D3 KEPERAWATAN 3B
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TH 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Keperawatan Jiwa” ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan
kesulitan.Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah
ini.Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .....................................................................................................................6
B. Saran ...............................................................................................................................6
A. Latar Belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk
dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat
terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi
individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung,
luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang
sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Dunia?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia?
3. Apa Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Gangguan Jiwa?
4. Bagaimana Model dan Konsep Keperawatan Kesehatan Jiwa?
5. Bagaimana Hubungan Perawat Klien Terapeutik terhadap Keperawatan Jiwa?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Dunia.
2. Mengetahui Bagaimana Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia.
3. Mengetahui Apa Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Gangguan Jiwa.
4. Mengetahui Bagaimana Model dan Konsep Keperawatan Kesehatan Jiwa.
5. Mengetahui Bagaimana Hubungan Perawat Klien Terapeutik terhadap Keperawatan
Jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
Zaman Mesir Kuno Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena
adanya roh jahat yang bersarang di otak. Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan
membuat lubang pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di
otak tersebut.
Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah
mengalami gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir Kuno tentang siapa
saja yang pernah kena roh jahat dan telah dilubangi kepalanya. Tahun-tahun berikutnya,
pasien yang mengalami gangguan jiwa diobati dengan dibakar, dipukuli, atau
dimasukkan dalam air dingin dengan cara diajak jalan melewati sebuah jembatan lalu
diceburkan dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok terapi
dengan harapan agar gangguannya menghilang. Hasil pengamatan berikutnya diketahui
ternyata orang yang menderita skizofrenia tidak ada yang mengalami epilepsi (kejang
atau hiperplasia). Padahal penderita epilepsi setelah kejangnya hilang dapat pulih
kembali. Oleh karenanya, pada orang skizofrenia dicoba dibuat hiperplasia dengan
membuat terapi koma insulin dan terapi kejang listrik (elektro convulsif theraphy).
Zaman Yunani (Hypocrates) Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap
suatu penyakit. Upaya pengobatannya dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa
untuk mengeluarkan roh jahat. Pada waktu itu, orang sakit jiwa yang miskin dikumpulkan
dan dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Jadi, rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan
sebagai tempat penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya
sangat kotor dan jorok. Sementara orang kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di
rumah sendiri. Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan
gangguan jiwa. Ia tersentuh hatinya, sehingga berusaha memperbaiki pelayanan
kesehatan jiwa. Bersamaan dengan itu, Herophillus dan Erasistratus memikirkan apa
yang sebenarnya ada dalam otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang.
Khale kurang puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh
sistem tubuh hewan (Notosoedirjo, 2001).
. Zaman Vesalius Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan
saja, sehingga ia ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah
kepala manusia untuk dipelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluruh
sistem tubuh manusia. Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat manusia untuk dipelajari.
Sayangnya kegiatannya tersebut diketahui masyarakat, sehingga ia ditangkap, diadili, dan
diancam hukuman mati (pancung). Namun, ia bisa membuktikan bahwa kegiatannya itu
untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya ia dibebaskan. Versailus bahkan mendapat
penghargaan karena bisa menunjukkan adanya perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak
saat itu dapat diterima bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya,
pelayanan di rumah sakit jiwa tidak pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa
dirantai, karena petugasnya khawatir dengan keadaan pasien.
Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah perubahan orientasi
pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa masuk dalam
bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut mengikuti paradigma natural
sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala
penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu membuat penggolongan dari tanda-tanda
gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehatan jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan
spesfikasinya masing-masing.
.Revolusi Kesehatan Jiwa iii
Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada berbasis rumah
sakit (hospital base), maka pada perkembangan berikutnya dikembangkanlah basis komunitas
(community base) dengan adanya upaya pusat kesehatan mental komunitas (community
mental health centre) yang dipelopori oleh J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi
kesehatan jiwa III.
Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional,psikologis dan sosial yang terlihat
dari hubungan interpersonal yang memuaskan,perilaku dan koping yang efektif,konsep diri
yang positif dan kestabilan emosional
#Kesehatan jiwa memilikibanyak komponen dan dipengaruhi oleh berbagai faktor :
- Otonomi dan kemandirian :Individu dapat meliputi kedalam dirinya untuk menemukan
nilai dan tujuan hidup
- Memaksimalkan potensi diri :Individu memiliki orientasi pada pertumbuhan dan
aktualialitas diri
- Menorelansi ketidakpastian hidup :individu dapat menghadapi tantangan hidup sehari-hari
dengan harapan dan pandangan positif walaupun tidak mengetahui apa yang terjadi dimasa
depan
- Harga diri :Individu memiliki kesadaran yang realitas akan kemampuan dan
keterbatasannya
- Menguasai lingkungan :individu dapat mengahadapi dan mempengaruhi lingkungan
dengan cara yang kreatif,kompeten dan sesuai kemammpuan
- Orientasi realitas :Individu dapat membedakan dunia nyata dari dunia impian,fakta dari
khayalan,dan bertindak secara tepat
- Manajemen stess :Individu dapat menoleransi stes kehidupan,merasa cemas atau berduka
sesuai keadaan,dan mengalami kegagalan tanpa merasa hancur
# Faktor yang memmpengaruhi kesehatan jiwa:
1. Faktor individual meliputi struktur biologis,memiliki keharmonisan hidup,dan
vitalitas,menemukan arti hidup,kegembiraan/daya tahan emosional,spiritualitas,dan
memiliki identitas yang positif
2. Faktor interpersonal meliputi komunikasi yang efektif,membantu orang lain,keintiman,dan
mempertahankan keseimbangan antara perbedaan dan kesamaan
3. Faktor sosial/budaya meliputi keinginan untuk bermasyarakat,memiliki penghasilan yang
cukup,tidak menoleransi kekerasan,dan mendukung keragaman individu.
Gangguan jiwa adalah sindrom/pola psikologis/perilaku yang penting secara klinis yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan adanya distress
# Kriteria untuk mendiagnosis gangguan jiwa :
-ketidakpuasan terhadap karakteristik
-kemampuan
-prestasi diri
-hubungan tidak efektif/tidak memuaskan
-tidak puas hidup didunia
-koping yang tidak efektif terhadap peristiwa kehidupan
# Faktor penyebab gangguan jiwa:
1. Faktor individual meliputi biologis,ansietas,kekhawatiran/ketakutaan,kehilangan arti
hidup
2. Faktor interpersonal meliputi komunikasi tidak efektif,ketergantungan yang
berlebihan,menarik diri dari hubungan,kehilangan kontrol emosionaal
3. Faktor sosial budaya meliputi tidak ada penghasilan,kekerasan,tidak ada tempat
tinggi,kemiskinan,diskriminasi(perbedaan ras,golongan,usia ddl)
model yang pertama yang dikemukanan oleh sigmun freud yg meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa
anak.
b. Model interpersonal
c. Model sosial
Teori ini mengemukakan pandangan terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan
lingkungan menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan perilaku menyimpang
d. Model eksistensi
e. Model komunikasi
f. Model perilaku
Teori ini meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif dan afektif.
g. Model medical
1. pengajar
Adalah kriteria factor kerja hubungan perawatn dengan klien, perawat dapat mengajarkan
metode baru yaitu kopping dan penyelesaian masalah klien dan sumber masyarakat yang
tersedia
2. pemberi keperawatan
3. advokat
Memberikan klien dan mendukung setiap keputusan yang klien buat dalam keperawatan
kesehatan jiwa, advokasi sedikit berbeda karena penyakit klien: Perawat tidak dapat
mendukung keputusan klien untuk mempertahan kan dirinya sendiri atau orang lain
Advokasi didefenisikan sebagai proses dan tindak untuk kepetingan klien memastikan
privasi dan sopan, meeningkatkan persetujuan tindakan mencegah pemeriksaan dan
prosedur yang tidak perlu serta menjami klien bebas dari penganiayaan seksual dan
explorasi oleh propesional kesehatan yang memiliki otoritas .
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sheila L Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Landasan konsep keperawan jiwa hal 4.
Jakarta: ECG
2. Sheila L Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Landasan konsep keperawan jiwa. Jakarta:
ECG