Anda di halaman 1dari 19

Anggapan terhadap isi berita

Tanggapan adalah reaksi atau komentar seseorang setelah melihat, mendengar, membaca, merasakan
suatu peristiwa, atau bacaan (teks). Jadi kalimat tanggapan adalah sebuah kalimat yang mengandung
pendapat atau reaksi pribadi yang bertujuan untuk mengomentari suatu peristiwa atau teks.

Kalimat tanggapan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat tanggapan positif dan kalimat
tanggapan negatif. Kalimat tanggapan positif adalah suatu komentar atau reaksi yang bersifat optimis atau
mendukung. Sebaliknya, kalimat tanggapan negatif adalah reaksi atau komentar yang bersifat
menjatuhkan atau tidak setuju dengan suatu peristiwa atau teks.

Meskipun tanggapan ada yang bersifat negatif, dalam menyampaikan tanggapan hendaknya sopan dan
tidak mejatuhkan atau menyakiti perasaan orang lain.

Contoh – Contoh Kalimat Tanggapan:

Pernyataan : Pemerintah akan menaikan harga bahan bakar minyak pada bulan depan.

Tanggapan positif : Langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah telah tepat karena dengan begitu
pemerintah bisa menghemat pengeluaran Negara.

Tanggapan negatif : Pemerintah melakukan blunder yang sangat besar, dengan naiknya harga BBM ini
akan menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok, sehingga dapat menyusahkan rakyatnya.

Pernyataan : Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mendidik sifat anak asuhnya di sekolah.

Tanggapan positif : Meskipun guru sangat berperan dalam mendidik anak asuhnya, peran orang tua juga
tidak kalah pentingnya.

Tanggapan negatif : Guru bukanlah orang yang paling bertanggung jawab dalam perilaku anak asuhnya
karena guru juga merupakan manusia biasa.

Pernyataan : Kurrikulum 2013 telah ditarik kembali dan sekolah kembali menerapkan Kurrikulum KTSP.

Tanggapan positif : Penarikan Kurrikulum 2013 sangatlah tepat karena kurrikulum itu belum sesuai
dengan dunia pendidikan Indonesia.

Tanggapan negatif : Penerapan kembali kurriukul KTSP merupakan bukti bahwa pemerintah tidak
konsisten dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Pengertian Deskripsi dan Contohnya

Pengertian dan 43 Contoh Kalimat Deskripsi - Kalimat adalah kumpulan atau rangkaian kata-kata yang
memiliki makna atau gagasan yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengarnya. Berdasarkan
tujuannya, kalimat dikelompokan menjadi beberapa jenis kalimat, salah satunya adalah kalimat
deskripsi.Kalimat deskripsi sendiri merupakan kalimat yang berisi gambaran -- gambaran, atau penjelasan
-- penjelasan mengenai karakteristik suatu benda baik dalam hal psikis maupun fisiknya. Hal-hal yang
biasa disampaikan dalam kalimat deskripsi biasanya berupa ukuran, warna, rasa, bentuk, dan sifat-sifat
benda lainnya lainnya.

Sepintas kalimat deskripsi hampir sama dengan kalimat definisi, tetapi kedua kalimat tersebut memiliki
perbedaan yaitu, kalimat definisi lebih cenderung menjelaskan arti dari suatu objek meskipun di
dalamnya juga mengambarkan artinya melalui sifat-sifatnya. Sementara kalimat definisi hanya
menjelasakan karakteristik atau ciri dari objek tertentu.

Contoh:

Kalimat Definisi

Harimau adalah hewan besar pemangsa hewan lainnya di dalam hutan.

Kalimat Deskripsi

Harimau memiliki ukuran tubuh yang besar dan senang memangsa hewan lainnya di dalam hutan.

Ciri-Ciri Kalimat Deskripsi

1. Menggambarkan suatu objek dengan melibatkan panca indera seperti mata, telinga, dan lain-lain.

2. Membuat seolah-olah pembaca melihat, mendengar atau merasakan sendiri apa yang dibicarakan.

3. Membicarakan tentang sifat, bentuk, rasa, dan karakteristik suatu benda.

4. Banyak ditemukan di dalam paragraf deskripsi dan report.

Contoh :

Kambing dan sapi memiliki kelenjar susu yang terletak di bawah perutnya.

Bunglon memiliki lidah yang panjang dan lengket untuk menjerat mangsanya.

Cicak bisa memutuskan ekorn untuk mengelabuhi musuh-musuhnya.

Singa jantan memiliki surau yang terlihat seperti rambut di seluruh wajahnya.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima
maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis atau pembicara. Kalimat efektif juga
merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.

· Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

· Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.

· Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun
pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

Syarat-Syarat Kalimat Efektif

1. Kesatuan Gagasan

Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Kesatuan gagasan memiliki
subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan
tunggal.

Contoh:

Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.

2. Keparalelan Atau Kesejajaran

Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola
atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Bila
bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.
Maksudnya jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya
pun harus menggunakan di- pula.

Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan
predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni
menggunakan imbuhan di-.

Kalimat itu harus diubah menjadi :

1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan

2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. Kehematan
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, sehingga kata dalam sebuah
kalimat menjadi lebih padat dan berisi. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud
kalimat.

Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:

- Menghilangkan pengulangan subyek.

Contoh : Karena ia tak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.

Mestinya menggilangkan kata ia.

- Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

Contoh: Mira adalah gadis yang memakai baju warna merah.

Mestinya menggilangkan kata warna.

- Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

Contoh: Jangan naik ke atas karena licin.

Mestinya menghilangkan kata ke atas.

- Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak.

Contoh : Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.

4. Penekanan

Penekanan merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap
makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.

Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:

- Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.

Contoh :

1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain

2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

- Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.

Contoh :

1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.

2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.

3. Bisakah dia menyelesaikannya?


- Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.

Contoh :

Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara
pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan
lainnya.

- Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan


makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

Contoh :

1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5.Kevariasian

Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat
yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang

a). Cara memulai

Subyek pada awal kalimat.

Dengan adanya subyek pada awal kalimat, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya.

· Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan
sebagainya.

· Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya,


dan sebagainya.

· Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan


sebagainya.

b). Panjang-pendek kalimat.

Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu
rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang
seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi
kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami
sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.

c). Jenis kalimat.


Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar
karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua
yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa
dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi
dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.

d). Kalimat aktif dan pasif.

Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan
pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.

e). Kalimat langsung dan tidak langsung.

Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif.
Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil
wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.

6.Kelogisan

Kelogisan maksudnya bahwa suatu kalimat harus mudah dipahami dan penulisannya harus sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang
logis/masuk akal.

Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.

Kalimat diatas tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat
dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;

Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

Penyebab Kalimat Tidak Efektif

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada
kalimat efektif. Banyak hal yang menyebabkan kalimat tidak efektif, yaitu makna yang tidak logis, bentuk
kata yang tidak sejajar, menggunakan subjek ganda, bentuk jamak yang di ulang, penggunaan kata depan
yang tidak perlu, salah nalar, pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing, dan kontaminasi atau keracunan.
Berikut ini mari kita bahas satu per satu mengenai penyebab kalimat menjadi tidak efektif :

1. Makna tidak logis

Contoh:

- Saya saling bertatapan (tidak efektif).

- Kami saling bertatapan (efektif).

2. Bentuk kata tidak sejajar

Contoh:
- Kiki menonton film itu karena diketahui bahwa film tersebut bagus (tidak efektif ).

- Kiki menonton film itu karena mengetahui bahwa film tersebut bagus (efektif ).

3. Menggunakan subjek ganda

Contoh:

- Novel itu saya sudah baca (tidak efektif).

- Saya sudah membaca novel itu (efektif).

4. Bentuk jamak yang diulang

Contoh:

- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).

- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).

5. Penggunaan kata depan yang tidak perlu

Contoh:

- Kepada siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (tidak efektif).

- Siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (efektif).

6. Salah nalar

Contoh:

- Waktu dan tempat kami persilahkan (tidak efektif).

- Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium (efektif).

- Mobil Pak Ivan mau dijual (tidak efektif).

- Mobil Pak Ivan akan dijual (efektif).

7. Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing

Contoh:

- Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif).

- Tamu undangan sudah hadir (efektif).

8. Kontaminasi/keracunan

Contoh:
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik sekali (tidak efektif).

- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi baik sekali (efektif).

- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik (efektif).

Pengertian Kalimat Simpulan


Dalam sebuah paragraf pasti terdapat kalimat utama. Kalimat utama berisi ide pokok, yaitu gagasan
utama yang berisi informasi paling penting dalam sebuah paragraf. Berdasarkan letak kalimat utamanya,
paragraf dibedakan menjadi dua, yaitu paragraf deduktif dan induktif.

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Dengan kata lain,
paragraf deduktif diawali dengan pernyataan umum lalu didukung penjelasan khusus. Sedangkan paragraf
induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf. Dengan kata lain, paragraf
induktif diawali penjelasan khusus lalu diakhiri dengan pernyataan umum.

Selain itu, dalam sebuah paragraf juga terdapat kalimat simpulan. Kalimat simpulan adalah pernyataan
yang dibuat dengan bahasa sendiri dan berisi ringkasan isi pokok paragraf. Dengan demikian, harus
dibedakan antara kalimat utama, ide pokok, dan kalimat simpulan.

Ciri-Ciri Kalimat Simpulan

Ciri-ciri kalimat simpulan adalah sebagai berikut.


1. Menggunakan bahasa sendiri;
Kalimat simpulan harus ditulis dengan menggunakan bahasa sendiri dan tidak perlu menuliskan kembali
kalimat atau seluruh kalimat dalam paragraf.
2. Berdasarkan ide pokok suatu paragraf;
Kalimat simpulan harus sesuai dengan ide pokok dalam paragraf tersebut.
3. Memuat kata-kata kunci yang terdapat dalam kalimat penjelas.
Di dalam kalimat simpulan perlu ditulis kata-kata kunci yang merupakan bagian dari kalimat-kalimat
penjelas dalam paragraf.

Contoh Kalimat Simpulan


Perhatikan paragraf berikut!

Mencintai lingkungan dapat dibuktikan dengan melakukan hal-hal sederhana. Misalnya, membuang
sampah pada tempatnya. Hal tersebut terlihat sederhana namun memberikan dampak yang luar biasa. Jika
setiap orang sadar akan hal tersebut, lingkungan akan senantiasa bersih dan bebas dari musibah banjir.

Penjelasan

Paragraf tersebut merupakan paragraf deduktif karena kalimat utamanya terletak di awal paragraf.
Penjelasannya dapat dilihat sebagai berikut.
Ide pokok : Bukti cinta pada lingkungan
Kalimat utama : Mencintai lingkungan dapat dibuktikan dengan melakukan hal-hal sederhana.
Kalimat simpulan : Cinta pada lingkungan dapat dibuktikan dengan hal yang sederhana seperti
membuang sampah pada tempatnya.

Perhatikan paragraf berikut!

Bayu selalu tiba di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai. Di sekolah, ia akan menyiapkan buku-buku
yang diperlukan untuk pelajaran di hari itu. Jika ada pekerjaan rumah, Bayu akan menyelesaikannya di
rumah. Di sekolah, ia akan mempelajari materi-materi yang telah dipelajari. Setiap ujian, dia tidak pernah
khawatir mendapat nilai yang rendah karena selalu siap kapan pun. Oleh karena itu, Bayu sangat pantas
dijadikan siswa teladan di sekolah.

Penjelasan

Paragraf tersebut merupakan paragraf induktif karena kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
Penjelasannya dapat dilihat sebagai berikut.
Ide pokok : Bayu pantas dijadikan siswa teladan.
Kalimat utama : Oleh karena itu, Bayu sangat pantas dijadikan siswa teladan di sekolah.
Kalimat simpulan : Bayu pantas dijadikan siswa teladan di sekolah karena selalu datang tepat waktu dan
rajin belajar.

Poin Penting

Kalimat simpulan adalah pernyataan yang dibuat dengan bahasa sendiri dan berisi ringkasan isi pokok
paragraf.

Ciri-ciri kalimat simpulan adalah sebagai berikut: ditulis dengan bahasa sendiri, berdasarkan ide pokok,
dan memuat kata-kata kunci yang terdapat dalam kalimat penjelas.

Kesalahan Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada
sehingga sampai pada suatu simpulan.

Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada
kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur
kalimat, dan karena dorongan emosi.

Salah nalar ada dua macam:

Salah nalar induktif, berupa :

kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,

kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,

kesalahan analogi

2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :


kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;

kesalahan karena adanya term keempat;

kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan

kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

Jenis – jenis salah nalar

Deduksi yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak
memenuhi persyaratan.

contoh :

Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.

Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.

Generalisasi terlalu luas

Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan
besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.

Contoh :

Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.

Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.

Pemilihan terbatas pada dua alternatif

Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.

Contoh :

Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.

Penyebab Salah Nalar

Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran
maksud.

Contoh:

Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.

Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

Analogi yang Salah


Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan
persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.

Contoh:

Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.

Argumentasi Bidik Orang

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang
diembannya.

Contoh:

Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki
enam orang anak.

KESIMPULAN

Jadi, maksud dari penalaran adalah untuk menemukan kebenaran. Dan Kebenaran dapat dicapai jika
syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :

Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang
benar atau sesuatu yang memang salah.

Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus
benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti
penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan
material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Penggunaan Huruf Kapital


1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Dia membuat kue.

Apa yang kamu pikirkan?

Kita harus berusaha.

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada petikan langsung.

Misalnya:

Ayah bertanya, "Kakak tadi habis dari mana?"

Bu guru mengingatkan murid-muridnya, "Jangan lupa PR-nya dikerjakan, anak-anak!"

"Aku tahu apa yang harus aku kerjakan," ucapnya.


3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada kata dan ungkapan yang berhubu-ngan dengan
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Islam

Allah

Tuhan

Tuhan Maha Pengasih kepada hamba-Nya.

Ampunilah hamba-Mu, ya Tuhan, atas segala dosa yang telah kami perbuat.

4. a. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada nama gelar kehormatan, keturu-nan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Haji Mamat Solar

Raja Abdullah

KH. Ahmad

Nabi Muhammad

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama pada nama gelar kehormatan, keturu-nan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:

Dia baru saja dilantik menjadi presiden.

Pak Solih sudah naik haji tahun kemarin.

Orang kaya itu gayanya sudah seperti raja.

5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.

Misalnya:

Wakil Presiden Jusuf Kala

Profesor Surono

Sekretaris Jenderal PBB

Gubernur Jawa Barat


b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada nama jabatan atau nama instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya.

Misalnya:

Acara itu dibuka oleh Presiden Republik Indonesia.

Upacara itu dipimpin Gubernur.

Ia ingin bertemu Wali Kota.

Keputusan itu sudah dipertimbangkan oleh Departemen.

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk
kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.

Misalnya:

Ia ingin sekali menjadi profesor.

Upacara itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.

Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.

6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Wage Rudolf Supratman

Halim Perdanakusumah

Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama
Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).

Misalnya:

J.J de Hollander

J.P. van Bruggen

H. van der Giessen

Otto von Bismarck

Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf

pertama kata bin atau binti.

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini

Ibrahim bin Adham

Siti Fatimah binti Salim

Zaitun binti Zainal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis
atau satuan ukuran.

Misalnya:

pascal second Pas

J/K atau JK joule per Kelvin

N Newton

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau
satuan ukuran.

Misalnya:

mesin diesel

10 volt

5 ampere

7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:

bangsa Eskimo

suku Jawa

bahasa Inggris

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan
sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

pengindonesiaan kata asing


keinggris-inggrisan

kejawa-jawaan

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.

Misalnya:

tahun Hijriah tarikh Masehi

bulan Agustus bulan Maulid

hari Jumat hari Galungan

hari Lebaran hari Natal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

Perang Candu

Perang Dunia I

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai
nama.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.

Misalnya:

Banyuwangi Asia Tenggara

Cirebon Amerika Serikat

Eropa Jawa Barat

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri
geografi.

Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba

Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru

Jalan Diponegoro Jazirah Arab

Ngarai Sianok Lembah Baliem

Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya

Sungai Musi Tanjung Harapan

Teluk Benggala Terusan Suez

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang
mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.

Misalnya:

ukiran Jepara pempek Palembang

tari Melayu sarung Mandar

asinan Bogor sate Mak Ajad

d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri
geografi.

Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di sungai

menyeberangi selat berenang di danau

e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas
nama jenis.

Misalnya:

nangka belanda

kunci inggris

petai cina

pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan
untuk.

Misalnya:

Republik Indonesia

Departemen Keuangan

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.

Misalnya:

beberapa badan hukum

kerja sama antara pemerintah dan rakyat

menjadi sebuah republik

menurut undang-undang yang berlaku

Catatan:

Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan
huruf kapital.

Contoh:

Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah.

Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.

Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian


Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang
digunakan dengan nama diri.

Misalnya:

Dr. doktor

S.E. sarjana ekonomi

S.H. sarjana hukum

S.S. sarjana sastra

S.Kp. sarjana keperawatan

M.A. master of arts

M.Hum. magister humaniora

Prof. profesor

K.H. kiai haji

Tn. tuan

Ny. nyonya

Sdr. saudara

Catatan:

Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khu-sus
dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"

Besok Paman akan datang.

Surat Saudara sudah saya terima.

"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.

"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Siapa nama Anda?

Surat Anda telah kami terima dengan baik.

16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang
didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap
itu.

Anda mungkin juga menyukai