Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL & RUANG LINGKUP

KESEHATAN MENTAL

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental

Dosen Pengampu : Syarli Imelda, S.Psi, M.Psi

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Febi 2215064

Ihsan Hakiki 2215062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDEKATAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental & Ruang Lingkup
Kesehatan Mental. Kami juga berterima kasih kepada Syarli Imelda, S.Psi, M.Psi
selaku dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Mental yang telah memberikan tugas
ini kepada kami, sehingga kami dapat mempelajari lebih mendalam mengenai Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental & Ruang Lingkup Kesehatan Mental
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan kita mengenai berbagai teknik dalam mengubah perilaku kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran, serta usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya mengingat bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Bangka, 12 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Sejarah Kesehatan Mental....................................................................................3


B. Kesehatan Mental Zaman Prasejarah...................................................................4
C. Zaman Era Modern..............................................................................................6
D. Kesehatan Mental Sebagai Upaya Preventif, Pengembangan, Penanganan,
dan Rehabilitasi....................................................................................................10
E. Kesehatan Mental diseluruh Tatanan Masyarakat................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................20

A. Kesimpulan..........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Mental merupakan aspek yang sangat penting bagi setiap
fase kehidupan manusia. Kesehatan mental terkadang mengalami siklus baik
dan buruk. Setiap orang, dalam hidupnya mengalami kedua sisi tersebut.
Kadang mentalnya sehat, terkadang sebaliknya. Pada saat mengalami masalah
kesehatan mental, seseorang membutuhkan pertolongan orang lain untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya. Kesalahan mental dapat memberikan
dampak terhadap kehidupan sehari-hari atau masa depan seseorang, termasuk
anak-anak dan remaja. Merawat dan melindungi keshatan mental anak-anak
merupakan aspek yang sangat penting, yang dapat membantu perkembangan
anak yang lebih baik di masa depan.
Serupa dengan disiplin ilmu-ilmu yang telah ada, "Kesehatan Mental"
berawal dari fenomena atau realita yang terjadi pada diri manusia sejak zaman
pra sejarah. Menurut Marx Webeer, manusia memasuki zaman atau era sejarah
ketika mentalitas dari individu-individu itu sendiri telah tertata dengan rapi
dan didukung dari segala aspek lingkungan yang memungkinkan. Oleh karena
itu, manusia dapat menghasilkan kebudayaan untuk pertama kalinya sebagai
penanda adanya era baru (sejarah). Hal itu berarti tanpa kesehatan mental
yang tertata dengan rapi, maka tidak akan ada kebudayaan yang lahir. Tanpa
kebudayaan tersebut, maka manusia pun tidak akan pemah memasuki era ini.
Kesehatan mental adalah kunci dari mobilitas personal dan sosial manusia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sejarah Kesehatan mental ?
2. Bagaimana Kesehatan mental zaman prasejarah ?
3. Bagaimana Kesehatan mental zaman era modern ?
4. Bagaimana Kesehatan mental sebagai upaya preventif, pengembangan,
penanganan, dan rehabilitasi?
5. Bagaimana Kesehatan mental diseluruh tatanan Masyarakat?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Kesehatan mental.
2. Untuk mengetahui Kesehatan mental zaman prasejarah.
3. Untuk mengetahui perkembangan Kesehatan mental zaman era modern.
4. Untuk mengetahui Kesehatan sebagai Upaya preventif, pengembangan,
penanganan, dan rehabilitasi.
5. Untuk mengetahui Kesehatan mental diseluruh tatanan Masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kesehatan Mental


Kesehatan mental merupakan salah satu kajian pada ilmu kejiwaan yang telah
dikenal sejak abad-19, seperti pada Jerman tahun 1875 M. Kesehatan mental
menjadi suatu kajian ilmu jiwa walaupun pada bentuk sederhana. Dipertengahan
abad ke-20 kajian mengenai kesehatan mental sudah jauh berkembang serta maju
dengan pesat sejalan menggunakan kemajuan ilmu dan teknologi modern. Ia
adalah suatu ilmu yang simpel serta banyak dipraktikkan dalam kehidupan insan
sehari-hari, baik pada bentuk bimbingan serta konseling yang dilaksanakan di
semua aspek kehidupan individu, misalnya pada rumah tangga, sekolah-sekolah,
forum lembaga pendidikan serta dalam masyarakat. Hal ini bisa dilihat
contohnya, dengan berkembangnya klinik-klinik kejiwaan serta keluarnya forum-
forum pendidikan kesehatan mental. Semuanya ini dapat menjadi tanda bagi
perkembangan dan kemajuan ilmu kesehatan mental.
Pada awalnya, kesehatan mental hanya terbatas di individu yang mempunyai
gangguan kejiwaan serta tidak diperuntukkan bagi setiap individu pada umumnya.
Namun, pandangan tersebut bergeser sehingga kesehatan mental tidak terbatas di
individu yang mempunyai gangguan kejiawaan namun pula diperuntukkan bagi
individu yang mentalnya sehat yakni bagaimana individu tersebut mampu
mengeksplor dirinya sendiri kaitannya dengan bagaimana ia berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya.1

1
Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan mental. Pamekasan: duta media publishing. Hlm. 1

3
B. Kesehatan Mental Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami berbagai bentuk gangguan, baik fisik
maupun mental, seperti infeksi, artritis, dan lain-lain. Dibawah ini akan
dipaparkan secara singkat mengenai sejarah kesehatan mental pada zamannya.
1. Zaman Peradaban Awal
a. Phytagoras (500SM). Pythagoras ialah orang pertama yang memberikan
penjelasan alamiah terhadap penyakit mental. Dia melihat otak sebagai
pusat intelejensi, serta penyakit mental ditimbulkan oleh gangguan otak.
b. Hippokrates (460-377 SM). Hippokrates beropini bahwa gangguan otak
adalah penyebab asal gangguan mental.

c. Plato (429-347 SM). pada pandangan Plato, sebagian gangguan mental


ialah gangguan moral, sebagian gangguan fisik serta sebagian lagi adalah
gangguan yg asal dari yang kuasa dewa.

d. Aristoteles (384-322 SM). Dia menerima dasar fisiologis bagi penyakit


mental mirip yang diajarkan oleh Hippokrates. Meskipun beliau melihat
adanya penyebab psikologis, namun dia menolak penyebab tersebut.
2. Zaman Renaisseus
Pada Negara-negara tertentu di Eropa, suara bunyi yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit mental banyak diteriakkan sang tokoh-tokoh
kepercayaan , ilmu kedokteran, dan filsafat. Perjuangan usaha mereka
digambarkan menjadi “terang serta kegelapan”.2
3. Zaman Pra Ilmiah
a. Masa Animisme
Semenjak zaman dulu, perilaku terhadap gangguan kepribadian atau
mental telah muncul pada konsep primitif animisme. Ada kepercayaan
bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai sang roh-roh atau dewa-dewa.

2
Ningsih, Y. (2018). Kesehatan Mental,.hal. 10

4
Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu
berguling, serta pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam
benda-benda tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental
terjadi karena dewa murka dan membawa pergi jiwanya.
Buat menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan
perjamuan pesta (sesaji) menggunakan mantra dari korban yang mereka
persembahkan. Praktik-praktik semacam tadi berlangsung mulai berasal
abad 7-5 SM. Setelah kemunculan naturalisme, maka praktik semacam
itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental
tadi berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad pertengahan.
b. Kemunculan Naturalisme
Perubahan perilaku terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman
Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan
revolusioner pada pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan
”Naturalisme”. Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik
artinya dampak dari alam. Hipocrates menolak imbas roh, tuhan, setan
atau hantu menjadi penyebab sakit. Beliau menyatakan: ”Jika anda
memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yg basah, dan
memicu bau yang amis, tetapi anda tak akan melihat roh, yang kuasa atau
hantu yang melukai badan anda. inspirasi naturalistik ini lalu
dikembangkan sang Galen, seseorang tabib dalam lapangan pekerjaan
investigasi atau pembedahan binatang. Pada perkembangan selanjutnya,
pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-
orang Kristen.
Seseorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan
filasafat politik serta sosial yang baru untuk memecahkan problem
penyakit mental. Beliau telah terpilih sebagai kepala rumah Sakit Bicetre
di Paris. Pada rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak) dirantai,
diikat di tembok dan pada tempat tidur. Para pasien yang sudah dirantai

5
selama 20 tahun atau lebih karena dipandang sangat berbahaya dibawa
jalan-jalan di sekitar tempat tinggal sakit. Akhirnya, pada antara mereka
banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi memberikan kecenderungan buat
melukai atau menghambat dirinya sendiri.3
C. Zaman Era Modern
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan
mental, yaitu berasal animisme (irrasional) dan tradisional ke perilaku serta cara
yang rasional (ilmiah), terjadi pada waktu berkembangnya psikologi abnormal
dan psikiatri di Amerika serikat, yaitu di tahun 1783. Ketika itu, Benyamin Rush
(1745-1813) sebagai anggota staff medis pada rumah sakit Pensylvania. Di rumah
sakit ini, ada 24 pasien yang diklaim menjadi lunatics(orang-orang gila atau sakit
ingatan).Di waktu itu, sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan
tersebut, dan kurang mengetahui cara menyembuhkannya. Jadi akibatnya, pasien-
pasien tersebut dikurung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, serta
mereka sekali-sekali diguyur dengan air.
Rush melakukan usaha yang sangat berguna buat memahami orang-orang
yang menderita gangguan mental tadi. Cara yg ditempuhnya merupakan dengan
melalui penulisan artikel-artikel pada koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan
lainnya. Akhirnya, selesainya usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada
tahun 1796, pada rumah mental, ruangan ini dibedakan buat pasien wanita dan
laki-laki. Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para
pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi,
serta mencari kesenangan. Perkembangan psikologi abnormal serta pskiatri ini
memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yg kesadaran
masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan
mental.

3
Aditiyawarman, I. (2010). Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. Komunika:
Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1), 91-110.

6
Berkat usahanya yang tidak kenal lelah, pada Amerika serikat didirikan 32
tempat tinggal sakit jiwa. Beliau layak menerima kebanggaan pada abad ke-19.
Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai timbul. Selama
dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti
American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex
Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan pada bidang kesehatan mental ini tidak
lepas asal jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-
jasanya itulah, dia dinobatkan menjadi ”The Founder Of The Mental Hygiene
Movement”.
Dia populer sebab pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan serta
pengobatan gangguan mental menggunakan cara yang sangat manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat pada kesehatan mental ditentukan oleh
pengalamannya menjadi pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda.
Selama di rumah sakit, beliau mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang
keras serta kasar (kurang manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa
itu belum terdapat perhatian terhadap dilema gangguan mental, apalagi
pengobatannya. Setelah dua tahun menerima perawatan pada rumah sakit, beliau
mulai memperbaiki dirinya.
Selama tahun terakhirnya menjadi pasien, dia mulai mengembangkan
gagasan buat membentuk gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami
gangguan mental atau orang gila (insane). setelah beliau balik dalam kehidupan
yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908, dia menindaklanjuti
gagasannya dengan mempublikasikan tulisan autobiografinya yang berjudul A
Mind That Found It Self. Kehadiran buku ini disambut baik sang Willian James,
sebagai seseorang ahli psikologi. pada buku ini, dia memberikan koreksi terhadap
program pelayanan, perlakuan atau ”treatmen” yang diberikan kepada para pasien
di rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi.
Disamping itu, beliau artinya reformator terhadap forum yang memberikan
perawatan gangguan mental. berkembang menjadi suatu “Body of Knowledge”

7
beserta Gerakan- Gerakannya yang teorganisir. Perkembangan kesehatan mental
dipengaruhi sang gagasan, pemikiran dan ide para pakar, terutama asal 2 tokoh
perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Ke 2 orang
ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental
serta pertolongan bagi orang-orang miskin serta lemah.
Dorthea Lynde Dix lahir di tahun 1802 serta tewas dunia tanggal 17 Juli
1887. Dia artinya seseorang pengajar sekolah di Massachussets, yang
memberikan perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental.
Sebagian perintis (pioneer), selama 40 tahun, beliau berjuang untuk memberikan
pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi. Usahanya, mula-
mula diarahkan di para pasien mental di tempat rumah sakit. Lalu diperluas di
pada penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara.
Pekerjaan Dix ini artinya faktor penting dalam menciptakan kesadaran
masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan
mental.4
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan intellectual dapat dicegah
atau disembuhkan. Selanjutnya beliau merancang suatu perangkat lunak yang
bersifat nasional tujuan:
a. Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang
pengidap penyakit jiwa.
b. Melakukan penyebaran gosip kepada rakyat agar mereka mempunyai
pemahaman serta perilaku yang positif terhadap para pasien yang mengidap
gangguan atau penyakit jiwa.
c. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian wacana kasus-masalah dan
pengobatan gangguan mental.
d. mengembangkan praktik-praktik buat mencegah gangguan intellectual5

4
Ibid 18
5
Handayani, E. S. Kesehatan Mentak (Mental Hygiene), hlm.11

8
Application Beers ini ternyata mendapat respon positif berasal kalangan
masyarakat terutama kalangan para ahli, seperti Wlliam James dan seseorang
Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers,
Adolf Mayer menyarankan buat menamai gerakan itu dengan nama “intellectual
Hygiene”. Dengan demikian yang mempopulerkan “intellectual Hygiene” ialah
Mayer. Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah
organisasi pertama, didirikan, menggunakan nama “Connectievt Society For
mental Hygiene”. Satu pemahaman kemudian, tepatnya di lepas 19 Februari 1909
didirikan “countrywide Commitye Siciety For intellectual Hygiene”, disini Beers
diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuannya:
a. Melindungi kesehatan mental masyarakat.
b. Menyusun baku perawatan para pengidap gangguan mental.
c. Menaikkan studi wacana gangguan mental pada segala bentuknya serta
banyak sekali aspek yg terkait dengannya.
Terkait menggunakan perkembangan gerakan kesehatan intellectual ini,
Deutsch mengemukakan bahwa pada masanya dan pasca Perang global I, gerakan
kesehatan intellectual ini mengkonsentarsikan programnya buat membantu
mereka yang mengalami persoalan serius. Sesudah perang usai, gerakan
kesehatan intellectual semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi
banyak sekali bidang aktivitas, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat,
pengobatan awam, industri, kriminologi, dan kerja sosial. Secara hukum, gerakan
kesehatan intellectual ini menerima pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946,
yaitu waktu presiden Amerika serikat menandatangani “The national mental
Helath Act”. Beberapa tujuan yang terkandung pada dokumen tadi mencakup:
a) Menaikkan kesehatan intellectual semua masyarakat Amerika serikat, melalui
penelitian, inevestigasi, eksperimen penanganan masalah-masalah, analisis
dan pengobatan;

9
b) Membantu forum-forum pemerintah serta partikelir yang melakukan aktivitas
penelitian serta menaikkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan
kegiatan penelitian serta menaikkan aktivitas dan mengaplikasikan akibat-
yang akan terjadi penelitiannya;
c) Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan intellectual;
dan
d) Mengembangkan serta membantu negara pada menerapkan berbagai metode
pencegahan, prognosis, serta obat terhadap para pengidap gangguan mental.
Ditahun 1950, organisasi kesehatan intellectual terus bertambah, yaitu
menggunakan berdirinya “country wide affiliation For intellectual health”yang
bekerjasama menggunakan 3 organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu
“country wide Committee For intellectual Hygiene”, “countrywide mental health
basis”, serta “Psychiatric foundation”.Gerakan kesehatan intellectual ini terus
berkembang sebagai akibatnya di tahun 1075 di Amerika perkumpulan ada lebih
dari seribu kawasan perkumpulan kesehatan mental. Di belahan global lainnya,
gerakan ini dikembangkan melaluI “the sector Federation For mental health” dan
“the arena health organisation”6
D. Kesehatan Mental Sebagai Upaya Preventif, Pengembangan, Penyembuhan
Rehabilitasi
1. Kesehatan Mental Sebagai Upaya Preventif (Pencegahan)
Upaya pencegahan kesehatan mental bertujuan untuk mencegah
timbulnya masalah mental, dengan cara mencegah terjadinya atau
terulangnya gangguan mental. Meminimalkan faktor risiko gangguan mental
pada masyarakat secara umum maupun individu, serta mencegah dampak
permasalahan psikososial yang timbul pada keluarga, instansi, lembaga dan
masyarakat.
Fungsi kesehatan mental adalah mencegah kesulitan atau gangguan
mental agar terhindar dari penyakit mental. Fungsi ini menerapkan prinsip-
6
Ibid 14

10
prinsip yang bertujuan untuk mencapai kesehatan mental, seperti menjaga
kesehatan fisik dan memenuhi kebutuhan psikologis. Hal ini dapat dilakukan
dengan menjaga kesehatan fisik dan memenuhi kebutuhan psikologis, seperti
memperoleh kasih sayang, rasa aman, harga diri, ekspresi diri sebagaimana
mestinya, sehingga individu dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Kemampuan menerapkan kesehatan mental pada seluruh bidang
kehidupan (di rumah, sekolah, tempat kerja dan lingkungan lainnya)
menentukan kesehatan mental dan dapat mencegah terjadinya gangguan
mental. Dalam lingkungan keluarga, sikap dan perlakuan hangat orang tua,
kasih sayang, penerimaan dan penghargaan orang-orang disekitarnya,
membantu berkembangnya hubungan interpersonal yang baik. Hubungan
interpersonal yang baik antar keluarga dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan dan mendorong perkembangan mental anak yang sehat.
Kesehatan mental anak ditandai dengan anak yang bahagia, ceria dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitar, seperti bisa bermain bersama teman
sebayanya.
2. Kesehatan Mental Sebagai Upaya Preservatif (Pengembangan)
Fungsi preservatif atau supportif merupakan fungsi perkembangan yang
mencakup upaya mengembangkan kepribadian atau psikologi yang sehat
sehingga seseorang dapat meminimalkan kesulitan dalam perkembangan
psikologisnya. Mengembangkan kesehatan mental memang penting, namun
tidak semua orang bisa dengan mudah mencapai kesehatan mental. Orang
yang bermental sehat ada yang perlu melakukan pencegahan terhadap
gangguan mental, namun ada pula yang mengalami hambatan dalam
perkembangan mentalnya. Oleh karena itu, setiap individu berbeda-beda
dalam penerapan fungsi kesehatan mentalnya, baik preventif, preservatif,
kuratif, dan rehabilitatif.7
7
Diana Vidya Fakhriyani, Buku Kesehatan Mental, (Pamekasan: Duta Media Publisher,
2019), hlm. 23-24.

11
3. Kesehatan Mental Sebagai Upaya Kuratif (Penyembuhan)
Upaya kuratif dilakukan melalui kegiatan memberikan pelayanan medis
kepada orang dalam gangguan mental, termasuk penatalaksanaan dan
prosedur diagnostik yang tepat agar orang dalam gangguan mental dapat
berfungsi normal di lingkungan rumah, organisasi, dan komunitas. Tujuan dari
upaya kuratif adalah penyembuhan dan pemulihan, meringankan penderitaan,
mengelola kecacatan, dan mengendalikan gejala penyakit. Penatalaksanaan
kondisi mental pada orang dalam gagguan mental dilakukan di lingkungan
layanan kesehatan mental.8
4. Kesehatan Mental Sebagai Upaya Rehabilitasi (Perbaikan)
Upaya rehabilitasi kesehatan mental bertujuan untuk mencegah dan
menangani kecacatan, memulihkan fungsi sosial, memulihkan fungsi kerja,
serta mempersiapkan dan membekali orang dalam gangguan mental untuk
kemandirian dalam masyarakat. Upaya pemulihan tersebut meliputi
rehabilitasi psikiatri, psikososial, dan sosial (yang dapat dilaksanakan di
rumah, komunitas, dan organisasi sosial). Saat ini UU18/2014 tentang
kesehatan jiwa merupakan pedoman penyelenggaraan kesehatan jiwa secara
komprehensif.
Mengidentifikasi layanan kesehatan mental inti dan rujukan adalah upaya
kesehatan mental yang dicapai dengan menciptakan sistem layanan kesehatan
mental yang komprehensif dan bertingkat. Selain aspek pelayanan, juga
diidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaannya, antara lain
sumber daya manusia, fasilitas pelayanan, perbekalan, teknologi dan produk
teknologi, serta keuangan.9
E. Kesehatan Mental Di Seluruh Tatanan Masyarakat

8
Dumilah Ayuningtyas, Misnaniarti Misnaniarti, and Marisa Rayhani, ‘Analisis Situasi
Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya’, Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 9.1 (2018), hlm.5.
9
Ibid, hlm.6

12
Ruang lingkup kesehatan mental dapat diterapkan pada setiap unit kehidupan
sosial seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial pada umumnya. Penerapan
dan pengembangan kesehatan mental pada unit-unit sosial yang terorganisir
didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Artinya, perkembangan kesehatan
mental seseorang ditentukan oleh kualitas kondisi psikologis/lingkungan di mana
individu tersebut berada.
1. Kesehatan mental di keluarga
Penerapan kesehatan mental dalam keluarga sangat penting untuk
menciptakan suasana harmonis antar anggota keluarga. Jika hubungan antar
individu dalam keluarga, seperti antara suami dan istri, orang tua dan anak,
serta saudara kandung tidak harmonis, maka dalam keluarga akan tercipta
suasana psikologis yang kurang baik dan tidak menyenangkan. Misalnya,
sikap bermusuhan dan persaingan antar saudara yang tidak sehat
menimbulkan rasa iri (cemburu), pertengkaran, dan kurang memperhatikan
nilai-nilai moral.
Suasana seperti ini dapat menyebabkan anggota keluarga khususnya anak
mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam perkembangan kesehatan
mentalnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi suami dan istri untuk
mengatur keluarga agar tercipta suasana yang baik dalam keluarga, terutama
bagi anak-anak. Oleh karena itu konsep sakinah, mawaddah, warahmah
dalam keluarga untuk memahami konsep atau prinsip kesehatan mental sangat
diperlukan karena mempunyai efek mengembangkan psikologi sehat dan
mencegah terjadinya penyakit jiwa pada anggota keluarga.
2. Kesehatan mental di sekolah
Kesehatan mental di sekolah didasarkan pada hipotesis bahwa
perkembangan kesehatan mental siswa dipengaruhi oleh suasana emosi sosial
di sekolah Pengetahuan dan pemahaman pimpinan sekolah, guru terutama
instruktur, konselor atau konsultan kesehatan mental sangatlah penting.
Kepala sekolah dan guru dapat menciptakan lingkungan sekolah secara fisik,

13
emosional, sosial dan spiritual yang mengembangkan kesehatan mental siswa
secara optimal. Di sisi lain, pelajar juga bisa memantau gejala gangguan
mental sejak dini. Dengan memahami kesehatan mental siswanya, guru dapat
memahami masalah kesehatan mental mana yang dapat ditangani sendiri dan
mana yang memerlukan penanganan khusus serta dapat dirujuk ke profesional
yang lebih terspesialisasi.
Penting bagi guru SMP dan SMA untuk memahami kesehatan mental
siswa yang sedang melalui masa transisi. Banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengembangkan kemampuan mentalnya karena terhambat
oleh permasalahan seperti penyesuaian diri, konflik dengan orang tua atau
teman, permasalahan pribadi, permasalahan di sekolah, dan permasalahan
lainnya. Permasalahan lain dapat menghambat siswa dalam menemukan
potensi dirinya bahkan dapat menimbulkan stres.
3. Kesehatan mental di lingkungan kerja
Peran penting lingkungan kerja dalam kehidupan manusia tidak bisa
dianggap remeh. Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari
nafkah, tempat bersaing dalam dunia usaha dan meningkatkan kesejahteraan
hidup, namun juga menjadi sumber stres yang berdampak negatif terhadap
kesehatan mental setiap orang yang berinteraksi di lingkungan tersebut
misalnya, orang-orang yang terlibat antara lain pegawai negeri sipil,
administrator, manajer, atau karyawan.
Permasalahan yang menyebabkan gangguan jiwa di tempat kerja antara
lain stres. Stres sering terjadi antara lain di tempat kerja di antaranya adalah:
a. Kecewa dengan tidak adanya jaminan jaminan sosial, dalam hal ini iuran
atau gaji dan tunjangan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-
hari.
b. Konflik dalam pekerjaan dengan pegawai lain, misalnya dengan atasan,
rekan kerja atau rekan kerja.

14
c. Pekerjaan yang ada jalani saat ini tidak sesuai dengan passion dan
kemampuan anda.
d. Persaingan tidak sehat atau rivalitas terjadi antara manajer atau karyawan.
e. Beban kerja yang diberikan terlalu berat, apalagi tidak sebanding dengan
gaji yang dibayarkan.
f. Lingkungan kerja yang kurang baik, misalnya terlalu bising, kotor,
pengap, ventilasi tidak ideal.
g. Waktu istirahat yang lebih sedikit.
h. Liburan tidak cukup dibandingkan rutinitas kerja yang padat.
i. Tidak ada komunikasi terbuka antara manajemen dan karyawan.
j. Jenjang karir atau kenaikan pangkat tidak terorganisir dengan baik.
k. Petugas/pegawai tidak mempunyai kesempatan untuk beribadah sesuai
keyakinannya.10
4. Kesehatan Mental Anak dan Remaja
Penting untuk memperluas pengetahuan mengenai kesehatan mental anak
dan remaja. Kesehatan mental anak dan remaja dapat mempengaruhi masa
depan pribadinya dan mempengaruhi keluarga dan masyarakat. Oleh karena
itu, hal ini menjadi perhatian yang semakin besar baik bagi lingkungan klinis
maupun peneliti universitas. Memahami kesehatan mental anak dan remaja
berarti memahami faktor mana yang dapat membahayakan kesehatan jiwa
(faktor risiko) dan faktor mana yang dapat melindungi kesehatan jiwa anak
(faktor protektif). Faktor risiko menciptakan kerentanan pada anak, sedangkan
faktor protektif menciptakan kekuatan pada anak. Semakin banyak faktor
risiko, semakin besar pula tekanan pada anak.
Sebaliknya, semakin banyak faktor protektif yang dimiliki seorang anak,
maka semakin besar kemungkinan seorang anak terhindar dari gangguan.
Faktor risiko merupakan faktor yang dapat menimbulkan kerentanan terhadap
kesusahan. Artinya, ketidakmampuan coping dapat disebabkan oleh kondisi
10
Ibid, hlm 16-18.

15
stres, seperti anak yang tumbuh dalam keluarga dengan status ekonomi
rendah, tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan, dan mengalami trauma.
Kesehatan mental yang baik tidak hanya ditunjukkan dengan tidak adanya
masalah kesehatan mental yang terdiagnosis tetapi juga berkaitan dengan
kesejahteraan seseorang.
Kebahagiaan adalah konsep yang lebih luas daripada kesehatan mental.
Namun keduanya saling terkait. Gangguan yang muncul pada kesehatan
mental anak dapat mempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan;
sebaliknya, kesehatan yang buruk, dalam bentuk apapun, dapat
membahayakan kesehatan mental. Masa kanak-kanak dan remaja masih
berhubungan dengan tahap perkembangan sehingga membuat diagnosis dan
pengobatan menjadi sulit.
Kesulitan ini bermula dari tidak adanya batasan yang jelas untuk
membedakan perkembangan normal dan perkembangan abnormal. Kesehatan
mental bukan hanya masalah medis. Banyak faktor yang mempengaruhinya,
misalnya saja faktor sosial ekonomi. Masalah kesehatan mental dapat muncul
di berbagai bidang, mulai dari bidang pribadi seperti penyalahgunaan zat,
kejahatan, kekerasan, hilangnya produktivitas hingga bunuh diri.11
Kesehatan mental anak-anak dan remaja juga berkaitan dengan
kemampuan perkembangan mereka di berbagai bidang seperti biologis,
kognitif dan sosio-emosional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
memahami tahapan perkembangan untuk mendeteksi tanda-tanda adanya
permasalahan pada tumbuh kembang anak dan remaja. Anak yang memiliki
kesehatan mental mempunyai ciri-ciri yang dapat diamati dalam
perkembangannya.
a. Proses biologis

11
Haines, ‘Kesehatan Mental Anak Dan Remaja’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53.9 (2019), hlm.1689–1699.

16
Proses biologis pada anak melibatkan perubahan fisik pada tubuh
anak Perkembangan fungsi tubuh seperti fungsi seksual akan
mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak. Beberapa contohnya
adalah gen yang diwarisi dari orang tua, perkembangan otak, pertambahan
tinggi dan berat badan, kemajuan dalam keterampilan motorik serta
perubahan hormonal.
b. Proses kognitif
Proses kognitif melibatkan perubahan pemikiran dan kecerdasan
individu. Proses ini berhubungan dengan perkembangan otak. Anak yang
sehat mental dan berkembang secara kognitif penuh menunjukkan
kemauan untuk mempelajari hal-hal baru di sekitar, menunjukkan
kreativitas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa. Kemampuan ini
kemudian mengembangkan kemampuan anak dalam membedakan hal-hal
yang dianggap baik dan buruk, kemampuan mengingat, memecahkan
masalah sederhana, memilih dan mengambil keputusan serta kemampuan
bebas.
c. Proses Sosio-emosional
Proses sosio-emosional melibatkan perubahan emosi, kepribadian,
hubungan dengan orang lain, dan lingkungan sosial. Proses sosial-
emosional yang berkembang dengan baik membantu anak memahami,
membedakan, mengelola, dan mengekspresikan emosinya dengan tepat.
Ketika anak beranjak dewasa, mereka harus menyadari keberadaan orang
lain dan berusaha mengembangkan empati terhadap orang lain.12
5. Kesehatan mental di lanjut usia
Penuaan merupakan suatu proses alami yang disertai dengan penurunan
fisik, psikologis, dan sosial serta interaksi satu sama lain. Memburuknya
kondisi psikologis dan sosial menyebabkan lansia merasa kurang percaya diri,
tidak berharga, kesepian bahkan depresi. Permasalahan utama yang dihadapi
12
Santrock W John, ‘Kesehatan Masa Remaja’, Mc Graw Hill, 2014, hlm. 6-7.

17
lansia 70-79 tahun adalah 75% merasa puas dengan keadaan tanpa adanya
ikatan formal (pekerjaan) dan bersedia mengembangkan minatnya (waktu
luang), sehingga menunjukkan aktivitas yang positif dan tidak merasa
dikucilkan.
Hanya sedikit yang berusia lanjut dan mengalami gangguan mental.
Namun, orang lanjut usia sering kali menghadapi konflik internal antara rasa
kenyang dan putus asa. Oleh karena itu, mereka cenderung mengingat
kembali keberhasilan masa lalu, seperti kontribusinya dalam kegiatan sosial,
khususnya sosial dan keagamaan. Oleh karena itu, ada beberapa perubahan
mental di masa tua yang perlu diwaspadai masyarakat, sehingga lingkungan
dapat memperlakukan lansia agar tetap bahagia. Perubahan mental pada
lansia, khususnya:
a) Belajar. Orang yang lebih tua lebih berhati-hati dalam belajar.
membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengintegrasikan jawaban, kecil
kemungkinannya untuk mempelajari hal-hal baru yang tidak sesuai
dengan pengalaman masa lalu, dan hasil yang mereka dapatkan kurang
akurat dibandingkan orang yang lebih tua.
b) Memori atau ingatan. Orang lanjut usia cenderung kesulitan mengingat
hal-hal baru yang dipelajarinya. Hal ini antara lain karena orang lanjut
usia tidak selalu termotivasi untuk mengingat sesuatu, sebagian lagi
karena mereka kurang perhatian, sebagian lagi karena pendengarannya
yang buruk dan apa yang mereka dengar berbeda dengan apa yang
didengar orang lain.
c) Rasa humor. Pandangan yang umum, klise namun diterima secara luas
adalah bahwa orang lanjut usia kehilangan minat dan hasrat terhadap hal-
hal menarik atau lucu.13
6. Kesehatan Mental Pendidikan Seks
13
N.A.S.S.M. Utami Nur Hafsari Putri, Modul Kesehatan Mental (CV. AZKA PUSTAKA,
2022), hlm. 82-83.

18
Pendidikan seks yang maksimal dan efektif dapat menciptakan kesehatan
mental. Pola pikir yang sehat tercermin dari cara orang memandang
kehidupan. Berpikir positif merupakan salah satu ciri orang yang mempunyai
psikologi sehat. Meski terkadang remaja belum bisa mengevaluasi dirinya
secara utuh. Namun banyak remaja yang memikirkan hal-hal positif yang
dapat memperkuat kemandiriannya.
Kesehatan mental merupakan kemampuan beradaptasi terhadap diri
sendiri, terhadap orang lain, terhadap masyarakat dan lingkungan dimana
seseorang berada. Mengembangkan dan memanfaatkan semaksimal mungkin
seluruh potensi, bakat, dan sifat yang ada untuk mendatangkan kebahagiaan
bagi diri sendiri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan mental dan
penyakit.14
Menurut penjelasan para ahli, orang yang memiliki kesehatan mental
adalah orang yang dapat memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya dengan
jelas. Berkembanglah sebaik-baiknya dan mampu terhindar dari gangguan
jiwa dan penyakit. Tentu saja remaja tidak bisa mengatasi tantangan ini
sendirian, dukungan orang tua dan sekolah adalah hal yang terpenting.
Perilaku seksual menyimpang merupakan suatu gangguan mental.
Gangguan mental meliputi gangguan fungsi mental dan gangguan fungsi
mental yang berdampak pada perilaku tidak sesuai dengan kewajaran,
perilaku seksual menyimpang menjadi kekhawatiran jika remaja tidak
memahami tentang pendidikan seks sejak dini. Homoseksualitas, lesbianisme,
mesokisme, sadisme, eksibisionisme, masturbasi, dan masih banyak lagi
perilaku lainnya yang merupakan contoh perilaku seksual menyimpang.
Perilaku yang menyimpang tentunya dapat diperbaiki melalui kerjasama
orang tua dan sekolah dengan psikolog, psikiater, seksolog atau dokter, karena
pada beberapa kasus penyimpangan seksual tidak dapat diselesaikan hanya
dengan memberikan pelayanan tetapi memerlukan pengobatan/terapi dengan
14
Zakiah Dradjat, Kesehetan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 2001), hlm. 4-5.

19
cara. profesional yang ahli di bidangnya. Misalnya, dalam kasus
homoseksualitas, untuk mengembalikan seseorang ke sifat aslinya sebagai
laki-laki, pertama-tama kita harus menyelidiki mengapa hal ini bisa terjadi.15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental menjadi suatu kajian ilmu jiwa walaupun pada bentuk
sederhana. Ia adalah suatu ilmu yang simpel serta banyak dipraktikkan dalam
kehidupan insan sehari-hari, baik pada bentuk bimbingan serta konseling yang
dilaksanakan di semua aspek kehidupan individu, misalnya pada rumah tangga,
sekolah-sekolah, forum lembaga pendidikan serta dalam masyarakat. Hal ini bisa
dilihat contohnya, dengan berkembangnya klinik-klinik kejiwaan serta keluarnya
forum-forum pendidikan kesehatan mental. Semuanya ini dapat menjadi tanda
bagi perkembangan dan kemajuan ilmu kesehatan mental.
Selain itu ilmu Kesehatan mental ini sangat berguna bagi kehidupan sehari-
hari karena dapat membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi dan fokus
yang baik. Kesehatan mental yang baik membuat seseorang berpikir secara baik,
ini mengakibatkan fokus dan perhatian mereka pun lebih terarah. Orang yang
mempunyai kesehatan mental yang buruk biasanya tidak mudah fokus dan
terdistraksi.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

15
Ayu Rahmaniah, ‘Pendidikan Seks Dalam Kesehatan Mental Usia Remaja’, 3 (2017), hlm.
107–114.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aditiyawarman, I. (2010). Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan


Mental. Komunika: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1)
Ayuningtyas Dumilah, Misnaniarti, and Rayhani Marisa.(2018). Analisis Situasi
Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi
Penanggulangannya.Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9.1
Dradjat, Zakiah. (2001) Kesehetan Mental. Jakarta: Gunung Agung
D, V, Fakhriyani. (2019). Kesehatan mental. Pamekasan: duta media publishing
E, S, Handayani. Kesehatan Mental (Mental Hygiene)
Fakhriyani, Diana Vidya. Buku Kesehatan Mental (2019).Pamekasan: Duta Media
Publisher
Haines.(2019). Kesehatan Mental Anak Dan Remaja, Journal of Chemical
Information and Modeling, 53.9
Putri, N.A.S.S.M. Utami Nur Hafsari.(2022). Modul Kesehatan Mental, CV. AZKA
PUSTAKA
Rahmaniah, Ayu.(2017).‘Pendidikan Seks Dalam Kesehatan Mental Usia Remaja’.3
W John ,Santrock.(2014).‘Kesehatan Masa Remaja’, Mc Graw Hill
Y, Ningsih. (2018). Kesehatan Mental

21

Anda mungkin juga menyukai