Anda di halaman 1dari 21

KALIMAT EFEKTIF

BAG 2
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas,


lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
Kalimat dikatakan singkat karena hanya menggunakan unsur
yang diperlukan saja. Setiap unsur kalimat benar-benar
berfungsi. Sedangkan sifat padat mengandung makna sarat
dengan informasi yang terkandung didalamnya. Dengan sifat
ini tidak terjadi pengulangan pengungkapan. Sifat jelas
ditandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna yang
terkandung didalamnya. Sifat lengkap mengandung makna
kelengkapan struktur kalimat secara gramatikal, dan
kelengkapan konsep atau gagasan yang terkandung di dalam
kalimat tersebut.
Dari beberapa definisi kalimat efektif menurut ahli
bahasa dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat
efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah
dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah
dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Ciri-ciri Kalimat Efektif :

Keutuhan Kesepadanan

Kelogisan Kesejajaran

Kefokusan Kehematan

Penekanan Ketegasan

Keparalelan Kecermatan dan Kesantunan

Kepaduan Kevariasian

Ketepatan Diksi Ketepatan Ejaan


Keutuhan

Kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur


dan makna kalimat. Kalimat secara gramatikal mungkin benar,
tetapi makna salah.
Misalnya:
Saya saling memaafkan. (SALAH)
Rumput makan kuda di lapangan. (SALAH)

Kedua kalimat diatas salah karena tidak adanya kesepadanan


struktur dan makna. Kalimat tersebut seharusnya:
Kami saling memaafkan.(BENAR)
Kuda makan rumput dilapangan. (BENAR)
Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan


antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat memiliki beberapa ciri, seperti berikut ini:
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja
membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa insan pembangunan ini harus
membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa insan pembangunan ini harus membayar
uang kuliah. (Benar)
Tidak terdapat subjek yang ganda

Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :


a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal

Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,


ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang

Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
Kelogisan

Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini


hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat
adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat
tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak dosen, saya persilakan untuk naik ke podium.
Kesejajaran

Memiliki kesamaan bentuk kata/imbuhan yang digunakan secara konsisten. Jika


bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang
lainnya pun harus menggunakan di- , misalnya : kesatuan, kemakmuran,
kedamaian, kesejahteraan, pertanian, perkebunan, perdamaian, mengerjakan,
membawakan, menertawakan.
Misalnya:
 Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (SALAH)

Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang


satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat yang sebenarnya:
 Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (BENAR)
 Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (BENAR)
Kefokusan

Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar


mudah dipahami maksudnya. Jika tidak, makna kalimat akan sulit
ditangkap dan menghambat komunikasi.
Misalnya:
 Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk hortikultura
ini. (TIDAK EFEKTIF)
 Produk hortikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan
kuantitasnya. (EFEKTIF)
 Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk
orang adalah modal utama pemasar produk. (TIDAK EFEKTIF)
 Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal
utama pemasar produk. (EFEKTIF)
Kehematan

Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu.


Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan
mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, hindarkanlah:
Subjek ganda, misalnya: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat
disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
 
Penjamakan kata yang sudah berbentuk jamak, misalnya:
 data (jamak) data-data (jamak)
 fakta (jamak) fakta-fakta (jamak)
Keparalelan

Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat
tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial,
sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kecermatan dan Kesantunan

Kecermatan dan kesantunan terkait dengan ketepatan memilih kata, sehingga


menghasilakn komunikasi baik, tepat, tanpa, gangguan emosional pembaca atau
pendengar. Kalimat dikatakan baik jika pesan yang disampaikan dapat diterima oleh
orang lain. Sedangkan santun mengandung makna halus dan baik, dan sopan.
• Misalnya (kecermatan) :
Manusia ialah makhluk berakal budi. (SALAH)
Kata ialah harus diikuti sinonim, bukan definisi formal. Jika menggunakan ialah kalimat
itu kata manusia disertai sinonim.
Manusia adalah makhluk yang berakal budi. (BENAR)
• Misalnya (kesantunan) :
Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dikerjakan dua kali seminggu.
(SALAH)
Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu dikerjakan dua kali seminggu. (BENAR)
Kata biasanya pada kalimat tersebut tidak perlu karena makna kata itu sudah tersirat
dalam ungkapan sebagaimana telah ditetapkan. Tanpa kata itu, makna kalimat sudah
cukup jelas , jadi penggunaan kata itu mubazir.
Kevariasian

Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan gaya
asalkan variasi tersebut tidak menimbulkan perubahan makna kalimat yang
dapat menimbulkan salah pemahaman atau salah komunikasi.
 Kalimat berimbang (dalam kalimat majemuk setara)
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar
disekolah.
 Kalimat melepas yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa kedua dari klausa
koordinatif dengan klausa utama (pertama) menjadi klausa sematan, dalam
kalimat ini menjadi anak kalimat keterangan waktu.
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka belajar di
sekolah.
 Kalimat berklimaks yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat) pada
posisi awal dan klausa utama dibagian akhir.
Ketiga anak itu belajar disekolah, kedua orang tua mereka bekerja di perusahaan.
Ketepatan Diksi dan Ejaan

Kecermatan diksi memasalahkan ketepatan kata. Setiap kata harus


mengungkapkan pikiran secara tepat. Untuk itu, penulis harus membedakan
kata yang hampir bersinonim, struktur idiomatik, kata yang berlawanan
makna, ketepatan dan kesesuaian, dan sebagainya.
Kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca dapat menentukan
kualitas penyajian data. Sebaliknya, kesalahan ejaan dapat menimbulkan
kesalahan komunikasiyang fatal, misalnya: ia membayar dua puluh lima
ribuan. (Maksudnya: dua-puluh-lima ribuan = 25 x Rp1.000,00 atau dua-puluh
lima-ribuan = seratus ribu = 20 x Rp5.000,00).
Penggunaan tanda baca, bandingkan maknanya:
Paman kami belum menikah.
Paman, kami belum menikah.
Paman kami, belum menikah.
Paman, kami, belum menikah.
Syarat-syarat Kalimat Efektif

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:


1.    Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.   Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki


kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan
adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang
strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa
dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri
dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu
sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan
yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan.
Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek
yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.    Buat Papa menulis surat saya.
2.    Surat saya menulis buat Papa.
3.    Menuis saya surat buat Papa.
4.    Papa saya buat menulis surat.
5.    Saya Papa buat menulis surat.
6.    Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain
tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap
kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya
adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai
bahasa selalu berusaha mentaati hukum yag sudah dibiasakan.

Anda mungkin juga menyukai