Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KELOMPOK KHUSUS: ANAK DENGAN


RETARDASI MENTAL

DOSEN PENGAMPU : Akbar Harisa, S.Kep., Ns., MN. PMNC

OLEH :
KELOMPOK 3
Sitti Hajariani R011191027
Ardiah Ayu Uthami R011191065
Nur Inaayah Azzahra R011191079
Nur Alfiyanti Ntune R011191093
Merlyanti Amrin R011191143
Azizah Tul Hawaizah R011191147

KELAS REGULER A (RA) 2019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah
dilimpahkan sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II yang berjudul ”ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN KELOMPOK KHUSUS: ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL”.
Pembahasan yang ada dalam makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan pengetahuan
untuk mempelajari tentang materi-materi yang terdapat dalam Asuhan Keperawatan Klien
Kelompok Khusus: Anak Dengan Retardasi Mental. Namun tidak lepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari
segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka, Kami membuka selebar-
lebarnya bagi para pembaca untuk memberi saran dan kritik yang membangun sehingga Kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta bermanfaat, sehingga dapat memberikan
inspirasi bagi para pembaca.

Makassar, 12 Oktober 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Retardasi Mental...........................................................................................3
B. Etiologi Retardasi Mental...............................................................................................3
C. Manifestasi Klinis Retardasi Mental...............................................................................5
D. Klasifikasi/ Jenis Retardasi Mental.................................................................................5
E. Deteksi Dini ...................................................................................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................12
G. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................................28
A. Kesimpulan...................................................................................................................28
B. Saran..............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental (RM) merupakan suatu gangguan dimana fungsi intelektual
dibawah normal (IQ dibawah 70) dimana seorang mengalami gangguan perilaku adaptif
sosial sehingga membuat penderita memerlukan pengawasan, perawatan, dan control dari
orang lain (Kartono, 2009). Menurut Diagnostic and Statistical Manual (DSM IV-TR)
Retardasi mental dikategorikan menjadi 4, yaitu, RM ringan (IQ 50-70), RM sedang (IQ 50-
55), RM berat (IQ 20-40), dan RM sangat berat dengan (IQ dibawah 20-25).
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo= kurang atau sedikit, fren = jiwa)
atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri
atau berperilaku adaptif (Maramis, 2005 dalam Nugroho 2012). Menurut Word Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak RM di Indonesia sekitar 7-10% dari total
jumlah anak. Pada tahun 2003 jumlah anak RM 679.048 atau 21,42%, dengan perbandingan
laki-laki 60% dan perempuan 40%. Dengan kategori RM sangat berat (Ideot) 25%, kategori
berat 2,8%, RM cukup berat (Imbisil debil profound) 2,6%, dan RM ringan 3,5%.
Retardasi Mental juga dinyatakan sebagai masalah yang pelik, terutama kurang dapat
berkomunikasi sesuai dengan usianya. Seseorang yang mengalami retardasi mental tidak
berkemampuan untuk mengerti situasi yang serius dan tidak dapat berperilaku sesuai dengan
situasi hukum yang berlaku. Seseorang yang mengalami retardasi mental dalam hal
berkomunikasi mengalami kesulitan karena kata-kata yang terbatas. Mereka mengalami
kesulitan dalam kemampuan mambaca dan menulis. Dalam hal ini mereka juga mengalami
kesulitan bertingkah laku sesuai dengan usianya, dan mereka lebih memilih anak-anak yang
usianya lebih rendah dari dirinya sebagai teman (Alimul 2005,dalam Ekasari, 2010).
Orang yang mengalami keterlambatan mental akan mengalami kesulitan dalam hal
beradaptasi, keluarga hendaknya sering mengajak komunikasi dan bergaul dan dibimbing
tentang bagaimana cara memulai interaksi dengan orang lain. Salah satu cara untuk
membentuk 3 proses adaptasi yang baik adalah dengan cara berkomunikasi sehingga dengan
berkomunikasi itu pada penderita retardasi mental dapat memulai dirinya untuk beradaptasi
(Solikhin 2009, dalam Ekasari, 2010).

1
Anak dengan retardasi mental juga dapat dikatakan anak dengan keterbatasan
intelektual dan perilaku adaptif dimana keterbatasan intelektual ini mempengaruhi
kemampuan perilaku sehari-hari, namun dengan anak retardasi mental masih memiliki
potensi untuk dikembangkan untuk di didik secara terus menerus sehingga anak dengan
retardasi mental masih dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk sosial yang dapat
bekerja dan bermasyarakat dengan baik (Nuraisyah, 2012).
Dari penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa anak retardasi mental merupakan
anak dengan keterbatasan intelektual dan perilaku adaptif dimana keterbatasan intelektual ini
mempengaruhi kemampuan sehari-hari. Intervensi khusus diperlukan untuk mengembangkan
potensi anak retardasi mental, seperti dimulai dengan memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu
merawat diri sendiri (Rahmawati, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Retardasi Mental ?
2. Bagaimana etiologi Retardasi Mental ?
3. Apa manifestasi klinis dari Retardasi Mental ?
4. Apa saja klasifikasi/ jenis Retardasi Mental ?
5. Bagaimana cara deteksi dini Retardasi Mental ?
6. Apa pemeriksaan penunjang Retardasi Mental ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Retardasi Mental ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Retardasi Mental
2. Untuk mengetahui etiologi Retardasi Mental
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Retardasi Mental
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi/ jenis Retardasi
5. Untuk mengetahui cara deteksi dini Retardasi Mental
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Retardasi Mental
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada Retardasi Mental

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Retardasi Mental
Mental retardation (retardasi mental) adalah Suatu keadaan perkembangan pikiran
yang tertahan atau tidak komplit, terutama ditandai oleh gangguan keterampilan yang
dimanifestasikan selama periode perkembangan, yang mengenai semua tingkat intelegensi,
misalnya kemampuan kognitif, berbahasa, motorik, dan sosial. Retardasi dapat terjadi
dengan atau tanpa keadaan mental atau fisik lainnya (WHO, 2010).
Retardasi mental menerangkan keadaan fungsi intelektual umum bertaraf subnormal
yang dimulai dalam masa perkembangan individu dan yang berhubungan dengan
terbatasnya kemampuan belajar maupun penyesuaian diri proses pendewasaan individu
tersebut atau kedua-duanya (Nelson dalam Muttaqin, 2008).
Anak retardasi mental mengalami keterbatasan sosialisasi akibat tingkat kecerdasan
yang rendah (Soetjiningsih, 1998). Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat
dipengaruhi oleh kecerdasan. Anak RM dengan tingkat kecerdasan di bawah normal dan
mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Faktor lain adalah kecenderungan mereka
diisolasi (dijauhi) oleh lingkungannya. Anak sering tidak diakui secara penuh sebagai
individu dan hal tersebut memengaruhi proses pembentukan pribadi. Anak akan berkembang
menjadi individu dengan ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan terhadap dirinya sendiri.

B. Etiologi Retardasi Mental


Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor genetik atau juga kelainan
dalam kromosom, faktor ibu selama hamil terjadi gangguan dalam gizi atau penyakit pada
ibu seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga faktor setelah lahir dimana dapat terjadi
kerusakan otak, seperti karena meningitis, encephalitis dan lain-lain (Hidayat, 2007).
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas
sebabnya (simpleks) keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder
disebabkan oleh factor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau
anak-anak. Menurut Maramis (2010), faktor penyebab retardasi mental yaitu sebagai berikut
:

3
1. Faktor prenatal Penyebab retardasi mental saat prenatal adalah infeksi dan
penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah
rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat
menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, herpes genital, hipertensi, diabetes
melitus, anemia, tuberkulosis paru. Narkotik, alkohol, dan rokok yang berlebihan
serta keadaan gizi dan emosi pada ibu hamil juga sangat berpengaruh pada
terjadinya retardasi mental.
2. Faktor perinatal Retardasi mental yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada
saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak napas (asfiksia), dan lahir
prematur, serta proses kelahiran yang lama.
3. Faktor pascanatal Banyak sekali faktor pascanatal yang dapat menimbulkan
kerusakan otak dan mengakibatkan terjadinya retardasi mental. Termasuk di
antaranya adalah infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, dan infeksi
pada bagian tubuh lain yang menahun), trauma kapitis, tumor otak, kelainan tulang
tengkorak, dan keracunan pada otak. Kesehatan ibu yang buruk dan terlalu sering
melahirkan merupakan penyebab berbagai macam komplikasi kelahiran seperti bayi
lahir prematur, perdarahan postpartum, dan lain sebagainya.
4. Rudapaksa (trauma) dan/atau sebab fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir serta juga
trauma lain, seperti sinar X, bahan kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan dengan RM. Rudapaksa setelah lahir tidak begitu sering
mengakibatkan retardasi mental.
5. Gangguan metabolisme, pertumbuhan, atau gizi. Semua retardasi mental yang
langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolisme
lemak, karbohidrat, dan protein), serta pertumbuhan atau gizi termasuk dalam
kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4
tahun sangat memengaruhi perkembangan otak serta dapat mengakibatkan retardasi
mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki sebelum umur 6 tahun.
Sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang
rendah itu sudah sukar ditingkatkan.
6. Penyakit otak yang nyata (setelah kelahiran). Kelompok ini termasuk retardasi
mental akibat tumor/kanker (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena

4
rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi selsel otak yang nyata, tetapi yang
belum diketahui betul penyebabnya (diduga turunan)

C. Manifestasi Klinis
Gejala anak retardasi mental, antara lain sebagai berikut :
1. Lamban dalam mempelajari hal baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari
tanpa latihan yang terus-menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak Retadasi Mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental
berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan,
tidak dapat berdiri, atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan
kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi
mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti berpakaian, makan,
dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk
mempelajari kemampuan dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat
bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi
mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan
bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7. Tingkah laku kurang wajar yang terus-menerus. Banyak anak retardasi mental berat
bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya
memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan
diri sendiri, misalnya menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dan lain-
lain.

D. Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

5
Disorder (DSM IV) ,dalam a Journey to child neurodevelopment; Application in daily
practice:
a. Retardasi mental ringan
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55 sampai 70.
b. Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40 sampai 50-55
c. Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25 sampai 35-40
d. Retardasi mental sangat berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20 atau 25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan Jika terdapat kecurigaan kuat
adanya retardasi mental (Solek, 2010).
Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental, antara lain :
a. Kelompok retardasi mental genetik
Adalah keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan yang disebabkan
oleh :
1) Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang disebut aborsi
2) Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut mutasi
3) Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut deformitas
4) Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein pembentuk gen yang
disebut translokasi
Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti berikut ini :
1) Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar, lipatan kelopak
mata atas lebih dalam, lidah tebal dan menonjol keluar mulut, jari tangan
pendek, telapak tangan lebar dan tebal.
2) Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek, dahi sempit,
alat kelamin tidak berkembang normal.
3) Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat kelaminnya
tidak sempurna, buah dada membesar
4) Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata kecil (mikro
cephalis)

6
5) Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata, langit- langit
bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan melekat satu sama lain
6) Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki, adanya tumor
kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah berwarna kuning.
7) Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola mata satu
sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi rambut juga disertai
kelumpuhan separuh anggota tubuh yang berlainan
b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari otak,
perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya pemeliharaan
oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur,
dan keracunan Contoh anak yang mengalami retardasi mental kerusakan otak,
antara lain:
1) Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukaruntuk
berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi tidak mampu
menuliskannya atau menyampaikan dengan kata- kata.
2) Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam membilang dan
menulis namun lancar untuk berbicara.
3) Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam mengenal benda
melalui perabaan dan tidak mampu menulis dan berhitung juga mampu
membedakan kiri dan kanan.
4) Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam memberi dan
menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak tuli dan tidak buta, tetapi
lambat sekali dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Retardasi mental fungsional
Retardasimental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental karena adanya
gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh atau faktor budaya.
Sebab-sebab yang menimbulkan retardasi mental fungsional antara lain berikut ini:
1) Faktor hereditas
- Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan anak juga
menjadi hiperaktif

7
- Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil, maka anak yang
dilahirkan juga mudah tersinggung
- Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan tekanan mental
- Ibu merokok
- Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3 tahun,
misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan lain- lain.
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ciri- ciri
kerusakan otak minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami retardasi
mental. Contoh:
- Menyendiri
- Agresif
- Nakal
- Hiperkinetik
- Autisme
(Iswari dan Nurhastuti, 2010)
Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental Retardation
adalah :
a. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka pendek selama
fase transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut diberikan dalam
intensitas tinggi atau rendah.
b. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja atau transisi sekolah.
c. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur diperlukan untuk
mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan rumah atau kerja.
d. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk keamanan dan
kesejahteraan.

E. Deteksi Dini
Deteksi dini pada anak dengan Retardasi Mental dapat dilihat dari gejala klinis yang

8
ada. Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak :
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubela prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann- pick
- Penyakit Tay-sachs
3) Korioretinitis
- Lues Kongenital
- Penyakit stimegalo virus
- Rubela prenatal
4) Kornea keruh
- Lues kongenital
- Sindrom hunter
- Sindrom hurler
- Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthease
- Hiperlisinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease
- I, III, IV dan VI
- Phenyl ketonuria

9
- Sindrom malabsorpsi methionine
2) Kejang masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik Asidosis
c. Kelainan Kulit Bintik cafe-au-lait
1) Ataksia-telengiektasia
2) Sindrom bloom
3) Neurofibromatosis
4) Tuberous selerosis
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
- Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiectasia
- Sindrom malabsorpsi methionine
2) Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
e. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
- Hidrosefalus
- Mucopolisakaridase
- Efusi subdural
f. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader- wili
g. Distonia
1) Sindrom Hallervorden- spaz

10
Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan umur :
1) Retardasi mental ringan
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan. Cara berjalan, makan
sendiri, dan berbicara lebih lambat dibandingkan anak normal.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mampu mempelajari
keterampilan, membaca serta mempelajari aritmatika sampai ke tingkat kelas tiga-
kelas enam dengan pendidikan khusus, dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial
sampai usia mental 8- 12 tahun normal.
2) Retardasi mental sedang
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterlambatan dapat dilihat
pada perkembangan motorik, yaitu cara berbicara dan berespon tehadap pelatihan
dalam berbagai aktivitas menolong diri.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mampu mempelajari
komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan dan keamanan tingkat dasar serta
keterampilan manual sederhana, tidak mengalami perkembangan dalam membaca
atau aritmatika secara fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental
normal.
3) Retardasi mental berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterampilan komunikasi
kurang atau tidak ada, mampu berespon terhadap pelatihan mengenai perawatan
dasar diri sendiri, misalnya makan sendiri
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mempunyai sedikit pemahaman
terhadap percakapan dan sedikit merespon, mampu mengambil manfaat dari latihan
kebiasaan yang sistematik, usia mental mencapai usia mental toddler normal.
4) Retardasi mental sangat berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Membutuhkan perawatan
total.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Keterlambatan pada semua area
perkembangan, menunjukkan respon emosional dasar, mampi berespon terhadap
latihan keterampilan dalam menggunakan lengan, tangan, dan rahang, membutuhkan
supervise ketat, usia mental mecapai usia mental bayi muda normal (Wong, D, dkk,

11
2009).
Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi mental
berdasarkan umur antara lain:
1) Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ mayor
2) Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan, gangguan
penglihatan atau pendengaran
3) Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar
4) Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara
5) Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah perilaku
termasuk kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan motorik halus,
menggunting, mewarnai, menggambar
6) School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah perilaku (perhatian,
kecemasan, nakal )

F. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
- Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
- Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
- Terdapat beberapa kelainan kongenital
- Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
- Gejala kejang yang dicurigai
- Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)
- Pembesaran kepala yang progresif
- Tuberous sclerosis
- Dicurigai kelainan yang luas
- Kejang lokal
- Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital

12
- Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
- Neonatal hepatosplenomegali
- Petechie pada periode neonatal
- Chorioretinitis
- Mikroptalmia
- Kalsifikasi intracranial
- Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
- Choreoatetosis
- Gout
- Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
- Asidosis metabolic
- Kejang mioklonik
- Kelemahan yang progresif
- Ataksia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
- Hepatomegali
- Tuli
- Kejang dini dan hipotonia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
- Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
- Anamnesis adanya pika
- Anemia

13
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
- Gerakan yang involunter
- Sirosis
- Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
- Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
- Gagal tumbuh
- Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
- Warna rambut yang tidak biasa
- Mikrosefali
- Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
- Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
- Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
- Atrofi N. Optikus
- Degenerasi retina
- Seberal ataksia yang berulang
- Mioklonus
- Hepatosplenomegali
- Kulit yang kasar dan lepas-lepas
- Kejang
- Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
- Kiposis
- Anggota gerak yang pendek
- Badan yang pendek
- Hepatosplenomegali
- Kornea keruh
- Gangguan pendengaran
- Kekakuan pada sendi

14
o. Urin reducing substance
- Katarak
- Hepatomegali
- Kejang
p. Urin ketoacid
- Kejang
- Rambut yang mudah putus
q. Urin asam vanililmandelik
- Muntah- muntah
- Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
- Gejala disfungsi autonomic
(Behrman dan Kliegman, 2010)

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat menggunakan
indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas perkembangan
sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang tidak sesuai dengan
standar pencapaian tumbuh kembang.
c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan tahapan
perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif, gangguan belajar dan
lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan diri atau kontrol
diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.
Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis dimensi
kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan. Pengkajian terdiri dari atas
evaluasi komprehensif mengenai defisit dan kekuatan yang berhubungan dengan
keterampilan adaptif: komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber-

15
sumber di komunitas, pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan bekerja.
Pengkajian mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural dan bahasa, perhatian,
dan kesukaan anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat badan
yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi saat ini, status masalah-
msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid, perawatan gigi, ketajaman pendengaran dan
penglihatan, masalah- masalah nutrisi dan makan, dan masalah ortopedik. Pengkajian
fisik juga meliputi pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan dengan diagnosis
spesifik, seperti memantau hipotiroidisme dan depresi pada orang yang mengalami
sindrom down.
Pengkajian Anak :
a) Identitas
- Nama :Identitas
- Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
b) Jenis kelamin
c) Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup,
akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima. Belum
ditambah lagi bila jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu
dekat
d) Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini mungkin, karena
dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan
kebajikan.
e) Penanggung jawab
- Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
- Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak
karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat menerima
informasi tentang kesehatan anaknya

16
- Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh kembang anak
karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan anak.
- Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan
untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua sebaiknya mulai mengenalkan
alamat tempat tingal mereka kepada anak
f) Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu
pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu
hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
g) Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu
hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi,
abortus, dan lain-lain.
h) Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang teratur
yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang
tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah
dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya
tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan
dapat meninggalkan cacat yang permanen.
i) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada
bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang
j) Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang
berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh

17
kembang anak baik fisik, mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap
kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta
mencegah dan mencari penyebabnya
k) Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit- penyakit
tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum
umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi lengkap.
l) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
- Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
- Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5- 3 tahun
berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti
mengompol , dicari penyebabnya. Toilet tr a ining (latihan defekasi perlu dimulai,
supaya evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah
kelancaran pemberian makanan)
- Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena kegiatan
fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun, kebutuhan tidur anak
sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam
pada saat malam hari
- Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
- Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat
dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku 1
kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
m) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi

18
2. Analisa Data
Analisa data Masalah Keperawatan
DS:
Lamban dalam mempelajari hal baru
Mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak atau yang berkaitan
Selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa
latihan yang terus-menerus
Daya ingat yang buruk
Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan
suatu masalah
Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, Gangguan tumbuh kembang
seperti berpakaian dan makan
Keterbatasan dalam gerak fisik
Tidak dapat berjalan
Tidak dapat berdiri, atau bangun tanpa bantuan.
Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang
sangat sederhana
Sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan
kepala.
DO:-
DS: Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, dan
Kurang dalam kemampuan menolong diri makan
sendiri.
Sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti
berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan
diri.
Lambat dalam mempelajari hal-hal penting,
seperti berpakaian dan makan.

19
DO:-
DS:
Kemampuan bicaranya sangat kurang
Kesulitan bicara
Memiliki gangguan dalam berbicara, atau sering
telat dalam berbicara.
Kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.
Gangguan komunikasi verbal
Kesulitan dalam diskusi penyelesaian masalah
atau pola pikir logis.
DO:-

3. Pohon Masalah
Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, dan makan (akibat)

Gangguan komunikasi verbal (masalah utama)

Gangguan tumbuh kembang (etiologi)

4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal
b. Gangguan tumbuh kembang
c. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, dan makan

5. Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Outcome/Luaran keperawatan


1. Gangguan komunikasi verbal Komunikasi verbal

20
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
Definisi : penurunan, perlambatan,
3x24 jam, gangguan komunikasi verbal berkurang
atau ketiadaan kemampuan untuk
dengan kriteria hasil :
menerima, memproses, mengirim,
Kemampuan berbicara meningkat
dan atau menggunakan sistem
Respon perilaku ketika berbicara dengan orang lain
simbol
meningkat
Pemahaman dalam berkomunikasi meningkat
2. Gangguan tumbuh kembang Status perkembangan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama


Definisi : kondisi
individu 3x24 jam, status tumbuh kembang membaik dengan
mengalami gangguan kemampuan kriteria hasil :
bertumbuh dan berkembang sesuai Keterampilan perilaku sesuai usia meningkat
dengan kelompok usia Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat
Respon sosial meningkat
3. Defisit perawatan diri : mandi, Perawatan diri
berpakaian dan makan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
3x24 jam, kemampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri meningkat
Definisi :
dengan kriteria hasil :
Tidak mampu melakukan atau
Kemampuan mandi meningkat
menyelesaikan aktivitas perawatan
Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
diri
Kemampuan makan meningkat

Intervensi keperawatan :

Standar tindakan gangguan komunikasi verbal


No Pasien Keluarga
SPIP SPIK

21
1. Identifikasi penyebab gangguan Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
komunikasi verbal merawat pasien
2. Identifikasi tanda dan gejala Jelaskan pengertian gangguan komunikasi verbal
gangguan komunikasi verbal
3. Identifikasi kemampuan komunikasi Jelaskan tanda dan gejala, dan proses terjadinya
yang masih dimiliki pasien kerusakan komunikasi verbal( gunakan booklet )
4. Jelaskan metode alternatif komunikasi Jelaskan metode alternatif komunikasi
5. Latih pasien berkomunikasi Latih cara untuk melatih pasien
menggunakan metode alternatif yang
dipilih
6. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
harian pasien latihan komunikasi memberi pujian
SPIIP SPIIK
1. Evaluasi kegiatan latihan komunikasi Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
pasien menggunakan metode pasien berkomunikasi. Beri pujian
alternatif komunikasi dan beri pujian
2. Diskusikan teknik meningkatan Latih teknik meningkatkan pengetahuan
pengetahuan
3. Latih komunikasi dengan teknik Ajarkan cara melatih pasien berkomunikasi sesuai
meningkatkan pengetahuan kemampuan yang dimiliki pasien
4. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien berlatih sesuai jadwal
harian pasien latihan komunikasi dan berikan pujian
SPIIIP SPIIIK
1. Evaluasi kegiatan latihan komunikasi Evaluasi kegiatan keluarga dalam memenuhi
dengan metode alternatif komunikasi kebutuhan dan membimbing pasien melaksanakan
dan teknik meningkatkan kegiatan yang telah dilatih dan berikan pujian
pengetahuan dan berikan pujian
2. Jelaskan tentang obat yang diminum ( Jelaskan obat yang diminum oleh pasien dan cara
6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, membimbingnya

22
cara, kontinuitas minum obat ) dan
tanyakan manfaat yang dirasakan
pasien
3. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien untuk konsisten
harian pasien apa saja yang telah mengikuti kegiatan sesuai jadwal dan berikan
dilatih dan juga jadwal minum obat pujian
SPIVP SPIVK
1. Evaluasi kegiatan latihan komunikasi Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
pasien, kegiatan yang telah dilatih, pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
dan jadwal minum obat. Berikan dan jadwal minum obat pasien. Berikan pujian
pujian
2. Diskusikan teknik memperbaiki cara Latih teknik memperbaiki cara bicara
bicara
3. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal.
harian pasien apa saja yang telah Berikan pujian
dilatih dan juga jadwal minum obat
SPVP SPVK
1. Evaluasi kegiatan latihan komunikasi Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
pasien, kegiatan yang telah dilatih, pasien, melaksanakan kegiatan yang telah dilatih,
dan jadwal minum obat dan jadwal minum obat
2. Nilai kemampuan berkomunikasi Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
yang telah dicapai
3. Nilai apakah gangguan komunikasi Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke
verbal berkurang RSJ/PKM

Standar tindakan gangguan tumbuh kembang

No Pasien Keluarga
SPIP SPIK

23
1. Identifikasi penyebab terjadinya Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
gangguan tumbuh kembang merawat pasien
2. Identifikasi tanda dan gejala Jelaskan pengertian gangguan tumbuh kembang
gangguan tumbuh kembang
3. Bantu pasien memilih salah satu Jelaskan tanda dan gejala, dan proses terjadinya
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini gangguan tumbuh kembang( gunakan booklet )
untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilih Latih cara mengetahui kebutuhan pasien dan
mengetahui kemampuan pasien
5. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
SPIIP SPIIK
1. Evaluasi kegiatan yang telah dilatih Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
dan berikan pujian melaksanakan kegiatannya. Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegitan kedua Bersama keluarga melatih pasien dalam
yang akan dilatih melakukan kegiatan selanjutnya yang dipilih
pasien
3. Latih kegiaatan yang dipilih, berikan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
pujian memberikan pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan yang
telah dilatih
SPIIIP SPIIIK
1. Evaluasi kegiatan yang telah dilatih Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
dan berikan pujian melaksanakan kegiatannya. Beri pujian
2. Bantu pasien meimilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien dalam
selanjutnya yang akan dilatih melakukan kegiatan selanjutnya yang dipilih
pasien
3. Latih kemampuan yang dipilih, Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian memberikan pujian

24
4. Masukkan pada jadwal kegiatan yang
telah dilatih
SPIVP SPIVK
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
ketiga yang telah dilatih dan berikan melaksanakan kegiatannya. Beri pujian
pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien dalam
keempat yang akan dilatih melakukan kegiatan selanjutnya yang dipilih
pasien
3. Latih kegiatan keempat, berikan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan beri
pujian pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan yang
telah dilatih
SPVP SPVK
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
pujian pasien melaksanakan kegiatan yang dipilih pasien.
Beri pujian
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai Nilai kemampuan keluarga
tumbuh kembang pasien meningkat
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga membimbing pasien
melakukan kontrol ke RSJ/PKM
4. Nilai apakah tumbuh kembang pasien
telah meningkat

Standar tindakan defisit perawatan diri : mandi, berpakaian dan makan

No Pasien Keluarga
SPIP SPIK
1. Identifikasi masalah perawatan diri: Diskusikan masalah yang dirasakan dalam

25
kebersihan diri, berdandan, merawat pasien
makan/minum, BAB/BAK
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri Jelaskan pengertian,tanda & gejala, dan proses
terjadinya defisit perawatan diri (gunakan
booklet)
3. Latih cara dan alat kebersihan diri Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri
4. Latih cara menjaga kebersihan diri: Latih dua cara merawat : kebersihan diri dan
mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, berdandan
cuci rambut, potong kuku
5. Masukkan pada jadual kegiatan untul Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
latihan mandi, sikat gigi (2x per hari), memberikan pujian
cuci rambut ( 2x per minggu), potong
kuku (1x per minggu)
SPIIP SPIIK
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan. Beri pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri. Beri
pujian
2. Jelaskan cara dan alat untuk Latih dua (yang lain) cara merawat : makan &
berdandan minum, BAB & BAK
3. Latih cara berdandan setelah Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan beri
kebersihan diri: sisiran, rias muka pujian
untuk perempuan
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan
SPIIIP SPIIIK
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
Beri pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri dan
berdandan. Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat makan dan Bimbing keluarga merawat kebersihan diri dan

26
minum berdandan dan makan dan minum pasien
3. Latih cara makan dan minum yang Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan beri
baik pujian
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
kebersihan diri, berdandan dan makan
dan minum yang baik
SPIVP SPIVK
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan, makan dan minum yang merawat/melatih pasien kebersihan diri,
baik. Beri pujian berdandan, makan & minum dengan baik. Beri
pujian
2. Jelaskan cara BAB & BAK Bimbing keluarga merawat kebersihan diri dan
berdandan dan makan dan minum dan BaB &
BAK pasien
3. Latih cara BAB & BAK Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan beri
pujian
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan
makan & minum yang baik
SPVP SPVK
1. Evaluasi kegiatan latihan perawatan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri: kbersihan diri, berdandan, makan merawat/melatih pasien dalam perawatan diri:
dan minum yang baik, BAB & BAK. kebersihan diri, berdandan, makan & minum,
Beri pujian BAB & BAK. Beri pujian
2. Nilai kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3. Nilai kemampuan yng telah mandiri Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke
RSJ/PKM
4. Nilai apakah perawatan diri telah baik

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mental retardation (retardasi mental) adalah Suatu keadaan perkembangan pikiran
yang tertahan atau tidak komplit, terutama ditandai oleh gangguan keterampilan yang
dimanifestasikan selama periode perkembangan, yang mengenai semua tingkat intelegensi,
misalnya kemampuan kognitif, berbahasa, motorik, dan sosial.
Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor genetik atau juga kelainan
dalam kromosom, faktor ibu selama hamil terjadi gangguan dalam gizi atau penyakit pada
ibu seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga faktor setelah lahir dimana dapat terjadi
kerusakan otak, seperti karena meningitis, encephalitis dan lain-lain (Hidayat, 2007).
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya

28
(simpleks) keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan
oleh factor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka, 657.
Habibi, (2018). "Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Retardasi Mental Di SLB KASIH
UMMI Kota Padang". Padang: POLTEKKES KEMENKES PADANG
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/HABIBI.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

29
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

30

Anda mungkin juga menyukai