Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERWATAN JIWA I

DISUSUN OLEH:
Nama: Alfryana Towesu
201701054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa..
Kami menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna dan belum dapat memenuhi
harapan dari semua pihak namun penulis telah berusaha agar dapat menyelesaikan makalah ini
sebaik – baiknya dan kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini dapat bermanfaat.

palu, februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
A. Sejarah Keperawatan Jiwa .................................................................................. 4
B. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa ........................................................................ 5
C. Tren Dan Isu Keperawatan Jiwa Global .............................................................. ..9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya dengan semua
usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang keperawatan yang baik harus
dilakukan oleh seseorang perawat dengan sendirinya harus dimulai perawat itu sendiri.
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. Mampu menghadapi kecemasan didalam diri individu.
Jiwa seseorang tidak sanggup untuk mengatasi permasalahan didalam hidup mereka,
terutama pada dalam diri mereka sendiri, akan timbul permasalahan-permasalahan yang
akan mengganggu kehidupan orang yang mengalami permasalahn interpersonal ini. Untuk
itu diperlukan peran perawat dalam mengatasi masalah ini, untuk membantu pasien
mengatasi masalah ini, untuk membantu pasien mengatasi masalah yang mungkin tidak bisa
diselesaikan sendiri oleh seseorang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah tentang keperawatan jiwa?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan jiwa?
3. Bagaimana Trend an Isu keperawatan jiwa global?

C. TUJUAN
Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Menjelaskan tentang sejarah keperawatan jiwa
2. Menjelaskan tentang konsep dasar keperawatan jiwa
3. Menjelaskan tren dan isu keperawatan jiwa global
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Keperawatan Jiwa


1. Masa Peradaban
Keperawatan jiwa dimulai antara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadian
penanganan pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban dimana
roh-roh dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh. Para
leluhur Yunani, Romawi dan arab percaya bahwa gangguan emosional diakibatkan tidak
berfungsinya organ pada otak, mereka menggnakan berbagai pendekatan tindakan
seperti, ketenangan, gizi yang tidak baik, kebersihan badan yang baik, music dan aktivitas
rekreasi selama abad ke-7 sebelum masehi, Hippocrates menjelaskan perubahan perilaku
atau watak dan gangguan mental disebabkan oleh perubahan 4 cairan tubuh atau hormone
yang dapat menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. Aristoteles melengkapi
dengan hati, dan menyatakan emosi atau kerusakan mental dihubungkan dengan otak.
orang Yunani menggunakan kuil sebagai rumah sakit dan memberikan lingkungan udara
bersih, sinar matahari, air bersih untuk menyembuhkan penyakit jiwa/mental. Bersepeda,
jalan-jalan, dan mendengarkan suara air terjun bisa sebagai contoh penyembuhan.
2. Masa Pertengahan
Era dari Alienation, social exclusion dan conflenement, dokter menjelaskan gejala:
a. Depression
b. Paranoia
c. Delusions
d. Hysteria
e. Nigh mares rumah sakit jiwa pertama Betlehem Royal Hospital, telah dibuka di
England
Selama abad ke-18, era dari reason dan observation:
a. Pinel, seorang dokter prancis membuka sebuah rumah sakit untuk sorang penderita
jiwa/mental dipilih kota La Bicetre,paris. Dia memulai dengan tindakan
kemanusiaan dan advokasi, melalui observasi perilaku, riwayat perkembangan dan
menggunakan komunikasi dengan penderita.
b. Weyer, seorang dokter jerman psikiatrk pertama yang dapat menjelaskan melalui
kategori diagnostic.
3. Abad ke 18-19
Pada abad ke-18, seorang praktisi kesehatan bernama William Ellis membantu
mengadakan perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa, Dia mengusulkan pendamping
yang terlatih bagi orang-orang dengan gangguan jiwa. Pada tahun 1836 William Ellis
mempublikasikan Treatise On Insanity yang secara terbuka mengemukakan bahwa
praktik keperawatan yang didirikan tersebut berhasil memberikan ketenangan bagi pasien
dengan gangguan jiwa dan juga memberikan harapan demi harapan yang baik
keperawatan jiwa mulai anatara tahun 1770 sampai 1880, seiring dengan kejadian
penanganan pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban dimana
roh-roh dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh.
Para psikiatrk kini makin banyak memberikan perawatan pada orang-orang komunitas,
di UK setelah munculnya kebijakan pemerintah mengenai keperawatan komunitas.
Keperawatan jiwa yang modern berfokus pada upaya meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan jiwa dan salah satu tujuannya adalah untuk mencegah
terjadinya gangguan jiwa jikalau hal ini memungkinkan, saat ini keperawatan jiwa
diinggris merupakan cabang pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah keperawatan
berijazah dan berpendidikan akademik keperawatan, kini cabang pengetahuan tersebut
semakin banyak dipelajari pula pada tingkat pascasarjana.
4. Keperawatan jiwa di abad ke-20
Sekolah keperawatan menawarkan bermacam-macam program dalam keperawatan
psikiatrik. Pada prakteknya sekolah keperawatan biasanya mengarahkan topic-topik
mengenai perilaku manusia atau kesehatan mental dan atau gangguan mental, dan dapat
diintegrasikan kedalam beberapa mata kuliah seperti pediatric, obstretri dan gerontology.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dibawah pengawasan perawat teregistrasi (RN),
Program diploma biasanya memberikan waktu lebih untuk keperawatan psikiatrik dan
pengalaman klinik, dan menekankan pada konsep dasar, proses pengkajian, statistic,
dinamika kelompok, pendidikan keluarga dan pasien, tentang perawat dalam pencegahan
sekolah tinggi atau universitas menawarkan program pasca sarjana jurusan psikiatrik atau
keperawatan kesehatan mental selama 48-50 jam kuliah, pengalaman klinik, penelitian,
tugas mandiri dan praktikum.
Analisis perkembangan keperawatan jiwa dahulu dan sekarang pada awalnya
perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas kesehatan
(custosial care), perwatan bersifat isolasi dan penjagaan.

B. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa


a. Definisi Sehat Jiwa
1) WHO Kesehatan
jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap
dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau dapat dikatakan
bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental
dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi
tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga
memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan
sosial yang memuaskan.
2) UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966 Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental
yang sejahtera sehingga memungkinkan seseorang berkembang secara optimal baik
fisik, intelektual dan emosional dan perkembangan tersebut berjalan secara selaras
dengan keadaan orang lain sehingga memungkinkan hidup harmonis dan produktif.
Coba Anda diskusikan dengan teman Anda adakah carilah definisi lain mengenai
sehat jiwa menurut ahli yang lain
b. Ciri-Ciri Sehat Jiwa (Mental) Berikut ini akan dijelaskan ciri sehat jiwa dari menurut
Beberapa ahli diantaranya menurut:
1) Yahoda Yahoda mencirikan sehat jiwa sebagai berikut:
a) Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
b) Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi
c) Menyadari adanya integrasi dan hubungan antara : Masa lalu dan
sekarangMemiliki otonomi dalam pengambilan keputusan dan tidak
bergantung pada siapapun
d) Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan
e) Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi
2) WHO (World Health Organisation/Organisasi Kesehatan Dunia) Pada tahun
1959 dalam sidang di Geneva, WHO telah berhasil merumuskan kriteria sehat
jiwa. WHO menyatakan bahwa, seseorang dikatakan mempunyai sehat jiwa, jika
memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c) Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d) Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
e) Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan
saling memuaskan.
f) Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan datang g.
Mempunyai rasa kasih sayang. Pada tahun 1984, WHO menambahkan
dimensi agama sebagai salah satu dari 4 pilar sehat jiwa yaitu:
Kesehatan secara holistik yaitu sehat secara jasmani/ fisik (biologik);
sehat secara kejiwaan (psikiatrik/ psikologik); sehat secara sosial; dan
sehat secara spiritual (kerohanian/ agama).Berdasarkan keempat
dimensi sehat tersebut,the American Psychiatric
Associationmengadopsi menjadi paradigma pendekatan biopsycho-
socio-spiritual. Dimana Keperawatan Jiwa 11 dalam perkembangan
kepribadian seseorang mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama,
organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.
3) MASLOW: Maslow mengatakan individu yang sehat jiwa memiliki ciri sebagai
berikut:
a) Persepsi Realitas yang akurat.
b) Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c) Spontan.
d) Sederhana dan wajar.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sesesorang
dikatakan sehat jiwa jika:
4) Nyaman terhadap diri sendiri
a) Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa marah, rasa takut, cemas,
iri, rasa bersalah, rasa senang, cinta mencintai, dll.
b) Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
c) Mempunyai Harga Diri yang wajar.
d) Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan.
e) Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari.
5) Nyaman berhubungan dengan orang lain.
a) Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
b) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
c) Mampu mempercayai orang lain.
d) Dapat menghargai pendapat orang yang berbeda.
e) Merasa menjadi bagian dari kelompok.
f) Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali
orang lain.
6) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
a) Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
b) Mampu mengambil kjeputusan.
c) Menerima tanggung jawab.
d) Merancang masa depan.
e) Menerima ide / pengalaman hidup.
f) Merasa puas dengan pekerjaannya.
c. Paradigma Keperawatan Jiwa
Tentu Anda bertanya mengapa kita harus mempeajari mengenai paradigma
keperawatan? Karena dengan mempelajari paradigma keprawatan akan membantu
seeorang atau masyarakat luas mengenal dan mengetahui keperawatan dan membantu
Keperawatan Jiwa, memahami setiap fenomena.
Berdasarkan pengertian diatas, para ahli menyimpulkan bahwa tujuan paradigma
keperawatan adalah mengatur hubungan antara berbagai teori dan model konseptual
keperawatan guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori sebagai kerangka
kerja keperawatan Fenomena adalah perilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian
kondisi yang dialami akibat ketidaknyamanan akibat dari sakit yang daialaminya.
Falsafah keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat harus memiliki keyakinan
terhadap nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan. Keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang perawat yaitu:
1) Bahwa manusia adalah mahluk holistik yang terdiri dari komponen bio-
psiko-sosio dan spiritual.
2) Tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah meningkatkan derajat
kesehatan manusia secara optimal.
3) Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan tindakan kolaborasi
antara tim kesehatan, klein amuapun keluraga.
4) Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan suatu metode pemecahan
masalah dengan pendekatan proses keperawwan.
5) Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
6) Pendidikan keperawatan harus dilakukan secara terus-menerus.
Skema Paradigma Keperawatan Empat komponen dalam paradigma
keperawatan meliputi : manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.
1) Manusia
Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai mahluk holisstik yang
terdiri dari komponen bio – psiko – sosial dan spiritual merupakan satu
kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium
Ilmu Kesehatan, 1992). Kozier, (2000) mengatakan manusia adalah suatu
sistem terbuka, yang selalu berinteraksi dengan lingkungan eksternal dan
internal agar terjadi keseimbangan (homeoatatis), Paradigma keperawatan
memandang manusia sebagai mahluk holistik, yang merupakan sistem
terbuka, sistem adaptif, personal dan interpersonal. Sebagai sistem terbuka,
manusia mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik
lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual. Sebagai
sistem adaptif manusia akan menunjukkan respon adaptif atau maladaptif
terhadap perubahan lingkungan. Respon adaptif terjadi apabila manusia
memiliki mekanisme koping yang baik dalam menghadapi perubahan
lingkungan, tetapi apabila kemampuan merespon perubahan lingkungan
rendah, maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif. Manusia
atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat
yang menerima asuhan keperawatan.
2) Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan yang dilakukan secara komprpehensif berbentuk
pelayanan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural, ditujukan bagi
individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan melalui pendekatan
humanistik yaitu menghargai dan menghormati martabat manusia dan
menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Keperawatan bersifat
universal yaitu dalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat tidak
pernah membedakan klien berdasarkan atas ras, jenis kelamin, usia, warna
kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi sosial.
Keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif, dalam arti
perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan membantu perawat melakukan praktik
keperawatan, dalam menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau
memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi.
Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian
masalah (Problem solving). Proses keperawatan merupakan proses yang
dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Melalui proses
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang
bersifat rutin dan intuisis. Melalui proses keperawatan, seorang perawat
mampu memenuhi kebutuhan dan menyelesikan masalah klien berdasarkan
prioritas masalah sehingga tindakan keperawatan sesuai dengan kondisi klien,
hal ini terjadi karena adanya kerja sama antara perawat dan klien. Pada tahap
awal, perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan memiliki peran yang
lebih besar dari peran klien, namun pada tahap selanjutnya peran klien
menjadi lebih besar dibandingkan perawat sehingga kemandirian klien dapat
tercapai.
3) Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan dalam keperawatan adalah faktor eksternal
yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu lingkungan fisik,
psikologis, sosial. budaya, status ekonomi, dan spiritual. Untuk mencapai
keseimbangan, manusia harus mampu mengembangkan strategi koping yang
efektif agar dapat beradaptasi, sehingga hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
d. Falsafah Keperawatan Jiwa
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.Falsafah
Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatan memandang manusia sebagai mahluk holistic, sehingga pendekatan
pemberian asuhan keperawatan, dilakukan melalui pendekatan humanistik, dalam arti
perawat sangat menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian
kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan
bersifat universal dalam arti dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak
membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan
status sosial ekonomi Keperawatan Jiwa.
C. Trend dan isu dalam keperawatan jiwa global
1. Tren peningkatan masalah kesehatan jiwa
Pada era globalisasi ini masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal inisudah
terbukti dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yangsemakin
berat. Pada saat sekarang ini pasien gangguan jiwa bukan hanya dari
kalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns, pegawai swasta pejabatdan
masyarakat kalangan menengah ke atas. Semua itu terjadi karena sebagian
besarmasyarakat menengah ke atas tidak mampu mengelola stress dan juga
bisa disebabkan oleh post powewr syndrome atau mutasi jabatan. Pada saat sekarang
inipenyakit gamgguan jiwa tidak lagi mengenal strata social dan usia. Banyak orang
kaya yang terkena gangguan jiwa karena hartanya habis akibat bencana.
Selain itu kasus neurosi pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang
berlebihan,gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas
penyebabnya. Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien
yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang
kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya
dan orang lain,seperti mengamuk.
2. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja
Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertamayang sering dijumpai
dalampelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan buah pikiran
ituharus ditanggapi dengan serius, sampa dapat dibuktikan sebaliknya. Pasien
yangberisiko bunuh diri perlu diamati secara cermat. Alas an seseorang bunuh dir
adalahputus asa dengan masalah dia hadapi dan tidak merasa tidak berdaya. Di dunia
punbunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam,
angkakejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000
penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkanuntuk
negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki
Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit
seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali
lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang
mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anakdan
remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering
diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau
merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama
baikatasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri
Takeshitamelakukan bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos
terbongkarpada tahun 1984. Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya,
demi menjaga kehormatan pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam
setiap tahunnya atau terjadidalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari
tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode
bunuh diri yangpaling disukai adalah menggunakan pistol, menggantung diri dan
minum racun.
3. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi
Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung ditemukannya obat
psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran
perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap
lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan preventif dan promotif.
Perubahan hospital based care menjadi community based care merupakan trend yang
signifikan dalam pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri harus
mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan tiga kunci utama :
a. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta
hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
b. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannya
c. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan
promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based care.
Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama
keperawatan mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.

4. Isu Seputar Mental Psikiatri


a. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat dipertanggungjawabkan
karena masih kurangnya hasil-hasil riset tentang keperawatan jiwa klinik.
b. Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikannya yang
rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional.
c. Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering
kali tidak jelas “position description” job responsibility dan system reward dalam
pelayanan. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik
(mahasiswa keperawatan).
d. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat
dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling
menunjang). Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu
atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa
ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh. Merujuk dari pentingnya pengetahuan
dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan
diantaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak
terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl
Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit
mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman
keimanan yang kuat. Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu
menyokong pasien dalam menghadapi krisi kehidupan termasu kematian.
Dimensi spiritual merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam
masyarakat Indonesia. Walaupun hal ini sering kali terabaikan. Pengertian tentang
pentingnya memahami kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas keyakinan
beragama, nilai dan pengalaman kehidupan pasien sering tidak menjadi focus
tenaga kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menjelaskan
secara ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut Randi (1984) adalah
mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan kebutuhan untuk ditemani pada
saat sakratul maut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sejarah Keperawatan Jiwa terbagi atas beberapa yaitu :
Masa Peradaban Masa ini dimulai antara tahun 1770 sampai dengan tahun 1880,
ditandai dengan dimulainya pengobatan terhadap pasien gangguan mental, Masa
Pertengahan Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien gangguan jiwa,
Abad 18 dan 19 William Ellis seorang praktisi kesehatan mengusulkan perlunya
pendamping yang terlatih dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa, Masa
Penjajahan Belanda Yang terjadi di indonesia, Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gubernur Jenderal Inggris ketika itu dijabat oleh Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat, Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945), Zaman Kemerdekaan
Empat tahun setelah kemerdekaan.
2. Tren serta issue tentang keperawatan jiwa global terbagi atas beberapa bagian yaitu:
a. Tren peningkatan masalah kesehatan jiwa
b. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja
c. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi
d. Isu Seputar Mental Psikiatri.
3. Konsep dasar keperawatan jiwa meliputi tentang
a. Definisi Sehat Jiwa
b. Ciri-Ciri Sehat Jiwa (Mental) Berikut ini akan dijelaskan ciri sehat jiwa dari
menurut Beberapa ahli.
c. Paradigma Keperawatan Jiwa
d. Falsafah Keperawatan Jiwa
B. Saran
Diharapkan oleh penulis lebih memahami sejarah keperawatan jiwa, tren dan issue
tentang keperawatan jiwa global, dan konsep dasar keperawatan jiwa. Selain itu diharapkan
dengan adanya makalah ini dapat membantu teman-teman dalam mengenal dan memahami
memahami sejarah keperawatan jiwa, tren dan issue tentang keperawatan jiwa global, dan
konsep dasar keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin.2002.dasar-dasar keperawatan professional,Jakarta : Widya Medika.


Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar konsep dasar keperawatan, Jakarta : salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna; Panjaitan;Helena, 2005, policy statement. American Nurses Association:
the Association.

Anda mungkin juga menyukai