Anda di halaman 1dari 23

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan

rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagai sebuah Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Dinamika Keperawatan di Indonesia”. Karya tulis ini disusun berdasarkan

sumber-sumber yang berkaitan dengan Keperawatan dan permasalahan yang sedang

dihadapi..

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Agar penulis lebih

mencapai kemajuan dari sebelumya dalam hal yang sama.

Penulis berharap makalah yang disampaikan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis
KARYA TULIS ILMIAH

“DINAMIKA KEPERAWATAN DI INDONESIA “

DISUSUN

OLEH

NAMA : UMAIROH SHOHIBAH

NO. BP : 1311311048

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2013
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………….....……..………….............

BAB I PENDAHULUAN...……..………………….....................................

1.1 Latar Belakang.……………………………………………………..................

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….

1.2 Tujuan Penulisan..………………..…...............................................................

BAB II PEMBAHASAN…….........................................................................

2.1 SejarahKeperawatan di Indonesia……..….......……........................................

2.2 Sejarah Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI )……….....

2.3 Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia.….................................

2.4 Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia …………………………………….

2.5 Rancangan Undang-Undang (RUU) Keperawatan……………………………

BAB III PENUTUP.............……………………………..............................

3.1 Kesimpulan........................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA………….………………………………………….....
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan bio-psiko-sosio-

spiritual dan dalam perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi maupun

paradigma terutama dalam upaya pemecahan masalah kesehatan.

Perawat menjadi ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. Karena itu, perawat harus mampu memberikan pelayanan terbaik untuk

menunjang pelayanan kesehatan serta para perawat harus memberikan pelayanan yang

aman dan profesional, berkinerja tinggi serta peduli pada pasien. Ini bisa mengurangi

beban psikologis pasien.

Pada dasarnya, inti dari keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan

kepada orang lain dimana asuhan keperawatan tersebut diberikan kepada individu,

keluarga, kelompok, serta masyarakat. Sedangkan tujuan dari keperawatan adalah untuk

meningkatkan kesehata, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, serta pemulihan

kesehatan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa keperawatan merupakan profesi yang

mempunyai tujuan untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam menjalankan keperawatan


digunakan ilmu dan seni serta mnggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah

yang dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telas dijelaskan, maka dapat dibuat perumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia ?

2. Bagaimana sejarah berdirinya PPNI ?

3. Bagaimana perkembangan keperawatan di Indonesia?

4. Apa itu RUU keperawatan dan masalah yag di hadapi sekarang ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah keperawatandi Indonesia

2. Untuk mengetahui sejara berdirinya PPNI

3. Untuk mengetahui perkembangan keperawatan di Indonesia

4. Untuk mengetahui masalah RUU keperawatan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Keperawatan Di Indonesia

Dalam perkembangan di Indonesia di bagi menjadi beberapa bagian diantaranya:

1. Masa Sebelum Kemerdekaan

Masa penjajahan belanda

Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut VELPEGER

dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. usaha pemerintahan

Belanda dibidang kesehatan adalah :

 Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799

 Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital

 Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)

 Membentuk Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)

Zaman Penjajahan Inggris (1811-1816)

Gubernur Jenderal Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Usaha-usaha di

bidang kesehatan tersebut dinyatakan dalam kata-katanya "kesehatan adalah milik

manusia". Usaha-usahanya:

 Mengadakan vaksinasi umum

 Memperbaiki perawatan orang sakit gila (jiwa)


 Memperbaiki perawatan dari orang-orang tahanan.

Zaman Penjajahan Belanda II (1816-1942)

Setelah pemerintahan diserahkan kembali pada Belanda, maka usaha-usaha

kesehatan nampak maju. Prof. Dr. Reinwardt menyusun undang-undang kesehatan,

diantaranya tentang praktek dokter, kebidanan, pengobatan dan lain-lain untuk wilayah

sekitar Batavia pada 1819 oleh Residen V Pabst didirikan rumah sakit untuk umum di

Jakarta, diantara rumah sakit Stadsverban di Glodok. Rumah sakit ini mempunyai

perlengkapan yang sederhana. Pada tahun 1919 rumah sakit Stadsverban menjadi CBZ

(Central Burgerlijke Ziekeninrichting) yangkemudian dipindahkan di Salemba.

Dr. W. de bosch yang sangat menaruh perhatian terhadap kesehatan mendirikan

sekolah dokter jawa (1852), yang kemudian berkembang menjadi STOVIA (1898) dan

akhirnya GHS (1927). Ia juga mengadakan persiapan pendidikan kebidanan pada tahun

1852. Tahun 1875 pendidikan kebidanan ini ditutup kembali.Rumah-rumah sakit

partikelir(swasta) diadakan oleh Zending.

Muhammadiyah, bala keselamatan. Salah satu yang terkenal adalah rumah sakit

di Gang Paal yang sekarang menjadi Rumah Sakit Cikini, didirikan pada tahun 1879.

rumah skit yang lain ialah: RS St Carolus di Jakarta, RS St Borromeus di Bandung dan

RS Elizabeth di Semarang. Pendidikan perawatan telah ada yang dimulai di RS cikini

pada tahun 1900. Pendidikan juru rawat dimulai pada tahun 1906 di RS Glodok pad

tahun 1912.

Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)

Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga

merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-


kemunduran ini terlihat pada pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak

terdidik, Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang, Obat-obatan sangat

kurang, Wabah penyakit terjadi dimana-mana.

2. Masa Setelah Kemerdekaan

Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai

berikut:

1. Pembangunan dibidang kesehatan dimulai tahun 1949.

2. Sebelum tahun 1950: Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang

keperawatan.

3. Tahun 1950: Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata

Rawat (SPR).

4. Pada tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan. Yaitu sekolah guru perawat

dan sekolah perawat setingkat SMP.

5. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan pada tahun 1962 dengan

didirikanya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta

untuk menghasilakan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan ini

didirikan pula Akper Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.

6. Tahun 1945 1955: Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu

Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan,

Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam

Kesehatan.

7. Tahun 1955 - 1974: Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu

Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat


Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat

Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.

8. Tahun 1974: Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat

Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti

Sekolah Penata Rawat (SPR).

9. Tahun 1974: Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

10. Tahun 1976: Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu

dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari

rumah sakit.

11. Pada Januari 1983: Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang

menghasilkan: a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi

dalam pelayanan kesehatan; b) program gelar dalam pendidikan keperawatan; c)

Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai

identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi

praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

12. Tahun 1985: Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1

Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di

Indonesia.

13. Jumlah Akper terus bertambah sampai berjumlah 227 buah di bulan desember

1996.

14. Tahun 1999: Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).
15. Tahun 2000: Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri

Kesehatan.

2.2 Sejarah Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia

( PPNI )

PPNI lahir pada tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad dan spirit yang sama

dicetuskan oleh perintis perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada wadah

atau organisasi profesi perawat Indonesia. Padamasa itu sebelum tahun 1974, organisasi

perawat di Indonesia sudah berkembang pesat sesuai dengan zamannya. Sejak zaman

penjajahan perawat sudah ada seiring dengan adanya rumah sakit, yaitu Residen Vpabst

(1819) di Batavia saat itu berubah menjadi Stadsverband (1919) dan berubah menjadi

CBZ ( Central Burgerlijke Zieken Inrichting) di Daerah Salemba yang saat ini menjadi

RSCM. Saat itu perawt sudah memiliki perkumpulan-perkumpulan sebagai wadah

organisasi perawat dan dapat menjalankan pergerakan dalam menentukan martabat

profesi perawat. Ketika itu terdapat beberapa organisasi di antaranya ; Perkumpulan

Kaum Verpleger Fster Indonesia (PKVI), Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI),

Persatuan Perawat Indonesia (PPI), dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI).

Oraganisasi-oraganisasi perawat saat itu mengadakan pertemuan yang diantaranya

yang dihadiri oleh IPI, PPI, dan PDKI, dan diantaranya yang hadir adalah Ojo Radiat,

HB. Barnas dan Drs. Maskoed Soerjasumantri sebagai pimpinan sidang dan sepakat

untuk melakukan fusi organisasi dan menyatukan diri dalam suatu wadah organisasi

yang saat itu masih bernama Persatuan Perawat Nasional. Penggabungan atau fusi

organisasi perawat tersebut dilakukan di ruang Demontration Jl. Prof Eykman Bandung
No. 34 Bandung Jawa Barat, sejak saat itu tanggal 17 Maret 1974 disetujui dan

dilakukan pernyataan bersama terbentuknya Persatuan Perawat Nasional Indonesia,

serta membentuk suatu kepanitiaan untuk mempersiapkan Kongres Pertama yang

dilangsungkan pada tahun 1976.

2.3 Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:

- Pendidikan Vokasional;

yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu

terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

- Pendidikan Akademik;

yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama

pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu

- Pendidikan Profesi;

yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik

untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan diploma,

sarjana, magister, spesialis dan doktor.

Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi

Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan

Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional

(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu

profesi.
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan

berbagai dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat

deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang dikawal oleh

PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan indonesia, serta dukungan penuh

dari pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta difasilitasi oleh Konsorsium

Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia

adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus berada pada pendidikan jenjang

Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan dirangcang suatu bentuk pendidikan

keperawatan Indonesia yang pertama yaitu di Universitas Indonesia yang program

pertamannya dibuka tahun 1985.

Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas

melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan

menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik

Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi

pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada Peraturan

Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

dan sat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan

kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.

Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan

keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini

sekilas saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik

Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik dan
Level KKNI;

2.4 Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia

a. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan

penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat

b. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan

dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana,

magister, doktor.

c. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi

profesi perawat.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli

Madya Keperawatan (AMD.Kep)

2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat

sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)

3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar (M.Kep)

4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

a) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)

b) Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)

c) Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)

d) Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)

e) Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)


5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)

Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai

berikut:

Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5

Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7

Magister keperawatan - Level KKNI 8

Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8

Doktor keperawatan - Level KKNI 9

2.5 Rancangan Undang-Undang (RUU) Keperawatan

Keperawatan sebagai profesi telah diakui sejak tahun 1985 mempunyai ciri utama

memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mengedepankan aspek kemanusiaan,

kepentingan klien diatas kepentingan pribadi dengan bentuk pelayanannya bersifat

humanistik. Pelayanan juga menggunakan pendekatan secara holistik dan dilaksanakan

berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai

tuntutan utama dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya kerap mengalami berbagai kendala,

mulai dari adanya kasus mal praktek, tidak adanya legalitas dalam memberikan asuhan

keperawatan hingga ada yang meragukan kompetensi yang dimiliki dan lain-lain.

kendala utama selama ini terhadap tenaga perawat adalah belum adanya pengakuan

secara utuh terhadap asuhan keperawatan. Untuk itu dalam RUU keperawatan tersebut

harus mengakui tentang adanya pelayanan asuhan keperawatan yang dibutuhkan

masyarakat. Sebuah profesi memerlukan payung hukum untuk melindungi segenap


organisasi dan perangkatnya agar dapat dipertanggung jawab dan tanggung gugatkan

serta merasa nyaman dan aman dalam melaksanakan kegiatan keprofesiannya tersebut.

Profesi Keperawatan, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain,

dituntut terus untuk mengembangkan dirinya dan berpartisipasi aktif dalam sistem

pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari

masyarakat.

Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus

memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan

lingkungan sosial di Indonesia. Dari beberapa anggota negara ASEAN hanya Laos dan

Indonesia yang belum memiliki Undang-Undang Keperawatan. Hal ini patut menjadi

perhatian publik bahwa perlunya disahkan Undang-Undang Keperawatan agar perawat-

perawat di Indonesia mampu bersaing secara global dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan. Rancangan undang-undang keperawatan yang sampai saat ini masih terus

dalam pembahasan Komisi IX DPR RI belum menemui titik waktu kapan disahkannya.

Ada beberapa hal yang mungkin perlu dipikirkan oleh segenap perawat di Indonesia

agar RUU Keperawatan segera mendapatkan pengesahannya, sebagai berikut:

Pertama: apakah perawat telah melakukan sosialisasi ke masyarakat umum. Fenomena

yang terjadi dilapangan menggambarkan bahwa hanya perawat saja yang menuntut

untuk disahkannya RUU Keperawatan tersebut (mungkin juga ada sebagian perawat

yang juga tidak mengetahui tentang RUU keperawatan), sedangkan sebagian besar

masyarakat belum memberikan reaksi aktif untuk mendukung pengesahan RUU

keperawatan ini. Padahal bila menilik substansi isi RUU keperawatan yang terdiri 12

bab 97 pasal dapat disimpulkan bahwa RUU keperawatan tersebut tidak hanya
melindungi perawat sebagai perangkat anggota profesi, namun juga melindungi

masyarakat sebagai klien dalam pelayanan keperawatan. Disini perlu adanya support

dari dari masyarakat sehingga semua lapisan akan merasa bahwa RUU keperawatan

tersebut bukan ditujukan untuk kepentingan perawat semata namun untuk melindungi

masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan.

Dari substansi RUU Keperawatan itu sendiri tidak hanya membahas tentang

praktik keperawatan saja yang sempat menjadi kontra pada sebagian petinggi negara.

Namun juga mengatur tentang sistem registrasi dan jaminan mutu lulusan perawat yang

nantinya akan mengayomi masyarakat.

Kedua: apa urgensinya RUU keperawatan sehingga perlu disahkan. Keperawatan

sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab pengembangannya

harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan suatu wadah yang mempunyai fungsi

utama untuk menetapkan, mengatur serta mengendalikan berbagai hal yang berkaitan

dengan profesi seperti pengaturan hak dan batas kewenangan, standar praktek, standar

pendidikan, legislasi dan kode etik profesi. Serta peraturan lain yang berkaitan dengan

profesi keperawatan sehingga perawat yang bekerja dalam lingkup kewenangan profesi

seharusnya mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Bila kita melihat

isi UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, banyak sekali substansi dari peraturan yang ada

diperundang-undangan tersebut yang bernuansa medis, padahal pada semua tempat

pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia jumlah tenaga keperawatan.

Selain itu, UU Kesehatan tersebut belum spesifik diatur menjadi PP, sementara

Kepmenkes kurang mengikat peraturan-peraturan yang ada di daerah karena hingga saat

ini di Indonesia, baru Provinsi Lampung saja yang mempunyai Peraturan Daerah
tentang Praktik Keperawatan.

Perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya kerapkali mengalami

berbagai kendala, mulai dari adanya kasus mal praktek, tidak adanya legalisasi dalam

memberikan pelayanan kesehatan, hingga ada yang meragukan kompetensi yang

dimiliki dan sebagainya. Dari berbagai masalah yang muncul memicu kita sebagai

anggota profesi dan juga perawat tentunya untuk berusaha mencari sebuah kebijakan

yang dapat mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan peran dan fungsinya

dimasyarakat.

Dalam upaya pengembangan kebijakan, ada beberapa model pengembangan

dalam menentukan kebijakan publik bagi profesi keperawatan. Untuk menghadapi

situasi saat ini, salah satu metode yang cocok digunakan adalah model kelompok,

dimana diperlukan peran aktif dari berbagai anggota kelompok yang berkepentingan

untuk mempengaruhi substansi dan bentuk kebijakan.

Dalam aplikasinya, organisasi profesi (PPNI) perlu melakukan advokasi dan sosialisasi

secara menyeluruh kepada segenap lapisan masyarakat baik kalangan elit maupun

masyarakat umum agar memiliki kesadaran akan manfaat bila RUU Keperawatan ini

disahkan.

Negara-negara ASEAN seperti Filipina, Thailand, Singapura, Malaysia, sudah

memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan

tahun yang lalu. Negara-negara tersebut sudah siap untuk melindungi masyarakatnya,

serta lebih siap lagi dalam menghadapi globalisasi perawat asing yang masuk ke

negaranya, maupun sebaliknya. Selain itu, Mutual Recognition Agreement (MRA) antar

10 negara ASEAN telah menyepakati tiga profesi yang akan diimplementasikan yaitu
dokter, dokter gigi, dan perawat. Sedang dari ketiga profesi tersebut di Indonesia, hanya

perawat yang belum memiliki UU dalam melaksanakan praktik keperawatannya.

Dengan tidak adanya UU dalam melaksanakan praktik keperawatannya, perawat sering

kali berada pada “gray area” dimana mereka sering mendapati klien dalam keadaan

darurat, sedangkan tidak ada dokter yang bertugas. Hal ini membuat perawat terpaksa

melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi keselamatan

klien. Tindakan yang dilakukan tanpa ada delegasi dan petunjuk dari dokter, terutama di

puskesmas yang hanya memiliki satu dokter yang berfungsi sebagai pengelola

puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan

tindakan pengobatan. Fenomena ini tentunya sudah sering kita jumpai di berbagai

puskesmas terutama di daerah-daerah tepencil. Dengan pengalihan fungsi ini, maka

dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai. Dan tentu saja saat terjadi suatu hal,

tindakan ini tidak akan mendapatkankan perlindungan hukum karena tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara profesional.

Semua peraturan dan perundang-undangan mengenai kesehatan menyebutkan

bahwa setiap tindakan invasif adalah wewenang dokter. sedangkan tindakan invasif

sendiri adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan

tubuh. Bagaimana dengan injeksi yang selama ini kita ketahui dikerjakan oleh perawat?

Nah, dengan adanya UU Keperawatan semoga bisa semakin menjelaskan bagaimana

peran yang harus kita ambil jika menemui situasi-situasi tersebut.

Selain itu, undang-undang keperawatan ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi

perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan. Saat telah disahkan, pendidikan

keperawatan di Indonesia akan semakin terarah dan jelas. Institusi-institusi tidak


bertanggung jawab yang hanya berorientasi pada keuntungan materil pun dengan mudah

diberantas. Standart pendidikan keperawatan juga akan menjadi jelas, lulusan program

pendidikan seperti apa yang bisa menjalankan praktik keperawatan mandiri.

Hak dan kewajiban seorang perawat akan lebih tertata, sehingga memudahkan perawat

dalam melaksanakan praktik keperawatnnya. Dengan adanya undang-undang

keperawatan ini, perawat juga akan terhindar dari melakukan intervensi yang bukan

bagian dari tugasnya sehingga perawat akan lebih terlindungi dari sanksi-sanksi yang

sebenarnya tidak perlu didapatkannya.

Rancangan Undang Undang (RUU ) Keperawatan yang sedang dibahas di Panja

DPR RI sekarang ini berangkat dengan spirit nasionalisme, di mana banyak daerah

terpencil yang tidak memiliki tenaga perawat, sehingga kurang mendapat perhatian

kesehatan yang memenuhi standar kesehatan. Demikian dikatakanWakil Ketua Komisi

IX DPR RI Nova Riyanti Yusuf dalam diskusi ‘RUU Keperawatan’ bersama Staf Ahli

Menteri Kesehatan Prof. dr. Budi Sampurna, dan Sekjen PP PPNI Harif Fadilah di

Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (17/9/2013).

Karena itu dengan UU Keperawatan ini diharapkan terjadi pemerataan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat khususnya di daerah terpencil.

“Jumlah dokter yang terbatas, banyak akademi perawat yang tidak terstandarisasi, dan

banyaknya perawat yang dikriminalisasi akibat salah penanganan medis, maka itulah

yang menjadi spirit perlunya pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

khususnya di daerah-daerah terpencil,” tegas Nova Riyanti Yusuf dalam diskusi ‘RUU

Keperawatan’ bersama Staf Ahli Menteri Kesehatan Prof. dr. Budi Sampurna, dan

Sekjen PP PPNI Harif Fadilah di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (17/9/2013).


Dengan UU Keperawatan ini lanjut Nova, nantinya tenaga perawat akan mendapat

pendidikan khusus keperawatan yang diharapkan bisa membantu dokter secara

profesional. “Nantinya perawat mendapat pelimpahan wewenang dari dokter untuk

menjalankan tugas-tugas kedokteran ketika dokter tidak ada atau dalam waktu darurat.

Karena itu RUU ini harus disahkan selambat-lambatnya pada akhir 2013 ini,” tambah

Nova.

Menurut politisi Demokrat ini bahwa Indonesia memerlukan tenaga perawat

yang luar biasa, mengingat selama ini terpusat di kota kota besar termasuk tenaga dokter

sendiri. Untuk itu RUU Keperawatan ini menjadi prioritas sejak tahun 2012 dan harus

segera disahkan. Untuk dia meminta tak perlu khawatir dengan RUU Keperawatan

tersebut karena secara akademis memang dibutuhkan mendesak.

Budi Sampurna menjelaskan jika RUU Keperawatan tak akan berbenturan dengan UU

Kesehatan, UU Kedokteran, dan UU sejenis, karena hanya akan mengatur dari sisi

profesi pekerjaan, dan pendidikannya meliputi praktek, sanksi administratif, pembinaan

dan sebagainya. Sedangkan khusus pendidikannya pengajarnya dosen perawat, dan atau

perawat yang sudah diangkat menjadi dosen keperawatan. “Jadi, dalam pendidikan

keperawatan ini tak ada yang namanya konsultan, melainkan tetap dosen. Tapi, yang

terpenting pemerataan pelayanan perawat di daerah-daerah di tengah sulitnya anggaran

untuk mencetak tenaga dokter profesional,”. (Budi Sempurna)

"UU Keperawatan nanti diharapkan mampu melahirkan kader-kader perawat baru yang

berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pemerataan di pelosok wilayah tanah air. Selain

itu juga untuk menjamin perlindungan bagi masyarakat penerima layanan keperawatan,"

(Noriyu).
RUU Keperawatan memang sangat penting untuk segera disahkan karena tidak hanya

akan memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi perawat dalam melakukan

pelayanan kesehatan, tetapi juga kepastian dan jaminan hukum bagi masyarakat yang

akan memanfaatkan pelayanan keperawatan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya, inti dari keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan

kepada orang lain dimana asuhan keperawatan tersebut diberikan kepada individu,

keluarga, kelompok, serta masyarakat. Sedangkan tujuan dari keperawatan adalah untuk

meningkatkan kesehata, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, serta pemulihan

kesehatan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa keperawatan merupakan profesi yang

mempunyai tujuan untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam menjalankan keperawatan

digunakan ilmu dan seni serta mnggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah

yang dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional.

Tapi di balik itu, ada banyak permasalahan yang masih di rasakan oleh perawat-

perawat di Indonesia. Perawat di Indonesia masih sangat tertinggal jauh dibandingkan

dengan negara-negara ASEAN lainnya. Baik dalam hal kesejahteraan, Ruang lingkup,

kejelasan dalam melakukan asuhan keperawatan, serta kasus yang sedang maraknya

sekarang yaitu Rancangan Undang-Undang kesehatan yang sampai saat ini belum ada

kejelasannya.

3.2 Saran

Karya tulis ini mengupas tentang lika-liku keperawatan di Indonesia. Semoga

perawat di Indonesia mendapat kejelasan dalam melakukan profesinya. Dan

RancanganUndang-Undang keperawatan dapat segera disahkn sehingga perawat di

Indonesia mempunyai ruang lingkup kerja yang jelas dan lebih sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kumpulansejarah.com/2013/01/sejarah-perkembangan-keperawatan-di.html

http://www.ppni-dki.com/html/anggota.php?id=profil&kode=54&profil=Alur

%20Registrasi

http://www.inna-ppni.or.id/index.php/keperawatan-di-indonesia/pendidikan-

keperawatan

http://hukum.kompasiana.com/2012/05/12/rancangan-undang-undang-keperawatan-

yang-hanya-terus-menjadi-rancangan-461787.html

http://www.beritasatu.com/nusantara/113954-uu-keperawatan-harus-mampu-lahirkan-

perawat-berkualitas.html

http://www.fik.umsurabaya.ac.id/berita -BAGAIMANA%20NASIB%20UU

%20KEPERAWATAN.php

http://kabarwashliyah.com/2013/09/17/dpr-segera-sahkan-ruu-keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai