Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH, TREN, DAN ISU GLOBAL SAAT INI DALAM

KEPERAWATAN JIWA

Disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa I

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

EH
S T I K E S

ATAN
SA
C

A
H G
B AY
A BAN
AN IN
JARMAS

Oleh :
ROBY ADETIA NOORIS
16.20.2663

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2018/2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
jualah penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “Sejarah, Tren, Dan Isu Global Saat Ini Dalam Keperawatan Jiwa”.
Makalah ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Keperawatan Jiwa I.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak DR. Drs. Akhmad Murjani, M.Kes., SH., MH selaku Ketua Yayasan
Cahaya Bangsa Banjarmasin.
2. Ibu Dra. Hj. Sri Erliani, MM., M.MKes selaku Ketua STIKES Cahaya
Bangsa Banjarmasin.
3. Bapak Doni Wibowo, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin.
4. Ibu Dr. Tanwiriah, S.Kep., M.Mkes dan Bapak Adytia Suparna, S.Kep., Ns
selaku Dosen Keperawatan Jiwa I.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi dunia kesehatan dan masyarakat umumnya.

Banjarmasin, 18 September 2018

Roby Adetia Nooris

2
ii
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Sejarah Keperawatan Jiwa
1. Sejarah Keperawatan Jiwa Di Dunia ............................................. 3
2. Sejarah Keperawatan Jiwa Di Indonesia ....................................... 8
B. Definisi Trend Dan Isu
1. Definisi Trend .............................................................................. 11
2. Definisi Isu ................................................................................... 16
C. Trend Dan Isu Global Dalam Keperawatan Jiwa ........................ 18
D. Trend Dan Isu Global Yang Berkembang Pada Saat Ini
Dalam Keperawatan Jiwa
1. Tren Gangguan Jiwa Pada Anak .................................................. 21
2. Kecanduan Main Game ............................................................... 23

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 26
B. Saran .................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA

3
iii
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zaman sekarang ini perkembangan teknologi semakin canggih saja, kita
dituntut untuk mengikuti perkembangannya untuk membantu dalam
beradaptasi. Oleh karena itu tingkat stressor menjadi meningkat pada setiap
individu.
Apabila individu gagal dalam beradaptasi dengan lingkungan baik
internal maupun eksternalnya, maka individu tersebut akan beresiko terkena
ganguan psikis dan psikologis. Sehingga angka gangguan psikis dan
psikologis pada setiap individu menjadi meningkat. Untuk menekan angka
tersebut maka dibentuklah suatu metode keperawatan jiwa.
Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan
jiwa merupakan bidang spesialisasi praktik keperawatan yg menerapkan teori
perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai pedomannya. Hal ini diharapkan dapat merubah persepsi
yang ada seputar gangguan jiwa, dimana adanya anggapan yang salah,
penanganan yang tidak tepat terhadap orang dengan gangguan jiwa pada
zaman dahulu sampai akhirnya terjadi perubahan yang signifikan pada masa
revolusi abad 20 terhadap penyakit gangguan jiwa.
Pada masa pasar bebas ASEAN mulai terjadi perubahan pola kehidupan
masyarakat, dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang lebih modern. Oleh karena itu timbulah berbagai dampak
negatif dari perubahan pola kehidupan tersebut seperti masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, anarkis, putus sekolah,
PHK, disamping itu juga terjadi peningkatan angka penyakit yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat
bagi penduduk.

14
25

Oleh karena itu saya akan membahas tentang sejarah perkembangan


keperawatan jiwa di dunia dan Indonesia, serta apa isu dan trend yang sedang
berkembang seputar keperawatan jiwa pada saat ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses berkembangnya keperawatan jiwa di dunia?
2. Bagaimana proses berkembangnya keperawatan jiwa di Indonesia?
3. Apa isu keperwatan jiwa yang sedang berkembang saat ini?
4. Apa trend keperawatan jiwa yang sedang berkembang pada saat ini?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui bagaimana proses berkembangnya keperawatan jiwa di
dunia.
2. Mengetahui bagaimana proses berkembangnya keperawatan jiwa di
Indonesia.
3. Mengtahui isu keperwatan jiwa yang sedang berkembang saat ini.
4. Mengetahui trend keperawatan jiwa yang sedang berkembang pada saat
ini.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai acuan dalam penilaian kinerja mahasiswa pada
keperawatan jiwa.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam sejarah keperawatan
jiwa serta untuk memahami masalah yang ada dalam keperawatan jiwa
yang banyak terjadi pada saat ini.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Agar masyarakat tau masalah keperawatan jiwa yang sering terjadi
dan untuk menambah informasi tentang kesehatan.

5
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SEJARAH KEPERAWATAN JIWA


1. Sejarah Keperawatan Jiwa Di Dunia
Keperawatan jiwa mulai berkembang di dunia pada tahun 1770.
Hal ini disebabkan seiring dengan kejadian penanganan pada orang
dengan penyakit mental. Penanganan yang di lakukan pada awal
perkembangan terhadap orang dengan penyakit mental dianggap terlalu
primitif dan kejam. Adapun persepsi tentang keperawatan jiwa di mulai
dari masa peradaban sampai sekarang.
a) Zaman Mesir Kuno
Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena
adanya roh jahat yang bersarang di otak. Banyak cara yang
dilakukan untuk mengusir roh tersebut agar penderita sembuh.
Salah satunya dengan membuat lubang pada tengkorak kepala
untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut,
terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala orang yang
pernah mengalami gangguan jiwa, adanya prasasti mesir kuno
yang bertuliskan nama orang yang dimasuki roh jahat dan telah
dilubangi kepalanya. Tahun berikutnya penanganan di lakukan
lebih kejam lagi, seperti dibakar, dipukuli, diceburkan dalam air
yang dingin atau pemberian syok terapi dengan harapan agar
gangguannya menghilang.

b) Zaman Yunani
Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu
penyakit. Para leluhur Yunani percaya bahwa gangguan
emosional diakibatkan karna tidak berfungsinya organ pada otak.
Upaya pengobatannya dilakukan oleh dokter , walaupun sebagian
orang masih ada yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat.

36
47

Mereka menggunakan pendekatan tindakan seperti : ketenangan,


gizi yang baik, kebersihan badan yang baik, musik dan aktivitas
rekreasi.
Selama abad 7 sebelum masehi, hypocrates menjelaskan
perubahan prilaku dan gangguan mental disebabkan oleh
perubahan 4 cairan hormon yang dapat menghasilkan panas,
dingin, kering dan kelembaban. Seorang dokter Yunani yang
bernama Galen menegaskan bahwa emosi atau kerusakan mental
di hubungkan dengan otak.
Pada zaman ini, orang Yunani menjadikan kuil sebagai
rumah sakit jiwa dan menyediakan lingkungan udara bersih, sinar
matahari dan air yang bersih, melakukan aktivitas bersepeda dan
mendengarkan suara air terjun sebagai contoh penyembuhan
penyakit jiwa. Namun, rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan
sebagai tempat penampungan orang gangguan jiwa yang miskin,
sehingga keadaannya sangat kotor dan jorok. Sementara orang
kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri.
Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan
perawatan gangguan jiwa. Ia tersentuh hatinya, sehingga berusaha
memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa. Bersamaan dengan itu,
Herophillus dan Erasistratus meriset gagasan yang dikemukakan
oleh dokter Galen tentang hubungan emosional dengan otak.
Mereka memikirkan apa yang sebenarnya ada dalam otak,
sehingga mereka mempelajari anatomi otak pada binatang.
Kurang puas hanya mempelajari otak, sehingga mereka berusaha
mempelajari seluruh sistem tubuh hewan.

c) Zaman Vesalius
Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi
hewan saja, sehingga ia ingin mempelajari otak dan sistem tubuh
manusia. Namun, membelah kepala manusia untuk dipelajari

7
58

merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluruh sistem


tubuh manusia. Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat manusia
untuk dipelajari. Sayangnya kegiatannya tersebut diketahui
masyarakat, sehingga ia ditangkap, diadili, dan diancam hukuman
mati (pancung). Namun, ia bisa membuktikan bahwa kegiatannya
itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya ia dibebaskan.
Versailus bahkan mendapat penghargaan karena bisa
menunjukkan adanya perbedaan antara manusia dan binatang.
Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan jiwa adalah suatu
penyakit. Namun kenyatannya, pelayanan di rumah sakit jiwa
tidak pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa
dirantai, karena petugasnya khawatir dengan keadaan pasien.

d) Masa Pertengahan dan Zaman Revolusi Prancis I


Setelah gangguan jiwa dinyatakan sebagai penyakit pada
zaman Vesalius. Pada era ini disebut juga era alienation, social
exclusion, confinement. Para dokter menjelaskan gejala yang
sering terjadi seperti : Depression, Paranoid, Delusions, Hysteris,
Nightmares. Pembentukan rumah sakit jiwa pertama terjadi pada
masa ini yaitu di england dengan nama Bethlehem Royal
Hospital. Kemudian diikuti oleh Philipe Pinel, seorang dokter
Perancis yang membuka sebuah rumah sakit untuk seorang
penderita jiwa / mental di pilih kota La Bicetre, Paris. Dia
memulai dengan tindakan kemanusiaan dan advokasi, melalui
observasi perilaku, riwayat perkembangan dan menggunakan
komunikasi dengan penderita.
Phillipe Pinel, saat itu menjabat sebagai direktur di RS
Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan Revolusi Prancis untuk
membebaskan belenggu pada pasien gangguan jiwa. Revolusi
Prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan
utamanya “Liberty, Equality, Fraternity”. Ia meminta kepada

8
69

walikota agar melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa.


Pada awalnya, walikota menolak. Namun, Pinel menggunakan
alasan revolusi, yaitu “Jika tidak, kita harus siap diterkam
binatang buas yang berwajah manusia”. Perjuangan ini diteruskan
oleh murid-murid Pinel sampai Revolusi II. Tidak sampai disitu,
muncul juga Wayer sebagai dokter jiwa pertama di jerman yang
bisa menjelaskan gangguan jiwa melalui kategori diagnostiknya.

e) Revolusi kesehatan jiwa II


Dengan diterimanya gangguan jiwa sebagai suatu penyakit,
maka terjadilah perubahan orientasi pada organo biologis. Pada
saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa masuk dalam
bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut
mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi
(penggolongan penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala
penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu membuat
penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu,
kesehatan jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan
spesfikasinya masing-masing.
Sebut saja Bejamin Rush, dia disebut Bapak Psikiatric
Amerika. Pertama menulis buku tentang Pskiatric Amerika dan
banyak tindakan kemanusian untuk penderita penyakit
mental/jiwa. Tahun 1783, masa tindakan moral dan bekerjasama
dengan rumah sakit Pennsylvania. Tahun 1843, Thomas
kirkbridge memberikan pelatihan di rumah sakit Pennsylvania
untuk membantu dokter merawat pasien penyakit jiwa. Tahun
1872, New England Hospital dibuka untuk perempuan & anak,
dan Women‟s Hospital di Philadelphia mendirikan sekolah
perawat, tetapi tidak untuk pelayan pskiatrik. Setelah itu Dorothea
Lynde Dix, seorang pengajar yang memberikan contoh penderita
penyakit jiwa.

9
10
7

Tahun 1882 Pendidikan keperawatan jiwa pertama di


McLean Hospital di Belmont, Massachusetts. Dan Tahun 1890
siswa perawat menjadi staff keperawatan di rumah sakit jiwa.
Perawat mendapat tugas dan diharapkan mengembangkan
ketrampilan dalam memberikan pengobatan melalui asuhan
keperawatan. Diakhir abad 19 mengalami perubahan atau
perkembangan menjadi cohtoh pengobatan dari perawat pskiatrik.

f) Revolusi kesehatan jiwa III


Pada masa abad 20, perubahan mengenai kesehatan mental
sangat besar dipengaruhi oleh Clifford Beers dengan
diterbitkannya buku yang berjudul A Mind That Found Itself
(1908). Dia menulis bukunya berdasarkan pengalaman dan
observasi selama 3 tahun sebagai pasien di rumah sakit jiwa.
Beers menggunakan pengaruhnya untuk membentuk National
Society for Mental Hygiene tahun 1909, sekarang dikenal dengan
National Association for Mental Health. Sebagai hasilnya, banyak
dibangun rumah sakit jiwa di daerah pedesaan, dimana pasien
akan mendapatkan udara segar, sinar matahari dan lingkungan
alami.
Pada tahun 1915, Linda Richards, lulusan Perawat pertama
di AS dan sering disebut sebagai perawat psikiatrik pertama di
AS, menganjurkan pelayanan yang sama terhadap pasien penyakit
jiwa dengan pasien penyakit fisik. Dia menempatkan asuhan pada
pasien penyakit jiwa memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi
dan siswa tidak terpengaruh. Pengalaman klinik di rumah sakit
jiwa memberikan kesempatan kepada siswa perawat untuk
mempunyai kemampuan tersebut. Banyak kemajuan terlihat di
National Commettee on Mental Hygiene and the American
Nurses Association yang mempromosikan pendidikan kepada
pasien penyakit jiwa dengan menerbitkan journal. Buku – buku

10
8
11

tentang keperawatan jiwa ditulis dan dewan National League for


Nursing mendiskusikan pendidikan Diploma keperawatan
psikiatrik (1915-1935).
Pengalaman klinik di Rumah Sakit Jiwa merupakan bagian
terpenting dari dasar pengalaman siswa perawat dan sudah
distandarisasikan pada tahun 1937. Pada tahun 1939 hampir
semua sekolah perawatan memberikan pembelajaran keperawatan
psikiatri untuk siswa, tetapi belum dapat diakui sampai dengan
tahun 1955. Pada tahun 1963, Gerakan Kesehatan Mental
Masyarakat mendirikan pusat kesehatan masyarakat. Maka pada
perkembangan berikutnya dikembangkanlah basis komunitas
(community base) dengan adanya upaya pusat kesehatan mental
komunitas (community mental health centre) yang dipelopori oleh
J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.

2. Sejarah Keperawatan Jiwa Di Indonesia


Di Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa.
Bagaimana para penderita gangguan jiwa diperalakukan pada zaman
dahulu kala di Indonesia tidak diketahui dengan jelas. Bila beberapa
tindakan terhadap penderita gangguan jiwa sekarang dianggap sebagai
warisan dari nenek moyang kita, maka kita dapat membayangkan
sedikit bagaimanakah kiranya paling sedikit sebagian dari jumlah
penderita gangguan jiwa itu ditangani pada jaman dulu. Adapun
tindakan yang dimaksud adalah dipasung, dirantai atau diikat lalu
ditempatkan tersendiri di rumah atau di hutan (bila sifat gangguan
jiwanya berat dan membahayakan). Bila tidak berbahaya, dibiarkan
berkeliaran di desa, sambil mencari makanan dan menjadi tontonan
masyarakat malahan ada kalanya diperlakukan sebagai orang sakti,
Mbah Wali atau medium (perantara antara roh dan manusia).

11
12
9

a) Zaman colonial
Sebelum ada Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, para
ganggguan jiwa ditampung di RS sipil atau RS militer di Jakarta,
Semarang dan Surabaya. Yang ditampung pada umumnya
penderita gangguan jiwa berat. Ternyata tempat RS yang
disediakan tidak cukup. Tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda
mengadakan sensus terhadap penderita gangguan jiwa di Pulau
Jawa dan Madura, hasilnya ada kira-kira 600 orang penderita
gangguan jiwa di Pulau Jawa dan Madura, 200 orang lagi di
daerah-daerah lain. Keadaan demikian untuk penguasa pada
waktu itu sudah cukup alasan untuk membangun RS Jiwa. Maka
pada tanggal 1 Juli 1882, dibangun Rumah Sakit Jiwa pertama di
Bogor, kemudian berturut-turut RSJ Lawang pada 23 Juni 1902),
RSJ Magelang pada tahun 1923 dan RSJ Sabang pada tahun
1927. RSJ ini tergolong RS besar dan menampung penderita
gangguan jiwa menahun yang memerlukan perawatan lama.
Pemerintah Hindia-Belanda mengenal 4 macam tempat
perawatan penderita psikiatrik, yaitu:
1) RS Jiwa (Kranzinnigengestichten)
Di Bogor, Magelang, Lawang, dan Sabang, RSJ terus penuh,
sehingga terjadi penumpukan pasien sementara, tempat
tahanan sementara kepolisian dan penjara-penjara. Maka
dibangunlah “annexinrichtingen” pada RS ysng sudah ada
seperti di Semplak (Bogor) tahun 1931 dan Pasuruan (dekat
Lawang) tahun 1932.
2) RS Sementara (Doorgangshuizen)
Tempat penampungan sementara bagi pasien psikotik yang
dipulangkan setelah sembuh, yang perlu perawatan lebih
lama dikirim ke RS Jiwa yang didirikan di Jakarta, Semarang,
Surabaya, Ujung Pandang, Palemnbang, Bali
Banjarmasin,Manado dan Medan.

12
10
13

3) Rumah Perawatan (Veerplegtehuiizen)


Berfungsi sebagai RS Jiwa tetap dikepalai seorang perawat
berijazah dan dibawah pengawasan dokter umum.
4) Koloni
Tempat penampungan pasien psikiatrik yang sudah tenang,
pasien dapt bekerja dalam bidang pertanian serta tinggal
dirumah penduduk, tuan rumah diberi uang kos, dan masih
berada dibawah pengawasan.
Tempat diatas dibangun jauh dari kota dan bersifat isolasi dengan
alasan :
1) Pasien harus keluar dari rumah dan lingkungan yang
menyebabkan ia sakit, oleh sebab itu harus dirawat disuatu
tempat yang tenang, sehingga terbiasa dengan suasana rumah
sakit.
2) Menghidari stigma (cap yang tidak baik)

b) Zaman setelah kemerdekaan


Membawa babak baru bagi perkembangan usaha kesahatan
jiwa, Oktober 1947 Pemerintah RI membentuk Jawatan Urusan
Penyakit Jiwa, karena masih terjadi revolusi fisik maka belum
dapat bekerja dengan baik. Pada tahun 1950 pemerintah RI
menugaskan untuk melaksanakan hal-hal yang dianggap penting
bagi penyelenggaraan dan pembinaan kesehatan jiwa di
Indonesia. Jawatan ini bernaung di bawah Departemen
Kesehatan; tahun 1985 diubah menjadi Urusan Penyakit Jiwa;
1960 menjadi Bagian Kesehatan Jiwa; dan tahun 1966 menjadi
Direktorat Kesehatan Jiwa yang sampai sekarang dipimpin oleh
Direktur Kesehtan Jiwa atau Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa.
Dengan ditetapkannya UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun
1966 oleh pemerintah, maka lebih terbuka untuk menghimpun
semua potensi guna secara bertahap melaksanakan modernisasi

13
14
11

semua sistem rumah sakit serta fasilitas kesehatan jiwa di


Indonesia. Direktorat kesehatan jiwa mengadakan kerjasama
dengan berbagai instansi pemerintah dan dengan fakultas
kedokteran, badan internasional, seminar nasional dan regional
Asia serta rapat kerja nasional serta daerah. Adanya pembinaan
sistem pelaporan, tersusun PPDGJ I tahun 1973 dan diterbitkan
tahun 1975 serta integrasi dalam pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
Pihak swasta pun lebih memikirkan masalah kesehatan
jiwa, terutama di kota-kota besar. Di Jakarta, kemudian di
Yogyakarta dan Surabaya serta beberapa kota lainnya didirikan
sanatorium kesehatan jiwa. RSU pemerintah dan RS ABRI
menyediakan tempat tidur untuk pasien gangguan jiwa dan
mendirikan bagian psikiatri, demikia pula RS swasta seperti RS
St. Carolus di Jakarta, RS Maria (Minahasa). Di Jakarta dan
Surabaya telah didirikan Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa berkembang pesat


pada Perang Dunia II karena menggunakan pendekatan metode
pelayanan public health service. Konsekuensinya, peran perawat jiwa
juga berubah dari peran pembantu menjadi peran aktif dalam tim
kesehatan, untuk mengobati penderita gangguan jiwa. Pada masa kini,
perawatan penderita gangguan jiwa lebih difokuskan pada basis
komunitas. Ini sesuai dengan hasil Konferensi Nasional I keperawatan
Jiwa (Oktober, 2004), bahwa pengobatan akan lebih difokuskan dalam
hal tindakan preventif.

B. DEFINISI TREND DAN ISU


1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, trend juga dapat didefinisikan salah satu gambar ataupun

14
15
12

informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di
kalangan masayarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Contoh trend pada kesehatan jiwa, antara lain :
a) Penggunaan Narkoba bagi generasi muda
Banyak alasan mengapa narkoba diantaranya agar dapat
diterima oleh lingkungan, mengurangi stres, mengurangi kecemasan,
agar bebas dari murung, mengurangi keletihan, dan mengatasi
masalah pribadi. Akan tetapi, terlepas dari semua itu, remaja
memakai narkoba karena narkoba membuatnya merasa nikmat, enak,
dan nyaman pada awal pemakaian. Alasan remaja memakai narkoba
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
 Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai
narkoba, orang akan menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti
mode, dan sebagainya.
 Relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat
digunakan untuk mengatasi ketegangan, \cemas, dan depresi
akibat stresor psikososial.
 Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa
pengguna narkoba merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena
pengaruh zaman atau perubahan nilai, sehingga dapat diterima.
Jadi, penggunaan narkoba berawal dari persepsi, anggapan,
atau keyakinan keliru yang tumbuh di masyarakat. Maka tidak mau
memahami atau tidak mau menerima kenyataan dan fakta yang dapat
dibuktikan secara ilmiah dan sah menurut hukum.
Faktor penyebab remaja menggunakan narkoba, yaitu :
a) Budaya Mencari Kenikmatan Sesaat (Hedonistik)
Dewasa ini masyarakat cenderung mudah memakai obat
untuk mengubah suasana hati, sehingga pemakaian jenis
narkoba diterima dengan tangan terbuka. Contoh : rokok,

15
16
13

alkohol, dan juga obat penghilang rasa nyeri yang mudah dibeli.
Pesta ulang tahun atau akhir pekandilalui dengan minuman
beralkohol, rokok, ganja, ekstasi, yang didukung pula faktor
kemudahan untuk memperolehnya.
Remaja mempunyai pola serupa dengan orang dewasa.
Umumnya penyalahgunaan narkoba pada remajabersifat
hedonistik, yakni bertujuan mencari kesenangan. Alasan yang
sering dikemukakan adalah ingin tahu dan ingin mencari
kesenangan atau kenikmatan.
b) Kepribadian Remaja
Masa romantisme remaja dan nostalgia orang dewasa
terhadap masa itu berada sekitar ekspoitasi masa remaja yang
mengandung resiko. Contoh : berselancar, ngebut, dan mencoba
narkoba. Remaja berada diantara masa kanak-kanak dan dewasa,
baik secara biologis maupun psikologis. Di satu pihak, remaja
memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi di lain pihak belum
memiliki kewenangan untuk manggunakan kemampuan itu.
Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit
menunda pemuasan keinginan seketika, sehingga remaja lebih
mirip anak kecil yang berbadan besar daripada orang dewasa.
Penyalahgunaan narkoba memperburuk keadaan. Narkoba
memperlemah kemampuan, mendorong pemuasan keinginan
segera, dan melemahkan daya pikir ke depan.
Narkoba memberikan pemuasan keinginan segera,
melemahkan kemampuan untuk berpartisipasi terhadap bahaya
dan kemampuan untuk menangkal kenikmatan sesaat. Remaja
yang terlalu dikendalikan dengan orang tua akan gagal
memenuhi fungsi kemandirian orang dewasa, sehingga ia tidak
mampu menghargai dirinya sebagai individu yang mendiri.
Berlainan dengan penampilan luarnya, remaja ini sangat rawan
terhadap tekanan kelompok sebaya. Mereka akan menyerahkan

16
17
14

diri terhadap tuntutan orang lain. Mereka akan mevcari


kebebasan semu dan kepribadian semu pada teman sebayanya
untuk menggantikan fungsi orang tua.
c) Tekanan Kelompok Sebaya
Tekanan kelompok sebaya berpengaruh kuat terhadap
terjadinya penyalahgunaan narkoba. Semua orang pasti merasan
cemas jika ditolak oleh lingkungan sehingga berusaha mencari
persetujuan kelompoknya. Konflik orang tua dan remaja
sebenarnya adalah konflik loyalitas, yaitu loyalitas terhadap
orang tua dengan loyalitas terhadap teman sebaya.
Remaja sangat peka terhadap nilai-nilai kelompok sebaya
dalam penampilan, perilaku, dan sikap. Jarang seorang remaja
yang memiliki kemauan ego kuat berdiri teguh, terpisah dari
nilai-nilai kelompok sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar
berasal dari perjuangan terus menerus untuk memenangkan
peperangan itu dan untuk berada dalam persetujuan dengan
kelompok sebaya. Di kalangan remaja, penyalahgunaan narkoba
digunakan untuk maksud rekreasi atau bersenang-senang
sebagai kegiatan sosial yang diterima remaja. Karena itu, remaja
rawan terhadap penyalahgunaan narkoba.
d) Keterasingan Remaja
Keterasingan adalah adanya hubungan antar remaja dan
nilai orang tua dan masyarakat secara cita-cita , tradisi, dan
kerohanian. Keterasingan dapat diartikan sebagai dimensi
spiritual, karena meliputi penolakan terhadap nilai-nilai yang
berharga, yang memotivasi atau memimpin sesorang melalui
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ada juga komponen
emosional pada keterasingan. Remaja yang terasing adalah
remaja yang marah, yang secara tidak sadar meluapkan perasaan
dikhianati karena merasa nilai-nilainya ditolak. Dengan
perkataan lain, remaja yang terasing adalah remaja yang

17
18
15

diabaikan atau tidak dipedulikan oleh keluarga atau masyarakat.


Dari keterasingan itu, remaja memilih jalan untuk mencoba-
coba berteman dengan narkoba.
e) Stres
Banyak sekali sumber stres. Pengalaman terhadap stres itu
sendiri merupakan interaksi faktor luar sebagai penyebab stres
(disebut stresor) dan faktor dalam yang disebut keterampilan
mengatasi masalah (coping skills). Orang dengan sejumlah besar
stresor, seperti kehilangan, penyakit, dan trauma dikatakan
mengalami banyak stres. Di lain pihak, seseorang yang kurang
terampil mengatasi masalah menganggap dirinya „sangat stres‟
dibandingkan orang lain yang lebih terampil mengatasi masalah.
Gejala stres termasuk gelisah dan cemas, mudah tersinggung
dan teragitasi, sulit tidur atau mengalami gangguang tidur, sulit
berkonsentrasi, mengalami gangguan dalam selera makan, dan
penyalahgunaan narkoba.
Penelitian membuktikan bahwa lingkungan keluarga yang
tidak berfungsi baik dan kejadian-kejadian yang membuat stres,
berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba. Penelitian pada
sejumlah siswa penyalahguna yang mengikuti perawatan terapi,
menunjukkan tingkat stres yang tinggi, penilaian diri yang
rendah, keluarga yang mereka nilai sebagai „penuh permusuhan
dan kebencian‟, serta orang tua yang kurang komunitkatif dan
terlalu banyak menuntut.
Tidak semua penyalahguna narkoba datang dari keluarga
yang tidak berfungsi baik. Namun, faktor stres dirumah tidak
boleh diabaikan. Umumnya remaja memakai narkoba guna
menghilangkan stres, sebagai cara untuk mengatasi masalah
yang kronis dan tidak ada jalan keluarga.

18
1619

f) Rasa Tidak Aman dan Penilaian Diri Rendah


Penilaian diri negatif dipengaruhi oleh penyalahgunaan
narkoba. Sebaliknya, penilaian diri rendah mendorong
terjadinya penyalahgunaan narkoba. Proses yang menyebabkan
seseorang memiliki penilaian diri rendah adalah dinamika yang
dibangun sejak usia dini. Penilaian diri dibangun karena
keberhasilan seseorang mengatasi masalah dan memenangkan
tantangan dalam kehidupannya. Seperti halnya individuasi,
motivasi terbentuknya penilaian diri berasal dari dalam. Orang
tua berperang penting dalam membangun penilaian diri.
Bimbingan, intruksi, dan bantuan orang tua yang efektif dan
melibatkan diri dalam kehidupan anak, akan mendukunga
terbentuknya penilaian diri.

2. Definisi Isu
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut
ekonomi, moneter, social, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian ataupun tentang krisis.
Isu adalah suatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun
belum jelas faktanya atau buktinya.
Contoh isu dalam keperawatan jiwa diantaranya, yaitu :
a) Pemasungan penderita gangguan jiwa
Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan
masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat)
dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan ke dalam balok
kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung
merupakan salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan
kesempatan mereka untuk mendapat perawatan yang memadai dan
sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia. Di
Indonesia, kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau

19
20
17

pengurungan terhadap pelaku kejahatan, orang-orang dengan


gangguan jiwa dan yang melakukan tindak kekerasan yang dianggap
berbahaya. Pengekangan fisik terhadap individu dengan gangguan
jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan.
 Alasan seseorang melakukan pemasungan, yaitu :
Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga,
penyakit yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya
pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan
lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan
pemasungan (Depkes, 2005).
Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena
gangguannya bersifat jangka panjang (Videbeck, 2008). Biaya
berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi
biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti
harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya
seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi
lainnya (Djatmiko, 2007).
 Dampak dari pemasungan, yaitu :
Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah
masih adanya praktek pasung yang dilakukan keluarga jika ada
salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan jiwa.
Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu
pada tangan atau kaki seseorang, diikat atau dirantai lalu
diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun
di hutan. Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan
hak asasi penderita hingga menambah beban mental dan
penderitaannya. Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang
terpasung tidak dapat
Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung
tidak dapat menggerakkan anggota badannya dengan bebas
sehingga terjadi atrofi.Tindakan ini sering dilakukan pada

20
21
18

seseorang dengan gangguan jiwa bilaorang tersebut dianggap


berbahaya bagi lingkungannya atau dirinya sendiri (Maramis,
2006).

C. TREND DAN ISU GLOBAL DALAM KEPERAWATAN JIWA


Trend dan isu terkini dalam keperawatan jiwa adalah masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa
trend penting yang menjadi perhatian dlam keperawatan jiwa, diantaranya
sebagi berikut:

a. Kesehatan Jiwa Dimulai Masa Konsepsi


Masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepi bahkan
harus dimulai dari masa pernikahan. Banyak penelitian yang
menunjukkan adanya keterkaitan masa didalam kandungan dengan
kesehatan fisik dan mental seseorang dimasa yang akan datang.

b. Tren Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa


Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi, penderita tidak
lagi didominasi masyarakat kelas bawah, kalangan pejabat dan
masyarakat menengah ke atas, juga memiliki gangguan psikotik dan
depresif. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah ke atas, sebagian
besar disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengelola stress, dan
mungkin akibat dari pemecatan atau mutasi jabatan.

c. Kecenderungan Dalam Penyebab Gangguan Jiwa


Terjadinya konflk, lilitan ekonomi berkepanjangan merupakan
salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai
gangguan kesehatan jiwa pada manusia. golongan penyebab gangguan
jiwa ini, antara lain:

21
22
19

Gangguan fisik, biologis. Penyebabnya antara lain berasal dari:


 Faktor keturunan, kelainan pada otak, kecanduan obat dan
alkohol, dll.
 Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya,
karena salah dlam pola pengasuhan hubungan yang patologis
diantara anggota keluarga disebabkan oleh frustasi, konflik, dll.
 Gangguan sosial atau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa
stressor psikososial ( perkawinan, masalah keuangan, hukum,
perkembangan fisik, dll.)

d. Kecenderungan Situasi Di Era Globalisasi


Era globalisasi merupakan era dimana tidak ada lagi pembatas
antara negara khususnya dibidang informasi, ekonomi, dan politik.
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang
merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sektor termasuk sektor
kesehatan.

e. Globalisasi Dan Perubahan Orientasi Sehat


Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan keperawatan adalah
tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan
pelayanan. Tenaga kesehatan (perawat “jiwa”) harus mempunyai standar
global dalam memberikan pelayaan kesehatan, jika tidak ingin
ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa bukan lai merupakan
masalah klinis melainkan berorientasi pada kehidupan sosial. Konsep
kesehatan jiwa bukan lagi tentang sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal
yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi sosial.

f. Kecenderungan Penyakit Jiwa


Meningkatnya post traumatic syndrome disorder:
1) Trauma yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang pengalaman
trauma yang umum di alami mansia dalam kejadian sehari-hari.

22
23
20

Mengakibatkan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak


mengalami stress yang demikian. Trauma bukan gejala kejiwaan
yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling
keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang
peristiwa yang mengguncang kejiwaan.
2) Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling
berhubungan dengan segalla aspek kehidupan manusia.

g. Trend Dalam Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri


1) Sehubungan dengan trend masalah kesehatan jiwa secara global.
Fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada
komunitas (community based care) yang memberi penekanan pada
preventif dan promotif
2) Sehubungan dengan peningkatan IPTEK yang sangat cepat, perlu
peningkatan dalam bidang ilmu yang telah ada dan mengadakan
program spesialisasi keperawatan jiwa.
3) Sehubungan dengan adanya perbedaan latak belakang budaya kita
dengan narasumber, yng dalam hal ini kita masih mengacu pada
negara barat terutaa Amerika, maka perlu untuk menyaring konsep
keperawtan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.

h. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri Di Era Globalisasi


Sejalan dengan progran deinstitusionalisasi yang didukung,
ditemukannya obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku
klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas, tetapi perawat dituntut
untuk lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif. Perawat mental psikiatri harus
mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan 3 kunci
utama :
1) Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta
hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.

23
24
21

2) Reformasi dalam pelayanan kesehatan menuntut perawat


meredefinisi perannya.
3) Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek
pencegahandan promosi kesehatan. Pengembangan pendidikan
keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri
baik dalam jumlah maupun kualitas.

i. Isu Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri


1) Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat dipertanggung
jawabkan karena masih kurangnya hasil riset keperawatan jiwa
klinik
2) Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena
pendidikan yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek
yang diakui secara internasional
3) Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan
pengalaman sering kali tidak jelas “position decription.” Job
responsibility dan sistem reward di dalam pelayanan.

D. TREND DAN ISU GLOBAL YANG BERKEMBANG PADA SAAT INI


DALAM KEPERAWATAN JIWA
1. Tren Gangguan Jiwa Pada Anak
Perubahan gaya hidup saat ini sedikit banyak telah menjadi pemicu
munculnya gangguan jiwa. Rutinitas yang padat kerap membuat
seseorang depresi yang berujung pada gangguan kejiwaan. Dewasa ini
gangguan kejiwaan tak hanya dialami orang dewasa tapi juga
membayangi usia anak dan remaja. Hal ini seperti diungkapkan Dr.
Esther Haryanto, Sp.KJ, Kepala Instalansi Rawat Inap RSJ Menur.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa tren gangguan kejiwaan pada anak
saat ini cenderung meningkat. Perubahan perilaku mereka saat ini sangat
berbeda jauh dengan anak-anak dahulu. Boleh dibilang anak-anak jaman

24
2225

now tidak bisa menikmati masa-masanya sebagaimana mestinya,”


ungkap dr. Esther.
Bermain yang menjadi dunia anak, lanjut dr.Esther, tak bisa lagi
dinikmati. Ini tak terlepas dari rutinitas yang bersangkutan.
“Bisa kita lihat sekarang, anak baru berumur sekian bulan atau
sekian tahun sudah harus masuk sekolah. Belum lagi ada kegiatan les dan
lain sebagainya. Sehingga anak sudah tidak bisa bermain sewajarnya.
Memang pendidikan sejak usia dini baik bagi tumbuh kembang anak, tapi
tidak semua anak bisa melakukannya dan terkadang para orang tua kerap
memaksakan kehendaknya. Akhirnya menjadi beban bagi anak-anak,”
urainya.
Menurut dr. Esther, hendaknya anak-anak bisa menikmati dunianya
sehingga ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik tanpa adanya
tekanan ataupun beban.
“Kalau sudah tertekan tentu akan menggangu psikologinya, dan
ujung-ujungnya si anak stres dan berujung pada gangguan kejiwaan,”
tuturnya lagi.
Senada dengan dr. Esther, dr. Benediktus Elie, SpKJ, Ketua Komite
Medis RSJ Menur, mengungkapkan jika tren gangguan kejiwaan pada
anak cenderung meningkat.
“Trennya memang naik pada anak dan remaja, aspek teknologi
menjadi salah satu pemicunya,” tukasnya.
Kebiasaan anak dengan gadgetnya diakui dr. Beni-demikian ia
karib disapa- telah menjadi candu bagi mereka. Sehingga ketika mereka
tak bertemu gadgetnya maka ada rasa gelisah dalam diri mereka.
“Sudah terbiasa dengan gadget, begitu harus lepas dari gadget, rasa
gelisah, perasaan tak nyaman akan muncul. Dan kalau ini dibiarkan tentu
akan berdampak buruk bagi psikologi mereka,” tegasnya.
Selain kecanduan gadget, masalah kesehatan mental anak dan
remaja juga mencakup:
a) Kesulitan belajar

25
26
23

b) Bullying
c) Menolak sekolah
d) Cemas perpisahan
e) Phobia (takut)
f) Depresi
g) Bipolar
h) Mengamuk
i) Menentang orang tua
j) Keterbelakangan (retardasi mental)
k) Keterlambatan bicara
l) Autisme
m) Gangguan hiperaktivitas dan konsentrasi
n) Kekerasan fisik atau seksual
o) Pola asuh orang tua.
Proses tumbuh kembang anak terjadi dalam segala aspek baik fisik,
intelektual, psikologis, moral, sosial dan spiritual di dalam fase yang
berjalan berkesinambungan. Untuk itu butuh konsultasi, kebutuhan terapi
dan perawatan untuk mengontrol masalah emosi dan perilaku anak dan
remaja.

2. Kecanduan Main Game


Organisasi kesehatan dunia (WHO) bakal menetapkan kecanduan
bermain game sebagai salah satu gangguan mental. Berdasarkan
dokumen klasifikasi penyakit internasional ke-11 (Internatioal Classified
Disease/ICD) yang dikeluarkan WHO, gangguan ini dinamai gaming
disorder.
Gaming disorder oleh WHO digambarkan sebagai perilaku bermain
game dengan gigih dan berulang, sehingga menyampingkan kepentingan
hidup lainnya. Adapun gejalanya bisa ditandai dengan tiga perilaku.

26
27
24

Pertama dan terutama, pengidap gangguan gaming disorder akan


bermain game secara berlebihan, baik dari segi frekuensi, durasi, maupun
intensitas.
Gejala kedua, pengidap gaming disorder juga lebih
memprioritaskan bermain game. Hingga akhirnya muncul gejala ketiga,
yakni tetap melanjutkan permainan meskipun pengidap sadar jika gejala
atau dampak negatif pada tubuh mulai muncul.
Berdasarkan arahan dari WHO, penyembuhan gangguan gaming
disorder harus dilakukan selama kurang lebih 12 bulan melalui arahan
psikiater. Namun, jika gangguan yang terjadi sudah sangat parah,
pengobatan bisa saja berlangsung lebih lama.
Penetapan gaming disorder sebagai salah satu gangguan mental
disambut baik oleh seorang dokter spesialis kecanduan teknologi dari
Rumah sakit Nightgale di London, Richard Graham. Menurutnya,
perilaku bermain game secara berlebihan memang sudah seharusnya
mendapatkan penanganan medis yang serius.
Graham menambahkan bahwa selama ini ia telah melihat ada 50
kasus kecanduan digital setiap tahunnya. Kriteria tersebut didasarkan
pada pengaruh kecanduan yang berdampak pada kebutuhan sehari hari
seperti tidur, makan, sekolah, dan bersosialisasi.
Sebetulnya, sejumlah negara telah bergulat dengan masalah ini
sejak lama. Korea Selatan misalnya yang menetapkan akses game online
oleh anak anak berusia bawah 16 tahun di antara tengah malam hingga
pukul 6 pagi sebagai tindakan yang ilegal.
Demikian pula di Jepang. Pemerintah setempat akan mengeluarkan
peringatan pada para pemain jika telah bermain game melebihi batas
waktu yang telah ditentukan perbulannya. Sedangkan di China, raksasa
Internet tenecent membatasi jam pada pemainan yang populer di
kalangan anak-anak.

27
28
25

Pandangan Lain
Meski WHO telah menetapkan kecanduan bermain game sebagai
salah satu gangguan mental, Killian Mullan, salah satu periset dari
Universitas Oxford memiliki pendapat yang lain.
Berdasarkan riset yang dilakukannya terhadap anak dan remaja
dalam rentang umur delapan hingga 18 tahun, Ia menemukan bahwa
tidak ada masalah pada perilaku kecanduan game. Mullan berpendapat
bahwa sebagian objek pecandu game pada umumnya berhasil
menyinergikan hiburan digital dan kehidupan sehari-hari.
"Orang mengira bahwa anak-anak kecanduan teknologi dan berada
di depan layar selama 24 jam telah mengesampingkan kehidupan mereka.
Padahal tidak demikian nyatanya," ujar Mullan dikutip KompasTekno
dari BBC, Rabu (3/1/2017).
Pandangan Mullan didukung oleh pengkategorian permainan game
sebagai cabang dari e-sport. Sama seperti halnya olahraga pada
umumnya, para atlet e-Sport diharuskan memiliki kondisi fisik yang
bugar serta nutrisi yang cukup. Sebab, bermain game ternyata menguras
stamina karena pemain harus mencurahkan pikirannya untuk
menjalankan strategi bermain.
Meski begitu, tetap saja bermain game secara berlebihan tanpa
diiringi dengan aktivitas fisik dan sosial bukanlah hal yang baik. Oleh
sebab itu, tetap perlu ada kontrol dari pihak medis ketika kegiatan ini
sudah mengganggu aktivitas rutin harian.

28
29

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi praktik keperawatan
yg menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai pedomannya. Hal ini diharapkan dapat
merubah persepsi yang ada seputar gangguan jiwa, dimana adanya anggapan
yang salah, penanganan yang tidak tepat terhadap orang dengan gangguan
jiwa.
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, trend juga dapat didefinisikan salah satu gambar ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan
masayarakat dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
social, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian ataupun tentang krisis.
Contoh trend dan isu keperawatan jiwa terkini, antara lain : Penggunaan
Narkoba bagi generasi muda, pemasungan penderita gangguan jiwa¸
kecanduan gadget, dan kecanduan bermain game.

B. SARAN
Setelah membahas tentang sejarah, trend dan isu yang berkembang
terhadap keperawatan jiwa, dan untuk meningkatkan keperawatan jiwa
khususnya di Indonesia serta untuk mengurangi penderita gangguan jiwa.
Disarankan agar seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap
berbagai trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat
membentuk karakter perawat yang profesional dalam tatanan layanan
keperawatan.

29
26
30

DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitriasari PK, Hanik Endang Nihayati.2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Rabiatul Adawiah S. 2016. Perspektif, ruang lingkup, trend dan isu keperawatan
jiwa. Pada : https://rabiatuladawiahsuhardin.wordpress.com . diakses pada
14 September 2018 . Pada jam 20.00 WITA
Rizky Candra S. 2018. Kecanduan main game kini masuk kategori gangguan
mental. Pada : https://tekno.kompas.com . diakses pada 16 September
2018 . Pada jam 16.00 WITA
Ruroh. 2018. Trend gangguan jiwa pada anak cenderung meningkat. Pada :
http://rsjmenur.com . diakses pada 16 September 2018 . Pada jam 18.00
WITA
Tanwiriah. Kumpulan Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Banjarmasin
Yosep, Iyus. 2011. Kepetawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama

30

Anda mungkin juga menyukai