Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

KEKURANGAN VITAMIN
Dosen Pengampu: Dr. Tri Suwarto

Di Susun Oleh:

1. Putri Aisyah
2. Putri Ulil Khikmah
3. Retno Endah Pramesty
4. Rika Devinda R
5. Rina Agustina
6. Saptaria Anjani
7. Siti Kaswati
8. Siti Naslukah
9. Siti Nuryati
10. Sri Mujiati
11. Suhendra
12. Susi Krisnawati
13. Syafrial Banaradim
14. Tlaga Mustika
15. Wuri Nur R
16. Yuni Susanti
17. Yunita Suci A

D3 KEPERAWATAN 1B

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS 2015/2016


PEMBAHASAN

A. DEFINISI VITAMIN

Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik
amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,
yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita
yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki
atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa
banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu
tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada
dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara
normal.
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul keci lyang
memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisienzimologi (ilmu
tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh
enzim. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin,
riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki
peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam
bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang
berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki
kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain
dapat diperoleh melalui suplemen makanan. Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak,
jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan
segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin
yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila
tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah,
tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.
Bedasarkan kelarutannya vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang
larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak (vitamin
A, D, E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin yang larut dalam air tidak dapat
disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh.
Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K. Untuk beberapa hal,
vitamin ini berbeda dari vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini terdapat dalam lemak dan
bagian berminyak dari makanan. Vitamin ini hanya dicerna oleh empedu karena tidak larut
dalam air.
B. MACAM VITAMIN

1. Vitamin A
Vitamin A umumnya stabil terhadap panas, asam, dan alkali. Tetapi mempunyai sifat
yang mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama
udara, sinar dan lemak yang sudah tengik. Sumber vitamin A adalah susu, ikan, sayuran
berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah dan kuning (cabe merah, wortel,
pisang, pepaya, dan lain-lain). Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A adalah
rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak
sehat, dan lain-lain.
2. Vitamin B1
Sumber vitamin B1 adalah gandum, beras, daging, telur,susu dan lainnya. Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 adlah kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik,
daya tahan tubuh berkurang.

3. Vitamin B12
Vitamin B12 adalah vitamin yang sangat kompleks molekulnya mengandung sebuah
atom cobalt. Vit B12 terjadi dalam beberapa bentuk dikenal sebagai kobalamina, salah satu yang
paling aktif adalah sianokobalamin. Sifat- sifatnya adalah larut dlm air, tahan panas, inaktif oleh
cahaya, asam keras atau larutan alkali. Sumber makanan yang mengandung vitamin B12 adalah
telur, daging, hati. Dan penyakit yang ditimbulkan jika kekurangan vitamin ini adalah kurang
darah, cepat lelah, lesu,lemas, dan sebagainya.

4. Vitamin C
Dari semua vitamin yang ada, vit C merupakan vitamin yang paling mudah rusak.
Sangat larut dalam air, mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali,
enzim, oksidator serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C
dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah. Kelenjar adrenalin mengandung vitamin
C yang sangat tinggi.
Sumber utama vitamin C adalah jambu klutuk, jeruk, tomat, nanas dan sayur segar. Akibat yang
ditimbukkan jika tubuh kekurangan vitamin C adalah mudah infeksi pada luka, gusi berdarah,
sariawan, dll.

5. Vitamin D
Sumber makanan yang mengandung vitamin D adalah minyak ikan, susu, telur dan
keju. Akibat yang ditimbulkan jika kekurangan vitamin D adalah gigi mudah rusak, otak kejang
dan pertumbuhan tulang tidak baik.
6. Vitamin E
Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi serta asam, karena bersifat antioksidan, Vitamin
E mudah teroksidasi terutama bila pada lemak yang tengik, timah, garam besi serta mudah rusak
oleh sinar UV.
Sumber makanan yang mengandung vitamin E adalah ikan, ayam, kuning telur, minyak
tumbuhan, dll. Penyakit yang ditimbulkan jika kekurangan vitamin E adalah bisa menyebabkan
mandul pada pria dan wanita, kerusakan syaraf, dll.

7. Vitamin K
Vit K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam dan
alkali. Vit K sangat penting bagi pembentukan protrombin. Kadar protrombin dalam darah yang
tinggi baik untuk penggumpalan darah.
Sumber utama vitamin K adalah telur, susu, dan sayuran segarr. Akibat jika kekurangan vitamin
K adalah darah sulit membeku ketika luka atau pendarahan.

Pembagian Vitamin

1. Vitamin A
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan
dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah
satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting
dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh.Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh
paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin
A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga
buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang,
dan pepaya).
Apabila terjadi defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja dan
katarak. Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran
pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan
asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit yang dapat ditimbulkan
antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan pingsan.Selain itu, bila
sudah dalam kondisi akut, kelebihan vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan
kerabunan, terhambatnya pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit.

2. Vitamin B
Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam
tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas.Hal ini terkait dengan peranannya di
dalam tubuh, yaitu sebagai senyawakoenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme
tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam
kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber
utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.

3. Vitamin B1
Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis
vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu
mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di
samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein danlemak. Bila terjadi
defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan
bersisik.Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan
sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi banyak gandum,
nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang telah
terbukti banyak mengandung vitamin B1.

4. Vitamin B2
Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh
manusia. Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin
mononukleotida (flavin mononucleotide,FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine
dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh
melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekulsteroid, sel darah
merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut,
dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai,
kuning telur, dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit
kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.

5. Vitamin B3
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam
metabolismekarbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam
tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah
tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir
dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak
ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi,
terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi,
antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh
mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.

6. Vitamin B5
Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam
tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme,
seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini
adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi
senyawa asam lemak, sterol,neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan
dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga
makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2,
defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan
lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur.

7. Vitamin B6
Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang
esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A
yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti
spingolipid danfosfolipid.Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan
memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa
asing yang berbahaya bagi tubuh.Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah
didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging,
dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah,
keram otot, dan insomnia.

8. Vitamin B12
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus
diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering
kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak
berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu
jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul
DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur, hati, dan daging merupakan sumber
makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.

9. Vitamin C
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh
kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringankulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong
lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai
radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu
menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh
sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain
itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam
tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan
memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah
vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis
penyakit. Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada
persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu
ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.

10. Vitamin D
Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada
makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh
yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu
metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat
terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan
mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O
dan X.Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami
kekejangan. Penyakit lainnya adalahosteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor
secara berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada
manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya
berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami
diare, berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan dehidrasiberlebihan.

11. Vitamin E
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh,
mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat
melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin
E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan,
ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam
jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi
tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf dan otot akan
mengalami gangguan yang berkepanjangan.

12. Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang
baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh
dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga
berperan sebagaikofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam
glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar
yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.
C. JENIS DAN FUNGSI VITAMIN

a)Vitamin yang larut dalam air

Vitamin yang larut dalam air adalah Vitamin B dan C.

1.Vitamin B1(aneurin atau tiamin) = antineuritik

Vitamin B1 sering disebut antiberi-beri.dalam keadaan normal,setiap hari tubuh


memerlukan 1-2mg Vitamin B1.
Fungsi Vitamin B1 yaitu:

 Sebagai koenzim dari enzim yang diperlukan dari enzim yang diperlukan dalam
metabolisme karbohidrat.
 Untuk mempengaruhi keseimbangan air di dalam tubuh
 Untuk mempengaruhi penyerapan zat lemak oleh jonjot usus
 Memelihara nafsu makan yang sehat dan pencernaan fungsinya.

Bila kekurangan Vitamin B1 akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

 Terjadinya ganguan pada metabolismekarbohidrat,yaitu saat terjadi penguraian


glikogen(glikolisis) hanya berlangsung sampai asam piruvat;penimbunan asam piruvat di
dalam sel akan menjadi toksin atau racun bagi sel.
 Melemahnya kontraksi otot jantung dan sistem saraf pusat
 Nafsu makan menurun atau hilang
 Gangguan transpor cairan.

Bahan makan yang mengandung vitamin B1 adalah hati,jantung,ginjal,otak,susu,kuning


telur,kulit ari beras,gandum,wortel biji buah polong dan ragi.

2.Vitamin B2(riboflavin atau laktoflavin)


Fungsi Vitamin B2 adalah

 Untuk memnidahkan rangsangan sinar ke saraf mata


 Sebagai enzim pada proses oksidasi di dalam sel
 Memelihara jaringan kulit sekitar mulut
 Memelihara nafsu makan dan fungsi saraf
 Menghasilkan energi dalam sel
Bila terjadi kekurangan Vitamin ini akan mengakibatkan:

 Keilosis,yaitu luka di sudut mulut


 Penglihatan jadi kabur karena kornea mata jadi berpembuluh darah
 Lensa mata menjadi keruh atau katarak
 Terganggunya proses pertumbuhan.

Artikel Penunjang : Pengertian,Bagian – Bagian Mata dan Fungsinya

3.Niasin (asam nikotinat atau antipelagra)

Fungsi asam nikotin adalah untuk

 Pertumbuhan dan perbanyakan sel


 Perombakan karbohidrat,lemak dan protein
 Mencegah penyakit pelagra
 Memelihara pencernaan
 Berperan penting sebagai koenzim yang diperlukan oleh semua proses hidup dalam sel.

Bila terjadi avitamiosis niasin,maka akan mengakibatkan penyakit pelagra.Penyakit pelagra


disertai dengan gejala 3-D sebagai berikut.

 Dermatitis,yaitu kulit memerah,mengelupas,dan pecah-pecah,anemia,serta eksem yang


simetris kiri dan kanan tubuh.
 Diare,yaitu buang air besar terus menerus danterjadi pendarahan pada usus dan gusi.
 Dimensia,terjadi kekacauan mental,pelupa,letih dan suka melamun.

Gejala awal pelagra antara lain hilangnya nafsu makan,apatis,lesu,gelisah,kematian rasa,dan


sukar tidur.
Bahan makanan yang banyka mengandung niasin adalh hati, telur, daging, ikan, unggas,
susu, kol, bayam, tomat, ragi, dan kedelai.
4.Vitamin B6(adermin atau piridoksin)

Vitamin ini banyak terdapat di hati,ikan,daging dan sayuran.Vitamin ini merupakan bagian
dari gugusan prostetik dari enxim dekarboksilase dan transaminase tertentu.
Fungsi Vitamin ini adalah untuk;

 Pertumbuhan dan pekerjaan urat saraf


 Pembentukan sel-sel darah merah dan sel-sel kulit

Artikel Penunjang : Pengertian,Fungsi, dan Lapisan – Lapisan Kulit

Kekurangan Vitamin B6 dapat mengakibatkan

 Pelagra,anemia,dan opstipasi(gejala-gejala sukar buang air besa)


 Terhambatnya pertumbuhan pada masa anak-anak
 Kejang-kejang dan mat peka terhadap rangsangan.

5.Asam Pantotenat

Vitamin ini banyak terdapat pad sayuran hijau,serealia,ragi,hati,ginjal,daging,dan kuning


telur.
Vitamin ini berfungsi untuk:

 Bahan pelengkap koenzim A yang penting dlam pembentukan karbohidrat,lemak dan


protein
 Menjaga tingkat normal gula darah

Kekurangan asam pantotenat kelelahan,hilang nafsu makan,insomnia,dermatitis,internitis,dan


gangguan fungsi saraf.

6.Para Asam amino Benzonat

Vitamin ini banyak terdapat dalam ragi dan hati.Fungsinya untuk mencegah tumbuhnya uban.

7.Biotin(Vitamin H)

Vitamin ini berkaitan dengan vitamin B lainnya,sehingga banyak ditemukan dalam bahan
makanan yang mengandung vitamin B,seperti ginjal,hati,kuning telur,susu,ragi,tumbuhan
polongan,sayuran, dan juga dapat dibuat oleh bakteri usus.
8. Kolin

Kolin ini banyak terdapat pada hati dan beras.kekurangan kolin dapat menyebabkan gangguan
pada kulit,ginjal,dan dapat menyebabkan terjadinya timbunan lemak di sekitar hati.
9. Vitamin B11 (asam folat )

Vitamin B11 penting untuk pembentukan sel darah merah,antianemia pernisiosa,membentuk


asam nukleat (DNA dan RNA),serta metabolisme kelompok metil.Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan anemia pernisiosa,peradangan lidah,diare,lesu,penurunan berat badan, dan
kegagalan eritroblas menjadi eritrosit.Kekurangan asam folat ini banyak melanda remaja,bayi,
dan ibu yang mengandung,karena vitamin ini banyak digunakan pad pembelahan sel.Vitamin ini
banyak terdapat dalam hati,ginjal,sayuran,ragi,biji gandum,daging sapi,pisang,lemon,dan
polongan.
Artikel Penunjang : Pengertian,Struktur, Fungsi dan Replikasi DNA
10.Vitamin B12(sianokobalamin)

Vitamin ini juga dikenal sebagai vitamin antianemia pernisiosa.banyak terdapat dalam
hati,daging ,unggas,ikan,telur,susu,keju,udang, dan kerang.Vitamin B12 dapat disimpan di dalam
hati.

fungsi vitamin B12 yaitu untuk:

 Metabolisme sel dalam pertuumbuhan


 Metabolisme atau pembentukan sel darah.

11.Vitamin C (asam askorbinat)


Kebutuhan Vitamin C dipengaruhi oleh keadaan,kebutuhan dan umur seseorang.Bila konsumsi
vitamin in berlebihan,selalu akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal.

Artikel Penunjang : Pengertian,Struktur, dan Fungsi Ginjal

Kebutuhan Vitamin C untuk bayi adalah 30mg,anak-anak 60 mg dan orang dewasa 75 mg.Ibu
hamil memerlukan 100 mg dan ibu menyusui 150 mg tiap harinya.
Fungsi vitamin C adalah untuk

 Mempengaruhi kerja kelenjar anak ginjal


 Mempengaruhi pembentuka trombosit
 Menjaga gigi melekat kuat pada gusi
 Berperan dalam proses pembentukan kolagen.

Kekurangan Vitamin C dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:


Menurunnya permeabilitas sel kapiler darah,keadaan ini dapat mngakibatkan terjadinya
pendarahan dalam,pendarahan dalam sumsum tulang dan kerusakan dalam tulang.
penyakit skorbutum dengan gejala awal pendarahan di gusi dan di bawah kulit.

Kelebihan konsumsi vitamin C dapat menimbulkan keracunan,dengan gejala peradangan


lambung,diare,kejang otot,mual,dan batu ginjal.

Vitamin C banyak terdapat dalam sayuran,buah-buahan,hati dan ginjal.Di dalam jeruk,selain


mengandung vitamin C,juga mengandung sitrin dan rutin.Oleh San Gyorgy zat ini sering
disebut Vitamin P yang penting untuk mencegah pendaran dan memperkuat
permeabilitas.Vitamin C termasuk jenis Vitamin yang mudah larut dan rusak oleh
pemanasan.oleh karena itu,dalam memasak sayur-sayuran perlu memperhatikan sifat vitamin ini.

b)Vitamin yang larut dalam Lemak.


Vitamin-vitamin di bawah ini adalah vitamin yang tidak dapat larut dalam air,tetapi dapat larut
dalam lemak.Vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A,D,E, dan K.Vitamin ini
umumnya dapat disimpan dalam tubuh.

1.Vitamin A (aseroftol)
Fungsi Vitamin A di dalam tubuh adalah:

 Untuk pertumbuhan sel-sel epitel


 Sebagai bahan yang diperlukan dalam proses penerimaan rangsangan cahaya oleh sel-sel
basilus pada retina waktu senja.

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan hal-hal berikut:

 Mula-mula rabun senja atau hemeralopi,keadaaan ini timbul karena menurunnya


kemampuan sel basilus pada retina waktu senja
 jika hemeralopi tidak segera diobati,maka akan timbul frinoderma,yaitu terganggunya
pembentukan epitel kulit kaki dan tangan,sehingga kulit kaki dan tangan bersisik
 Mengalami pendarahan pada selaput usus,ginjal dan peru-peru.hal ini terjadi karena
rusaknya epitel pelapis organ tersebut
 Terhentinya proses petumbuhan
 Bila berbagai gejala seperti di atas tidak segera diatasi,maka akan diikuti oleh kerusakan
kornea.

Sumber Vitamin A adalah minyak,ikan,hati mentega,serta tumbuhan yang berwarna hijau dan
kuning.tumbuhan berwarna kuning banyak mengandung karotin yang merupakan provitamin
A.Di dalam hati karotin akan di ubah menjadi Vittamin A.

2.Vitamin D

Vitamin D ditemukan oleh Mc.Collum,Hezs, dan Sherman.Mereka menyebutnya dengan


vitamin antirakitis.Sekarang telah ditemukan ada empat macam Vitamin D,yaitu:Vitamin D1
(ergostein) ,D2 (kalsiferol), D3,dan D4.Vitamin D3 adalah yang paling aktif.
Fungsi Vitamin D di dalam tubu adalah untuk:

 Mengatur kadar zat kapur dan fosfor di dalam darah bersama kelenjar anak gondok
(parathormon)
 Memperbesar penyerapan zat kapur dan fosfor dalam usus
 Mempengaruhi kerja kelenjar endokrin
 Memperngaruhi proses osifikasi

Kekurangan Vitamin D dapat mengakibatkan:

 Terganggunya proses penulangan sehingga terjadi penyakir rakitis


 Terjadi gangguan metabolisme zat kapur dan fosfor

Kekurangan vitamin D juga bisa terjadi karena kekurangan sinar ultraviolet.Sinar ini
memperngaruhi pembentukan Vitamin D di jaringan bawah kulit.Sumber Vitamin D adalah
minyak ikan,mentega,kuning telur,susu, dan ragi.

3.Vitamin E (tokoferol)

Penemu Vitamin E adalah Evans dan Burr. Kita mengenal ada tiga macam Vitamin E,yaitu
:vitamin E1 (alfa tokoferol), vitamin E2 (beta tokoferol), dan vitamin E3 (gama tokoferol).
Fungsi vitamin E di dalam tubuh adalah untuk:

 Membantu proses pembelahan sel


 Mencegah pendarahan pada ibu yang sedang hamil,serta dapat mencegah keguguran.
Kekurangan Vitamin E dapat menyebabkan;

 kemandulan (Sterilitas) ataupun keguguran (abortus)


 layunya otot karena saraf penggerak rusak
 kemunduran pada hipofisis dan kelenjar gondok

Vitamin E banyak terdapat pada susu,lemak,daging ,kecambah kacang hijau(touge),hati ,ginjal,


dan kuning telur.

4.Vitamin K

Vitamin K ini ditemukan oleh Dam dan schondeyder. Vitamin ini sering disebut
antihemoragia atau anti pendarahan.Vitamin K dapat dibentuk oleh tubuh sendiri dengan
bantuan bakteri usus besar,Escherichia coli.

Fungsi Vitamin K adalah membentuk protrombin di dalam hati.Zati ini penting dalam proses
pembekuan darah.

Kekurangan Vitamin K dapat menyebabkan terganggunya proses pembekuan darah. Vitami K


hanya dapat diserap oleh sel-sel usus bila bersama –sama empedu.

VITAMIN A

1. Pengertian

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh
tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan
tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan
penyakit infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi 2 bentuk
yaitu :
a. Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh dari
makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.
b. Betacarotene
Sering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan
menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati yang berwarna orange atau
hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan papaya.
Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan
xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar
pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
(KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh
menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh memerlukannya.

2 Fungsi Vitamin A
Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, Vitamin A juga berfungsi dalam sistem
kekebalan ( anti infeksi ). Walaupun mekanismenya belum diketahui pasti, Retinol berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan deferensiasi limfosit B ( leukosit yang berperan dalam proses
kekebalan humoral ). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan respon antibody yang
bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan sesular).Sebaliknya, infeksi dapat
memperburuk kekurangan vitamin A.
Dalam kaitan vitamin A berperan sebagai fungsi kekebalan, ditemukan bahwa:
.
Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi menurun, sehingga mudah
terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami
keratinisasi, tidak mengeluarkan lender sehingga mudah dimasuki mikroorganisme penyebab
infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan usus halus dapat terjadi diare. Perubahan
pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong
kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan
kematian.
Hasil penelitian yang dilaksanakan Survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan (Nutrition &
Health Surveillance System) selama 1998-2002 menunjukkan, sekitar 10 juta anak balita yang
berusia enam bulan hingga lima tahun-berarti setengah dari populasi anak balita-di Indonesia
berisiko menderita kekurangan vitamin A. Menurut penelitian yang dilakukan Depkes bekerja
sama dengan Helen KelIer International setiap tiga bulan sekali ini, makanan mereka sehari-hari
di bawah angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan untuk anak balita, yaitu 350-460 Retino
Ekivalen per hari.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kekurangan vitamin A berkaitan dengan tingginya tingkat
kematian pada balita. Populasi anak yang mengalami kekurangan vitamin A, namun tidak
mendapat perawatan tingkat kematiannya 49 persen lebih tinggi daripada yang mendapat
sumplemen vitamin itu. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dan kematian
pada balita. Akibat kurangnya vitamin A, yang berfungsi sebagai katalis reaksi biokimia dalam
tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi sel epitel yang dalam meningkatkan status
kekebalan atau daya tahan tubuh.
Selain fungsi-fungsi diatas, vitamin A juga berfungsi menjaga integritas atau keutuhan sel darah
merah. Karena itu, kekurangan vitamin A juga memicu timbulnya penyakit anemia. Jika
kekurangan vitamin A, sel darah merah tak mampu bertahan lama sehingga umurnya menjadi
pendek dan mudah pecah. Karena kondisi ini, tubuh menjadi kekuranagn zat besi atau darah
merah.selain itu vitamin A juga berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang yang berfungsi
sebai tempat memproduksi sel darah merah. Jika vitamin A kurang, maka sumsum tulang
belakang tak mampu memproduksi sel-sel darah merah, sehingga terjadilah anemia.

3 Siapa Saja Yang Bisa Kekurangan Vitamin A


Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara,
dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan
makanan pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin
A.
Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang sama.Gejala
pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja.
Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera) dan
kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan
kebutaan yang menetap.
Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan
xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena kekurangan
kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan
saluran kemih bisa mengeras. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit
(dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa penderita mengalami
anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah menurun sampai kurang dari
15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100 mL).
Kekurangan vitamin A diobati dengan pemberian vitamin A tambahan sebanyak 20 kali dosis
harian yang dianjurkan selama 3 hari. Lalu diikuti dengan pemberian sebanyak 3 kali dosis
harian yang dianjurkan selama 1 bulan.
Setelah itu diharapkan semua gejala sudah hilang. Penderita yang gejala-gejalanya tidak hilang
dalam 2 bulan setelah pengobatan, harus segera dievaluasi untuk mengetahui kemungkinan
adanya malnutrisi.

Kurang vitamin A (KVA) merupakan suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah
menurun.
- Bila pada orang normal kadar vitamin A dalam darah adalah 30 ug/dl atau lebih
- Kadar 20-30 ug/dl masih dapat diterima, meskipun pada tingkat yang dianggap rendah, yang
mempunyai risiko lebih besar untuk timbulnya gejala-gejala KVA
- Kadar 10-20 ug/dl sudah termasuk kondisi hypovitaminosis
- Kadar dibawah 10 ug/dl sudah dianggap avitaminosis.
Orang yang membatasi konsumsi mereka akan hati, produk-produk yang berasal dari
susu, dan sayur-sayuran yang mengandung beta-karoten, dapat mengalami kekurangan vitamin
A. Bayi yang berat badannya saat lahir sangat rendah (2,2 pounds atau 0,99 kg atau kurang)
memiliki resiko yang tinggi lahir dengan kekurangan vitamin A, dan suntikan vitamin A
diberikan kepada bayi-bayi ini telah dilaporkan dapat mengurangi resiko sakit paru-paru.
Tanda-tanda awal kekurangan vitamin A :

 Lemahnya penglihatan pada malam hari


 Kulit kering
 Meningkatnya risiko infeksi, dan metaplasia (kondisi pra-kanker)
 Kekurangan vitamin A yang parah, yang dapat menyebabkan kebutaan, secara ekstrim
jarang terjadi di lingkungan barat
 Kekurangan vitamin A yang parah yang jarang terjadi, biasanya terjadi karena kondisi-
kondisi yang bermacam-macam, yang menyebabkan mal-absorpsi. Dilaporkan pula
tingginya peristiwa kekurangan vitamin A pada orang yang terinfeksi HIV.

Orang dengan hipotiroid memiliki kemampuan yang lemah untuk mengubah beta-karoten
menjadi vitamin A. Untuk alasan ini, beberapa dokter menyarankan untuk mengonsumsi
suplemen vitamin A, jika mereka tidak mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang seharusnya
pada pola makan mereka. Orang yang sudah sangat tua dengan diabetes tipe-2 menunjukkan
penurunan vitamin A pada darahnya yang secara signifikan karena faktor usia, terlepas dari
konsumsi vitamin A pada pola makannya.

4 Akibat dari Kekurangan Vitamin A

Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar
proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A
membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi mata, menjaga
tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A
sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Vitamin A juga berperan
dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan pernapasan serta kulit. Vitamin A
berkaitan erat dengan kesehatan mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan
retina serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati
penderita minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak
dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai
konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala senja atau dapat juga
terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan
mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A
menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem
pertahanan tubuh akan hilang.Ini memicu tubuh rentan terserang penyakit.
Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat
rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare
atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh bayi
yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang
cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis
makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena
penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis,
asupan vitamin A-nya kurang

KURANG VITAMIN A (KVA)

Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat
yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.
Sedang yang dimaksudkan dengan zat gizi adalah zat kimia yang terdapat dalam makanan yang
diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal
berbagai macam zat gizi yang digolongkan menjadi dua yaitu zat gizi makro (zat gizi sumber
energi seperti karbohidrat, lemak dan protein) serta zat gzizi mikro seperti vitamin dan mineral
(Soekirman 2000)

Vitamin A dikenal sebagai vitamin penglihatan karena kekurangan vitamin A dapat


menyebabkan gangguan penglihatan yang dikenal dengan buta senja atau xeropthalmia yang
dikenal dengan “mata kering” yang dapat berlanjut pada kebutaan. Sejak awal tahun 1980-an
diketahui bahwa angka kematian meningkat pada anak balita yang kurang vitamin A, bahkan
sebelum ada tanda-tanda xeropthalmia, KVA termasuk kedalam empat masalah gizi utama.
Penelitian yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20
juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita
kurang vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu
negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah.
Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NSS), Departemen
Kesehatan, tahun 2001 menunjukkan sekitar 50 persen anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak
mengonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari. Oleh karena itu sangat penting
untuk mngetahui masalah kKurang vitamin A (KVA).

Definisi Kurang Vitamin A (KVA)

Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ
tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan
saluran cerna (Arisman 2002). Penyakit Kurang Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan
penyebab gangguan gizi yang sangat penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak dibawah
usia lima tahun. Sampai akhir tahun 1960-an KVA merupakan penyebab utama kebutaan pada
anak.

Mahdalia (2003) menyatakan bahwa tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan
vitamin A dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja
hari bahkan tidak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan
akan membaik dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila
dibiarkan dapat berkembang menjadi xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lendir atau bagian
putih bola mata tampak kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan
permukaan terlihat kasar dan kusam. Xerosis konjungtiva akan membaik dalam 2-3 hari dan
kelainan pada mata akan menghilang dalam waktu 2 minggu dengan pemberian kapsul vitamin
A yang benar. Bila tidak ditangani akan tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang
disebut bercak Bitot (X1B) terutama di daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan
tampak kekeringan pada seluruh permukaan konjungtiva atau bagian putih mata, serta
konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut. Bila tidak segera diberi vitamin
A, dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi dengan pemberian kapsul
vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar bercak bitot akan membaik dalam 2-3
hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu.

Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea (X2) dimana
kekeringan akan berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata. Kornea tampak suram dan
kering dan permukaannya tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk dan mengalami
gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA, diare. Pemberian kapsul vitamin A dan
pengobatan akan menyebabkan keadaan kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata
sembuh setelah 2-3 minggu. Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi
keratomalasia (X3A) atau kornea melunak seperti bubur dan ulserasi kornea (X3B) atau
perlukaan. Selain itu keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat pecah.
Kebutaan yang terjadi bila sudah mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan. Selanjutnya akan
terjadi jaringan parut pada kornea yang disebut xeropthalmia scars (XS) sehingga kornea mata
tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis. Berikut ini merupakan klasifikasi
xeropthalmia berdasarkan keparahan kelainan mata :

XN : Buta senja (night blindeness)

XIA : Xerosis konjugtiva

XIB : Bercak bitot (bitot spot)

X2 : Xerosis kornea

X3A : Ulkus kornea atau keratomalasia (<1/3>

X3B : Ulkus kornea atau keratomalasia (= atau > 1/3 permukaan kornea)

XS : Bekas luka kornea

XF : Pengerasan dasar bola mata (fundus xeropthalmia


Penyebab Kurang Vitamin A (KVA)

Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A
pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis
yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata. Vitamin A diperlukan retina
mata untuk pembentukan rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi
kurang vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan : kemiskinan, pendidikan
rendah, kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak
diberi kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang kurang vitamin A.
Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain
karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A
pada tubuh yang terganggu.

Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah


kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun).
Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah
kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2
tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun
jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita
penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin,
anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah
mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun puskesmas, serta anak yang
kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.

Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)

Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan


dengan dua pendekatan. Pertama pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention
dan kedua “tidak melalui makanan” atau non food based intervention.

Intervensi KVA berbasis makanan

Penanggulangan vitamin A berbasis makanan adalah upaya peningkatan konsumsi


vitamin A dari makanan yang kaya akan vitamin A. Sebaliknya bila bahan makanan yang aslinya
tidak mengandung vitamin A bisa diperkaya dengan vitamin A melalui teknologi fortifikasi.
Jenis pangan yang mengandung vitamin A antara lain sayuran berwarna hijau, kuning atau
merah, buah berwarna kuning atau merah, serta sumber makanan hewani. Bahan makanan yang
mengandung vitamin A dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Bahan Makanan Satuan Bahan Makanan Satuan
Internasional Internasional
(SI)/100gram (SI)/100gram
Bahan Makanan Nabati Bahan Makanan Hewani
Jagung muda, kuning, biji 117 Ayam 810
Jagung kuning panen baru,
440 Hati sapi 43900
biji
Jagung kuning panen lama,
510 Ginjal sapi 1150
biji
Ubi rambat, merah 7700 Telur itik 1230
Lamtoro, biji muda 423 Ikan segar 150
Kacang ijo kering 157 Daging sapi kurus 20
Wortel 12000 Buah :
Bayam 6000 Apokat 180
Daun melinjo 10000 Belimbing 170
Daun singkong 11000 Mangga masak pohon 6350
Genjer 3800 Apel 90
Kangkung 63000 Jambu biji 25

Tabel Daftar Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karoten

Ada perbendaan bentuk antara vitamin A yang terkandung dalam bahan makanan hewani
dan nabati. Bahan makanan hewani mengandung vitamin A dalam bentuk yang mempunyai
aktivitas yang disebut preformed vitamin A. sedangkan dalam bahan makanan nabati
mengandung vitamin A dalam bentuk pro-vitamin A atau prekursor vitamin A yang terdiri dari
ikatan karoten. Sumber vitamin A preformed yang dipekatkan biasa digunakan sebagai obat
suplemen vitamin A.

Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350
Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati
atau hewani yang dikonsumsi.
Sebagai gambaran, angka 350 RE terdapat pada tiga butir telur atau 250 gram bayam. Jadi
seorang anak balita memenuhi kecukupan gizi vitamin A jika ia mengonsumsi tiga telur atau 250
gram bayam dalam sehari. Tapi, tentu saja, seorang anak akan bosan jika terus menerus diberi
telur dan bayam, apalagi dalam jumlah besar. Terdapat banyak sayuran dan buah yang
mengandung vitamin A. Sayuran dan buah yang mengandung AKG dalam jumlah besar, lebih
dari 150 RE/100 gr, adalah pepaya, bayam, kangkung, wortel, ubi jalar, mangga, dan sebagainya.
Sementara sumber makanan nabati dengan kandungan vitamin A lebih rendah, sekitar 1-60
RE/100 gr, terdapat pada jagung, semangka, tomat, pisang, belimbing, dan sejenisnya. Untuk
sumber makanan hewani, kandungan vitamin A dalam jumlah besar terdapat pada telur, daging
ayam dan hati. Sedangkan ikan, susu segar, dan udang memiliki kandungan vitamin A tergolong
kecil. Untuk lebih mudah mengingat jenis makanan apa saja yang mengandung vitamin A. Jenis
lainnya adalah makanan yang sudah difortifikasi atau ditambah zat gizinya seperti jenis mie
instan, biskuit, mentega dan susu instan.

Intervensi KVA berbasis bukan makanan

Mencegah dan menanggulangi KVA dengan basis bukan makanan atau non food based
intervention dilakukan dengan program suplementasi yaitu pemberian tambahan (suplemen)
vitamin A kepada anak atau ibu dalam bentuk pil atau kapsul. Program ini merupakan program
utama dan berhasil menanggulangi KVA di Indonesia dan banyak negara lain. Untuk mencegah
terjadinya kekurangan vitamin A di Posyandu atau Puskesmas pada setiap bulan Februari dan
Agustus seluruh bayi usia 6-11 bulan, harus mendapat 1 kapsul vitamin A biru dan seluruh anak
balita usia 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A warna merah. Sedangkan untuk ibu nifas
sampai 30 hari setelah melahirkan mendapat 1 kapsul vitamin A warna merah.

Untuk mengobati anak dengan gejala buta senja (XN) hingga xerosis kornea (X2),
dimana penglihatan masih dapat disembuhkan, diberikan kapsul vitamin A pada hari pertama
pengobatan sebanyak ½ (50.000 SI) kapsul biru untuk bayi berusia kurang atau sama dengan 5
bulan, 1 kapsul biru (100.00 SI) untuk bayi berusia 6 sampai 11 bulan atau 1 kapsul merah
(200.000 SI) untuk anak 12-59 bulan. Pada hari kedua diberikan 1 kapsul vitamin A sesuai umur
dan dua minggu kemudian diberi lagi 1 kapsul vitamin A juga sesuai umur.

Departemen Kesehatan juga terus melakukan program penanggulangan kekurangan


vitamin A sejak tahun 1970-an. Menurut catatan Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat
kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. Namun sebanyak 50,2 persen balita
masih menderita kekurangan vitamin A sub-klinis yang juga sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anak. Guna menanggulangi hal ini, Depkes melaksanakan program
pemberian kapsul vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan di Indonesia. Vitamin A dosis tinggi
diberikan pada balita dan ibu nifas. Pada balita diberikan dua kali setahun, setiap bulan Februari
dan Agustus dengan dosis 100.000 IU untuk anak 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk anak 12-59
bulan dan ibu nifas.
Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

Untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A ada beberapa langkah yang harus terus
dilakukan, antara lain :

a. Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga masyarakat


kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
b. Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak dikonsumsi
masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi, missal tidak menyebabkan
perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan harga yang
terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada MSG atau
pada mie instant
c. Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada kelompok
sasaran yaitu :
Bayi umur 6-12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap bulan
februari dan agustus.
Anak umur 1-5 tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.00 UI setiap
bulan februari dan agustus
Ibu nifas : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI, sehari setelah melahirkan dan
diberikan lagi 24 jam kemudian (masing-masing satu kapsul ).
Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI.
d. Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit infeksi.
e. Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolisme vitamin A dalam tubuh dapat
berjalan secara normal.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEKURANGAN VITAMIN A

Pemeriksaan diagnostik
a. Tes adaptasi gelap
b. Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mg/200 ml menunjukkan kekurangan intake)
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Prinsip dasar untuk mencegah adalah memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup untuk
tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dan campak. Selain itu perlu
memperhatikan kesehatan secara umum.
Berikut beberapa langkah untuk mencegah:
1) Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
2) Bagi yang memiliki bayi dan anak disarankan untuk mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi
secara periodik, yang didapatkan umumnya pada Posyandu terdekat.
3) Segera mengobati penyakit penyebab atau penyerta
4) Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk
5) Memberikan ASI Eksklusif
6) Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A (<30 hari) 200.000 SI
7) Melakukan Imunisasi dasar pada setiap bayi
b. Pengobatan
Pengobatan xeroftalmia adalah sebagai berikut;
1) Berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral atau 100.000 IU Vitamin A injeksi.
2) Hari berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
3) 1 – 2 minggu berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
4) Obati penyakit infeksi yang menyertai
5) Obati kelainan mata, bila terjadi
6) Perbaiki status gizi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
1) Pasien mengeluh mata terasa kering
2) Pengelihatan menjadi kabur
3) Mata terasa berkunang-kunang
c. Riwayat Keperawatan
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan diagnosis
serta pengobatannya, terdiri dari :
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung maupun
tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit infeksi, dan kelainan
fungsi hati yang terdiri dari :
a) Antropometri : Pengukuran berat badan dan tinggi badan
b) Penilaian Status gizi : Apakah anak menderita gizi kurang atau gizi buruk
c) Kelainan pada kulit : kering, bersisik
2) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter yang
terang, dengan melihat :
a) Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
b) Apakah ada bercak bitot (X1B)
c) Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)
d) Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)
e) Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
f) Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan opthalmoscope(XF)
3) Tes Adaptasi Gelap
Pemeriksaan didasarkan pada keadaan bila terdapat kekurangan gizi atau kekurangan
vitamin A. akan terjadi gangguan pada adaptasi gelap. Dengan uji inidilakukan penilaian fungsi
sel batang retina pada pasien dengan keluhan buta senja. Pada pasien yang sebelumnya telah
mendapat penyinaran terang, dilihat kemampuan melihatnya sesudah sekitarnya digelapkan
dengan perlahan-lahan dinaikkan intensitas sumber sinar. Ambang rangsang mulai terligat
menunjukkan kemampuan pasien beradaptasi gelap.
4) Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan laboraturium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan vitamin A,
bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil pemeriksaan lain
menunjukkan bahwa anak tersebut resiko tinggi untuk menderita KVA. Pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti
anak tersebut menderita KVA sub klinis. Pemerikassan laboraturium lain dapat dilakukan untuk
mengetahui penyakit lain yang dapat memperparah seperti pada :
a) Pemeriksaan serum RBP (Retinol Binding Protein) lebih mudah untuk melakukan dan lebih
murah dari atudi retinol serum, karena RBP adalah protein dan dapat dideteksi oleh tes
imunologi. RBP juga merupakan senyawa lebih stabil dari retinol yang berikatan dengan cahaya
dan suhu. Namun, tingkat RBP kurang akurat, karena mereka dipengaruhi oleh konsentrasi
protein serum dan karena jenis RBP tidak dapat dibedakan.
b) Pemeriksaan albumin darah karena tingkat albumin adalah ukuran langsung dari kadar vitamin
A.
c) Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kemungkinan anemia, infeksi atau sepsis.
d) Pemeriksaan fungsi hati untuk mengevaluasi status gizi.
e) Pada anak-anak, pemeriksaan radiografi dari tulang panjang mungkin berguna saat evaluasi
sedang dibuat untuk pertumbuhan tulang dan untuk deposisi tulang periosteal berlebih.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun
b. Gangguan sensori-persepsi pengelihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
atau status organ indra
c. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan ditandai dengan
: mata hitam menjadi keruh, kusam, keruh keriput, dan timbul bercak yang menganggu
pengelihatan.
d. Ansietas berhubungan dengan factor fisiologi perubahan status kesehatan, kemungkinan atau
kenyataan kehilangan pengelihatan.
3. Rencana keperawatan
Dx 1 : Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi infeks dengan
kriteria hasil: Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi :
a. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunjung.
Pantau dan batasi pengunjung.
R/ menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder, mengontrol penyebaran sumber infeksi,
mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
b. Obs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/ Deteksi dini tanda-tanda infeksi
c. Berikan antibiotika sesuai indikasi
R/ Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
Dx 2 : Gangguan sensori-persepsi pengelihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori atau status organ indra
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam sensori-persepsi pengelihatan
mengalami perubahan dengan kriteria hasil :
a. Meningkatnya ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
c. Mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi :
a. Kaji ketajaman pengelihatan.
R/ untuk mengetahui ketajaman pengelihatan klien dan sumber pengelihatan menurut ukuran
yang baku.
b. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan
pengelihatan.
R/ sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan kehilangan
pengelihatan sebagian atau total, meskipun kehilangan pengelihatan telah terjadi tidak dapat
diperbaiki meskipun dengan pengobatan kehilangan lanjut dapat dicegah.
c. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasa pengelihatan, contoh :
kurangi kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar yang suram dan masalah pengelihatan malam.
R/ menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang atau
kehilangan pengelihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
d. Kolaborasi
1) Test adaptasi gelap
R/ untuk mengetahui adanya kelainan atau abnormalitas dari fungsi pengelihatan klien.
2) Pemberian obat sesuai indikasi, pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik yaitu vitamin A
oral 50.000-75.000 IU/kgBB tidak lebih dari 400.000-500.000 IU.
R/ pemberian vitamin A dosis terapeutik dapat mengatasi gangguan pengelihatan secara teratur
dapat mengembalikan pengelihatan pada mata.
3) Pengobatan kelainan pada mata:
Stadium I : tanpa pengobatan
Stadium II : berikan AB
Stadium III : berikan sulfa atropine 0,5%, tetes mata pada anak atau SA 4% pada orang
dewasa.
R/ mengembelikan ke fungsi pengelihatan yang beik da mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut.
Dx 3 : Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan ditandai
dengan : mata hitam menjadi keruh, kusam, keruh keriput, dan timbul bercak yang menganggu
pengelihatan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cedera tidak terjadi dengan
kriteria hasil klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
a. Orientasi klien dengan lingkungan sekitarnya.
R/ meningkatkan pengenalan terhadap lingkungannya.
b. Anjurkan keluarga untuk tidak memberikan mainan kepada klien yang mudah pecah seperti
kaca dan benda-benda tajam.
R/ menghindari pecahnya alat mainan yang dapat mencederai klien atas denda tajam.
c. Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat yang sentral dari pandangan
klien.
R/ memfokuskan lapang pandang dan menghindari cedera.
Dx 4 : Ansietas berhubungan dengan factor fisiologi perubahan status kesehatan, kemungkinan
atau kenyataan kehilangan pengelihatan.
Tujuan : setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien akan mengungkapkan
bahwa kecemasan sudah berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
a. Tampak rileks den melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
b. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
c. Menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas, timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
R/ faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas dan
dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol terapi yang diberikan.
b. Berikan informasi yang akurat dan jujur, diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan
pengbatan dapat mencegah pengelihatan tambahan.
R/ menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan atau harapan yang akan datang dan
berikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
c. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresika perasaan.
R/ memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengkelarifikasi slah konsepsi
dan pemecahan masalah.
d. Idenrifikasi sumber atau orang yang menolong.
R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.
4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.
Implementasi adalah tahap ketiga dari proses keperawatan dimana rencana keperwatan
dilaksanakan, melaksanakan / aktivitas yang lebih ditentukan.
5. Evaluasi
a. Ketajaman penglihatan klien dalam batas normal.
b. Klien dapat mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Klien dapat memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
d. Klien dapat menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
e. Klien dapat Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
6. Penkes
Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat
rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare
atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh bayi
yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang
cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis
makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena
penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis,
asupan vitamin A-nya kurang
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Public/Documents/VITAMIN/ASKEP%20PADA%20ANAK%20DENG
AN%20KEKURANGAN%20VITAMIN%20A%20-%20ASUHAN%20KEPERAWATAN.htm

file:///C:/Users/Public/Documents/VITAMIN/Paramita's%20bLoG%20%20KURANG%
20VITAMIN%20A%20%28KVA%29.htm
file:///C:/Users/Public/Documents/VITAMIN/Let's Learn Together, Nurse
KEKURANGAN VITAMIN A.ht

file:///C:/Users/Public/Documents/VITAMIN/ASKEP%20PADA%20ANAK%20DENG
AN%20KEKURANGAN%20VITAMIN%20A%20-%20ASUHAN%20KEPERAWATAN.htm
JURNAL ASUPAN VITAMIN A, STATUS VITAMIN A, DAN STATUS GIZI ANAK
SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR
(Intake of Vitamin A, Vitamin A Status and Nutritional Status of Primary School Children
in Leuwiliang Sub-District, Bogor Regency)
Sri Anna Marliyati1, Aji Nugraha2*, dan Faisal Anwar1
1Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor
16680
2PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Sentra Kredit Usaha Kecil, Jl. Kabupaten No. 63
Bugih Pamekasan,

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek yang diamati meliputi jenis kelamin, umur, dan jenjang pendidikan.
Subjek yang memenuhi kriteria inklusi adalah 31 anak, terdiri dari subjek perempuan
sebanyak 16 anak (51.6%) dan subjek laki-laki sebanyak 15 anak (48.4%). Hampir
separuh subjek berusia 8 tahun (41.9%), sisanya sebanyak 32.3% berusia 7 tahun dan
25.8% berusia 9 tahun. Subjek pada penelitian ini merupakan siswa-siswi kelas 2 dan
kelas 3 dari SDN Angsana I dan SDN Angsana II. Lebih dari separuh subjek berada pada
jenjang pendidikan kelas 2 Sekolah Dasar yaitu 17 anak (54.8%), sementara itu subjek
yang berada di jenjang pendidikan kelas 3 berjumlah 14 anak (45.2%). Keberhasilan
subjek dapat ditentukan oleh faktor pendapatan keluarga, pada keluarga yang
ekonominya kurang menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan anak tidak terpenuhi,
suasana rumah menjadi muram, dan gairah belajar tidak ada (Mustamin 2013).
Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga yang diteliti meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan
kondisi sosial ekonomi keluarga. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian
besar ibu subjek memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar yaitu 87.1% dan masih terdapat ibu
subjek yang tidak sekolah 9.7%. Demikian juga dengan tingkat pendidikan ayah, sebagian besar
berada pada kategori Sekolah Dasar yaitu 83.6%, dan terdapat 6.4% ayah subjek yang tidak
sekolah. Pendidikan paling tinggi yang ditempuh ibu berada di tingkat SMP (3.2%), sedangkan
pendidikan tertinggi ayah secara keseluruhan berada di tingkat SMA (6.4%). Dari hasil tersebut,
dapat dilihat bahwa pendidikan di Desa Cibeber masih belum memenuhi program pemerintah
wajib belajar 12 tahun. Dalam penelitian Saputra dan Nurrizka (2012) menunjukkan bahwa
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan, se-
hingga orangtua memiliki dasar dalam pemilihan makanan yang baik bagi anak-anaknya.
Hidayati (2010) menunjukkan bahwa terkadang faktor pendidikan dan pengetahuan yang
dimiliki orangtua menjadi lebih penting dibandingkan pendapatan yang dimiliki oleh suatu
keluarga. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan
tahapan anak usia sekolah memerlukan berbagai kombinasi zat gizi yang berkesinambungan,
baik dari zat gizi makro maupun mikro, serta faktor lingkungan sosial ekonomi dimana me-reka
tinggal (Rahman et al. 2004).
Pekerjaan orangtua subjek dibagi menjadi beberapa kelompok pekerjaan. Ibu subjek yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki persentase terbesar, yaitu 77.4%. Sementara itu, lebih
dari separuh ayah subjek secara keseluruhan bekerja sebagai buruh tani (54.8%). Pendapatan
keluarga yang tergolong pendapatan rendah lebih besar dibandingkan kategori lainnya. Sebanyak
23 keluarga (74.2%) berada pada golongan pendapatan rendah.
Pada kategori kondisi ekonomi keluarga miskin terdapat 67.7% sedangkan pada kategori kondisi
ekonomi keluarga tidak miskin sebesar 32.3%. Hal tersebut disebabkan oleh pendapatan
keluarga yang diperoleh masih banyak yang tergolong rendah, sehingga pendapatan per kapita
yang diperoleh juga rendah. Suryawati (2005) menyatakan bahwa kondisi perekonomian
keluarga yang rendah disebabkan oleh adanya keterbatasan aset yang dimiliki, baik aset secara
fisik maupun aset yang menyangkut kualitas sumber daya manusia.
Asupan Energi, Protein, Lemak dan Vitamin A
Asupan zat gizi diperoleh tubuh dari konsumsi makanan sehari-hari. Asupan zat gizi sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi perhari. Kebutuhan zat gizi terdapat di dalam Angka
Kecukupan Gizi (2012) yang dibedakan berdasarkan usia. Angka kecukupan gizi untuk anak
sekolah yang berusia 7 sampai 9 tahun yaitu energi 1 850 kkal, protein 49 g, dan Vitamin A 500
RE. Kebutuhan energi, protein dan vitamin A diperoleh dengan melihat status gizi subjek. Jika
subjek memiliki status gizi tidak normal (kurang atau lebih) maka digunakan kebutuhan energi,
protein, dan vitamin A sesuai angka kecukupan gizi. Jika subjek memiliki status
gizi normal, maka angka kecukupan gizi dikalikan dengan berat badan aktual dibagi
dengan berat badan ideal. Perhitungan tingkat kecukupan gizi ditentukan dengan
membandingkan antara asupan zat gizi dengan angka kecukupan zat gizi masing–masing anak
usia 7 sampai 9 tahun. Kebutuhan lemak dengan satuan gram, dihitung berdasarkan 20% dari
kebutuhan energi kemudian dibagi dengan 9.
Energi. Asupan energi subjek berkisar dari 522 kkal—2 270 kkal dan angka kecukupan
energi subjek berkisar dari 1 096 kkal—1 850 kkal. Rata-rata tingkat kecukupan energi sebesar
98.0% dan termasuk dalam kategori normal (90—110%) (Briawan et al. 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan tingkat kecukupan energi kategori
normal sebanyak 41.9%. Sementara itu, masih terdapat subjek pada tingkat kecukupan energi
dengan kategori defisit berat sebanyak 22.6%. Hal ini diduga karena frekuensi makan anak
hanya 1—2 kali sehari sehingga angka kecukupan tidak terpenuhi. Sebaran subjek berdasarkan
tingkat kecukupan energi disajikan dalam Tabel 1.
Tingkat Kecukupan Energi n %

Defisit berat 7 22,6


(<70%)
Defisit sedang (70—80%) 2 6,5

Defisit ringan (80—90%) 3 9,7

Normal (90—110%) 13 41,9

Lebih (>110%) 6 19,4

Total 31 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi sosial ekonomi keluarga kategori
miskin, sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat (33.3%) (Tabel 2).

Tabel 2. Sebaran Anak SD berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Kondisi Ekonomi
Keluarga

Tingkat Kondisi Ekonomi Keluarga Total


Kecukupan Energi
Miskin Tidak miskin
n % n % n %
Defisit Berat 7 33.3 0 0 7 22.6

Defisit Sedang 1 4.8 1 10 2 6.4

Defisit Ringan 2 9.5 1 10 3 9.7

Normal 6 28.6 7 70 13 41.9

Lebih 5 23.8 1 10 6 19.4

Total 21 100 10 100 31 31


Hal tersebut diduga karena keterbatasan ekonomi dan rendahnya pengetahuan gizi
orangtua yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh sehingga ketersediaan
pangan sumber energi dan kepedulian terhadap mutu pangan yang diberikan kepada anak
kurang.
Protein. Asupan protein subjek berkisar dari 14.8 g—73.4 g dan angka kecukupan proteinnya
berkisar dari 29.0 g—49.0 g. Rata-rata dari tingkat kecukupan protein yaitu 82.6% dan termasuk
dalam kategori defisit ringan (80—<90%) (Briawan et al. 2007). Hasil penelitian menemukan
bahwa jumlah subjek terbesar berada pada kategori defisit berat (38.6%), sedangkan anak yang
memiliki tingkat kecukupan protein dalam kategori normal hanya 35.5%. Sebaran subjek
berdasarkan tingkat kecukupan protein disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Subjek berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein

Tingkat Kecukupan Protein n %

Defisit berat (<70%) 12 38.6

Defisit sedang (70—80%) 4 12.9

Defisit ringan (80—90%) 2 6.5

Normal (90—110%) 11 35.5

Lebih (>110%) 2 6.5

Total 31 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga kategori miskin, sebagian
besar subjek memiliki tingkat kecukupan protein defisit berat yaitu 9 anak (42.9%) (Tabel 4).
Tingkat kecukupan kondisi ekonomi keluarga total
protein
miskin Tidak miskin
Defisit Berat 9 3 12

Defisit Sedang 2 2 4

Defisit Ringan 1 1 2

Normal 7 4 11

Lebih 2 0 2

Hal tersebut diduga karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah
keterbatasan ekonomi yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan sehingga ketersediaan
pangan sumber protein dalam rumah tangga kurang. Selain itu, hal tersebut diduga karena
keterbatasan akses dalam memperoleh sumber protein dan kebiasaan makan dalam keluarga
yang lebih mementingkan pangan sumber energi sehingga pangan sumber protein kurang
diperhatikan. Berdasarkan hasil recall 2x24 jam, sebagian besar subjek hanya mengonsumsi
sumber protein yang berasal dari tumbuhan, seperti tahu dan tempe.
Lemak. Asupan lemak subjek berkisar dari 20.7 g—108.6 g. Angka kecukupan lemak
subjek berkisar dari 24.4 g41.1 g. Nilai rata-rata±SD asupan lemak dan angka kecukupan energi
subjek yaitu 45.9±18.2 g dan 29.9±3.5 g. Hasil penelitian menun jukkan bahwa sebagian besar
subjek memiliki asupan lemak pada kategori >20% dari kebutuhan energi (80.6%). Hal tersebut
diduga karena sebagian besar subjek lebih sering mengonsumsi makanan yang diolah dengan
cara digoreng, sehingga membutuhkan minyak goreng yang merupakan pangan sumber lemak.
Vitamin A. Asupan vitamin A subjek berkisar dari 45.2 RE—1 378.9 RE dan angka
kecukupan vitamin A subjek berkisar dari 296.3 RE—500 RE. Nilai rata-rata tingkat kecukupan
vitamin A adalah 112.3% dan berada dalam kategori cukup (lebih dari 77%) (Gibson 2005).
Berdasarkan hasil penelitian, subjek pada kategori cukup yaitu 17 anak (54.8%), sedangkan
pada kategori kurang yaitu 14 anak (45.2%). Masih terdapat subjek pada kategori kurang, diduga
karena frekuensi makan dari anak yang hanya 1—2 kali dalam sehari. Sebagian besar subjek
terdapat pada tingkat kecukupan vitamin A dengan kategori cukup. Hal ini diduga karena
ketersediaan pangan sumber vitamin A dan karoten mudah didapat dan harganya terjangkau.
Menurut Almatsier et al. (2011), vitamin A terdapat dalam pangan hewani (hati, telur, susu,
mentega, dan kuning telur) sedangkan karoten di dalam pangan nabati (sayur dan buah berwarna
kuning jingga). Pangan sumber vitamin A yang dikonsumsi hampir seluruh subjek dalam
penelitian ini yaitu telur ayam. Pangan sumber karoten yang dikonsumsi hampir seluruh subjek
yaitu, bayam, kangkung, daun singkong dan wortel.
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada kondisi sosial ekonomi keluarga kategori miskin,
sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan vitamin A kurang yaitu 12 anak (57.1%). Hal
tersebut diduga karena keterbatasan ekonomi sehingga ketersediaan pangan sumber vitamin A
kurang.
Status Gizi
Perhitungan status gizi anak usia 7—9 tahun menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U), dalam menggunakan semua indeks tersebut dianjurkan menggunakan
perhitungan dengan z-score (menggunakan nilai median sebagai nilai normalnya) (Almatsier et
al. 2011). Klasifikasi status gizi anak usia 5—10 tahun menurut IMT/U adalah sangat kurus (<-3
SD), kurus (-3 SD< -2 SD), normal (-2 SD—1 SD) gemuk (>1 SD—< 2SD) dan obesitas (>
2SD) (WHO 2005).

Tabel 5. Sebaran Subjek berdasarkan Tingkat Kecukupan Vitamin A dan Kondisi Ekonomi
Keluarga

Tingkat kecukupan kondisi ekonomi keluarga total


vitamin A miskin Tidak miskin

Kurang 12 2 14

Cukup 9 8 17

Total 21 10 31

Hasil perhitungan menurut IMT/U menunjukkan bahwa subjek yang mengikuti penelitian hanya
berstatus gizi kurus dan normal. Anak yang termasuk status gizi dengan kategori normal lebih
besar dibandingkan kategori kurus, yaitu 29 anak (93.5%) berstatus gizi normal, dan subjek yang
memiliki status gizi kurus yaitu 2 anak (6.5%). Hal tersebut sudah cukup baik karena hampir
seluruh subjek memiliki status gizi normal meskipun masih terdapat anak yang memiliki status
gizi kurus. Hal tersebut diduga karena kurangnya pengawasan orangtua terhadap asupan
makanan yang dikonsumsi anak dan pendapatan keluarga yang masih rendah. Dalam penelitian
Williams et al. (2011) menemukan bahwa kontrol orangtua dalam memberikan asupan gizi,
aturan dalam pemberian makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta role model yang
dilakukan orangtua dapat membantu anak dalam pemilihan makanan yang sehat bagi mereka.
Penelitian lain menemukan fakta bahwa pola konsumsi anak dalam suatu keluarga sangat
dipengaruhi oleh pola konsumsi keluarganya, terutama makanan utama (Moshki & Bahrami
2013).
Status Vitamin A
Vitamin A serum adalah indikator yang paling banyak digunakan untuk mengetahui status
vitamin A. Dalam keadaan normal, kurang lebih 95% vitamin A serum terdapat dalam bentuk
retinol dan terikat pada retinol binding protein (RBP) dan sekitar 5% terdapat dalam bentuk tidak
terikat dan dalam bentuk ester retinil. Vitamin A serum dikatakan kurang, bila <10 μg/dl (0.35
μmol/L); rendah, bila 10 μg/dl (0.35 μmol/L)—< 20 μg/dl (0.70μmol/L); cukup, bila 20 μg/dl
(0.70 μmol/L)—< 100 μg/dl (3.5μmol/L); kelebihan atau hipervitaminosis A, bila >100 μg/dl
(3.5μmol/L) (Almatsier et al. 2011).
Status vitamin A subjek dengan kategori rendah lebih besar dibandingkan dengan golongan
status vitamin A kurang. Subjek yang termasuk pada golongan status vitamin A rendah sebanyak
58.1%, sedangkan subjek yang termasuk pada golongan status vitamin A kurang sebanyak
41.9%. Nilai rata-rata status vitamin A adalah 10.7±2.2 μg/dl dari kisaran 6.3 μg/dl—14.5 μg/dl.
Hasil penelitian Ghustianza (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar anak sebelum intervensi
tergolong status vitamin A rendah (10—<20μg/dl). Zeba et al. (2006) menemukan bahwa red
palm oil (RPO) dapat meningkatkan status vitamin A anak. Widyastuti (2006) menunjukkan
bahwa masalah KVA pada anak usia sekolah di Jawa Timur adalah sebesar 1% dengan hasil
analisa kadar vitamin A yang rendah adalah sebesar 8% dan serum vitamin A kurang sebesar
32%.
Pada kondisi sosial ekonomi keluarga kategori miskin, sebagian besar subjek memiliki
tingkat kecukupan vitamin A kurang (57.1%). Hal tersebut diduga karena keterbatasan ekonomi
sehingga ketersediaan pangan sumber vitamin A kurang. Agrawal dan Agrawal (2013)
menunjukkan bahwa pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, anak tidak memperoleh
asupan vitamin A yang cukup, sedangkan pada keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi,
kebutuhan vitamin A anak dapat terpenuhi dengan baik.
Status Kesehatan
Morbiditas dalam penelitian ini merupakan angka kesakitan subjek selama dua minggu
sebelum diwawancara. Morbiditas diketahui berdasarkan penyakit infeksi yang diderita anak dan
lama sakit melalui wawancara langsung pada anak dan ibu. Kisaran angka morbiditas subjek
yaitu 0—20 dan nilai rata-rata angka morbiditas yaitu 4.4±5.4. Angka morbiditas yang bernilai
nol (0) menunjukkan bahwa subjek selama 2 minggu sebelum diwawancara tidak menderita
penyakit infeksi. Jenis penyakit yang diderita oleh sebagian besar subjek yaitu demam dan ISPA.
Tabel 7 menunjukkan bahwa subjek yang menderita demam lebih tinggi (54.8%) dibandingkan
subjek yang menderita ISPA (48.4%). Pada penyakit infeksi, demam dapat diakibatkan oleh
gangguan sistem imun, panas yang berlebih-an, dehidrasi, infeksi virus yang bersifat self limited
maupun infeksi bakteri, parasit, jamur (Susanti 2012).
Tabel 7. Sebaran Subjek berdasarkan Jenis Penyakit yang diderita selama 2 Minggu Terakhir

Jenis Penyakit n %

ISPA 15 48.4

Diare 3 9.7

Demam 17 54.8

Penyakit Kulit 5 16.1

Tabel 8. Sebaran Subjek berdasarkan Angka Morbiditas

Angka Morbiditas n %

Rendah (<4) 18 58.1

Sedang (4—7) 7 22.6

Tinggi (>7) 6 19.3

Total 31 100.0

Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari sepa-ruh subjek memiliki angka morbiditas pada
kategori rendah (58.1%). Hal tersebut diduga karena sebagian besar subjek yang berada pada
kategori ini tidak menderita penyakit infeksi atau hanya menderita salah satu jenis penyakit
infeksi dengan lama hari sakit yang rendah.
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein dan Status Vitamin A dengan Status Gizi
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
kecukupan energi dengan status gizi (p>0.05). Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi
(p>0.05). Hal tersebut diduga karena ketersediaan pangan sumber energi dan protein yang
kurang sehingga sebagian besar subjek berstatus gizi normal berada pada tingkat kecukupan
defisit.
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status
vitamin A dengan status gizi (p>0.05). Hal ini diduga karena status vitamin A dari seorang anak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya dari status gizi. Faktor-faktor yang memengaruhi
status vitamin A seseorang yaitu konsumsi makanan, cadangan vitamin A di dalam hati, faktor
sosial ekonomi, dan faktor penyakit (status defisiensi) (Almatsier et al. 2011).
Hubungan Tingkat Kecukupan Vitamin A dengan Status Vitamin A
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
kecukupan vitamin A dengan status vitamin A (p>0.05). Hal ini diduga karena status vitamin A
dari seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya dari asupan vitamin A. Faktor-
faktor yang memengaruhi status vitamin A seseorang salah satunya adalah cadangan vitamin A
didalam hati (Almatsier et al. 2011). Ketika simpanan vitamin A di dalam hati menurun dibawah
level kritis, retinol serum juga akan menurun, dan dapat dijadikan sebagai indikator simpanan
vitamin A di dalam hati (Stephensen et al. 2002).

KESIMPULAN
Nilai rata-rata tingkat kecukupan energi subjek termasuk dalam kategori normal (90—110%).
Persentase terbesar tingkat kecukupan energi subjek secara keseluruhan berada pada
kategori normal. Sementara itu, nilai rata-rata dari tingkat kecukup-an protein termasuk dalam
kategori defisit ringan (80—<90%). Secara keseluruhan, persentase terbesar subjek berada pada
kategori tingkat kecukupan protein dengan kategori defisit berat (38.6%). Nilai rata-rata tingkat
kecukupan vitamin A termasuk dalam kategori cukup (>77%), lebih dari separuhnya memiliki
tingkat kecukupan vitamin A dengan ka-tegori cukup (54.8%). Sebagian besar subjek memiliki
status gizi normal (93.5%). Lebih dari separuh subjek (58.1%) memiliki status vitamin A dengan
ka-tegori rendah.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan
status gizi, tingkat kecukupan vitamin A dengan status vitamin A, dan status vitamin A dengan
status gizi (p>0.05).
Penelitian ini menggunakan metode recall 2x24 jam. Metode tersebut memiliki kelemahan
yaitu kurang menggambarkan konsumsi pangan subjek karena hanya mengandalkan daya ingat
seseorang dan memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, sebaiknya dalam penelitian
konsumsi pangan selanjutnya perlu dilakukan pendampingan oleh orangtua dalam melakukan
recall agar dapat mengurangi kelemahan dari metode ini. Selain itu, kepada pemerintah dan
keluarga agar lebih meningkatkan mutu dan kualitas konsumsi pangan dengan konsumsi pangan
yang lebih beragam demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Persentase terbesar
tingkat kecukupan energi subjek secara keseluruhan berada pada kategori normal. Sementara itu,
nilai rata-rata dari tingkat kecukup-an protein termasuk dalam kategori defisit ringan (80—
<90%). Secara keseluruhan, persentase terbesar subjek berada pada kategori tingkat kecukupan
protein dengan kategori defisit berat (38.6%). Nilai rata-rata tingkat kecukupan vitamin A
termasuk dalam kategori cukup (>77%), lebih dari separuhnya memiliki tingkat kecukupan
vitamin A dengan ka-tegori cukup (54.8%). Sebagian besar subjek memiliki status gizi normal
(93.5%). Lebih dari separuh subjek (58.1%) memiliki status vitamin A dengan ka-tegori rendah.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan
status gizi, tingkat kecukupan vitamin A dengan status vitamin A, dan status vitamin A dengan
status gizi (p>0.05).
Penelitian ini menggunakan metode recall 2x24 jam. Metode tersebut memiliki kelemahan
yaitu kurang menggambarkan konsumsi pangan subjek karena hanya mengandalkan daya ingat
seseorang dan memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, sebaiknya dalam penelitian
konsumsi pangan selanjutnya perlu dilakukan pendampingan oleh orangtua dalam melakukan
recall agar dapat mengurangi kelemahan dari metode ini. Selain itu, kepada pemerintah dan
keluarga agar lebih meningkatkan mutu dan kualitas konsumsi pangan dengan konsumsi pangan
yang lebih beragam demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Persentase terbesar
tingkat kecukupan energi subjek secara keseluruhan berada pada kategori normal. Sementara itu,
nilai rata-rata dari tingkat kecukup-an protein termasuk dalam kategori defisit ringan (80—
<90%). Secara keseluruhan, persentase terbesar subjek berada pada kategori tingkat kecukupan
protein dengan kategori defisit berat (38.6%). Nilai rata-rata tingkat kecukupan vitamin A
termasuk dalam kategori cukup (>77%), lebih dari separuhnya memiliki tingkat kecukupan
vitamin A dengan ka-tegori cukup (54.8%). Sebagian besar subjek memiliki status gizi normal
(93.5%). Lebih dari separuh subjek (58.1%) memiliki status vitamin A dengan ka-tegori rendah.
Oleh karena itu, sebaiknya dalam penelitian konsumsi pangan selanjutnya perlu dilakukan
pendampingan oleh orangtua dalam melakukan recall agar dapat mengurangi kelemahan dari
metode ini. Selain itu, kepada pemerintah dan keluarga agar lebih meningkatkan mutu dan
kualitas konsumsi pangan dengan konsumsi pangan yang lebih beragam demi terciptanya sumber
daya manusia yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai