Di Susun Oleh:
1. Putri Aisyah
2. Putri Ulil Khikmah
3. Retno Endah Pramesty
4. Rika Devinda R
5. Rina Agustina
6. Saptaria Anjani
7. Siti Kaswati
8. Siti Naslukah
9. Siti Nuryati
10. Sri Mujiati
11. Suhendra
12. Susi Krisnawati
13. Syafrial Banaradim
14. Tlaga Mustika
15. Wuri Nur R
16. Yuni Susanti
17. Yunita Suci A
D3 KEPERAWATAN 1B
Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi
badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena
berhubungan dengan besarnya tubuh.
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ
dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Nutrisi adalah suatu proses organism menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan (Supariasa, 2001). Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan vital
bagi semua makhluk hidup. Pengertian nutrisi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Jenis-Jenis Nutrien
Jenis-jenis Nutrien diantaranya adalah:
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen.
Karbohidrat dibagi atas :
Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal yang terdiri dari
glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul ganda), contoh sukrosa
(glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa + glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).
Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun banyak
molekul glukosa.
Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat dicerna oleh
tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan volume feces.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak terdiri atas gabungan
gliserol dengan asam-asam lemak
Fungsi lemak :
sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang dipadatkan dengan mem berikan
9 kal/gr.
Ikut serta membangun jaringan tubuh.
Perlindungan.
Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh.
Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbul
rasa lapar kembali segera setelah makan.
Vitamin larut dalam lemak.
c. Protein
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa struktur nutrien
kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim
proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian akan diserap oleh usus.
Fungsi protein adalah:
Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal dan proses
pengausan yang normal.
Protein menghasilkan jaringan baru.
Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan fungsi khusus dalam
tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
Protein sebagai sumber energi.
d. Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Ada 2 jenis vitamin yaitu:
Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam tubuh jadi harus ada didalam diet
setiap harinya).
Energi
Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses metabolisme
tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badan
seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan
usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari.
Protein
Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila
asupan energi terbatas/ kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi.
Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/ hari dan usia
16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang
dan udang (hewani). Sedangkan protein nabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu.
Lemak
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan
disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen
Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per
hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari.
Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak
mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat
mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu
vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme
energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin
B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan
jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan.
Fe / Zat Besi
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah yang
dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah sayuran berwarna
hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan
vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi.
Faktor pendukung
Faktor – faktor yang Meningkatkan Kebutuhan Nutrisi
Aktivitas
Usia, jenis kelamin, dll
Pengaturan konsumsi makanan hypothalamus
Pengaturan konsumsi makanan ; kurus dan gemuk
Aspek budaya kegiatan makanan
Sikap menyukai/tidak, kebiasaan makan hasil dari proses belajar
Praktek keagamaan
Vegetarian
Budaya/kultur
Kebangsaan
Psikososial
Sifat
Factor penghambat :
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penurunan Kebutuhan Nutrisi
h. Immobilitas
Klien yang kurang mobilitas menyebabkan nafsu makan kurang, dimana dapat
meningkatkan asupan yang tidak adekuat dan malnutrisi. Kurangnya nafsu makan
difikirkan sebagai akibat menurunnya basal metabolisma dan berkurangnya aktifitas fisik.
Penurunan aktifitas atau denurunnya berat badan dapat menyebabkan kehilangan kalsium
dari tulang. Kalsium disimpan pada tulang, penurunan berat badan menyebabkan kalsium
akan meningkat dalam darah, dan merupakan predisposisi terjadinya batu ginjal. Untuk
itu intervensi yang terbaik adalah ambulasi dini.
Jika immobilisasi klien tidak bergerak selama ditempat tidur, perlukaan akibat tekanan
atau dekubitus akan terjadi. Malnutrisi dan rendahnya kadar protein darah yang memiliki
hubugan dengan meningkatnya risiko perlukaan akibat tekanan. Kesimbangan diet yang
baik, tinggi kalori, dan tingginya kualitas protein, dapat disarankan untuk mencegah
terjadinya dekubitus. Bila jumlah kalori dan protein tidak adekuat, diusahan untuk
menemukan faktor-faktor yang dapat meningkatkan asupan makanan dan dengan bantuan
untuk makan. Jika asupan oral berkurang, maka perlu dipertimbangkan pemberian
makanan melalui enteral. Vitamin C, zinc, dan zat besi perlu direkomendasikan –vitamin
C dan zinc diperlukan untuk penyembuhan luka dan zat besi untuk sintesa hemoglobin,
dan oksigen yang adekuat hal mendasar untuk penyembuhan luka.
Human immunodeficiency Virus dan Acquared immunodeficiency Syndrome
HIV akan merusak sistem immun tubuh. Saat virus berada dalam darah, kien akan
diagnosa menderita HIV. HIV positif tidak berarti klien menderita AIDS. AIDS
didiagnosa ketika infeksi terjadi yang secara normal tubuh dapat melindungi dirinya
sendiri.
Pemberian nutrisi harus dimulai sesegera mungkin setelah klien telah didiagnosa positif
HIV. Peningkatan kesehatan yang adekuat, dan keseimbangan diet disarankan untuk
klien. Kebiasan makanan yang menyehatkan dapat mempertahankan kekuatan tubuh dan
tingkat fungsional.
Kehilangan berat badan dan malnutrisi sering terjadi sebagai akibat adanya anoreksia,
diare, malabsorpsi, meningkatnya metabolisma, dan demensia. Demensia, dimanan
beberapa klien tidak mengingat lagi untuk makan, tidak ingat lagi untuk mempersiapkan
makanan, tidak ingat lagi bagaiamana makan sendiri, atau tidak jelas bahwa makanan
harus dimakan. Klien dengan AIDS akan mengalami depresi dan apatis, sehingga akan
sangat mempengaruhi asupan makanan.
Pada keadaan klien AIDS atau HIV positif, nutrisi sangat diperlukan. Pemberian diet
tinggi kalori dan tinggi kualitas protein dan menghindari diet yang kurang dapat
mendukung perlu direkomendasikan. Enteral dan parenteral feeding atau keduanya dapt
ditetapkan saat klien menderita AIDS.
i.Kanker
Nutrisi untuk kanker sama dengan HIV dan AIDS. Sebab pertumbuhan sel kanker yang
cepat memerlukan nutrisi yang meningkat pula. Oleh karena itu perlu direkomendasikan
semua zat makanan yang diperlukan. Bahkan pengobatan kanker (radiasi, pembedahan,
kemoterapi) menyebabkan penambahan kebutuhan nutrisi. Diet tinggi kalori dan tinggi
protein harus direkomendasikan. Tantangan pada klien yang menderita kanker adalah
kadang-kadang tidak merasa butuh untuk makan, dengan demikian diperlukan diet secara
individual. Biasanya nafsu makan pada klien kanker kuat pada pagi hari, oleh karena itu
makan pagi perlu mendapat perhatian, dengan sedikit porsi dan snack tambahan selama
istirahat pada setiap hari.
j.Luka bakar
Kebutuhan nutrisi dapat menyebabkan lamanya luka sembuh dan lamanya klien tinggal
dirumah sakit. Luka bakar yang berat membutuhkan energi yang banyak. Biasanya
direkomendasikan diet tinggi kalori (3000), tinggi protein (125 g). Cairan diperlukan
sejumlah 2,5 sampai 4 L/day. Jika luka bakar seluas 20 % dari total permukaan tubuh,
harus dengan pemasangan NGT. Dapat juga dengan parenteral.
k.Pembedahan
Jelas akan terjadi gangguan pada klien yang mengalami pembedahan. Makan makanan
cairan pada makan malam hingga larut malam dbiasanya dilakukan pada klien sebelum
pembedahan. Pada tengah malam biasanya klien tidak diberi makan lagi (puasa:
NPO=nothing by mouth). Pada umumnya dari klien yang puasa dalam waktu yang
singkat tidak akan mengganggu mentalnya.
Setelah pembedahan, beberapa dari klien enggan makan dan minum sebab dapat terjadi
mual dan muntah atau terjadi nyeri. Setelah klien pulang, biasanya pola makan kembali
seperti biasanya.
Setelah pembedahan besar terutama pembedahan saluran pencernaan, biasanya diajurkan
untuk I.V.Feeding guna mengistirahatkan usus dan penyembuhannya. Saat kembali
peristaltik, bubur saring biasanya diberikan, selanjutnya bertahap sampai keadaan normal
kembali. Pada umumnya diet tinggi kalori, tinggi protein biasanya dianjurkan.. Vitamin
C, zat besi, dan zinc diperlukan untuk penyembuhan luka.
l.Faktor Psikologis
Setiap orang pada suatu saat menggunakan makanan sebagai bentuk rewatd atau
punishment. Kadang orang tua memberikan hadiah makanan pada anaknya karena
berprestasi, oleh karena keinginan makan yang kuat dipengaruhi oleh faktor emosional.
Beberapa klien merasa dihukum bila diberikan makanan pantang yang tidak sesuai
dengan seleranya. Atau merasa terisolasi atau depresi karena dia tidak dapat makan lagi
bersama dengan keluarganya. Beberapa merasa malu, marah, atau bergantung bila
diberikan makanan yang tidak sesuai seleranya. Dilain pihak disaat makan diperlukan
dukungan perasaan dan penerimaan. Makanan yang familiar akan dirasakan nyaman
selama sakit dan mungkin hanya makanan yang diinginkan klien untuk dimakan atau
ditoleransi. Ingat bahwa respon emosional saat merencanakan nutrisi dan lebih hati-hati.
Saat kien depresi, sendiri, apatis, sedih, atau perasaan tak berdaya, biasanya asupan
makan nenurun. Sedikit dari klien makannya banyak bila sebagai bentuk penyesuaian
perasaan klien. Stres dan cemas akan meningakatkan asupan makanan atau mengurangi
asupan makanan.
m.Faktor Sosiologis
Saat makan bukan hanya berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan makan semata tetapi
juga untuk kebutuhan sosial untuk berinteraksi dan bercakap-cakap dengan yang
lain.Makan adalah pengalaman sosial.Seseorang tinggal sendirian biasanya tidak dapat
makan sebanyak dengan orang yang makan dengan keluarganya.
Jika makanan yang diberikan oleh keluarga kepada anaknya, akan lebih mudah diterima
oleh anak dibanding bila perawat yang melakukan untuk itu.
n. Faktor perkembangan
Nutrisi diperlukan sepanjang rentang kehidupan. Perawat mungkin kurang memberi
perhatian bagiamana tahap perkembangan seseorang yang berhubungan dengan asupan
nutrisi.
Peran perawat
Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan
Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering memperhatikan jumlah
kalori dan tanpa kontraindikasi
Menata ruangan senyaman mungkin
Menurunkan stress psikologis
Menjaga kebersihan mulut
Menyajikan makanan mudah dicerna
Hindari makanan yang mengandung gas
Tindakan pada gangguan obstruksi mekanis secara umum dapat dilakukan dengan cara:
melakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan minuman bikarbonat
rendah kalori atau 1/2 atau 1/4 larutan hiderogen peroksida dan air sebagai pembersih mulut
mengajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan kepadatan
seperti jus atau sop kental
menggunakan suplemen tinggi kalori atau protein
Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan cara :
mengatur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau ditepi tempat tidur
mempertahankan posisi selama 10-15 menit
mengatur kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk mempertahankan kepatenan
esophagus
Mulai dari jumlah yang kecil
Membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam, makanan berserat (sayuran
mentah), dan rendam makanan kering agar lunak
Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
Hindari makanan yang mengandunf lemak
Berikan motivasi untuk menurunkaanberat badan
Lakukan program olah raga
5. Pengkajian fisik :
Pengakajian mulut
Pengkajian abdomen
Pengukuran antropometri : tinggi badan dan berat badan, pengukuran skinfold, pengukuran
lingkar
6. Pengkajian Diagnostik
MRI
Abdominal ultrasound
Gastroscopy
Gallbladder test
7. Pemeriksaan laboratirum :
Sel darah merah
Hemoglobin
Albumin
BUN
Creatinin
Keseimbangan nitrogen
Review jurnal anorexia
Anorexia nervosa : Divergent validity of a prototype narrative among anorexia relative.
Pada objek dari studi ex post facto adalah untuk menguji validitas yang berbeda (tingkat
diskriminasi) dari narasi prototipe anoreksia menurut confidents anorectic dekat (kerabat), serta
menjelajahi karakteristik yang berbeda dari para peserta yang mungkin berhubungan dengan
anoreksia nervosa berpartisipasi dalam penelitian dan diminta untuk menunjukkan derajat
mereka indentification, menurut relatif mereka, dengan lima prototip narasi yang berbeda
(depresi, argoraphobia, anoreksia, pecandu alkohol, kecanduan obat dan prototipe). Hasil tidak
confrim validitas berbeda dari prototipe anoreksia. Sekali lagi, tidak ada perbedaan signifikan
yang ditemukan antara indentification dengan prototipe anoreksia dan depresi, alkoholisme
argoraphobia dan prototipe. Satu-satunya perbedaan signifikan yang ditemukan adalah untuk
perbandingan antara prototipe kecanduan obat amd anorixic. Namun, ibu dan durasi penyakit
anorectic yang ditemukan terkait dengan tingkat indentification narasi prototipe. Hasil dibahas
dalam hal sistemik versus pendekatan prototipe untuk gangguan makan.
Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan kejiwaan yang paling parah ditemukan pada masa
remaja. Dalam kebanyakan kasus remaja secara bertahap akan pulih dari penyakit, tetapi
anoreksia nervosa juga dikenal dengan komplikasi berat, dengan kronisitas dan kematian
menjadi dua yang paling ditakuti konsekuensi. Dalam tinjauan Steinhausen dari semua tindak
lanjut studi selama paruh kedua abad ke-20, kronisitas terjadi di satu dari lima dari seluruh kasus
anoreksia nervosa. Hanya ada tiga studi yang diterbitkan pada anoreksia nervosa bahwa laporan
hasil jangka panjang. Ketiga didasarkan pada kasus yang parah anoreksia nervosa, dengan
sampel hanya rujukan tersier dan / atau di-pasien. Tingkat kematian tinggi dalam studi ini (17%,
18% dan 16% masing-masing) berkorespondensi dalam studi oleh Zipfel dkk dengan rasio
mortalitas standar 9,8. Terjadinya kronis anorexia nervosa dalam tiga studi berkisar 8-25%. Para
peneliti telah menunjukkan bahwa pemulihan setelah 10-12 tahun jarang terjadi. Namun,
meningkatnya jumlah tindak lanjut penelitian telah difokuskan pada sampel yang lebih homogen
nervosa anoreksia, hanya individu yaitu dengan onset remaja anoreksia nervosa yang tampaknya
memiliki masa depan cerah. Studi jangka panjang (10 tahun atau lebih) dari remaja-awal
anoreksia nervosa cenderung untuk melaporkan hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan
dengan yang lain tindak lanjut studi.
Berdasarkan aktivitas anoreksia adalah paradigma yang menginduksi aktivitas fisik meningkat,
asupan makanan berkurang, dan aktivitas meningkat dari sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal
pada tikus dewasa. Untuk menyelidiki apakah pengalaman dengan anoreksia berdasarkan
aktivitas menghasilkan dampak abadi pada otak dan perilaku, tikus betina remaja mengalami
anoreksia berdasarkan aktivitas selama masa remaja dan diuji di masa dewasa untuk kegelisahan-
seperti perilaku pada labirin ditambah tinggi dan di lapangan terbuka. Analisis labirin ditambah
tinggi dan perilaku di masa dewasa lapangan terbuka mengungkapkan bahwa tikus yang
mengalami anoreksia berdasarkan aktivitas selama masa remaja, tapi tidak tikus yang hanya
makanan dibatasi, ditampilkan meningkat kecemasan-seperti perilaku di masa dewasa.
Corticosterone plasma dan ekspresi tingkat kortikotropin-releasing hormon mRNA dalam inti
paraventrikular hipotalamus dan di inti pusat amigdala secara signifikan meningkat pada tikus
dewasa yang telah mengalami anoreksia berbasis aktivitas pada masa remaja dalam menanggapi
paparan lapangan terbuka, dibandingkan dengan kontrol tikus. Data ini menunjukkan efek abadi
remaja berdasarkan aktivitas anoreksia pada kecemasan-seperti perilaku dan faktor-faktor
penting dalam respons neuroendokrin stres di masa dewasa. Selanjutnya, kami menunjukkan
bahwa aktivitas berbasis anoreksia selama masa remaja berfungsi sebagai model dimana
kecemasan berkepanjangan diinduksi, memungkinkan untuk evaluasi hubungan perilaku dan
saraf mediasi kecemasan-seperti perilaku di masa dewasa.
Sebuah tinjauan sistematis literatur dilakukan untuk menjawab pertanyaan klinis yang relevan
tentang manajemen nutrisi dalam pengaturan cedera tulang belakang akut (SCI). Tantangan
metabolik tertentu yang hadir berikut cedera saraf tulang belakang. Tahap akut ditandai dengan
penurunan aktivitas metabolik, serta keseimbangan nitrogen negatif yang tidak dapat dikoreksi,
bahkan dengan dukungan nutrisi yang agresif. Kebutuhan metabolik perlu dipantau secara
akurat untuk menghindari overfeeding. Makanan enteral adalah rute yang optimal berikut SCI.
Ketika makan oral tidak mungkin, nasogastrik, diikuti oleh nasojejunal, kemudian oleh
endoskopi perkutan gastrostomy, jika perlu, disarankan.
Konteks obat antidepresan sering diresepkan untuk pasien dengan anoreksia nervosa. Tujuan
penelitian menentukan apakah fluoxetine dapat mempromosikan pemulihan dan memperpanjang
waktu-ke-kambuh antara pasien dengan berat badan anoreksia restorasi berikut nervosa. Hasil
Utama Hasil Tindakan Langkah-langkah utama adalah waktu-ke-kambuh dan proporsi pasien
berhasil menyelesaikan 1 tahun pengobatan. Kesimpulan Penelitian ini gagal untuk menunjukkan
manfaat dari fluoxetine dalam pengobatan pasien dengan berat badan anoreksia restorasi berikut
nervosa. Usaha masa depan harus fokus pada pengembangan model baru untuk memahami
kegigihan penyakit ini dan mengeksplorasi pendekatan baru pengobatan psikologis dan
farmakologis
A genome-wide association study on common SNPs and rare CNVs in anorexia nervosa
Anoreksia nervosa (AN) adalah penyakit mental dengan angka kematian yang tinggi yang
paling sering menimpa perempuan remaja individu. Gejala klinis termasuk penolakan pangan
kronis, penurunan berat badan dan distorsi citra tubuh. Kami melaksanakan genome studi
asosiasi pada 1033 kasus dan 3733 AN subyek kontrol anak, semuanya keturunan Eropa dan
genotyped pada platform Illumina HumanHap610 (Illumina, San Diego, CA, USA).
Influenza babi adalah penyakit pernapasan pada babi ditandai dengan demam, anoreksia,
takipnea, dispnea dan batuk. Selain itu, infeksi virus umumnya terkait dengan banyak
perubahan dalam ekspresi gen dari jaringan tertentu atau organ yang menentukan nasib hasil
akhir dari inang terinfeksi. Sebagai teknologi kepadatan tinggi, profil ekspresi gen microarray
telah semakin digunakan untuk mengevaluasi status ekspresi gen dari babi setelah terinfeksi oleh
patogen yang berbeda. Dalam analisis pola regulasi gen, perhatian telah diberikan kepada gen
yang berhubungan dengan faktor kunci dalam program klinis dan patologi penyakit, khususnya
ketika tuan rumah telah terinfeksi zoonosis, seperti SwIV.
Ringkasan Jurnal
A. Junal Penelitian (1)
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti tentang gangguan makan atau bulimia tingkat
adiponektin meningkat mencerminkan penurunan lemak tubuh. Sebaliknya, beredar tingkat
resistin tidak tampaknya terkait erat dengan status gizi. Gangguan makan, tingkat sirkulasi
adiponektin, resistin, dan parameter hormonal dan metabolik lainnya diukur pada 16 wanita
dengan subtipe terbatas. 15 perempuan dengan bulimia nervosa. Sebagai kesimpulan,
menunjukkan bahwa tingkat sirkulasi leptin dan adiponektin pada pasien dengan gangguan
makan yang berbeda terutama ditentukan oleh status gizi mereka. Sebaliknya, tingkat resistin
tidak berhubungan dengan baik antropometri atau insulin variabel sensitivitas. Disarankan agar
tingkat adiponektin meningkat dapat memberikan kontribusi untuk metabolism makanan
perubahan dan / atau penurunan asupan sedangkan resistin tidak tampak terlibat dalam proses ini.
(Jitka Housova, 2005)
Jitka Housova, K. A. (2005). Serum Adiponectin and Resistin Concentrations in Patients with
Restrictive and Binge/Purge Form of Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa. The Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism, 90(3), 1366-1370.
B. Jurnal Penilitian (2)
Sistem opioid endogen otak telah terlibat dalam perilaku makan. Aktivasi berulang abnormal
dari sistem ini dapat merupakan substrat saraf untuk perilaku makan kompulsif diamati pada
bulimia nervosa. Penelitian ini menguji mengikat potensi otak-opioid reseptor (-OR) di bulimia
nervosa. Delapan wanita dengan bulimia nervosa dan 8 perempuan control menjalani MRI otak.
Voxelbased metode yang digunakan untuk menilai perbedaan kelompok-OR mengikat antara
kontrol dan subjek bulimia dan untuk mengkorelasikan -OR mengikat dengan frekuensi baru-
baru ini dilaporkan sendiri yang abnormal perilaku makan pada subyek bulimia. Hasil:-OR
Mengikat dalam insular korteks kiri kurang dalam mata pelajaran bulimia daripada kelompok
kontrol dan berkorelasi negatif dengan perilaku puasa baru-baru ini. kesimpulan: Perubahan-OR
Mengikat dalam insula mungkin penting dalam patogenesis atau pemeliharaan mengabadikan
diri perilaku siklus pelajaran bulimia karena insula adalah gustatory utama korteks dan telah
berulang kali terlibat dalam pengolahan dari nilai hadiah makanan. (Bencherif, 2005)
Bencherif, B. (2005). Regional -Opioid Receptor Binding in Insular Cortex Is Decreased in
Bulimia Nervosa and Correlates Inversely with Fasting Behavior. THE JOURNAL OF
NUCLEAR MEDICINE, Vol. 46(No. 8), 1349-1351.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas dipandu diri untuk perubahan
bulimia nervosa. Metode: Enam puluh dua pasien dengan DSM-III-R yang didefinisikan bulimia
nervosa adalah acak ditugaskan untuk 1) penggunaan manual perawatan diri ditambah delapan
sesi dua minggu kognitif terapi perilaku (dipandu diri perubahan) atau 2) 16 sesi terapi perilaku
kognitif mingguan.
Hasil: Pada akhir pengobatan dan pada tindak lanjut rata-rata 43 minggu setelah berakhirnya
terapi, perbaikan substansial telah dicapai pada kedua kelompok pada hasil utama. Tindakan:
makan gejala gangguan sesuai dengan peringkat ahli ‘(Pemeriksaan pada makan berlebihan,
muntah, pembatasan diet bentuk, dan berat badan dan kekhawatiran), laporan diri (Bulimic
investigasi Uji Edinburgh), dan skala keparahan 5-point. (Thiels, 1998)
Thiels, C. (1998). Guided Self-Change for Bulimia Nervosa Incorporating Use of a Self-Care
Manual. 7(155), 947–953.
Sebuah besar dan baik ditandai sampel individu dengan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
dari Harga Yayasan kolaboratif genetika Penelitian ini digunakan untuk menentukan frekuensi
gangguan kecemasan dan memahami bagaimana gangguan kecemasan terkait dengan keadaan
penyakit gangguan makan dan usia di permulaan. Meluasnya kecemasan Gangguan pada
umumnya dan pada khususnya OCD jauh lebih tinggi pada orang dengan anoreksia nervosa dan
bulimia nervosa daripada di nonclinical kelompok perempuan dalam masyarakat. Gangguan
kecemasan umum memiliki mereka onset masa kanak-kanak sebelum onset dari gangguan
makan, mendukung kemungkinan mereka adalah faktor kerentanan untuk mengembangkan
anoreksia nervosa atau bulimia nervosa. (Walter H. Kaye, 2004)
Walter H. Kaye, C. M. B. (2004). Comorbidity of Anxiety Disorders With Anorexia and Bulimia
Nervosa. 12(161), 2215–2221.
Alasan untuk tingkat tinggi OCD pada individu dengan gangguan makan tidak diketahui.
beberapa peneliti telah mendalilkan bahwa keasyikan dengan berat badan dan bentuk adalah
jenis obsesi dan tak terkendali pesta makan dan membersihkan episode mungkin dorongan (16,
17). Ada kemungkinan bahwa sifat-sifat obsesif bisa berkontribusi pada patogenesis gangguan
makan. Atau, Gejala tersebut bisa menjadi sekunder untuk malnutrisi atau terkait dengan faktor-
faktor lain, seperti depresi atau kecemasan. Menentukan apakah gejala tersebut konsekuensi atau
penyebab potensial dari perilaku makan patologis atau kekurangan gizi adalah masalah
metodologis utama di bidang ini. Hal ini tidak praktis untuk mempelajari gangguan makan
prospektif karena usia muda saat onset dan kesulitan dalam identifikasi premorbid orang yang
akan mengembangkan gangguan makan. Salah satu cara menggoda terpisah sebab dan akibat
adalah untuk membandingkan subyek yang sakit dengan bulimia dan mereka yang memiliki
pemulihan jangka panjang dari bulimia. Tidak adanya asumsi pembaur gizi pengaruh pada
wanita yang telah sembuh dari bulimia menimbulkan kemungkinan bahwa psychobiological
persisten kelainan mungkin sifat-terkait dan berpotensi. (Ranson, 1999)
Ranson, K. M. v. (1999). Obsessive-Compulsive Disorder Symptoms Before and After Recovery
From Bulimia Nervosa. 11(156), 1703–1708.
Meluasnya bulimia nervosa menyajikan untuk pengobatan telah meningkat pesat. Namun,
layanan untuk, dan pelatihan, diagnosis dan pengelolaan bulimia tidak memadai (Royal College
dari Psychiatris1t9s9, 2). Psychologicatlreatmentfsor bulimia yang menghasilkan gejala yang
baik perbaikan telah dikembangkan selama yang terakhir dekade (untuk review lihat Tiller eta,
1993!) tetapi membutuhkan khusus terapis dan padat karya (16-25 sesi). Intervensi kurang
intensif tenaga kerja, seperti sebagai terapi farmakologi dengan fluoxetine menekan namun tidak
menghilangkan gejala perilaku (hanya 20% dari pasien bebas dari gejala pada maksimum dosis
60 mg). Dalam rangka meningkatkan ketersediaan strategi diperlukan untuk mengobati bulimia
kami mengembangkan perawatan diri panduan berisi perilaku kognitif pendidikan dan strategi
pengobatan (Schmidt & Harta, 1993). Hal ini dievaluasi dalam sebuah studi terbuka (Schmidt Ct
a!, 1993) dan dalam uji coba kontrol kemudian secara acak (Harta et a, 1994!). Penelitian saat ini
adalah perpanjangan persidangan. Tujuan kami adalah untuk mengkaji bagaimana sebuah
program dua tahap berurutan (manual diikuti oleh, bila perlu, sampai dengan eightsessionsof
CBT) dibandingkan dengan 16 sessionsboth pada akhir pengobatan dan pada tindak lanjut 18
bulan kemudian. Kami hipotesis adalah bahwa pengobatan berurutan Program akan sama
efektifnya dengan standar CBT namun dengan berkurangnya jumlah terapis yang dipimpin sesi.
(JANET TREASURE & TURNBULL, (1996))
ANET TREASURE, U. S., NICHOLAS TROOP, JANE TILLER, GILL TODD, &
TURNBULL, a. S. ((1996)). Sequential Treatment for Bulimia Nervosa Incorporating A Self-
Care Manual. The British Journal of Psychiatry(168), 94 – 98.
Bulimia nervosa biasanya memiliki permulaan pada remaja perempuan yang berat badan normal.
Hal ini ditandai oleh makan membatasi bergantian dengan pesta makan dan membersihkan dan
distorsi citra tubuh. suasana gangguan dan ekstrem kontrol impuls seperti impulsif dan perilaku
obsesif umum (1). fisiologis dan studi farmakologi mendukung kemungkinan bahwa diubah
pusat sistem saraf serotonin (5-HT) neurotransmitter Kegiatan bisa berkontribusi terhadap
kerentanan untuk mengembangkan perubahan perilaku di appetitive dan bulimia nervosa (1).
Diubah 5-HT aktivitas di bulimia nervosa bisa menjadi konsekuensi dari perilaku diet patologis.
Namun, orang-orang yang telah sembuh dari bulimia nervosa juga memiliki 5-HT perubahan
serta gejala perilaku konsisten dengan disregulasi dari 5-HT jalur neuronal (2, 3), meningkatkan
kemungkinan bahwa perubahan tersebut sifat-terkait dan berkontribusi pada patogenesis ini
gangguan. Untuk lebih memahami 5-HT aktivitas pada wanita yang memiliki pulih dari bulimia
nervosa, kami menggunakan radioligand yang [18F] altanserin, antagonis 5-HT2A reseptor
spesifik, dan positron emission tomography (PET) pencitraan. The 5 – HT2A sistem reseptor
telah terlibat dalam modulasi dari makan, suasana hati, dan kecemasan serta antidepresan
kemanjuran. (Klump, 2001)
Klump, K. L. (2001). Altered Serotonin 2A Receptor Activity in Women Who Have Recovered
From Bulimia Nervosa. 7(158), 1152 – 1155.
Gangguan makan bulimia nervosa telah dikaitkan dengan kenyang terganggu, penurunan tingkat
metabolisme istirahat, dan abnormal neuroendokrin regulasi. Studi praklinis menunjukkan bahwa
seperti perubahan dapat dikaitkan dengan fungsi leptin terganggu. Dengan demikian, Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menilai apakah fungsi leptin berkurang di bulimia nervosa. Serum
leptin tingkat diukur pada wanita dengan bulimia nervosa (n = 18) dan pada wanita yang telah
dipertahankan stabil pemulihan dari bulimia nervosa (n =15) dibandingkan dengan nilai-nilai
dalam kontrol perempuan yang sehat (n =20). Subjek yang diteliti selama folikular fase siklus
menstruasi mereka setelah puasa semalam dan tidur istirahat. Baseline serum sampel dianalisis
untuk konsentrasi leptin oleh RIA. Kelompok mata pelajaran yang cocok untuk usia dan berat
badan. Analisis kovarians, disesuaikan dengan persen lemak tubuh, menunjukkan abnormal
rendah leptin serum pada bulimia nervosa kelompok (P= 0,02), dengan kecenderungan korelasi
terbalik antara frekuensi episode pesta dan konsentrasi leptin serum (P<0,1). Selain itu,
kelompok pasien disetorkan menunjukkan abnormal rendah leptin nilai (P = 0,01). Hasil ini
konsisten dengan hipotesis yang mengalami penurunan fungsi leptin mungkin berhubungan
dengan perubahan dalam pola makan, tingkat metabolisme, dan regulasi neuroendokrin di
bulimia nervosa. (DAVID C. JIMERSON & METZGER, 2000)
Peptides dari sumbu usus-otak memiliki peran penting dalam regulasi homeostasis energi.
Obestatin, seorang saudara dari giberilin berasal dari preproghrelin, diperkirakan untuk
menentang giberilin efek pada asupan makanan. Karena perubahan dalam tingkat ghrelin telah
dikaitkan dengan anoreksia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN), penyelidikan produksi
obestatin lebih mungkin memberikan kontribusi untuk memahami peran peptida perifer pada
pasien dengan gangguan makan. Dibandingkan dengan wanita sehat, pasien dengan BN
menunjukkan tidak ada perbedaan yang ignifikan dalam plasma obestatin dan konsentrasi ghrelin
dan rasio ghrelin / obestatin, sedangkan nderweightANpatients ditampilkan tingkat sirkulasi
meningkat secara signifikan dari obestatin baik (P 0,009) dan ghrelin (P 0,002) dan rasio ghrelin
/ obestatin meningkat (P 0,04). Selain itu, dalam AN wanita, korelasi positif muncul antara rasio
ghrelin / obestatin dan tubuh saat berat badan dan indeks massa tubuh. (Monteleone, 2008)
Monteleone, P. (2008). Plasma Obestatin, Ghrelin, and Ghrelin/Obestatin Ratio Are Increased in
Underweight Patients with Anorexia Nervosa But Not in Symptomatic Patients with Bulimia
Nervosa. (11)(93), 4418-4421.
https://stefanihadi.wordpress.com/2012/10/11/resume-jurnal/