Disusun Oleh:
DosenPembimbing:
Ns. Heppy sasmita
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata “keperawatan jiwa”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Masa Peradaban Masa ini dimulai antara tahun 1770 sampai dengan tahun
1880, ditandai dengan dimulainya pengobatan terhadap pasien gangguan mental. Para
masa ini, suku bangsa Yunani, Romawi maupun Arab percaya bahwa gangguan mental
(emosional) diakibatkan karena tidak berfungsinya organ pada otak. Pengobatan yang
digunakan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti:
memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan
badan yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi. Hippocrates
bapak kedokteran abad 7 SM, menerangkan bahwa perubahan perilaku atauwatak dan
gangguan mental disebabkan karena adanya perubahan 4 cairan tubuh atauhormon, yang
dapat menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. seorang Dokter Yunani Galen,
mengatakan ada hubungan antara kerusakan pada otak dengan kejadian gangguan mental
dan perubahan emosi. Pada masa itui suku bangsa Yunani telah menggunakan sistem
perawatan yang modern dimana telah digunakannya kuil sebagai rumah sakit dengan
lingkungan yang bersih, udara yang segar, sinar matahari dan penggunaan air bersih. Untuk
menyembuhkan pasien dengan penyakit jiwa/gangguan mental pasien diajak untuk
melakukan berbagai aktifitas seperti bersepeda, jalan-jalan, dan mendengarkan suara air
terjun, musik yang lembut dll.
4. Keperawatan Jiwa di Abad 20 Keperawatan jiwa pada abad ini ditandai dengan
terintegrasinya materi keperawatan psikiatrik dengan mata kuliah lain. Pembelajaran
dilaksanakan melalui pembelajaran teori, praktek dilaboratorium, praktek klinik di RS dan
Masyarakat. Tingkat pendidikan yang ada pada abad ini adalah D.III, Sarjana, Pasca
Sarjana dan Doktoral. Fokus pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 21 adalah
mengembangkan asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan menekankan upaya
preventif melalui pengembangan pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di
rumah sakit, pelayanan day care (perawatan harian) yaitu pasien tidak dirawat inap hanya
rawat jalan,kunjungan rumah dan hospice care (ruang rawat khusus untuk pasien
gangguan jiwa yang memungkinkan pasien berlatih untuk meningkatkan kemampuan diri
sebelum kembali ke masyarakat). Selain itu dilakukan identifikasi dan pemberian asuhan
keperawatan pada kelompok berisiko tinggi berupa penyuluhan mengenai perubahan gaya
hidup yang dapat mengakibatkan masalah gangguan kesehatan jiwa. Selain itu
dikembangkan pula system management pasien care dimana peran seorang manager
adalah mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
multidisipliner.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816) Gubernur Jenderal Inggris ketika itu dijabat
oleh Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu
kesehatan adalah milik setiap manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki
derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain melakukan pencacaran umum, cara
perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan kesehatan para tahanan Setelah pemerintahan
kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk Indonesia menjadi lebih baik.
Pada tahun 1819 didirikanlah RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yang sekarang bernama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Antara tahun 1816 hingga 1942 pemerintah Hindia Belanda banyak mendiirikan rumah
sakit di Indonesia. Di Jakarta didirikanlah RS. PGI Cikini dan RS. ST Carollus. Di
Bandung didirikan RS. ST. Boromeus dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan
itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
Periode studi ilmiah dan pengobatan gangguan mental dimulai dengan Sigmund
Freud (1856–1939) dan lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856–1926) dan Eugen Bleuler
(1857–1939). Dengan orang-orang ini, studi tentang psikiatri dan diagnosis serta
pengobatan penyakit mental dimulai dengan sungguh-sungguh. Freud menantang
masyarakat untuk memandang manusia secara objektif. Dia mempelajari pikiran,
gangguannya, dan perawatan mereka seperti yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Banyak teori lain yang dibangun di atas karya perintis Freud (lihat Bab 3). Kraepelin mulai
mengklasifikasikan gangguan mental sesuai dengan gejalanya, dan Bleuler menciptakan
istilah skizofrenia.
6. Pengembangan Psikofarmakologi
Sebuah lompatan besar dalam pengobatan penyakit mental dimulai pada sekitar
tahun 1950 dengan pengembangan obat-obatan psikotropika, atau obat-obatan yang
digunakan untuk mengobati penyakit mental. Klorpromazin (Thorazine), obat antipsikotik,
dan lithium, agen antimanik, adalah obat pertama yang dikembangkan. Selama 10 tahun
berikutnya, antidepresan inhibitor monoamine oksidase; haloperidol (Haldol), suatu
antipsikotik; antidepresan trisiklik; dan agen anti ansietas, yang disebut benzodiazepin,
diperkenalkan. Untuk pertama kalinya, obat-obatan sebenarnya mengurangi agitasi,
pemikiran psikotik, dan depresi. Masa tinggal di rumah sakit dipersingkat, dan banyak
orang menjadi cukup sehat untuk pulang. Tingkat kebisingan, kekacauan, dan kekerasan
sangat berkurang di lingkungan rumah sakit.
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
biasanya sedang populer dikalangan masyarakat.
Trend adalah sesuau yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta. (Schultz Dan Videback. (1998))
Issue adalah suatu peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, sosial, politik, dll.
Issue adalah sesuatu yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat akn tetapi
kebenaranya belum dapat dibuktikan.(Nasir,2009)
Trend dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak
orang mengenai praktek keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, dan
tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etik dalam keperawatan. (Schultz Dan
Videback. (1998))
Dalam menghadapi trend dan issue yang berkembang, profesi keperawatan mental
psikiatri di Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membuat standar praktek
keperawatan jiwa di Rumah Sakit, membuat model praktek keperawatan professional
(MPKP) di Rumah Sakit Jiwa dan mengadakan berbagai pelatihan sepertti pelatihan
asuhan keperawatan jiwa dan pelatihan "clinical instructur" bagi perawat mental psikiatri.
Akan tetapi, mungkin masih banyak yang perlu dibenahi dan ditingkatkan agar mampu
menghadapi segala tantangan di masa depan. (Ismatullah,2019)
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus menjadi perhatian profesi
keperawatan mental psikiatri dalam menghadapi Trend dan Issue pelayanan keperawatan
mental psikiatri di era globalisasi:
Sehubungan dengan Trend masalah kesehatan utama dn pelayanan kesehatan jiwa
secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada
komunitas (Community Based Care) yang memberi penekanan pada preventif dan
promotif
Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,
perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi
pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa. Tak
kalah pentingnya adalah meningkatkan penelitian tentang keperawatan mental psikiatri,
terutama keperawatan jiwa klinik. (Ismatullah,2019)
Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikn dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada "license" bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber,
yang dalam hal ini kita masih mengacu pada negara-negara barat terutama Amerika,
maka perlu untuk menyaring konsep-konsep kperawatan mental psikiatri yang didapatkan
dari luar. Dalam buku Estin (1999), menekankan bahwa untuk membina Trust dan
hubungan terapeutik dengan klien dan untuk mencegah penundaan dalam mendiagnosa
kebutuhan klien, perawat perlu memahami budaya, nilai-nilai, kepercayaan dan sikap
klien terhadap penyakitnya. (Ismatullah,2019)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan keperawatan jiwa diindonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial-
ekonommi yaitu pada saat penjajahan colonial nelanda,inggris,dan jepang. Pada masa
pemerintahan colonial belanda,perawat berasal dari pribumi yang disebut Velpeger
dengan dibantu zicken Oppasser sebagai penjaga orang sakit.
3.2 Saran
Kita sebagai tidak boleh lupa akan sejarah perjuangan keperawatan jiwa yang
selalu dipandang sebelah mata terhadap khayalak umum,& harus terkorbankan
semangat juang membantu orang yang mengalami gangguan jiwa sembuh seperti
semula.
Daftar Pustaka
1. Nurhalimah,(2016).Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan “keperawatan
jiwa”.Pusdik SDM Kesehatan:kebayoran baru,Jakarta Selatan
2. Schultz Dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th Edition.
Philadelphia: Lippincott Raven Publisher
3. Stuart Dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC