Di Susun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada kami berupa makalah
yang berjudul “KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA”. Shalawat dan salam
semoga selalu terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun sebagai tugas yang diberikan dari mata kuliah
Keperawatan Jiwa 2019. Dalam penyusunan makalah ini kami yakin masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada dosen mata
kuliah khususnya dan para pembaca umumnya untuk memberikan saran dan
kritik, dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya.Hanya kepada Allah SWT kami memohon
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................2
BAB 1 Pendahuluan.....................................................................................4
1.2 Tujuan.......................................................................................................5
1.3 Manfaat.....................................................................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................................28
B. Saran.........................................................................................................28
Daftar Pustaka............................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
penyakit jiwa/mental. Bersepeda, Jalan-jalan, dan mendengarkan suara
airterjun ini sebagai contoh penyembuhan.Falsafah biasanya diartikan sebagai
suatu pandangan dan pengetahuan yang mendasar, yang selanjutnya
digunakan untuk mengembangkandan membangun suatu persepsi atau asumsi
tertentu tentang kehidupan.
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliyah Keperawatan Jiwa II serta
mengetahui bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
b. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui sejarah keperawatan jiwa
b. Agar mahasiswa mengetahui konsep dasar kesehatan jiwa
c. Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis Gangguan Jiwa
d. Agar mahasiswa mengetahui Skizofrenia
1.3 MANFAAT
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Zama Mesir - Pada zaman ini gangguan jiwa sering kali dianggap
Kuno karena adanya roh jahat yang bersarang di otak.
- cara penyembuha yang tepat adalah dengan membuat
lubang pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh
jahat yang bersarang diotak.
- Pasien yang mengalami gangguan jiwa diobati dengan
dibakar, dipukuli, atau dimasukan dalam air dingin.
- Mengajak pasien melewati sebuah jembatan lalu
diceburkan dalam air dingin dengan maksud
mengejutkan pasien.
Zaman Yunani - Pada zaman ini gangguan jiwa sudah mulai dianggap
(Hypocrates) penyakit
- Orang miskin yang mengalami sakit jiwa dikumpulkan
dan dimasukan dalam rumah sakit jiwa sehingga
keadaannya sangat kotor dan jorok
- Sementara orang kaya yang mengalami gangguan jiwa
dirawat dirumah sendiri.
- Pada 335-280 SM, Herophilos membedah mayat dan
6
berpendapat bahwa otak merupakan pusat dari system
saraf.
Zaman Vesalius - Saat itu dapat diterima bahwa gangguan jiwa adalah
suatu penyakit, namun kenyataannya, pelayanan
dirumah sakit jiwa tidak pernah berubah.
- Orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai.
Revolusi - Revolusi perancis ini dikenal dengan revolusi
Perancis I humanicme dengan semboyan utamanya “Liberty,
Equality, Fraternity”.
- Pinel menggunakan alasan revolusi, yaitu “ jika tidak,
kita harus siap diterkam binatang buas yang berwajah
manusia”
Revolusi - Emil Kraepelin membagi psikosis menjadi dua golongan
kesehatan Jiwa utama, dementia praecox dan psikosis manic depresif
II yang masih dianut sampai sekarang
Revolusi Jiwa - Perkembangan berikutnya dikembangkanlah basis
III komunitas dengan adanya upaya pusat kesehatan mental
komunitas yang di peroleh oleh J.F. Kennedy. Pada
masa inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III
Abad 18 dan 19 - Bapak ilmu psikiatri Amerika adalah Benjamin Rush
(1745-1813).
- Pada abad 19 dilakukan penelitian tentang penyebab
gangguan jiwa dan jenis gangguan jiwa mulai diselidiki
secraa ilmiah.
- Martin Chartcot (1925-1893) menjelaskan mengenai
hsiteris dan mendemonstrasikan penyembuhan
gangguan jiwa dengan hipnosa.
Abad 20 - Cilfford Beers menerbitkan buku berjudul A Mind That
Fund It Self.
- Tahun 1855-1926, muncullah beberapa pelopor psikiatri
modern antara lain:
1) Sigmund Frued: menjelaskan tentang struktur
kepribadian (id, ego, dan super ego) dan topografi
jiwa.
7
2) Adolf Meyer: menjelaskan tentang teori
psikobiologi, gangguan jiwa dianggap sebagai reaksi.
3) Eugen Bleuler: menjelaskan studi tentang skizofrenia
4) Karen Horney: menjelaskan tentang pandangan
holistic terhadap manusia, yaitu kesatuan yang
berbeda dalam lingkungan dengan interaksi yang terus
menerus.
Awal abad 21 - Keperawatan jiwa berfokus pada tindkaan preventif atau
pengobatan berbasis komunitas menggunakan berbaga
pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain melalui
pusat kesehatan mental, praktik, pelayanan di rumah
sakit, pelayanan day care, home visit dan hospice care.
8
kemerdekaan kesehatan, yaitu rumah sakit dan balai pengobatan.
- Didirikan sekolag Guru Perawat dan sekolah Perawat
setingkat SMP.
- Didirikan Akper milik Departemen Kesehatan di
Jakarta untuk menghasilakn perawat professional
pemula (1962).
- Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK)
- Program Studi Ilmu Keperawatan (1985)
- PSIK FK UI berubah setatus menjadi FIK UI (1995).
Kemudian muncul PSIK_PSIK baru seperti di UNDIP,
UGM, UNHAS dan lain-lain.
Tahun 2000-an - Pada tahun 2000-an, keperawatan jiwa di Indonesia
mulai mengalami perkembangan yang pesat
- Tahun 2000 diperkenalkan contoh bangsal perawat pada
pasien jiwa yang dikenal dengan model Pelayanan
Keperawatan Profesional Pemula (MKPP).
- Semakin bertumbunya jenjang pendidikan tinggi di
Indonesia
- Program Ners spesialis Keperawatan Jiwa pada tahun
2005
9
Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), sehat adalah suatu
keadaan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan. Definisi sehat ini adalah sehat
secara keseluruhan, baik jasmani, rohani, lingkungan berikut faktor-
faktor serta komponen-komponen yang berperan didalamnya.
Sehat menurut WHO terdiri dari suatu kesatuan penting, dari 4
komponen dasar yang membentuk positif health, yaitu sehat jasmani,
sehat mental, sehat spiritual, dan kesejahteraan sosial. Kesehatan jiwa
merupakan suatu bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kesehatan dan
bagian intergral serta merupakan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
WHO menjabarkan kesehatan mental sebagai suatu keadaan yang
baik dimana seseorang menyadari kemampuannya, dapat menghadapi
stres yang normal, dapat bekerja secara produktif dan menyenangkan,
serta dapat berkontribusi dalam komunitasnya. Kesehatan jiwa bukan
hanya tak adanya penyakit jiwa dan masalah kesehatan jiwa bukan
penyakit jiwa.
Menurut undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan
jiwa, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya.
Sementara itu, orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) di
definisikan sebagai orang yang memiliki masalah fisik, mental, sosial,
pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Berbeda dengan ODMK
yang baru berpotensi memiliki gangguan jiwa, orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) didefinisikan sebagai orang yang mengalami gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang
10
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
11
Adapun tujuan dari konsep ini menurut azizah (2010)
dalam buku keperawatan jiwa: aplikasi praktik klinik antara lain:
C. GANGGUAN JIWA
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan
perilaku akibat adanya distrorsi emosi sehingga ditemukan ketidak
wajaran dalam bertingkah laku. Gangguan jiwa adalah gangguan otak
yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berfikir, prilaku, dan
persepsi (penangkapan panca indera).
12
Nasir & Muhith (2011), menguraikan beberapa tanda dan
gejala gangguan jiwa sebagai berikut :
a. Gangguan Kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental dimana seseorang individu
menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya,
baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar (fungsi mengenal)
(Nasir & Muhith, 2011).
b. Gangguan Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi energi, dengan
menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat
suatu rangsangan.
c. Gangguan Ingatan
Ingatan (memori) merupakan suatu kemampuan untuk menyimpan,
mencatat, memproduksi isi, dan tanda-tanda kesadaran.
d. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan,
kesan, atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan
atau gambaran ingatan respons/ konsep lain, yang sebelumnya
berkaitan dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk
membandingkan atau menilai beberapa pilihan dalam suatu
kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan
maksud dan tujuan dari suatu aktivitas
f. Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakan hubungan antara berbagai bagian
dari pengetahuan seseorang.
g. Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan
hubungan dengan lingkungan, serta dirinya melalui pancaindera
dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya
sendiri.
13
h. Gangguan Kemamuan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan
dipertimbangkan yang kemudian diputuskan untuk dilaksanakan
sampai mencapai tujuan.
i. Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan
pengaruh pada aktivitas tubuh serta menghasilkan sensasi organik
dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan
emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai
suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai
komponen fisiologis
j. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan
jiwa.
3. Macam-Macam Gangguan Jiwa
a. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling
berat dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar.
Skizofernia juga merupakan suatu bentuk psikosis yang sering
dijumpai sejak jaman dahulu. Perjalan penyakit ini secara bertahap
akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali kali bisa timbul
serangan.
Menurut penelitian Mutakhir, penyebab skizofrenia antara
lain: faktor genetik, virus, auto antibody, dan malnutrisi.
Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi
interaksi antara abndormal gen dengan;
1) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat
mengganggu perkembangan otak janin.
2) Menurunnya auto imun yang mungkin disebabkan infeksi
selama kehamilan.
3) Komplikasi kandungan.
14
4) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester
kehamilan.
b. Depresi
Depresi merupakan gangguan mental serius yang ditandai
dengan perasaan sedih dan cemas. Tetapi dapat juga berkelanjutan
sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National
Institute Of Mental Health, 2010). Depresi disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain:
1) Faktor Biologis
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas
Biologis pada pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada
penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti
norephineprin, dopamin, serotonin, dan histamin merupaka teori
utama yang menyebakan gangguan mood (Kaplan dkk., 2010).
2) Biogenic Amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood.
3) Gangguan Neurotransmitter
Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi
secara menyebar pada korteks cerebrum. Kadar Cholin yang
abnormal merupakan prekursor untuk pembentukan Ach, dan
dapat ditemukan pada pasien-pasien yang menderita ganguan
depresi (Kaplan dkk., 2010).
4) Faktor Neuroedoktrin
Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan
penting dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi.
Sitem neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang
berperan dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi
fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan
ketidak mampuan dalam mengungkapkan perasaan senang.
15
5) Abnormalitas Otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized
tomography (CT) scan, positron- emission tomography (PET),
dan magnetic resonance imaging (MRI) telah menemukan
abnormaitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan
mood. Area-area tersebut adalah Cortek Prefontal,
Hippocampus, Corteks Cingulate Anterior, dan Amygdala.
6) Kesemasan
c. Gangguan Kepribadian
16
d. Gangguan Mental Organik
1) Dementia
2) Delirium
3) Sindroma amnestic organic bukan akibat alkohol dan zat
psikoaktif lainnya.
4) Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak
dan penyakit fisik.
5) Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan
dan disfungsi otak.
e. Gangguan Fsikosomatik
f. Gangguan Intelektual
17
g. Gangguan Prilaku Masa Anak dan Remaja
18
b. Gangguan Jiwa Neurotik
Tanpa ditandain kehilangan kemampuan menilai realitas, terutama
dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan, yang
menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi,
fobia, dan kompulsif.
c. Gangguan Jiwa Fungsional
19
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, munbgkin
terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami
gangguan jiwa, tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor
lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
2. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seseorang
berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, misalnya yang
bertubuh gemuk atau endoform cenderung menderita psikosis
manicdepresif, sedang yang kurus/ectoform cenderung menjadi
skizofrenia.
3. Temperamen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan
mengalami gangguan jiwa.
4. Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker
dan sebagainya, mungkin menyebabkan meraa murung dan
sedih.
b. Sebab Psikologik
1. Masa Bayi
Masa bayi terjadi pada rentang usia 2-3 tahun. Cinta dan kasih
sayang ibu akan memberikan rasa hangat atau aman bagi bayi
dan dikemudian hari, menyebabkan kepribadian yang hangat
terbuka dan bersahabat
2. Masa Anak Prasekolah (antara 2-7 tahun)
Anak mungkin menurut, menarik diri, atau malah menentang
atau memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang,
tidak dapat menghayati disiplin.
3. Masa Anak Sekolah
20
Pada masa ini akan mulai memperluas lingkungan pergaulan
nya. Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan
gangguan penyesuaian diri.
4. Masa Remaja
Timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri kewanitaan atau
kelaki-lakian). Egosentris bersifat mennetang terhadap otoritas,
senang berkelompok, idealis, adalah sifat-sifat yang sering
terlihat.
5. Masa Dewasa Muda
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman
dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan
kepercayaan diri dan umunya ia akan berhasil mengatsi
kesulitan-kesulitan pada masa ini.
6. Masa Dewasa Tua
Masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang
sudah menetap. Perubahan ini sebagai masalah ringan seperti
rendah diri dan pesimis.
7. Masa Tua
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini.
Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya
belajar, kemampuan jasmaniah, dan kemampuan sosial
ekonomi, menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta
sering mengakibatkan kesalahpahaman terhadap orang
dilingkungannya.
c. Sebab Sosio-kultural
21
4) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
5) Perpindahan kesatuan keluarga
6) Masalah golongan minoritas
7. Penggolongan Kode Diagnosis Gangguan Jiwa
Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multiaksis,
yang menggambarakan berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis
dapat ditegakkan (Katona dkk, 2012). Multiaksis tersebut meliputi hal
sebagai berikut (Nihayati, Fitryiasari, Yusuf, 2015).
a. Aksis 1: sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi
fokus perhatian klinis.
b. Aksis 2: gangguan kepribadian dan retardasi mental.
c. Aksis 3: Kondisi medis secara umum.
d. Aksis 4: masalah lingkungan dan psikososial.
e. Aksis 5: penilaian fungsi secara global.
D. SKIZOFRENIA
1. Pengertian
Skizofrenia berasal dari bahasa yunani, schizein yang memiliki arti
terpisah/batu pecah’ dan phren ‘jiwa’.secara umum skizofrenia
diartikan sebagai pecahnya/ketidakserasian antara afek, kognitif dan
perilaku. Skizofrenia merupakan gangguan yang berlangsung selama
minimal 1 bulan gejala fase aktif.
Gangguan skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala positif
(delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis, menarik diri, penurunan
daya pikir, dan penurunan afek), dan gangguan kognitif (memori,
perhatian, pemecahan masalah, dan sosial).
2. Sejarah Skizofrenia
a. Zaman Kuno
Sejarah skizofrenia adalah sejarah psikiatri. Profesi psikiatri
berkembang seiring berjalannya usaha para dokter dalam mengerti
dan menyembuhkan penyakit pikiran, terutama pada gangguan
jiwa yang tragis dan kronis.
22
Keraguan akan skizofrenia pada masa ini dikarenakan,
pertama, uraian zaman kuno menganai kegilaan melibatkan
individu yang mengalami waham, halusinasi, dapat merupajkan
bagian dari banyak gejala fisik dan gangguan jiwa lainnya (selain
skizofrenia). Kedua, pada peradaban abad ke-19 dan abad ke-20
argumen yang sama dapat dipertahankan mengenai kehidupan
manusia yang mengalami “skizofrenia” atau “psikosis”.
3. Tipe Skizofrenia
a. Paranoid
Gejala utamanya adalah waham kejar atau waham kebesarannya
dimana individu merasa dikejar-kejar oleh pihak tertentu yang
ingin mencelakainya.
b. Disorganisasi (Heberfrenik)
Ciri-cirinya adalah :
1) Memenuhi kriteria umum skizofrenia
2) Biasanya terjadi pada 12-25 tahun
3) Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan,
kecenderungan untuk selalu menyendiri, serta perilaku
menunjukan tanpa tujuan dan hampa perasaan
4) Afek tidak wajar, sering disertai cekikikan dan perasaan puas
diri, senyum-senyum sendiri, tertawa, dan lain-lain.
5) Proses berfikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan
inkoheren
c. Katatonik
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi
gambaran klinisnya:
1) Stupor : kehilangan semangat hidup dan senang diam dalam
posisi kaku tertentu sambil membisu dan menatap dengan
pandangan kosong.
2) Gaduh gelisah : tampak jelas aktivitas motorik yang tak
bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.
23
3) Menampilkan posisi tubuh tertentu : secara sukarela
mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang
tdk wajar atau aneh.
4) Negativisme : tamapak jelas perlawanan yang tidak bermotif
terhandap semua perintah menolak untuyk membetulkan posisi
badannya, menolak untuk makan, mandi, dan lain-lain.
5) Rigiditas : mempertahankan posisi tiubiuh yang kaku untuk
melawan uipaya menggerakan dirinya.
6) Fleksibilitas area / waxy flexibility : mempertahankan anggota
gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar.
7) Gejala-gejala lain seperti command automatisme : lawan dari
negativisme, yaitu memenuhi semua perintah secara otomatis
dan kadang di sertai dengan pengulangan kata-kta lserta
kalimat-kalimat.
d. Skizofrenia residual
Ciri-cirinya
24
Functioning
Suspiciousness Anhedonia
a. Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang bergema dan berulang
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun memiliki kualitas berbeda.
b. Thought insertion or withdrawad : isi pikiran asing dari luar masuk
kedalam pikirannya ( insertion ) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya withdrawad.
c. Thought broadcasting : isi pikiran tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
d. Delution of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar.
e. Delution of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
f. Delution of pasifity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap kekuatan dari luar.
g. Delution of perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukzijat.
5. Faktor Yang Memengaruhi Skizofrenia
a. Faktor prenatal
Terdapat beberapa faktor yang dibahas pada bagian ini.
1. Faktor endogen
Faktor endogen ini bisa didapat melalui ibu dengan diabetes
pada masa kehamilannya.
2. Faktor eksogen
Dibumi utara,terjadinya penurunan suhu antara bulan desember
hingga maret,menunjukan bahwa bayi yang lahir pada musim
dingin lebih rentan menderita skizofrenia fenomena ini
25
diperkirakan dengan infeksi virus, kurangnya paparan matahari
dan vitamin D, suhu, atau kondisi cuaca berat, yang dapat
mempengaruhi perkembangan otak janin.
b. Faktor Non-Prenatal
1. Faktor Genetik
Faktor genetic skizofernia adalah sejumlah faktor kausatif
terimplikasi, termasuk pengaruh genetic, ketidakseimbangan
neurotransmitter, kerusakan structural otak yang disebabkan
oleh infeksi virus prenatal atau kecelakaan dalam proses
persalinan, dan stressor psikologis.
2. Faktor Biologis
Faktor biologis dapat dilihat dari perubahan pada system
transmisi sinyal penghantar syaraf (neurotransmitter) da
reseptor disel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat
neurokimia seperti dopamine dan serotonin; yang ternyata
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikiran), aktif (alam
perasaan), dan psikomotor (prilaku) yang menjelma dalam
bentuk gejala-gejala positif maupun skizofrenia.
3. Faktor psikososial
Faktor psikososial disebabkan oleh perubahan dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja, hingga dewasa) sehingga setiap
individu dipaksa harus beradaptasi dan mampu
menanggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan di
bidang kejiwaan berupa gangguan jiwa dari yang ringan hingga
berat.
6. Stressor
a. Biologis
Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk ke dalam
26
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu Gejala
Pemicu yang basanya terdapat pada respons neurobiologik yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan
perilaku individu.
7. Perilaku dan Rentang Respons Skizofrenia
Perilaku ini meliputi masalah-masalah semua aspek ingatan, perhatian,
bentuk, dan jumlah ucapan (kelainan pikiran formal), pengambilan
keputusan, dan delusi (bentuk da nisi pikiran).
8. Sumber Koping
Pengetahuan yang bersumber dari keluarga berupa penyakit, finansial
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, serta kemampuan untuk
memberikan dukungan secara berkesinambungan.
9. Mekanisme Koping.
Adapun perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri dari
pengalaman yang kurang menyenangkan berhubungan dengan respons
neurologic yaitu sebagai berikut :
a. Regresi merupakan mekanisme koping yang berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas, hanya mempunyai sedikit energy yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari-hari.
b. Projeksi digunakan untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik diri.
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya
fungsi mental, emosi, fikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal
yang menjelma dalam kelompok gejala klinis, yang disertai oleh
penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistic individu.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Sutejo, M.Kep., Sp. Kep. J. 2017. KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA. Yogyakarta: pustaka baru press.
Suliswati, S. Kp, M.Kes, Hj Tjie Anita Payapo, S.Kp, M.Kes dkk.
2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
29