang membacanya.

Ambon , 20 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A Latar Belakang.......................................................................................................................

B Rumusan Masalah..............................................,..................................................................

C TujuanPenulisan....................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia..................................................

B. Model Pendekatan Keperawatan Jiwa....................................................................................

1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)


2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
3. Social ( Caplan, Szasz)
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)

BAB 3 PENUTUP

a. Kesimpulan.......................................................................................................................
b. Saran ................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu
tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia
dirasakan menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi
saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran
sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari
kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa
bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika
bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi
materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba
boleh dan seterusnya.

Perubahan – perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik


tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat
tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang
disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk
berbuat banyak, karena perawat mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama
24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami bermaksud mebahas tentang
dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi spiritual.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan tentang Sejarah Singkat Perkembangan keperawatan


jiwa di Indonesia ?
2. Bagaimana penjelasan tentang model pendekatan keperawatan jiwa ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu  agar pembaca dapat mengetahui sejarah singkat
keperawatan jiwa di dunia dan Indonesia serta mengetahui apa saja model
keperawatan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia


Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan
Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa
pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini
adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels
mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti
perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan
tentara Belanda.

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)


Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia,
ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi
antara lain :
 Pencacaran umum
 Cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
 Kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih
maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun
1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816
– 1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini
Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di
Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia
keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan
oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang,
akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.

4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan
balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat
setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu
Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan,
tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan
momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah
status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM,
UNHAS dll.

B. Model Pendekatan Keperawatan Jiwa   


Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam
6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang
apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata
tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral
dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus
untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda
pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic
yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan
metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic
masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan
tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-
pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode
hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian,
klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist
berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada
masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar
kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan
alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya
ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
Mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien
saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship
( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh
klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang
akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors
create stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah
environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan
adanya dukungan sosial) Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini
adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan
therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor,
di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

4. Existensial ( Ellis, Rogers)


Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan
dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship),
memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima
jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang
lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan
feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist
berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau
reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan
respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit
maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan
seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah.
Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak
disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua
hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut
muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang
muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya;
kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang
dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang
hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga
focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam
berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi
jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai
dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa
pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Dalam pendekatan
keperawatn jiwa kita menggunakan beberapa model konseptual yaitu Psycoanalytical
(Freud, Erickson), Interpersonal ( Sullivan, peplau), Social ( Caplan, Szasz), Existensial
( Ellis, Rogers), Supportive Therapy ( Wermon, Rockland), Medica ( Meyer, Kraeplin)
B. Saran
Kita sebagai perawat tidak boleh lupa akan sejarah perjuangan keperwatan jiwa yang
selalu dipandang sebalah mata terhdapa khalayak umum & harus terkobarkan semangat
juang membantu orang yang mengalami gangguan jiwa  untuk sembuh seperti semula.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.

George, JB (1995), Nursing Theories, 4 Ed, Appleton & Lange, USA.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Kansas City, Mo.1980. Nursing: a social policy statement. American Nurses Association:


The Association.

Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.

Shives, L.R., (1998). Basic Concepts of Psychiatric Mental Health Nursing. 4th Edition.


Philadelphia: Lippincott.

Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (1998). Principles and Practice of Psychiatric


Nursing. St.Louis: Mosby Year Book.

Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai