Anda di halaman 1dari 24

Ciri-ciri kalimat efektif:

1. Kesepadanan

Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek dan keterangan. Di dalam kalimat efektif
harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.

Contoh:

Amara pergi ke sekolah, kemudian Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak efektif)

Amara pergi ke sekolah, kemudian kerumah temannya untuk belajar. (efektif)

2. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda)

Contoh:

Mahasiswi perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (tidak efektif)

Mahasiswi yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah. (efektif)

3.Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang di anggap
tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Contoh:

Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku. (tidak efektif)

Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)

4. Kelogisan

Bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Contoh:

Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5.Kesatuan atau Kepaduan

Maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan
itu. (tidak efektif)

Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesejajaran

Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.

Contoh:

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)

Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)


B. Syarat-syarat kalimat efektif

1. Koherensi

Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata)
yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana
mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih
erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh
ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok
kata yang rapat hubungannya.

2. Kesatuan

Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus
memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan
unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti
yang merupakan cirri keutuhan kalimat.

Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi.


S P Pel K

Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas sehingga
ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara
pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang digunakan.

3. Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk
lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan
makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:

Frase pada awal kalimat

Contoh :
Sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli
bedah.

Pengurangan subyek kalimat

Contoh:
– Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)
4. Paralelisme

Paralelisme atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan
dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

5. Penekanan

Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan
memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam
penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :

Posisi dalam kalimat

Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di
depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat
mengubah bentuk kata dalam kalimat.

Contoh :
– Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr.
Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan
produksi minyak.

- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah
salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof.
Dr. Herman Yohanes.

Urutan yang logis

Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang
berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis
dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting
atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh :
– Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

6. Kevariasian

Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks.
Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek
dan panjang.

a). Cara memulai

Subyek pada awal kalimat.

Contoh:
– Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.

Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)

Contoh:
– Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.

Kata modal pada awal kalimat

Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi
ragu tau sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut atau sebaliknya.
Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali,
dan sebagainya.
Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya,
tampaknya, dan sebagainya.
Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar,
dan sebagainya.

Contoh:
– Sering mereka belajar bersama-sama.

b). Panjang-pendek kalimat.

Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang
tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari
kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa
kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi
lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang
utuh.

c). Jenis kalimat.

Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini
wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan
demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal
ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah
tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam
karangan.

d). Kalimat aktif dan pasif.

Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat
aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.

e). Kalimat langsung dan tidak langsung.

Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat
ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil
dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.

7. Logis/Nalar

Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh
akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya.
Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dalam kalimat.
Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar
gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga
masuk akal.

Contoh kalimat salah nalar:

a. Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)


b. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K).
Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih
akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4.Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan
kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang
berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata
kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa
kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk
penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
(benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Tanda-tanda/ciri-ciri kata-kata Efektif/Efisien :

Kesepadanan
Satu kata-kata Efektif/Efisien mesti mencukupi unsur gramatikal yakni subjek, predikat, objek serta info. Didalam
kata-kata Efektif/Efisien mesti mempunyai keseimbangan didalam penggunaan susunan bhs.

Contoh kalimat :

Amara pergi ke sekolah, lantas amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. ( tidak Efektif/Tidak Efisien )

Amara pergi ke sekolah, lantas kerumah temannya untuk belajar. ( Efektif/Efisien )

2. Ketelitian didalam penentuan serta pemakaian kata

Saat membuat kata-kata Efektif/Efisien jangan sempat jadi kata-kata yang ambigu ( menyebabkan tafsiran ganda )

Contoh kalimat :

Mahasiswi perguruan tinggi yang populer itu mendapatkan hadiah ( tidak Efektif/Tidak Efisien )

Mahasiswi yang kuliah di perguruan tinggi yang populer itu mendapatkan hadiah. ( Efektif/Efisien )

3. Kehematan

Kehematan didalam kata-kata Efektif/Efisien maksudnya yaitu irit saat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain
yang dikira tak perlu, namun tidak menyalahi kaidah tata bhs.

Contoh kalimat :

Dikarenakan ia tidak diajak, dia tidak turut belajar berbarengan belajar di rumahku. ( tidak Efektif/Tidak Efisien )

Dikarenakan tidak diajak, dia tidak turut belajar berbarengan di rumahku. ( Efektif/Efisien )

4. Kelogisan
Bahwa ide kata-kata itu bisa dengan gampang dipahami serta penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Contoh kalimat :

Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. ( tidak Efektif/Tidak Efisien )

Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. ( Efektif/Efisien )

5. Kesatuan atau kepaduan

Maksudnya yaitu kepaduan pernyataan didalam kata-kata itu, hingga info yang disampaikannya tidak terpecah-
pecah.

Contoh kalimat :

Kita mesti bisa mengembalikan pada kepribadian kita orang-orang kota yang sudah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu. ( tidak Efektif/Tidak Efisien )

Kita mesti mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang telah meninggalkan rasa kemanusiaan. (
Efektif/Efisien )

6. Keparalelan atau kesejajaran

Yaitu kesamaan bentuk kata atau tambahan yang dipakai didalam kata-kata itu.

Contoh kalimat :

Kakak membantu anak itu dengan dipapahnya ke tepi jalur. ( tidak Efektif/Tidak Efisien )

Kakak membantu anak itu memapahnya ke tepi jalur. ( Efektif/Efisien )

Harga sembako dibekukan atau kenaikan dengan luwes. ( tidak Efektif/Tidak Efisien )

Harga sembako dibekukan atau dinaikkan dengan luwes. ( Efektif/Efisien )


KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses
penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud yang di sampaikan
oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh
pendengar/pembaca relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.

Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:


1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan
pembaca atau penulisnya.

Kalimat efektif itu memiliki ciri yaitu :


1 Koherensi (keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut.
Perhatikan contoh dibawah ini.
(1a) Kami pun akhirnya saling memaafkan.
(1b) Saya pun akhirnya saling memaafkan.
(2a) Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b) Dia berbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat
(1b) dan (2b) tidak. Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada (1b) sebagai subjek predikat
verba saling memaafkan tidaklah tepat. Predikat verba itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara itu,
pada kalimat (2b) terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong.
Predikat verba itu memiliki cirii (semantis) dengan subjek jamak.

2 Kesejajaran
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk
berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang
diungkapkan.
2.1 Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Kesejajaran unsur-unsur kalimat itu akan
memudahkan pemahaman pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(3a) Lokasi perumahan telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi perumahan telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a) memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa, keduanya merupakan kalusa bentuk pasif. Sementara itu
pada kalimat (3b) ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada ketitidak sejajaran bentuk kalusa pasif (dipilih) dan bentuk
kalusa aktif (menyetujui). Agar terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif. Jika bentuk kalusa
pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif pula (3a). sebaliknya, jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk kalusa
berikutnya aktif juga. Dengan demikian kalimat (3b) dapat di perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin unit telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat yang mengandung perincian. Perhatikan comtoh berikut/
(4) Langkah-langkah dalam wawancara ialah
(a) pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
(b) utarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur waktu wawancara.
Ketidaksejajaran kalimat (4) terlihat dalam penggunaan bentuk kata pada awal rincian. Dalam rincian yang pertama
digunakan bentuk kata pertemuan (nomina); dalam perincian kedua digunakan bentuk kata utarakan (verba); dalam
perincian keiga digunakan bentuk kata mengatur(verba). Agar sejajar, kalimat (4) di perbaiki menjadi seperti
berikut.

(4a) Langkah-langkah dalam wawancara ialah


(a) mengatur pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
(b) mengutarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur waktu wawancara.

2.2 Kesejajaran Makna


Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat. Perhatikan contoh berikut ini .
(5) Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu sering terealisasi menjadi pernyataan negative (tidak memperhatikan ) digabungkan dengan
pernyataan positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya, makna kalimat (5) tidak jelas. Seharusnya, pernyataan
negative di gabungkan dengan pernyataan negative pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalmat (5) dapat diubah
sebagai berikut.
(5a) Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(5b) Saya memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.

3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat tertentu. Pemfokusan itu
dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui pengedepanan dan pengulangan.

3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7) Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan atau ditonjolkan.
Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat,
yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang
dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a) Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.

3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan, seperti contoh
berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modal utama seorang
pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat
dikatakan mubazir karena berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat saja
hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan (10) dengan kalimat (9a) dan (10a)
berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.

4 Penghematan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan,
antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c)
Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghilangan Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk
bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama dengan
subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk bertingkat subjek anak kalimat sama dengan
subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat dibawah ini.

(11) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia asyik membaca
novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca
novel.

Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan subjek yang sama,
yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga
tidak perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.

Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Karena subjeknya
sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa
penghilangan subjek di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat karena kalau
urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus
dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.

4.2 Penghilangan Bentuk Ganda


Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat digolongkan sebagai
bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
adalah merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja

Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah
kalimat. Oleh karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa tulis resmi,
harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang
mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari
saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari
saja.

Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan struktur kalimat, contoh
(13)- - (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan kata,
pemakaian bentuk ganda itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan adalah
contoh (13a) - - (18a) dan (13b) - - (18b).

4.3 Penghematan Penggunaan Kata


Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa. Katakaryawan,peserta,
atau anak, misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat bergantung pada
konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau
penambahan kata yang menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala. Kedua
cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a) Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b) Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a) Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b) Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.

5 Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan efek yang berbeda.
Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti yang telah dibicarakan pada bagian 3.1
dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat. Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang
mempertimbangkan nilai komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan kalimat
berklimaks.
5.1 Kalimat Berimbang
Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa informasi yang kadarnya
sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya adalah sebagai berikut.
(21) Fajar telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22) Semua orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan (22) masing-masing mengandung dua informasi. Informasi pertama pada kalimat (21) adalah
‘fajar telah menyingsing’ dan informasi kedua adalah ‘burung-burung pun mulai berkicau.’ Kedua informasi itu
mempunyai derajat yang sama. Agar kedua informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan
majemuk, bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua informasi yang sama-sama
penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang laki-laki bekerja di sawah’ dan informasi kedua adalah ‘para istri
mereka bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk setara. Bedanya adalah bahwa kalimat
(21) berupa kalimat majemuk setara penjumlahan, sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat majemuk setara
pertentangan.
5.2 Kalimat Melepas
Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung informasi yang setara, sedangkan
kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di dalam kalimat melepas terdapat informasi utama dan
informasi tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada bagian awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan
pada posisi berikutnya sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja. Karena derajat
informasinya tidak sama, jenis kalimat yang digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat majemuk
bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di atas, diubah menjadi
kalimat melepas seperti berikut.
(23) Fajar telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di rumah.
Dengan mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi yang terkandung di
dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat informasi itu dipisahkan oleh kata
penghubung saat dan tatkala. Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah informasi
utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya, yaitu sesudah kata penghubung, adalah
informasi tambahan yang derajatnya lebih rendah. Bagian kalimat yang memuat informasi utama itu adalah anak
kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat Berklimaks
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi utamanya terletak pada
awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan
demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar menyingsing.
(24a) Ketika para istri mereka bekerja di dapur, semua orang laki-laki bekerja di sawah.

6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)
(25b) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
(benar)

7 Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
Koherensi :
Suatu kalimat efektif harus memiliki unsur Koherensi, yaitu perpaduan antar kata yang digunakan
untuk membentuk suatu kalimat yang efektif.
Suatu kalimat bisa dikatakan memenuhi Koherensi bila terdapat subjek, objek, predikat dan
keterangan di dalam kalimat tersebut
Contoh:
"atas perhatian semua seluruhnya, kami ucapkan terima kasih."
Kalimat diatas bukan merupakan kalimat efektif, seharusnya: "atas perhatian semuanya, kami
ucapkan terima kasih."

Paralelisme :
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat efektif dapat diartikan sebagai keparalelan
kalimat. Yang berarti kalimat pertama dengan kalimat kedua memiliki penggunaan frase yang sama.
Misalnya apabila pertama menggunakan imbuhan di-, maka kalimat kedua juga harus menggunakan
imbuhan di-.
Contoh :
"meja itu harus segera dirapikan, dibereskan, dan dilakukan pembersihan."
Kalimat diatas bukan merupakan kalimat efektif, seharusnya: "meja itu harus segera dirapikan,
dibereskan, dan dibersihkan."

Kehematan :
Kehematan disini maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lainnya
yang dianggap tidak perlu tetapi tidak menyalahi kaidah dalam tata bahasa. Hal ini di karenakan,
penggunaan kata yang berlebihan akan mengaburkan maksud kalimat.
Contoh :
"karena dia tidak diajak, dia tidak ikut belajar dirumah ku."
Kalimat diatas bukan merupakan kalimat efektif, seharusnya: "karena tidak diajak, dia tidak ikut
belajar bersama di rumahku."

Penekanan :
Gagasan pokok yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat
ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada kalimat tadi.
Contoh :
salah satu indikator yang menunjukkan tak efisiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr.
Herman Yohannes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi
minyak.

Variasi :
Variasi disini untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam
teks. Ada kalimat yang di mulai dengan subjek, predikat, atau objek. Ada yang panjang dan pendek.
Contoh :
Subjek pada kalimat awal: "Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara"
Predikat pada kalimat awal: "Turun berlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu"
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Suatu kalimat efektif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

A. Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan ntara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan
kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Ciri – ciri
kesepadanan suatu kalimat adalah:

a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat
tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

b. Tidak terdapat subjek yang ganda.

c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

1. Bagi semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (salah)

. → Semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (benar)

2. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)

. → Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)

3. Mereka datang agak terlambat. Sehingga mereka tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran. (salah)

. → Mereka datang agak terlambat sehingga mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)

. → Mereka datang terlambat. Oleh karena itu, mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)

4. Ayah yang berangkat ke kantor.(salah)

. → Ayah berangkat ke kantor. (benar)

B. Keparalelan atau Kesajajaran


Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.
Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan
kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:

1. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (salah)

. → Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (benar)

. → Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (benar)


2. Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (salah)

. → Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (benar)


C. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk
membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:

1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

. → Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

2. Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.

. → Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

b. Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
(salah)

→ Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar. (benar)

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengahrukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:

Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.

Contoh:

1. Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

2. Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

D. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk
lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikaranekan, penggunaan
kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:

a. Menghilangkan pengulangan subjek.

b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

1. Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (salah)

. → Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (benar)
2. Dia mengenakan topi warna hitam. (salah)

. → Dia mengenakan tpi hitam. (benar)

3. Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (salah)

. → Dia sudah menunggumu sejak pagi. (benar)

4. Beberapa peserta-peserta sudah didiskualifikasik. (salah)

. → Beberapa peserta sudah didiskualifikasi. (benar)

E. Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.

Contoh:

1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)

. → Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)

. → Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)

2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (salah)

. → Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribu rupiah. (benar)

. → Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)

F. Kepaduan
Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan
kepaduan kalimat, yaitu:
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.

2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang
berpredikat pasif persona.

3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata
kerja dan objek penderita.

Contoh:

1. Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (salah)

. → Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
(benar)

2. Surat itu saya sudah baca. (salah)

. → Surat iitu sudah saya baca. (benar)

3. Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (salah)

. → Makalah ini membahas teknollogi fiber optik. (benar)

G. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan
yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh:

1. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)

. → Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)

2. Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)

. → Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
(benar)
Ciri-ciri kalimat efektif:

1. KESEPADANAN STRUKTUR BAHASA

· Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.
· Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. ·
Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu
ide pokok.
· Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam
beberapa ide penjelas.

BEBERAPA CIRI KESEPADANAN · Mempunyai struktur jelas.


· Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.
· Tidak terdapat subjek ganda.
· Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh Kesepadanan
· Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi = subyeknya
tidak jelas.
· Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. à unsur S-P-O tidak berkaitan erat Mestinya
· Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.
· Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN BENTUK


· Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur
yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalamkalimat.
· Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.
· Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.
Contoh-contoh Kepararelan:
1. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang lampu, pengujian sistem
pembagian air, dan menata ruang.
2. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar

3. KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA


· Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat
secara keseluruhan.
· Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2. Melakukan pengulangan (repetisi)
3. Melakukan pengontrasan kata kunci
4. Menggunakan partikel penegas Penekanan Kata :
1. Menempatkan kata yang ditonjolkan
di awal kalimat.
· Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas
· Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Repetisi
Ø Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi
Ø Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi
tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya
3. Pengontrasan kata kunci
Ø Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
Ø Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
Ø Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
Ø Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah

4. KEHEMATAN KATA
o Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata menjadi padat berisi.
Dapat dilakukan dengan cara:
o Menghilangkan pengulangan subyek o Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
o Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
o Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak

1. Contoh Menghilangkan pengulangan subyek


o Karena ia tak diundang, dia tidak dating ke tempat itu. Mestinya menggilangkan kata ia
1. Contoh Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata
o Mira adalah gadis yang memakai bajuwarna merah Mestinya menggilangkan kata warna
1. Contoh Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
o Jangan naik ke atas karena licin. Mestinya menggilangkan kata ke atas Kehematan dengan tidak menjamakkan
kata yang sudah jamak
o Ia mengambil semua jeruk- jeruk yang masih ada dimeja.

5.KESATUAN GAGASAN o Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
o Contoh:
o Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru.

6.KELOGISAN
o Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai EYD.
Contoh:
o Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
o Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.
o Jalur ini terhambat oleh iring- iringan jenazah.

Anda mungkin juga menyukai