Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ SEJARAH,TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA”

Disusun Oleh:

Anggun Dwi Putri 183310799

DosenPembimbing:
Ns. Heppy sasmita

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata “keperawatan jiwa”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Padang, 22 januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...……………………………………………………………...


1.2 Rumusan Masalah ...………………………………………………………….
1.3 Tujuan ..…………….………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

2.1 sejarah keperawatan jiwa di dunia dan di indonesia ……..………………….


2.2 trend dan issue keperawatan jiwa …………………...………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak jaman peradaban.
Pada masa ini suku bangsa Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa
disebabkan karena tidak berfungsinya organ otak. Pengobatan pada masa ini telah
mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti: memberikan ketenangan,
mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan badan yang baik,
mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi.Perkembangan keperawatan
jiwa pada abad 21 lebih menekankan pada upaya preventif melalui pengembangan
pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan
day care sertamengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan pada kelompok
berisiko tinggi dan pengembangan sistem management patient care dengan
pendekatan multidisipliner.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa sejarah keperawatan jiwa di dunia dan di Indonesia?
1.2.2 Apa saja trend dan issue keperawatan jiwa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui sejarah keperawatan jiwa di dunia dan Indonesia
1.3.2 Mengetahui apa trend terbau tentang keperawatan jiwa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah keperawatan jiwa di dunia dan Indonesia

2.1.1 Perkembangan keperawatan jiwa di dunia dimulai pada

1. Masa Peradaban Masa ini dimulai antara tahun 1770 sampai dengan tahun
1880, ditandai dengan dimulainya pengobatan terhadap pasien gangguan mental. Para
masa ini, suku bangsa Yunani, Romawi maupun Arab percaya bahwa gangguan mental
(emosional) diakibatkan karena tidak berfungsinya organ pada otak. Pengobatan yang
digunakan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti:
memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan
badan yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi. Hippocrates
bapak kedokteran abad 7 SM, menerangkan bahwa perubahan perilaku atauwatak dan
gangguan mental disebabkan karena adanya perubahan 4 cairan tubuh atauhormon, yang
dapat menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. seorang Dokter Yunani Galen,
mengatakan ada hubungan antara kerusakan pada otak dengan kejadian gangguan mental
dan perubahan emosi. Pada masa itui suku bangsa Yunani telah menggunakan sistem
perawatan yang modern dimana telah digunakannya kuil sebagai rumah sakit dengan
lingkungan yang bersih, udara yang segar, sinar matahari dan penggunaan air bersih. Untuk
menyembuhkan pasien dengan penyakit jiwa/gangguan mental pasien diajak untuk
melakukan berbagai aktifitas seperti bersepeda, jalan-jalan, dan mendengarkan suara air
terjun, musik yang lembut dll.

2. Masa Pertengahan Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien


gangguan jiwa. Bapak Psikiatric Perancis Pinel, menghabiskan sebahagian hidupnya untuk
mendampingi pasien gangguan jiwa. Pinel menganjarkan pentingnya hubungan pasien-
dokter dalam “pengobatan moral". Tindakan yang diperkenalkan nya adalah menerapkan
komunikasi dengan pasien, melakukan observasi perilaku pasien dan melakukan
pengkajian riwayat perkembangan pasien.
3. Abad 18 dan 19 William Ellis seorang praktisi kesehatan mengusulkan
perlunya pendamping yang terlatih dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa. Pada
tahun 1836, William Ellismempublikasikan Treatise on Insanity yaitu pentingnya
pendamping terlatih bagi pasien gangguan jiwa karena pendamping terlatih rterbukti
efektif didalam memberikan ketenangan dan harapan yang lebih baik bagi kesembuhan
pasien. Bejamin Rush bapak Psikiatric Amerika tahun 1783, menulis tentang pentingnya
kerja sama dengan rs jiwa dalam memberikan bantuan kemanusiaan terhadap pasien
gangguan jiwa. Pada tahun Tahun 1843, Thomas Kirkbridge mengadakan pelatihan bagi
dokter di rumah sakit Pennsylvania mengenai cara merawat pasien gangguan jiwa. Tahun
1872, didirikannya pertama kali sekolah perawat di New England Hospital
Women’sHospital Philadelphia, tetapi tidak untuk pelayan pskiatrik. Tahun 1882
didirikannya pendidikan keperawatan jiwa pertama di McLean Hospital diBelmont,
Massachusetts. Dan pada tahun 1890 diterimanya lulusan sekolah perawat bekerja sebagai
staff keperawatan di rumah sakit jiwa. Diakhir abad 19 terjadi perubahan peran perawat
jiwa yang sangat besar, dimana peran tersebut antara lain menjadi contoh dalam
pengobatan pengobatan pskiatrik seperti, menjadi bagian dari tim kesehatan, mengelola
pemberian obat penenang dan memberikan hidroterapi (terapi air).

4. Keperawatan Jiwa di Abad 20 Keperawatan jiwa pada abad ini ditandai dengan
terintegrasinya materi keperawatan psikiatrik dengan mata kuliah lain. Pembelajaran
dilaksanakan melalui pembelajaran teori, praktek dilaboratorium, praktek klinik di RS dan
Masyarakat. Tingkat pendidikan yang ada pada abad ini adalah D.III, Sarjana, Pasca
Sarjana dan Doktoral. Fokus pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 21 adalah
mengembangkan asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan menekankan upaya
preventif melalui pengembangan pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di
rumah sakit, pelayanan day care (perawatan harian) yaitu pasien tidak dirawat inap hanya
rawat jalan,kunjungan rumah dan hospice care (ruang rawat khusus untuk pasien
gangguan jiwa yang memungkinkan pasien berlatih untuk meningkatkan kemampuan diri
sebelum kembali ke masyarakat). Selain itu dilakukan identifikasi dan pemberian asuhan
keperawatan pada kelompok berisiko tinggi berupa penyuluhan mengenai perubahan gaya
hidup yang dapat mengakibatkan masalah gangguan kesehatan jiwa. Selain itu
dikembangkan pula system management pasien care dimana peran seorang manager
adalah mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
multidisipliner.

2.1.2 Perkembangan keperawatan jiwa di indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia sangatdipengaruhi


oleh faktor sosial ekonomi akibat penjajahan yang dilakukan oleh kolonial Belanda,
Inggris dan Jepang. Perkembangannya dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada
masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat


merupakan penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser
sebagai penjaga orang sakit.Tahun 1799 pemerintah kolonial Belanda mendirikan Rumah
Sakit Binen Hospital di Jakarta, Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat
yang bertujuan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Jenderal Daendels
juga mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti
perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara
Belanda.

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816) Gubernur Jenderal Inggris ketika itu dijabat
oleh Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu
kesehatan adalah milik setiap manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki
derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain melakukan pencacaran umum, cara
perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan kesehatan para tahanan Setelah pemerintahan
kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk Indonesia menjadi lebih baik.
Pada tahun 1819 didirikanlah RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yang sekarang bernama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Antara tahun 1816 hingga 1942 pemerintah Hindia Belanda banyak mendiirikan rumah
sakit di Indonesia. Di Jakarta didirikanlah RS. PGI Cikini dan RS. ST Carollus. Di
Bandung didirikan RS. ST. Boromeus dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan
itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945) Pada masa penjajahan Jepang,


perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemundurandan merupakan zaman
kegelapan,Pada masa itu, tugas keperawatan tidak dilakukan oleh tenaga terdidik dan
pemerintah Jepang mengambil alih pimpinan rumah sakit. Hal ini mengakibatkan
berjangkitnya wabah penyakit karena ketiadaan persediaan obat.

4. Zaman Kemerdekaan Empat tahun setelah kemerdekaan barulah dimulai


pembangunan bidang kesehatan yaitu pendirian rumah sakit dan balai pengobatan.
Pendirian sekolah keperawatan dimulai pertama kali tahun 1952 dengan didirikannya
Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP. Tahun 1962 didirikan Akademi
Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta bertujuan untuk menghasilkan
Sarjana Muda Keperawatan. Tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan keperawatan
di Indonesia, karena Universitas Indonesia mendirikan PSIK (Program Studi Ilmu
Keperawatan) di Fakultas Kedokteran. Sepuluh tahun kemudian PSIK FK UI berubah
menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan.Setelah itu berdirilah PSIK-PSIK baru seperti di
Undip, UGM, UNHAS dll.

5. Sigmund Freud dan Perawatan Gangguan Mental

Periode studi ilmiah dan pengobatan gangguan mental dimulai dengan Sigmund
Freud (1856–1939) dan lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856–1926) dan Eugen Bleuler
(1857–1939). Dengan orang-orang ini, studi tentang psikiatri dan diagnosis serta
pengobatan penyakit mental dimulai dengan sungguh-sungguh. Freud menantang
masyarakat untuk memandang manusia secara objektif. Dia mempelajari pikiran,
gangguannya, dan perawatan mereka seperti yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Banyak teori lain yang dibangun di atas karya perintis Freud (lihat Bab 3). Kraepelin mulai
mengklasifikasikan gangguan mental sesuai dengan gejalanya, dan Bleuler menciptakan
istilah skizofrenia.

6.  Pengembangan Psikofarmakologi

Sebuah lompatan besar dalam pengobatan penyakit mental dimulai pada sekitar
tahun 1950 dengan pengembangan obat-obatan psikotropika, atau obat-obatan yang
digunakan untuk mengobati penyakit mental. Klorpromazin (Thorazine), obat antipsikotik,
dan lithium, agen antimanik, adalah obat pertama yang dikembangkan. Selama 10 tahun
berikutnya, antidepresan inhibitor monoamine oksidase; haloperidol (Haldol), suatu
antipsikotik; antidepresan trisiklik; dan agen anti ansietas, yang disebut benzodiazepin,
diperkenalkan. Untuk pertama kalinya, obat-obatan sebenarnya mengurangi agitasi,
pemikiran psikotik, dan depresi. Masa tinggal di rumah sakit dipersingkat, dan banyak
orang menjadi cukup sehat untuk pulang. Tingkat kebisingan, kekacauan, dan kekerasan
sangat berkurang di lingkungan rumah sakit.

7.Bergerak menuju Kesehatan Mental Masyarakat

Pergerakan ke arah perawatan orang-orang dengan penyakit mental di lingkungan


yang tidak terlalu ketat mendapatkan momentum pada tahun 1963 dengan diberlakukannya
Pembangunan Pusat Kesehatan Mental Masyarakat. Bertindak. Deinstitusionalisasi,
pergeseran yang disengaja dari perawatan institusional di rumah sakit pemerintah ke
fasilitas masyarakat, dimulai. Pusat kesehatan mental masyarakat melayani daerah
tangkapan, atau layanan geografis yang lebih kecil, yang menyediakan perawatan yang
tidak terlalu ketat yang terletak lebih dekat dengan rumah, keluarga, dan teman individu.
Pusat-pusat ini menyediakan perawatan darurat, perawatan rawat inap, layanan rawat jalan,
rawat inap parsial, layanan skrining, dan pendidikan. Dengan demikian, deinstitusionalisasi
menyelesaikan pembebasan individu dari tinggal jangka panjang di lembaga negara,
penurunan penerimaan ke rumah sakit, dan pengembangan layanan berbasis masyarakat
sebagai alternatif perawatan rumah sakit. Selain deinstitusionalisasi, undang-undang
federal disahkan untuk memberikan penghasilan bagi penyandang cacat: Pendapatan
Keamanan Tambahan (SSI) dan Pendapatan Cacat Jaminan Sosial (SSDI). Hal ini
memungkinkan orang dengan penyakit mental yang parah dan persisten menjadi lebih
mandiri secara finansial dan tidak bergantung pada keluarga untuk mendapatkan uang.
Negara dapat menghabiskan lebih sedikit uang untuk merawat orang yang sakit mental
daripada yang mereka habiskan ketika orang-orang ini berada di rumah sakit pemerintah
karena program ini didanai pemerintah federal. Juga, undang-undang komitmen berubah
pada awal 1970-an, membuatnya lebih sulit untuk mengikat orang untuk perawatan
kesehatan mental yang bertentangan dengan keinginan mereka. Ini semakin mengurangi
populasi rumah sakit pemerintah dan, akibatnya, uang yang dikeluarkan negara untuk
mereka.
2.2 Trend dan Issue Keperawatan Jiwa

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
biasanya sedang populer dikalangan masyarakat.
Trend adalah sesuau yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta. (Schultz Dan Videback. (1998))
Issue adalah suatu peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, sosial, politik, dll.
Issue adalah sesuatu yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat akn tetapi
kebenaranya belum dapat dibuktikan.(Nasir,2009)
Trend dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak
orang mengenai praktek keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, dan
tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etik dalam keperawatan. (Schultz Dan
Videback. (1998))

2.2.1 Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa.


Trend current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Masalaha tersebut dapat dianggap ancaman atau
tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan
regional maupun global. Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dlam
keperawatan jiwa, diantaranya sebagi berikut:
1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepi bahkan harus dimulai dari masa
pernikahan. Banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa didalam
kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang dimasa yang akan datang.
2. Tren peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi, penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah, kalangan pejabat dan masyarakat menengah ke atas, juga
memiliki gangguan psikotik dan depresif. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah
ke atas, sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengelola stress, dan
mungkin akibat dari pemecatan atau mutasi jabatan. .( Stuart Dan Sundeen. (1995))
3. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
Terjadinya konflk, lilitan ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang
memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
golongan penyebab gangguan jiwa ini, antara lain:

a. Gangguan fisik, biologis. Penyebabnya antara lain berasal dari:


• Faktor keturunan, kelainan pada otak, kecanduan obat dan alkohol, dll.
• Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dlam pola
pengasuhan hubungan yang patologis diantara anggota keluarga disebabkan oleh frustasi,
konflik, dll.
• Gangguan sosial atau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial
( perkawinan, masalah keuangan, hukum, perkembangan fisik, dll.)
4. Kecenderungan situasi di era globalisasi
Era globalisasi merupakan era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara
khususnya dibidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu
cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sektor
termasuk sektor kesehatan. .( Stuart Dan Sundeen. (1995))
5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan keperawatan adalah tersedianya
alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan. Tenaga kesehatan
(perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global dalam memberikan pelayaan
kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa bukan lai
merupakan masalah klinis melainkan berorientasi pada kehidupan sosial. Konsep
kesehatan jiwa bukan lagi tentang sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal
dalam perilaku dan kemampuan fungsi sosial.( Stuart Dan Sundeen. (1995))
6. Kecenderungan penyakit jiwa
Meningkatnya post traumatic syndrome disorder:
• Trauma yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang pengalaman trauma yang umum
di alami mansia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan stress berkepanjangan dan
berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Trauma bukan gejala kejiwaan
yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan
sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang kejiwaan.
• Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan
segalla aspek kehidupan manusia.

7. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri


• Sehubungan dengan trend masalah kesehatan jiwa secara global. Fokus pelayanan
keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas ( community based care) yang
memberi penekanan pada preventif dan promotif
• Sehubungan dengan peningkatan IPTEK yang sangat cepat, perlu peningkatan dalam
bidang ilmu yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa.
• Sehubungan dengan adanya perbedaan latak belakang budaya kita dengan narasumber,
yng dalam hal ini kita masih mengacu pada negara barat terutaa Amerika, maka perlu
untuk menyaring konsep keperawtan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.( Stuart
Dan Sundeen. (1995))

8. Trend pelayanan keperawatan mental psikiatri di era globalisasi


Sejalan dengan progran deinstitusionalisasi yang didukung, ditemukannya obat
psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat
tidak terbatas, tetapi perawat dituntut untuk lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya,
serta berfokus pada pelayanan preventif dan promotif. Perawat mental psikiatri harus
mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan 3 kunci utama:
• Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan perawat
dengan profesi lain di komunitas
• Reformasi dalam pelayanan kesehatan menuntut perawat meredefinisi perannya
• Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahandan promosi
kesehatan. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan
mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.
9. Issue seputar pelayanan keperawatan mental psikiatri
• Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat dipertanggung jawabkan karena
masih kurangnya hasil riset keperawatan jiwa klinik
• Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang rendah
dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional
• Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali
tidak jelas “position decription.” Job responsibility dan sistem reward di dalam
pelayanan.

2.2.2 Trend dan Issue keperawatan jiwa terbaru

Dalam menghadapi trend dan issue yang berkembang, profesi keperawatan mental
psikiatri di Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membuat standar praktek
keperawatan jiwa di Rumah Sakit, membuat model praktek keperawatan professional
(MPKP) di Rumah Sakit Jiwa dan mengadakan berbagai pelatihan sepertti pelatihan
asuhan keperawatan jiwa dan pelatihan "clinical instructur" bagi perawat mental psikiatri.
Akan tetapi, mungkin masih banyak yang perlu dibenahi dan ditingkatkan agar mampu
menghadapi segala tantangan di masa depan. (Ismatullah,2019)
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus menjadi perhatian profesi
keperawatan mental psikiatri dalam menghadapi Trend dan Issue pelayanan keperawatan
mental psikiatri di era globalisasi:
Sehubungan dengan Trend masalah kesehatan utama dn pelayanan kesehatan jiwa
secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada
komunitas (Community Based Care) yang memberi penekanan pada preventif dan
promotif
Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,
perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi
pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa. Tak
kalah pentingnya adalah meningkatkan penelitian tentang keperawatan mental psikiatri,
terutama keperawatan jiwa klinik. (Ismatullah,2019)
Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikn dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada "license" bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber,
yang dalam hal ini kita masih mengacu pada negara-negara barat terutama Amerika,
maka perlu untuk menyaring konsep-konsep kperawatan mental psikiatri yang didapatkan
dari luar. Dalam buku Estin (1999), menekankan bahwa untuk membina Trust dan
hubungan terapeutik dengan klien dan untuk mencegah penundaan dalam mendiagnosa
kebutuhan klien, perawat perlu memahami budaya, nilai-nilai, kepercayaan dan sikap
klien terhadap penyakitnya. (Ismatullah,2019)

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN BULLYING

P: Populasi,problem Populasi : 4 informan dijadikan subjek


penelitian bullying di SMA 1 PAINAN
Problem : Fenomena Bullying Siswa: Studi
Tentang Motif Perilaku Bullying
Siswa Di Smp Negeri 01 Painan, Sumatera
Barat
I : Intervensi Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
yang bertujuan untuk menggambarkan apa
adanya.7 Dengan Jenis penelitian yang penulis
gunakan adalah penelitian lapangan (field
research), dimana maksud dari penelitian
lapangan adalah penelitian yang dilakukan di
suatu lokasi ditengah-tengah masyarakat
untuk memberikan gambaran yang lengkap
tentang suatu keadaan.8 Beberapa informan
dijadikan subjek penelitian. Informan
merupakan orang atau narasumber tempat
bertanya, serta orang-orang yang dapat
memberika informasi sebanya-banyaknya
dalam penlitian ini.9 Dalam penelitian ada
istilah informan kunci (key informan) dan
informan tambahan. Dalam penelitian ini,
peserta didik yang menjadi pelaku bullying di
sekolah berjumlah 4 orang, yang diambil
berdasarkan purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan informan
dengan pertimbangan tertentu bahwa peserta
didik yang dikategorikan sebagai pelaku dalam
kasus bullying di SMP Negeri 1 Painan
berjumlah 4 orang. Yakni informan dianggap
paling tahu tentang apa yang diharapkan,
sehingga mempermudah peneliti menjelajahi
obyek yang sedang diteliti
C : Compresion Pembanding dari jurnal ini adalah jurnal dari
Hubungan Antara Tindakan Bullying dengan
Prestasi Belajar Anak Korban Bullying pada
Tingkat Sekolah Dasar

O : Outcome Berdasarkan observasi, bahwa bentuk perilaku


bullying yang dilakukan oleh pelaku adalah
bullying secara fisik yaitu dalam bentuk
penyerangan yang dilakukan oleh senior
terhadap juniornya. Pelaku melakukan
pelemahan terhdap korban, yaitu dengaan
cara meyenggolkan tubuhnya kepada korban
secara bergantian. Bullying yang dilakukan
oleh pelaku bermaksud untuk melemahkan
korban, korban sering kali adalah orang yang
sama dan dianggap sebagai orang yang lemah
dari pelaku. Kadjian tersebut juga diakui guru
BK, namun sedikit berbeda dengan uangkapan
para pelaku, menurut Subandi32 yang
menyatakan bahwa kasus pengeroyokkan itu
terjadi dikerenakan sikap yang tidak
mengenakkan dari korban, namun setelah
ditelusuri ternyata perlakuan pelaku kepada
korban yang membuat korban merasa tidak
nyaman. Pernyataan dari guru Bimbingan dan
Koseling ini juga diperkuat dengan observasi
yang penulis lakukan, ketika jam istirahat
terlihat bahwa banyak peserta didik yang
melakukan bullying secara verbal. Hal ini
dilakukan oleh peserta didik ketika sedang
berjalan bersama-sama dengan temannya.
Ketika itu penulis sedang duduk di loby
sekolah, tingkah laku peserta didik yang silih
berganti berjalan di sekitar lobi, mengandung
unsur bullying, yaitu dengan cara melihat
menertawakan temannya sedang berjalan
bersamanya menuju arah ruang majellis guru
dengan kaliamat ―wakwaw‖. Aksi pembualian
yang dilakuan oleh peserta didik dalam bentuk
bullying ini sering kali disertai dengan
pembalasan oleh korban dalam bentuk
tindakan, pembalasan dalam bentuk tindakan
dilakukan oleh korban termasuk kepada
kelompok bullying secara fisik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan keperawatan jiwa diindonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial-
ekonommi yaitu pada saat penjajahan colonial nelanda,inggris,dan jepang. Pada masa
pemerintahan colonial belanda,perawat berasal dari pribumi yang disebut Velpeger
dengan dibantu zicken Oppasser sebagai penjaga orang sakit.
3.2 Saran
Kita sebagai tidak boleh lupa akan sejarah perjuangan keperawatan jiwa yang
selalu dipandang sebelah mata terhadap khayalak umum,& harus terkorbankan
semangat juang membantu orang yang mengalami gangguan jiwa sembuh seperti
semula.

Daftar Pustaka
1. Nurhalimah,(2016).Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan “keperawatan
jiwa”.Pusdik SDM Kesehatan:kebayoran baru,Jakarta Selatan
2. Schultz Dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th Edition.
Philadelphia: Lippincott Raven Publisher

3. Stuart Dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC

4. Ismatullah.(2019). Keperawatan Indonesia”seputar paradigm ilmu keperawatan


secara holistic di Indonesia”.

5. Sari.Y.P.& Azwar.W.(2017). Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif


Perilaku Bullying Siswa Di Smp Negeri 01 Painan, Sumatera Barat. Ijtimaiyya:
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (2) (2017) 333-367.
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/index. Di akses tanggal 27
januari 2020

Anda mungkin juga menyukai