Anda di halaman 1dari 15

DISUSUN OLEH

LUTHFI BRILLIANTI
NAILI NUR FITROH
WURI NUR ROHMAH
EVA RAHMAWATI
RIKA DEVINA RAHARNITA
SYAFRIAL BANARADIM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua karena berkatnya lah makalah ini dapat selesai dengan baik dan
tepat waktu. Makalah ini ditujukan untuk melengkapi tugas keperawatan dasar dengan topik
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak tentunya bagi kami selaku penulis
makalah ini. sebagai penulis kami masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan masukan yang membangun dari dosen dan
rekan rekan mahasiswa bahkan semua pembaca demi kesempurnaan dari makalah konsep
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Penulis

Kelompok 4
SISTEMATIKA PENULISAN

1. HALAMAN JUDUL
2. KATA PENGANTAR
3. SISTEMATIKA PENULISAN
4. BAB 1 ( PENDAHULUAN )
 LATAR BELAKANG
 RUMUSAN MASALAH
 TUJUAN
5. BAB 2 ( PEMBAHASAN )
6. BAB 3 ( PENUTUPAN )
 SIMPULAN
 KRITIK DAN SARAN
BAB 1
(PENDAHULUAN )

LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis (Hurarki Maslow).

Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses

metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan

dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak. Dan apabila hal tersebut

terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan kematian.

Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar

manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan

terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara

pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang yang menghalangi masuknya

oksigen, memolihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat berfungsi normal kembali.

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan

pemberian oksigen dengan menggunakan Nasal kanul, Masker dan Kateter nasal.

RUMUSAN MASALAH
 Apa fungsi dari oksigenasi ?
 Bagaimana perubahan dalam fungsi pernafasan?
 Bagaimana perubahan dalam pola pernafasan ?
 Bagaimana perubahan dalam jalan nafas ?
 Bagaimana manifestasi klinik dan perubahan fungsi respirasi?
 Bagaimana pengkajian keperawatan pada gangguan oksigenasi ?
 Bagaimana diagnosa keperawatan pada gangguan oksigenasi ?
 Apa rencana keperawatan pada gangguan oksigenasi ?
TUJUAN MASALAH
 Mengetahui pengertian dari oksigenasi
 Mengetahui perubahan dalam fungsi pernafasan
 Mengetahui perubahan dalam pola pernafasan
 Mengetahui perubahan dalam jalan nafas
 Mengetahui manifestasi klinik dan perubahan fungsi respirasi
 Mengetahui diagnose keperawatan pada gangguan oksigenasi
 Mengetahui rencana keperawatan pada gangguan oksigenasi
BAB 2
( PEMBAHASAN )

1.APA PENGERTIAN DARI OKSIGENASI


Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen, keadaan
tubuh serta menghembuskan karbondioksida sebagai hasil sisa oksidasi

2.PERUBAHAN DALAM FUNGSI PERNAFASAN


Fungsi pernafasan dapat berubah karena beberapa factor penentu berikut adalah factor penentu
perubahan dalam fungsi pernafasan adalah sbb:
 Pergerakan udara masuk dan keluar dari paru paru
 Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveolus dan kapiler paru paru
 Transfor oksigen dan karbondioksida melalui darah ke dan sel jaringan
3 perubahan utama dalam pernafasan yaitu
 Hypoxida
 Perubahan pola pernafasan
 Obstruksi jalan nafas total atau sebagian

3.PERUBAHAN DALAM POLA PERNAFASAN

1. a. Tachypnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per
menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadinya
emboli.
2. b. Bradypnea, merupakan pola pernafasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per
menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakarnial yang
disertai narkotik atau sedatif.
3. c. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah
oksigen dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai
dengan adanya peningkatan denyut nadi, nafas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya
konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan oleh adanya infeksi,
keseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabkan
hipokapnea, yaitu berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan
terhadap pusat pernafasan menurun.
4. d. Kusmaul, merupakan pola cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang
dalam keadaan asidosis metabolik.
5. e. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan
cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara
yang yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen. Keadaan demikian
menyebabkan terjadinya hiperkapnea, yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga PaCO2
meningkat (akibat hipoventilasi) dan akhirnya mengakibatkan depresi susunan saraf
pusat.
6. f. Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat pernafasan. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan
pengaruh psikis.
7. g. Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
Pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru-paru.
8. h. Cheyne stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-muula naik,
kemudian menurun dan berhenti, lalu pernafasan dimulai lagi dari siklus baru.
9. i. Pernafasan Paradoksial, pernafasan dimana dinding paru-paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal.
10. j. Biot, merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan
tetapi amplitudonya tidak beraturan. Pola ini sering dijumpai pada pasien dengan radang
selaput otak, peningkatan tekanan intracranial, trauma kepala, dan lain-lain.
11. k. Stridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernafasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakhea atau obstruksi
laring.

4.PERUBAHAN JALAN NAFAS

Perubahan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan eksresi saluran


pernafasan guna mempertahankan jalan nafas yang bersih bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan

1. Infeksi

2. Disfungsi neuromasculer

3. Hyperplaria dinding bronkus

4.Alergi jalan nafas

5. Asma

6. Trauma

7.Obstubsi jalan nafas

8. Spasme jalan nafas

9. Sekresi tertahan dan penumpukan secret


5.MANIFESTASI KLINIK DAN PERUBAHAN FUNGSI RESPIRASI

Manifestasi klinik adalah perkembangan dan dampak yang ditimbulkan dari perkembangan
suatu atau banyak penyakit didalam tubuh

Contoh penyakit

. Tyfus oleh bakteri salmonella parathypi

Contoh gejala penyakit tyfus

1.Lidah berwarna putih

2. Demam pada sore hari

3. Diare dan feses berwarna hitam karena adanya sterkobilin

Perubahan dalam fungsi pernafasan disebabkan ventilasi atau transfor oksigen ada 3
perubahan primer

1. Hyperventilasi

2. Hypoventilasi

3. Hypoxya

Tujuan ventilasi adalah menghasilkan tegangan karbon dioksida di arteri yang normal dan
mempertahankan tegngan oksigen.

6. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN OKSIGENASI

Pengumpulan data

Identitas klien.

Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status

asthmatikus. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin

terdapat status atopi. Sedangkan serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor non

atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui

kemungkinan faktor pencetus serangan asma. Status perkawinan, gangguan emosional yang
timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asma, pekerjaan,

serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan alergen. Hal lain yang

perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis. (Antony C,

1997; M Amin 1993; karnen B 1994).

Riwayat penyakit sekarang.

Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas

yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing,

Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan

tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.

Riwayat penyakit dahulu.

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit

tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asma frekuensi, waktu, alergen-

alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk

meringankan gejala asma (Tjen Daniel, 1991)

Riwayat kesehatan keluarga.

Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau

penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asma

ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)
psikososial

Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma baik

ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang

yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asma. yatim piatu,

ketidakharmonisan hubungan dengan

7.DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA GANGGUAN OKSIGENASI

Diagnose keperawatan adalah pernyataaan yang menjelaskan status kesehatan dan masalah
actual atau potensial.

Diagnosa yang sering muncul adalah

 ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan jalan nafas dan kerusakan


pertukaran jalan nafas
 pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyakit infeksi dari paru , depresi pusat
pernafasan , lemahnya otot pernafasan.
 Kerusakan pertukaran gas meliputi supply oksigen, obstrubsi saluran pernafasan dan
adanya penumpukan cairan dalam paru
 Gangguan perfusi jaringan adalah adanya perdarahan, adanya edema, menurunnya aliran
darah, vasokontriksi, hypovolumik

8.PERENCANAAN PERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGEN

Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan diagnosis

keperawatan maka tahap berikutnya adalah perencanaan. Pada tahap ini perawat membuat

rencana perawatan dan menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah

klien. Ada tiga fase dalam tahap perencanaan yaitu menentukan prioritas, menentukan tujuan dan

merencanakan tindakan keperawatan (menurut Susan Martin Tucker, 1993). Perencanaan dari

diagnosis-diagnosis keperawatan diatas adalah sebagai berikut:


Diagnosa keperawatan I

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola pernafasan dan kerusakan pertukaran

gas berhubungan dengan bronkospasme dan peningkatan sekresi pulmoner.

Hasil yang diharapkan:

- Pasien mempunyai pernafasan yang sesuai usia.

- Pasien menyebutkan bahwa ia dapat bernafas dengan lebih baik.

- Pasien mampu membuang sekresi.

- meminimal dan intoleransi aktivitas minimal.

Rencana tindakan :

- Pantau TTV, termasuk pengkajian pernafasan tiap 2 jam.

- Berikan oksigen sesuai pesanan dan untuk distress pernafasan dan sianosis; pemantauan

oksigen yang bersangkutan

- Hindari penggunaan kadar O2 terlalu tinggi karena dapat menekan pernafasan secara

bermakna.

- Berikan bronkodilator melalui nebulizer sesuai pesanan dan kaji status pernafasan

sebelum dan sesudah pemberian.

- Berikan infus bronkodilator secara intravena sesuai pesanan.

- Jamin bahwa pasien menerima maksimum untuk usia dan berat badan melalui parenteral

dan oral.

- Izinkan pasien memilih posisi yang paling nyaman.

- Periksa kadar teofilin dan berikan dosis bolus dari bronkodilator secara intravena sesuai

pesanan untuk mempertahankan kadar obat terapeutik.

- Pantau gas darah.


- Pantau terhadap tanda dan gejala gagal pernafasan dan siapkan untuk intubasi darurat bila

ada hal berikut terjadi: pernafasan cepat dan dangkal, penurunan bunyi nafas, pengisian kapiler

lambat, takikardia, penurunan kesadaran.

Diagnosa Keperawatan II

Ansietas yang berhubungan dengan sesak nafas, lapar dan takut.

Hasil yang diharapkan: Ansietas pasien minimal

Rencana tindakan :

- Minimalkan rutinitas keperawatan sampai status pernafasan membaik.

- Izinkan pasien memilih posisi yang paling nyaman.

- Ajarkan tehnik relaksasi (misal aktivitas hiburan, nafas dalam).

- Berikan dukungan emosi pada pasien dengan menjelaskan semua prosedur.

- Izinkan keluarga berpartisipasi dalam perawatan pasien bila mereka dapat tetap tenang

dan mendukung.

- Kenalkan bahwa disorientasi dan panik memperberat pasien menjadi hipoksemik.

Diagnosa Keperawatan III

Potensial kekurangan cairan yang berhubungan dengan efek samping obat dan distress

pernafasan.

Hasil yang diharapkan : pasien tetap terhidrasi dengan baik.

Rencana tindakan :
- Kaji terhadap anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.

- Pantau kadar teofilin darah untuk menghindari toksisitas.

- Pertahankan puasa dan berikan kebutuhan cairan secara parenteral selama distress

pernafasan berat.

- Berikan makan sedikit tapi sering, cairan jernih, dan hangat bila ditoleransi.

- Ajarka diet reguler untuk usia sesuai toleransi.

- Pantau masukan dan keluaran

Diagnosa Keperawatan IV

Potensial intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan persipitasi atau memburuknya gejala

pernafasan dengan peningkatan aktivitas.

Hasil yang diharapkan : Pasien mampu mentolerankan aktifitas progresif

- Anjurkan tirah baring pada gejala pernafasan berat.

- Secara bertahap tingkatkan aktivitas sambil mendorong ditempat tidur, membaca buku

dan lain-lain.

- Anjurkan latihan sedang dengan sedikitnya 15 menit bagian pemanasan (berenang adalah

latihan yang paling baik dan siap ditoleransi.

- Rujuk pasien pada terapi fisik atau kamp asma untuk latihan fisik

- Ajarkan penggunaan yang tepat dari tehnik relaksasi fisik dan mental untuk mencegah

ancaman serangan.

- Untuk pasien dengan asma karena latihan, instruksikan tentang penggunaan inhaler

sebelum latihan.

Diagnosa Keperawatan V
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan

tindakan.

Hasil yang diharapkan : Pasien memahami penyakit dan tindakan juga mampu

mendemonstrasikan kembali latihan pernafasan dan penggunaan inhaler.

Rencana tindakan :

- Ajarkan pasien untuk menghindari alergen jika diketahui

- Ajarkan pasien tentang tanda bahaya dini dari ancaman serangan dan anjurkan intervensi

dengan istirahat, peningkatan cairan dan obat-obatan.

- Ajarkan latihan pernafasan diafragmatik.

- Ajarkan pasien cara mengontrol gejala dengan pemberian obat yang tepat.

- Waspadakan penggunaan bronkodilator berlebihan melalui inhaler.

- Diskusikan kemungkinan pencetus dan annjurkan mempertahankan catatan aktivitas

sebelum, selama dan sesudah serangan.

- Waspadakan terhadap pemajanan iritan lingkungan yang diketahui seperti rokok, udara

dingin, dan kelembaban berlebihan.

- Ijinkan pasien untuk memberikan terapi inhalasi termasuk nama, kerja, dosis, waktu

pemberian dan efek samping.

- Jadwalkan pemberian obat tepat sebelum waktu tidur dengan masukan cairan cukup.

- Beritahu pasien bahwa meskipun dengan penatalaksanaan cermat terhadap serangan

kadang-kadang dapat terjadi.

- Diskusikan desentisasi bila tepat dan mentoleransi aktifitas progresif.


BAB 3
( PENUTUP )

SIMPULAN
oksigen sangat diperlukan bagi kelangsungan mahluk hidup dibumi, tanpa oksigen manusia pasti
akan kesulitan. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu kebutuhan oksigen
adalah kebutuhan paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi system pernafasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ system respirasi maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan.

SARAN
Dalam mempelajari materi ini harusnya mahasiswa dan pembaca dapat mencari berbagai
referensi agar isi tidak menyimpang dari materi dan sesuai dengan yang seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai