Anda di halaman 1dari 6

Jenis Lapisan Tampilan Tekstur Sensasi Waktu Prognosis Contoh

yang Penyembuhan
dilibatkan
Superfisial Epidermis[ Merah Kering nyeri 5-10 hari Sembuh
5]
(derajat I) tanpa dengan
lepuh[10] baik;[10]
Sengatan
matahari
yang
berulang
meningkatk
an risiko
kanker kulit
di kemudian
hari[12]
Agak Meluas ke Merah lembab Sangat kurang dari 2–3 Infeksi
superfisial, lapisan dengan nyeri minggu lokal/seluliti
mengenai dermis lepuh yang s tetapi
sebagian (papiler) jelas. Pucat biasanya
lapisan kulit superfisial dengan tanpa
(derajat II) tekanan parut[6]

Cukup dalam, Meluas ke Kuning Agak Tekanan 3–8 minggu Parut, kerut
mengenai lapisan atau putih. kering dan tidak (mungkin
sebagian dermis Lebih nyaman memerlukan
lapisan kulit (retikular) tidak eksisi dan
(derajat II) dalam pucat. cangkok
Mungkin kulit)
melepuh.
Seluruh Meluas ke Kaku dan Kasar Tidak Lama Parut, kerut,
lapisan kulit seluruh putih/cokla nyeri (berbulan- amputasi
(Derajat III) lapisan t[10] Tidak bulan) dan tidak (eksisi dini
dermis pucat sempurna dianjurkan)

Derajat IV Meluas ke Hitam; kering Tidak Perlu eksisi Amputasi,


seluruh hangus nyeri gangguan
lapisan dengan fungsional
kulit, dan eskar yang
ke dalam signifikan
lapisan dan, dalam
lemak, otot beberapa
dan tulang kasus,
di kematian.
bawahnya
PENATALAKSANAAN

Tindakan resusitasi dimulai dengan menilai dan menstabilkan jalan napas, pernapasan, serta
sirkulasi penderita.[5] Jika dicurigai terjadi cedera inhalasi, mungkin diperlukan intubasi awal.[7]
Penanganan ini kemudian diikuti dengan penanganan luka bakar itu sendiri. Seseorang dengan
luka bakar yang luas dapat dibungkus menggunakan kain seprei bersih sampai tiba di rumah
sakit.[7] Karena luka bakar mudah terkena infeksi, suntikan booster tetanus harus diberikan bila
pasien tersebut belum mendapatkan imunisasi tetanus ini dalam jangka lima tahun terakhir.[38] Di
Amerika Serikat, 95% dari penderita luka bakar yang masuk ke unit gawat darurat dirawat dan
diperbolehkan pulang, sementara 5% memerlukan perawatan di rumah sakit.[3] Pada luka bakar
berat, pemberian asupan makanan dini sangat penting.[34] Oksigenasi hiperbarik mungkin dapat
beguna sebagai tambahan dari penanganan secara tradisional.[39]

1. Cairan intravena

Pada penderita dengan perfusi jaringan yang buruk, harus diberikan bolus larutan kristaloid
isotonik.[5] Pada anak-anak dengan kondisi luka bakar lebih dari 10-20%&nbsp LPB dan pada
dewasa dengan kondisi luka bakar lebih dari 15%&nbsp LPB harus ditindaklanjuti dengan
resusitasi cairan formal dan pemantauan.[5][40][41] Bila memungkinkan, tindakan ini harus
dilakukan sebelum ke rumah sakit bagi penderita dengan luka bakar lebih luas dari 25% LPB.[40]
Formula Parkland dapat membantu menentukan volume cairan intravena yang diperlukan dalam
waktu 24 jam pertama. Formula ini didasarkan atas LPB dan berat badan orang yang terkena
luka bakar. Setengah dari jumlah cairan ini harus diberikan pada 8 jam pertama, dan sisanya
diberikan pada sisa waktu 16 jam. Jangka waktu ini dimulai sejak luka bakar bakar terjadi, bukan
dari saat resusitasi cairan diberikan.Pada anak diperlukan pemberian cairan rumatan tambahan
berupa glukosa.[7] Selain itu, penderita dengan cedera inhalasi memerlukan lebih banyak
cairan.[42] Sementara resusitasi cairan yang tidak cukup dapat menyebabkan masalah, resusitasi
yang berlebihan juga dapat berakibat buruk.[43] Formula ini hanya merupakan pedoman, dengan
infus yang ideal diberikan berdasarkan keluaran urin yaitu >30 mL/h pada orang dewasa atau
>1mL/kg pada anak-anak dan tekanan darah arteri rata-rata lebih tinggi dari 60 mmHg.[7]
Walaupun Larutan ringer laktat sering digunakan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
larutan ini lebih baik dari larutan salin normal.[5] Cairan kristaloid tampak sama baiknya dengan
cairan koloid, dan karena koloid lebih mahal, penggunaan cairan ini tidak dianjurkan.[44]
Transfusi darah sangat jarang diperlukan.[10] Transfusi darah hanya dianjurkan bila kadar
hemoglobin turun di bawah 60-80 g/L (6-8 g/dL)[45] karena adanya risiko komplikasi.[7] Kateter
intravena dapat dipasang melalui kulit yang terbakar bila diperlukan, atau dapat juga
menggunakan infus intraoseus.[7]

2. Perawatan luka

Pendinginan dini (selama 30 menit pertama sejak terjadinya luka bakar) akan mengurangi
kedalaman luka bakar dan nyeri, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati karena pendinginan
berlebih dapat menimbulkan hipotermia.[5][10] Tindakan ini harus dilakukan dengan
menggunakan air dingin 10–25 °C (50.0–77.0 °F) dan bukan air es, karena air es dapat
menyebabkan cedera yang lebih parah.[5][33] Luka bakar karena zat kimia memerlukan irigasi
yang ekstensif[10] Membersihkan, pembersihan jaringan mati menggunakan sabun dan air , dan
penggunaan pembalut merupakan aspek yang penting dalam penanganan luka bakar. Bila
terdapat lepuh yang utuh, tidak terlalu jelas apa yang harus dilakukan. Beberapa bukti sementara
mendukung dibiarkannya lepuh ini apa adanya. Luka bakar derajat dua memerlukan evaluasi
kembali setelah dua hari.[33]

Pada penatalaksanaan luka bakar derajat satu dan dua, tidak ditemukan bukti nyata untuk
menentukan tipe pembalutan yang harus digunakan.[46][47] Biasanya tidak masalah untuk
membiarkan luka bakar tingkat satu tanpa pembalutan.[33] Pemberian antibiotik oles umumnya
disarankan, walaupun pemakaian obat ini tidak didukung oleh bukti yang cukup.[48] Perak
sulfadiazine (suatu jenis antibiotik) tidak dianjurkan untuk dipakai karena berpotensi
memperlambat waktu penyembuhan.[47] Masih belum ada cukup bukti yang mendukung
penggunaan balutan yang mengandung perak[49] atau terapi luka tekanan negatif.[50]
3. Pengobatan

Luka bakar bisa sangat menyakitkan dan terdapat berbagai pilihan yang bisa digunakan untuk
mengatasi rasa sakit. Pilihannya meliputi analgesik sederhana (seperti ibuprofen dan
asetaminofen) dan opioid seperti morfin. Benzodiazepin bisa digunakan sebagai tambahan untuk
analgesik guna membantu menurunkan kecemasan.[33] Selama proses penyembuhan,
antihistamin, pijat, atau stimulasi saraf transkutaneus bisa digunakan untuk membantu mengatasi
rasa gatal.[8] Namun, antihistamin hanya efektif untuk tujuan ini pada 20% orang.[51] Terdapat
bukti sementara yang mendukung penggunaan gabapentin[8] dan penggunaan obat tersebut
beralasan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan dengan antihistamin.[52]

Antibiotik intravena dianjurkan sebelum pembedahan pada pasien yang mengalami luka bakar
luas (>60% LPB).[53] Templat:Hingga, panduan yang ada tidak menganjurkan penggunaan
antibiotik secara umum karena adanya kekhawatiran mengenai resistensi antibiotik[48] dan
meningkatnya risiko infeksi jamur.[7] Namun bukti sementara menunjukkan bahwa penggunaan
antibiotik intravena bisa memperbaiki tingkat kelangsungan hidup pada pasien yang mengalami
luka bakar luas dan berat.[48] Eritropoietin belum ditemukan efektif untuk mencegah atau
mengobati anemia pada orang yang mengalami luka bakar.[7] Pada luka bakar yang disebabkan
oleh asam hidrofluorat, kalsium glukonat merupakan antidot khusus dan bisa digunakan secara
intravena dan/atau dioleskan.[22]

4. Pembedahan

Luka yang memerlukan penutupan dengan pembedahan menggunakan cangkok kulit atau flap
(biasanya untuk luka bakar yang lebih dari luka bakar ketebalan lengkap berukuran kecil) harus
ditangani sesegera mungkin.[54] Luka bakar melingkar pada anggota gerak atau dada mungkin
memerlukan bedah segera untuk membuang kulit mati, yang dikenal sebagai eskarotomi.[55]
Tindakan ini dilakukan untuk menangani atau mencegah masalah dengan sirkulasi jauh, atau
ventilasi.[55] Belum jelas apakah bedah eskarotomi berguna untuk luka bahar pada leher atau
jari.[55] Fasiotomi mungkin diperlukan untuk luka bakar akibat sengatan listrik.[55]
5. Pengobatan Alternatif

Madu sudah digunakan sejak zaman kuno untuk membantu penyembuhan luka dan mungkin
bermanfaat untuk luka bakar derajat pertama dan kedua.[56][57] Belum cukup bukti untuk
penggunaan lidah buaya.[58] Walaupun perak sulfadiazine mungkin bermanfaat untuk
menurunkan rasa sakit,[11] dan tinjauan pustaka yang dilakukan pada tahun 2007 menemukan
bukti sementara yang menunjukkan bahwa perak sulfadiazine dapat memperbaiki waktu
penyembuhan [59] tinjauan pustaka selanjutnya yang dilakukan pada tahun 2012 tidak
menunjukkan perbaikan penyembuhan luka dengan penggunaan perak sulfadiasin.[58]

Ada sedikit bukti bahwa vitamin E dapat membantu menyembuhkan keloid atau bekas luka.[60]
Penggunaan mentega tidak dianjurkan.[61] Di negara berpendapatan rendah, sepertiga luka bakar
diobati dengan obat tradisional, yang dapat meliputi pengolesan telur, lumpur, daun atau kotoran
sapi.[16] Penanganan dengan pembedahan terbatas pada beberapa kasus karena sumber daya dan
ketersediaan keuangan yang tidak mencukupi.[16] Ada sejumlah metode lain yang bisa digunakan
sebagai tambahan untuk pengobatan guna menurunkan rasa sakit dan kecemasan termasuk:
terapi realitas maya, hipnosis, dan pendekatan perilaku seperti teknik pengalihan perhatian.[52]

Anda mungkin juga menyukai