Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah tentang aspek legal etik keperawatan jiwa ini
dapat kami selesaikan.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau mahasiswa yang
bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan informasi mengenai hasil diskusi yang telah
kami lakukan mengenai aspek legal etik keperawatan jiwa.

Tentunya, tidak ada gading yang retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami harapkan agar menjadi pedoman di masa yang
akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak Terima Kasih
DAFTAR ISI

Kata pengantar ....................................................................................................................

Daftar isi..............................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ...............................................................................................................


1.2 Tujuan penulis ...............................................................................................................
1.3 Manfaat penulisan .........................................................................................................

BAB II

2.1 Tinajauan teori ..............................................................................................................

BAB III

3.1 Pembahasan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................

4.2 Saran .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu
profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
baik di dunia maupun di Indonesia.Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya
kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memilikiperan yang lebih luas dengan
penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien
secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran
pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien,
manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik. Dan dengan adanya beberapa aspek
dalam keperawatan seperti aspek legal etik keperawatan jiwa yang akan kami bahas.

Konteks legal etik keperawatan jiwa


Praktik keperawatan jiwa dipengaruhi oleh hukum, teruatama yang berhubungan dengan
hak pasien dan kualitas asuhan. Banyak hukum yang berbeda dari suatu negara dengan
negara lain dan perawat perlu memahami aspek legal yang berlaku di Negara sahnya.
Pengetahuan tentang hukum meningjkatkan kebebasan baik bagi perawat maupun pasien.

1.2 Tujuan penulis


1. Untuk memenuhi mata kuliah etika keperawatan
2. Dapat memahami tentang aspek legal etik keperawatan jiwa

1.3 Manfaat penulisan


1. Meningkatakan pemahamna perawat terhadap hak-hak pasien dan hak legal perawat.
2. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan jiwa.
3. Mengetahui keterkaiatan keperawatan jiwa tentang konteks legal etik dalam asuhan
kepereawatan jiwa.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. SEJARAH KEPERAWATAN JIWA

1. MASA PERADAPAN
Keperawatan jiwa dimulai anatara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadian
penanganan pada seseorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradapan
dimana roh-roh dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar
sembuh. Para leluhur Yunani, Romawi dan Arab percaya gangguan emosional
diakibatkan tidak berfungsinya oragan pada otak. Mereka menggunakan berbagai
pendekatan tindangan seperti :
a. Ketenangan
b. Gizi yang baik
c. Kebersihan badan yang baik
d. Musik
e. Aktivitas rekreasi

Selama abad 7 sebelum masehi, hippocrates menjelaskan perubahan perilaku atau


watak dan gangguan mental disebabkan perubahn 4 cairan tubuh atau hormon, yang
dapat mengahasilkan panas,dingin, kering dan kelembaban. Aristotle melngkapi
dengan hati, dan Seorang Dokter Yunani, Galen :menyatakan emosi atau kerusakan
mental dihubungkan dengan otak. OrangYunani menggunakan kuil sebagai rumah
sakit dan memberikan lingkungan udara bersih, sinar matahari dan air bersih untuk
menyembuhkan penyakit jiwa/mental.Bersepeda, Jalan-jalan, dan mendengarkan
suara air terjun ini sebagai contoh penyembuhan.

2. Masa Pertengahan
Era dari Alienation, social exclusion dan confinement.Dokter menjelaskan gejala :
a. Depression
b. Paranoia
c. Delusions
d. Hysteria
e. Nighmares Rumah sakit Jiwa pertama, Bethlehem royal hospital, telah di
bukan di England
Selama 18 abad, era dari reason dan observation :

a. Pinel, seorang dokter Perancis membuka sebuah rumah sakit untuk


seorang penderita jiwa / mental di pilih kota La Bicetre, Paris. Dia memulai
dengantindakan kemanusiaan dan advokasi, melalui observasi perilaku,
riwayat perkembangan dan menggunakan komunikasi dengan penderaita.
b. Weyer, seorang dokter Jerman psikiatrik pertama yang dapat menjelaskannya
melalui kategori diagnostik.

3. Abad 18 dan 19

Pada abad ke-18, seorang praktisi kesehatan bernama William Ellis


membantumengadakan perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa. Dia mengusulkan
pendampingyang terlatih bagi orang-orang dengan gangguan jiwa. Pada tahun 1836,
William Ellismempublikasikan Treatise on Insanity yang secara terbuka mengemukakan
bahwa praktikkeperawatan yang didirikan tersebut berhasil memberikan ketenangan bagi
pasien dengangangguan jiwa dan juga memberikan harapan demi harapan yang
baik Keperawatan jiwa dimulai antara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan
kejadianpenanganan pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban
dimana roh-roh dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar
sembuh.Para leluhur Yunani, Romawi dan Arab percaya bahwa gangguan emosional
diakibatkan tidak berfungsinya organ pada otak. Mereka menggunakan berbagai
pendekatan tindakan seperti : ketenangan,gizi yang baik, kebersihan badan yang baik,
musik dan aktivitas rekreasi.keperawatan jiwa mengalami perkembangan baik di Eropa
maupun di USA. Walk (1961)mengungkapkan bahwa sejarah kejiwaan tidak lengkap
rasanya jika tidak ada sejarahkeperawatan jiwa di dalamnya.

Perawat psikiatrik kini makin banyak memberikan perawatan pada orang-


orang dikomunitas, di UK setelah muncul kebijakan pemerintah mengenai keperawatan
komunitas.Keperawtan jiwa yang modern berfokus pada upaya meningkatkan atau
mempertahankankesehatan jiwa dan salah satu tujuannya adalah untuk mencegah
terjadinya gangguan jiwa jikahal ini memungkinkan. Saat ini keperawatan jiwa di Inggris
merupakan cabnag pengetahuanyang diajarkan dalam sekolah keperawatan berijazah dan
pendidikan akademi keperawatan.Kini cabang pengetahuan tersebut semakin banyak
dipelajari pula pada tingkat pascasarjana.

Bejamin Rush, sering disebut Bapak Psikiatric Amerika. Pertama menulis bukutentang
Pskiatric Amerika dan banyak tindakan kemanusian untuk penderita penyakit
mental/jiwa. Tahun 1783, masa tindakan moral dan bekerjasama denganrumah sakit
Pennsylvania. Tahun 1843, Thomas kirkbridge memberikan pelatihandi rumah sakit
Pennsylvania untuk membantu dokter merawat pasien penyakit jiwa.Tahun 1872, New
England Hospital untuk perempuan & anak, dan Women’sHospital di Philadelphia
mendirikan sekolah perawat, tetapi tidak untuk pelayan pskiatrik. Setelah itu Dorothea
Lynde Dix, seorang pengajar yang memberikancontoh penderita penyakit jiwa. Tahun
1882 Pendidikan keperawatan jiwa pertama di McLean Hospital diBelmont,
Massachusetts. Dan Tahun 1890 siswa perawat menjadi staff keperawatan di rumah sakit
jiwa. Perawat mendapat tugas dan diharapkan mengembangkan ketrampilan dalam
memberikan pengobatan melalui asuhan keperawatan. Diakhir abad 19 mengalami
perubahan atau perkembangan menjadi cohtoh pengobatan dari perawat pskiatrik,
seperti :
a. Membantu dokter
b. Mengelola obat penenang
c. Memberikan hidroterapi
d. Keperawatan jiwa Abad 20
Sekolah perawatan menawarkan bermacam-macam program dalam keperawatan
psikiatrik. Pada prakteknya sekolah keperawatan biasanya mengarahkan topik-topik
mengenai perilaku manusia atau kesehatan mentalatau gangguan mental, dan dapat
diintegrasikan kedalam beberapa mata kuliahseperti pediatric, obstretri dan gerontology.
Pengalaman klinik Keperawatan psikiatrik didapat dalam jangka lebih dari satu tahun,
meskipun evaluasidilakukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang mencakup
konsep dasar kesehatan mental.

Jika seorang perawat ingin mendapatkan Register Nurse(perawat terakreditasi) harus


melalui suatu latihan, dimana pengalaman klinik keperawatan psikiatrik dapat digunakan
untuk mencapai Register Nurse.Mata kuliah keperawatan psikiatrik dilaksanakan selama
5-10 minggu denganatau tanpa rotasi klinik dan dalam kerangka kesehatan mental atau
psikiatrik.Dibeberapa institusi konsep keperawatan psikiatrik diintegrasikan dalam
2semester, setelah pokok bahasan perkembangan psikologi dan penyimpangan psikologi.
Pengalaman keperawatan psikiatrik diterapkan di unit kedokteran psikiatrik, rumah sakit
jiwa swasta, pelayanan psikiatrik, atau pelayanankesehatan mental masyarakat.

Tindakan keperawatan yang dilakukan dibawah pengawasan perawat teregistrasi


(RN)Program diploma biasanya memberikan waktu lebih untuk keperawatanpsikiatrik
dan pengalaman klinik, dan menekankan pada konsep dasar, proses pengkajian, statistik,
dinamika kelompok, pendidikan keluarga dan pasien,tentang peran perawat dalam
pencegahanSekolah tinggi/universitas menawarkan program pasca sarjana
jurusan psikiatrik atau keperawatan kesehatan mental selama 48 –50 jam
kuliah, pengalaman klinik, penelitian, tugas mandiri dan praktikum. Mata
kuliahdifokuskan pada kepemimpinan, kehidupan sehari-hari, dasar-dasar konsep,dasar
phisiologi, pengkajian klien. Lulusan dapat menjadi perawat spesialisatau perawat klinik,
tergantung kepada mata kuliah yang tersedia.

Akhir-akhir ini, lahan keperawatan psikiatrik memberikan bermacam-macamkesempatan


untuk penjurusan (spesialisasi). Seperti dapat bekerja sebagai perawat di rumah sakit
umum, praktek swasta, konsultan, pengajar dansebagainya.Pengalaman keperawatan jiwa
siswa menjadi dasar yang kuat untuk mendapatkan kesempatan berkarier setalah lulus.
Beberap contoh tempatmelakukan pelayanan keperawatan jiwa seperti di : keperawatan
maternitas,keperawatan onkologi, keperawatan okupasi/industri, keperawatan
kesehatanmasyarakat, kantor keperawatan dan ruang keperawatan gawat darurat.

Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan berbasiskomunitas, yang
menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui pusatkesehatan mental, praktek,
pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care,home visite dan hospice care. Pada saat ini
banyak terjadi perubahan yangsignifikan dalam perawatan kesehatan jiwa. Managed care
menghubungkanstruktur dan layanan baru. Seorang manajer kasus ditugaskan
untuk mengkoordinasikan pelayanan untuk klien individu dan bekerja sama dengantim
multidisipliner. Alat-alat manajemen klinis yang menunjukkan organisasi,urutan dan
waktu intervensi yang diberikan oleh tim perawatan untuk satugangguan yang
teridentifikasi pada klien. Pemberian dan pemfokusan layanan pencegahan primer (bukan
hanya perawatan berbasis penyakit); mencakupidentifikasi kelompok-kelompok berisiko
tinggi dan penyuluhan untuk mencegah gaya hidup guna mencegah penyakit.

Analisa Perkembangan Keperawatan Jiwa Dahulu dan SekarangPada awalnya perawatan


pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas kesehatan (Custodial Care)
(tidak oleh tenaga kesehatan). Perawatan bersifat isolasi dan penjagaan.

Baru sekitar tahun 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model kuratif
(model Curative Care). Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian pengobatan.Baru
tahun 1950 fokus perawatannya mulai befokus pada klien, anggota keluargatidak dianggap
sebagai bagian dari tim perawatan.Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau
pengobatan berbasiskomunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui
pusatkesehatan mental, praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, homevisite
dan hospice care. Seiring perkembangan keperawatan jiwa di dunia, perkembangan di
Indonesia pun turut berkembang.

Hal ini dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ di Indonesia, pasien gangguan jiwa
ditampung di RS Sipil atau RS Militer di Jakarta,Semarang, dan Surabaya, yang ditampung
pada umumnya penderita gangguan jiwa berat. Kemudian, mulailah didirikan beberapa
rumah sakit jiwa. Pada saatini, keperawatan jiwa mulai menjadi bagian klinik khusus.
Sebelumnya para perawat berperan sebagai manajer dan koordinator kegiatan dengan
melaksanakan perawatan terapeutik sesuai dengan model dasar medis. Dengan studi
lanjutan dan pengalaman praktek klinik di bidang perawatan psikiatrik, para ahli spesialis
dan praktisi perawat mendapat pengetahuan yang banyak dalam perawatan dan pencegahan
gangguan psikiatrik.
BAB III

PEMBAHASAN

Pertimbangan legal dan etik


Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien ditempat lain. Isu legal dan etik
yang dibahas pada bagian ini terutama berkaitan dengan topik klien yang menunjukan
sikap permusuhan dan agresif, tetapi berlaku untuk semua klien di lingkungan kesehatan
jiwa.
A. Hospitalisasi Involunter
Rawat Kebanyakan klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar sekarela. Hal ini
berarti mereka ingin mencari terapi dan setuju dirawat di rumah sakit. Akan tetapi,
beberapa klien tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati. Keinginan mereka
dihargai kecuali mereka berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Klien
yang dirawat di rumah sakait di luar kemauan mereka dengan kondisi seperti itu
dimasukan ke rumah sakit untuk perawatan psikiatri sampai mereka tidak lagi
berbahaya bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Setiap negara bagian memiliki
hukum yang mengatur proses komitmen sipil, tetapi sama di setiap negara bagaian.
Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai 72 jam karena
keadaan darurat sapai dapat dilakukan pemeriksaan untuk dialkukan apakah klien
harus dimasukan ke fasilita psikiatri untuk menjalani terapi selama periode waktu
tertentu. Banyak negara bagian hukum yangxsama, yang mengatur komitme klien
dengan masalah penyalahgunaan zat yang berbahaya bagi diri mereka sendiri atau
orang lain di bawah pengaruh zat. Komitmen sipil atau hospitalisasi invlounter
mengurangi hak klien untuk bebas atau meninggaljan rumah sakit ketika ia
mengiginkannya. Hak klien yang teteap utuh.
B. Keluar dari rumah sakit
Klien yang masuk rumah sakit secra sukarela memiliki hak untuk meninggalkan
rumah sakit jika mereka tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain. Klien
dapat mendatantangani suatu permintaaan ytertulis untuk pulang dan keluardari
rumah sakit tanpa saran medis jika mereka tidak berbahaya. Apabila klien yang
masuk rumah sakit secara sukarela yang berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain
mendatangi surat untuk pilang, psikiater dapat mengajukan komitmen sipil untuk
menahan klien terhadap ekinginannya sampai dilakukan pemeriksaan untuyk
memutuskan hal tersebut.

Selama berada di rumah sakit, klien tersebut minum obat-obatan dan membaik
cukup cepat sehingga ia memenuhi syarat untuk pulang ketika ia tidak lagi
berbahaya. Beberapa klien berhenti minum obat-obatan setelah pulang dari rumah
sakit dan kembali mengancam, agresif, atau berbahaya. Klinisi kesehatan jiwa
semakin bertanggung jawab secara hukum untuk tindak kriminal klien tersebut, yang
meningkatkan perdebatan tentang komitmen sipil yang luas untuk klien yang
berbahaya. Studi yang di lakukan Weinberger et(1998) menunjukkan bahwa
pengadilan menerima kurang dari 50% petisi profesional kesehatan jiwa untuk
komitmen sipil yang luas pada klien psikiatri yang berbahaya. Perhatian pengadilan
adalah klien psikiatri memiliki hak sipil dan tanpa alasan yang kuat tidak boleh
ditahan di rumah sakit jika mereka tidak menginginkannya ketika mereka tidak lagi
berbahaya. Masyarakat menentang dengan menuntut bahwa mereka patut dilindungi
dari individu yang berbahaya, yang memiliki riwayat tidak mengkonsumsi obat-
obatan sehingga dapat menjadi ancaman bagi masyarakat.

C. Hak-hak klien
Klien kesehatan jiwa tetap memiliki semua hak sipil yang diberikan kepada semua
orang, kecuali hak untuk meninggalkan rumah sakit dalma kasus komitmen
invlounter. Klien memilik hak untuk menolak terapi, mengirim dan menerima surat
yang masih tertutup, dan menerima dan menolak pengunjung. Setiap
larangan(misalnya : surat,pengunjung,pakaian) harus ditetapkan oleh pengadilan
atau instruksi dokter untuk alasan yang dapat diverifikasi
dan didokumentasikan. Contohnya sebagai berikut :
a. Klien yang pernah berupaya bunuh diri tidak diizinkan menyimpan ikat
pinggang, tali sepatu, atau gunting, karena benda tersebut dapat digunakan
untuk membahayakan dirinya.
b. Klien yang menjadi agresif setelah kunjungan seseorang dilarang dikunjungi
orang tersebut selama suatu periode waktu.
c. Klien yang mengancam orang lain di luar rumah sakit melalui telepon
diizinkan menelepon hanya jika diawasi sampai kondisinya membaik.
d. Klien yang mengancam orang lain di luar rumah sakit melalui telepon
diizinkan menelepon hanya jika diawasi sampai kondisinya membaik.

Hak-hak pasien berdasarkan American Hospital Association (1992):

a. Pasien memiliki hak untuk mendapatkan perawatan yang penuh rasa hormat
dan perhatian.
b. Pasien memiliki hak dan dianjurkan untuk memperoleh informasi yang dapat
dipahami, terkini, dan relevan tentang diagnosa, terapi, dan prognosis dari
dokter dan pemberi perawatan langsung lainnya.
c. Pasien memiliki hak untuk membuat keputusan tentang rencana perawatan
sebelum dan selama proses terapi dan menolak terapi yang direkomendasikan
atau rencana perawatan sejauh yang diperbolehkan oleh hukum dan
kebijakan rumah sakit dan diinformasikan tentang konsekuensi medis
tindakan ini. Bila pasien menolak terapi, pasien berhak memperoleh
perawatan dan pelayanan lain yang tepat, yang disediakan rumah sakit, atau
dipindahkan ke rumah sakit lain. Rumah sakit harus memberi tahu pasien
tentang setiap kebijakan yang dapat memengaruhi pilihan pasien di dalam
institusi tersebut.
d. Pasien memiliki hak untuk meminta petunjuk lanjutan tentang terapi (
misalnya living will, perwalian perawatan kesehatan, atau menunjuk
pengacara untuk mengatur perawatan kesehatan selama waktu tertentu),
dengan harapan bahwa rumah sakit akan menerima maksud petunjuk tersebut
sejauh yang diperbolehkan oleh hukum dan kebijakan rumah sakit.
e. Pasien memiliki hak terhadap setiap pertimbangan privasi. Diskusi kasus,
konsultasi, pemeriksaan, dan terapi harus dilaksankan agar privasi setiap
pasien terlindungi.
f. Pasien memiliki hak untuk berharap bahwa semua komunikasi dan catatan
yang berhubungan dengan perawatannya akan dijaga kerahasiannya oleh
rumah sakit, kecuali pada kasus seperti kecurigaan tentang penganiayaan dan
bahaya kesehatan masyarakat, ketika pelaporan kasus tersebut diizinkan atau
diwajibkan oleh hukum. Pasien memiliki hak untuk berharap bahwa rumah
sakit akan menegaskan kerahasiaan informasi ini ketika memberi tahu pihak
lain yang berhak meninjau informasi dalam catatan tersebut.
g. Pasien memiliki hak untuk meninjau catatan yang berhubungan dengan
perawatan medisnya dan meminta penjelasan atau interpretasi informasi
sesuai kebutuhan, kecuali jika dilarang oleh hukum.
h. Pasien memiliki hak untuk berharap bahwa dalam kapasitas dan
kebijakannya, rumah sakit akan merespon dengan baik permintaan pasien
untuk memperoleh perawatan dan pelayanan yang tepat dan diindikasikan
secara medis. 9. Pasien memiliki hak untuk bertanya dan diinformasikan
tentang adanya hubungan bisnis antara rumah sakit, institusi pendidikan,
pemberi perawatan kesehatan lain, atau pihak pembayar yang dapat
memengaruhi terapi dan perawatan pasien.
i. Pasien memiliki hak untuk menyetujui atau menolak partisipasi dalam studi
penelitian yang diajukan atau eksperimen pada manusia yang memengaruhi
perawatan dan terapi atau memerlukan keterlibatan pasien secara langsung,
dan meminta penjelasan sepenuhnya tentang studi tersebut sebelum memberi
persetujuan. Pasien yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian atau
eksperimen tetap berhak mendapat perawatan yang paling efektif, yang dapat
diberikan rumah sakit.
j. Pasien memiliki hak untuk menharapkan kontinuitas perawatan yang layak
jika tepat dan mendapat informasi dan dokter dan pemberi perawatan lain
tentang pilihan perawatan pasien yang realistis dan tersedia ketika perawatan
rumah sakit tidak lagi tepat.
k. Pasien memiliki hak untuk mendapat informasi tentang kebijakan dan
praktik di rumah sakit yang berhubungan dengan perawatan pasien, terapi,
dan tanggung jawab. Pasien memiliki hak untuk mendapat informasi tentang
sumber yang tersedia untuk mengatasi perselisihan, keluhan, dan konflik,
misalnya komite etik, perwakilan pasien, dan mekanisme lain yang tersedia
di instusi. Pasien memiliki hak mendapat informasi tentang biaya rumah sakit
untuk pelayanan yang diberikan dan metode pembayaran yang digunakan.

Hak pasien jiwa secara umum (Stuart & Laraia,2001) :

a. Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar RS dengan


berkorespodensi, telepon dan mendapatkan kunjungan
b. Hak untuk berpakaian
c. Hak untuk beribadah
d. Hak dipekerjakan apabila memungkinkan
e. Hak untuk menyimpan dan membuang barang
f. Hak untuk melaksanakan keinginanaya
g. Hak memiliki hubungan kontraktual
h. Hak untuk membeli barang
i. Hak untuk berpendidikan
j. Hak untuk hebeas corpus
k. Hak untuk pemeriksaan jiwa atas inisiatif pasien
l. Hak pelayanan sipil
m. Hak mempertahankan lisensi hukum, supir, lisensi profesi
n. Hak menuntut dan dituntut
o. Hak menikah dan bercerai
p. Hak untuk tidak mendapatkan restrain mekanik yag tidak perlu
q. Hak untuk review status secara periodik
r. Hak untuk perwalian hukum
s. Hak untuk privasi
t. Hak informed constent
u. Hak untuk menolak perawatan
D. Konservator
Pengangkatan konservator atau pelindung hukum merupakan proses yang terpisah
dari komitmen sipil. Individu yang mengalami disabilitas berat terbukti tidak
kompeten tidak dapat menyediakan makanan, pakaian, dan tempat tinggal bagi diri
mereka sendiri walaupun sumber-sumber tersedia dan tidak dapat bertindak sesuai
keinginan mereka sendiri, dapat memerlukan pengangkatan seorang konservator.
Pada kasus ini, pengadilan menunjuk seseorang untuk bertindak sebagai pelindung
hukum. Petugas ini memiliki banyak tanggung jawab untuk individu tersebut, seperti
memberi persetujuan tindakan, menulis cek, dan membuat kontrak. Klien yang
memiliki pelindung hukum tidak lagi memiliki hak untuk membuat kontrak atau
persetujuan hukum (misal, pernikahan atau penggadaian) yang memerlukan tanda
tangan : hal ini mempengaruhi banyak aktivitas sehari-hari yang kita anggap benar.
Karena konservator atau pelindung hukum berbicara atas nama klien, perawat harus
mendapat persetujuan atau izin dari konservator klien.
E. Lingkungan yang kurang Reskritif
Klien memiliki hak untuk menjalani terapi di lingkungan yang kurang restriktif yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini berarti bahwa klien tidak harus
dirawat di rumah sakit jika ia dapat diobati di lingkungan rawat jalan atau group
home. Hal ini juga berarti bahwa klien harus bebas dari restrein atau seklusi kecuali
halt ersebut dibutuhkan.
Restrein adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu, tanpa izin individu
tersebut, untuk membatasi kebebasan geraknya. Kekuatan fisik pada individu, tanpa
izin individu tersebut, untuk membatasi kebebasan geraknya. Kekuatan fisik ini
dapat mengguankan tenaga manusia, alat mekanis atau kombinasi keduanya.
Restrein dengan tenaga manusia terjadi ketika anggota staf secara fisik
mengendalikan klien dan memindahkannya ke ruang sirkulasi. Restrein mekanik
adalah peralatan, biasanya restrein pada pergelangan kaki dan pergelangan tangan,
yang diikatkan ke tempat tidur untuk mengurangi agresi fisik klien, seperti
memukul, menendang dan menjambak rambut. Seklusi adalah pengurangan
invlounter individu dalam ruangan terkunci yang dibangun secara khusus serta
dilengkapi dengan jendela atau kamera pengaman untuk memantau klien secara
langsung (JCAHO, 2000). Ruangan tersebut sering kali dilengkapi dengan tempat
tidur yang diikatkan ke lantai dan sebuah kasur untuk keamanan. Setiap benda tajam
atau berpotensi berbahaya seperti pena, kacamata, ikat pinggang, dan korek api
dijauhkan dari klien sebagai tindakan kewaspadaan keselamatan. Seklusi membuat
stimulasi berkurang, melindungi orang lain dari klien, mencegah perusakan properti,
dan memberi privasi kepada klien. Perawat juga harus menawarkan dukungan
kepada keluarga klien. Keluarga mungkin marah atau malu ketika klien direstrein
atau diseklusi. Penting untuk memberi penjelasan yang menyeluruh dan cermat
tentang perilaku klien dan penggunaan restrein atau seklusi selanjutnya. Akan tetapi,
apabila klien adalah orang dewasa, diskusi tentang hal ini memerlukan persetujuan
pemberian informasi yang ditanda tangani. Pada kasus anak-anak, persetujuan yang
ditanda tangani tidak diperlukan untuk menginformasikan orang tua atau pelindung
tentang penggunaan restrein atau seklusi. Dengan memberi informasi kepada
keluarga dapat membantu menghindari kesulitan legal atau etik dan membuat
keluarga tetap terlibat dalam terapi klien.
Hirarki dalam membatasi pasien jiwa (Stuart & Laraian, 2001)
Pembatasan bisa dalam makna di batasi secara fisik atau dibatasi pilihannya. Hirarki
dari yang paling reskritif ke yang kurang rekristif.
a. Ekstriminitas tubuh
b. Batasan ruangan gerak (kamar isolasi)
c. Batasan dalam aktivasi sehari-hari, misal acara TV, waktu merokok,
komunikasi
d. Aktivasi yang bermakna, misal akses untuk ikut rekreasi
e. Pilihan perawatan
f. Kontrol sumber keuangan
g. Ekspresi verbal dan emosional
F. Kewajiban untuk merinkatkan pihak ketiga
Satu pengecualian terhadap hak klien dalam kerahasiaan ialah kewajiban untuk
memperingatkan, yang didasarkan pada keputusan Pengadilan Tinggi California,
dalam Tarasoff vs. Regents of the University of California. Akibat keputusan ini
ialah klinisi kesehatan jiwa berkewajiban untuk memperingatkan pihak ketiga yang
dapat diidentifikasi tentang ancaman yang dilakukan seseorang walaupun ancaman
tersebut didiskusikan selama sesi terapi, yang sebaliknya dilindungi oleh pihak
istimewa. Klinisi harus mengajukan empat pertanyaan untuk menentukan apakah
terdapat kewajiban untuk memperingatkan (Felthous, 1999) :
a. Apakah klien berbahaya bagi orang lain?
b. Apakah bahaya tersebut akibat gangguan jiwa?
c. Apakah bahaya tersebut segera terjadi?
d. Apakah bahaya tersebut ditargetkan yang dapat didefinisikan?
Misalnya, jika seorang pria dimasukkan ke fasilitas psikiatri karena ia bermaksud
membunuh istrinya, ada suatu kewajiban yang jelas untuk memperingatkan istrinya.
Akan tetapi, jika individu paranoid yang masuk fasilitas psikiatri mengatakan, “
Saya akan menangkap mereka sebelum mereka menangkap saya” tetapi tidak
memberikan informasi lain, tidak ada pihak ketiga spesifik yang diperingatkan.
Keputusan tentang kewajiban untuk memperingatkan pihak ketiga biasanya dibuat
oleh psikiater, atau dilingkungan rawat jalan, keputusan dibuat oleh ahli terapi
kesehatan jiwa yang berkualifikasi.
G. Peran Legal Perawat
Perawat yang emiliki hak dan tanggung jawab dalam tiga peran legal :
a. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b. Perawat sebagai pekerja
c. Perawat sebagai warga negara

Perawat mungkin mengalami konflik kepentingan anatara hak dan tanggung jawab
ini. Penialaian keperawatan propsesnial memelukan pemeriksaan yang teliti dalam
konteks asuhan keperawaatan, kemungkinanan konsekuensi tindakan keperawaatan,
dan alternative yang mungkin dilakukan perawat. Masalaah legal dalam praktik
keeperawatan :

a. Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan yang memadai tidak
tersedia praktek dan tidak ada kontrak kerja.
b. Perawat profesional perlu emahami aspek legal yang mempengaruhi diri dan
melindungi hak-hak pasien dan emahami batas legal yang memepengaruhi
praktek keperawatan.
c. Pedoman legal Undang-Undang praktek, peraturan Kep Men Kes No.1239
dan Hukum adat.

Hak pertanggung jawaban Pidana Terkait dengan Kondisisi Jiwa Seseorang :

a. Tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang diduga memiliki


kelainan jiwa perlu mendapatkan penyelididkan dari seorang ahli kesehatan
jiwa ( Visum et repertum psikiatrikum; VER)
b. Argumen yang menyebutkan bahwa seseorang yang didakwa melakukan
tindakan kriminal dianggap tidak bersalah karena orang tersebut tidak bisa
mengontrol perbuatannya atau tidak mengerti perbedaan antara benar dan
salah yang dikenal sebagai Peraturan M’Naghten.
c. Saat orang tersebut memenuhi kriteria, dia dapat dinyatakan tidak bersalah
karena mengalami gangguan jiwa.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung
pada institusi, sikap keluarga dan teman, respons staf, dan jenis penerimaan
masuk rumah sakit, tabel memperlihatkan karakteristik yang membedakan
dua jenis penerimaan masuk rumah sakit jiwa: sukarela dan paksaan.
b. Hak-hak pasien mencakup hak untuk menerima dan menolak terapi, terlibat
dalam rencana keperawatan, menolak berpartisipasi dalam penelitian, serta
pengunjung, surat, dan telepon tidak dibatasi.
c. Penggunaan seklusi dan restrein termasuk dalam domain hak pasien untuk
lingkungan yang kuran restriktif. Penggunaan jangka pendek restrein dan
seklusi diizinkan hanya jika klien terlihat akan melakuan tindakan agresif dan
berbahaya bagi dirinya dan orang lain.
d. Perawat jiwa memiliki hak dan tanggung jawab dalam tiga peran legal, yaitu
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, Perawat sebagai pekerja, dan
Perawat sebagai warga Negara.
B. SARAN
Dengan berpedoman pada peraturan perundang-undngan dan standar keperawatan
serta etik, diharapkan pelaksanaan terapi komunitas mampu memfasilitasi klien dan
komunitas mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal. Dengan demikian terapi
komunitas yang diberikan dapat dilandasi oleh aspek etik dan legal yang
menghormati hak-hak individu dan keluarga sebagai penerima asuhan keoerawatan
dalam ikut berpartisipasi dan menentukan asuhan keperawatan yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

•http://nuryantinoviana.wordpress.com/2010/05/15/prinsip-asuhan-keperawatan-jiwa/
• Vidbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Psychiatric mental health nursing.
Jakarta : ECG.
• Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
• Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai