MENTAL
Disusun oleh :
Kelompok 3
Nama Mahasiswa :
1. Astuti Fadila Pratiwi (21121176)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara,
berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan makan. Mereka
punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar tetapi itu akan makan waktu lebih
lama dan ada beberapa hal yang mereka tidak bisa pelajari.Retardasi mental merupakan
masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang.
Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan
hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka
tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,
bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep dasar medis dan asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental .
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental (pengertian,
etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, prognosis,
komplikasi, dan penatalaksanaan).
b. Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental.
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental secara
efisien dan tepat dengan peka budaya serta menghargai sumber-sumber etnik,
agama, atau faktor lain dari setiap klien yang unik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
American Association on Mental Deficiency(AAMD)membuat definisi retardasi
mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan
dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam
definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya ( impairment)
keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. ICG ( WHO,
1992 )
Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada
masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:
1. Maturasi
2. Proses belajar
3. Penyesuaian diri secara social
B. Klasifikasi
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders , WHO,
Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,
mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun
tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama
biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah
dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit
kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul
masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan,
misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau
kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
2. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan per kembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian
kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami
keterlambatan, dan beberapa diantaranya mem- butuhkan pengawasan sepanjang
hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar dasar- dasar
membaca, menulis dan berhitung.
3. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang
terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis. Kelompok retardasi
mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran
klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah
pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna
atau adanya defisit neurologis.
4. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya
anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi
nonverbal yang sangat elementer.
D. Manisfestasi Klinik
1. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
2. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
3. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
4. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih
kecil dari ukuran normal )
5. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
6. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
7. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
8. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
E. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan
di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan
lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan
sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik
fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam
prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada
masa kanak-kanak.
F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
G. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya
perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada
wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada
anak-anak).
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan
kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong)
3. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar
biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan
antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak
dengan Retardasi mental.
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering
digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-
gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik
2. Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya.
Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi
kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak
menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan
psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah laku,
kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan,
kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi
terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan
dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan
kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang
negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman
disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan
anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan retardasi
mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikaporang tua
atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi
kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk
mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata
banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi
mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima
anaknya serta dapat merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di luar negeri
social worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.
I. Komplikasi
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan
kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri,
interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan
ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif (pola, proses pikir ),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati
tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah
normal (kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
normal), lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal (lebih sering
tonus otot lemah), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan
motoris halus dan kasar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom
Trisomi 21 (Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom
(distrofi otot Duchene), neurofibromatosis (tipe 1), Gangguan
metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes
maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis
dan perdarahan intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan
degenerative.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang
serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental,
terutama dari ibu tersebut.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak
simetris)
2) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
3) Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4) Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
5) Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
6) Geligi : odontogenesis yang tdk normal
7) Telinga : keduanya letak rendah; dll
8) Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9) Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
10) Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11) Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
12) Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
13) Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
b. Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
c. Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
d. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
e. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
f. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan
perkembangan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang
Kriteria Hasil :
1) Tak ada kemunduran mental
2) Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal
Intervensi :
1) Kaji tingkat perkembangan anak
2) Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3) Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4) Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5) Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :
1) Informasi data dlm menentukan intervensi
2) Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
3) Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
4) Meningkatkan kemampuan
5) Mengetahui kemajuan / perkembangan anak
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan anak
2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1) Untuk menentukan intervensi
2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5) Meningkatkan motivasi anak.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evalusi Keperawatan
Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan keperawatan antara
lain:
a. Tidak mengalami kegagalan tumbang
b. Anak mampu berinteraksi social
c. Perawatan diri terpenuhi
d. komunikasi verbar dapat meningkat
e. kelurga menerima kondisi anaknya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Peran orang tua sangatlah penting dalam perawatan anak dengan retardasi mental,
di dalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Dan sebaiknya orang tua ataupun keluarga
menerima apapun kekurangan dari seorang anak dengan retardasi mental, serta lebih
memberikan support atau pujian yang dapat membuat anak menjadi lebih baik. Serta
peran serta perawat dalam memberikan dukungan pendidikan kesehatan dan pelayanan
keperawatan yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan ibu dalam merawat anak dengan retardasi mental.
.
REFERENSI