Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN RETARDASI MENTAL


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen Pengampu: Hani Handayani, M. Kep.

Oleh :

KELOMPOK 6

Sifa Nur Fauziah C1914201003

Adira Hermalia C1914201031

Sivia Nur C1914201013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis curahkan kepada Allah SWT, karena atas izin-
Nya penulis dapat menyusun makalah ini yang menurut penulis bisa dimanfaatkan
untuk hal pembelajaran dan ilmu pengetahuan khusunya dalam ilmu kesehatan.
Makalah ini penulis susun berdasarkan data dari berbagai sumber yang
penulis dapatkan dan penulis mencoba menyusun data-data itu hingga menjadi
sebuah makalah yang sederhana
Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menjadikan penulis menjadi
orang yang lebih baik dari sebelumnya dengan apa yang telah penulis dapatkan
dan penulis pelajari dalam makalah ini, penulis juga berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat-bagi orang lain.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat banyak
kekurangannya, mungkin ini pengetahuan penulis yang sangat terbatas, oleh
karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penulis dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut.

Tasikmalaya, 13 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................5
A. Latar Belakang .....................................................................................................5
B. Rumusan Masalah................................................................................................6
C. Tujuan ...................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................................................7
A. KONSEP DASAR TEORI ...................................................................................7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...........................................................18
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................25
A. Kesimpulan .........................................................................................................25
B. Saran ...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah yang dipakai terhadap orang yang punya batasan tertentu
dalam fungsi mental dan keterampilan komunikasi, menjaga diri sendiri,
dan keterampilan sosial. Pembatasan ini akan menyebabkan anak belajar
dan berkembang dengan lambat daripada anak lain. Anak dengan
retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara,
berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan
makan. Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar
tetapi itu akan makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang
mereka tidak bisa pelajari.
Keterbelakangan mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu
keadaan yang ditandaidengan fungsi kecerdasan umum yang
dibawah rata – rata disertai dengan kekurangan kemampuannya
untuk menyesuaikan diri (berprilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum
usia 18 tahun atau keadaan dengan intelegensia yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau
sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental
merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang
memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi
adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa
atau gangguan fisik lainnya.
Orang-orang yang secara mental mengalami
keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang

5
lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi
sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan mental.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi, etiologi, gejala, pemeriksaan penunjang dari masalah
retardasi mental (RM) pada anak?
2. Bagaimana Pengkajian pada anak RM?
3. Apa saja Diagnosis yang muncul pada anak RM?
4. Apa saja Intervensi yang dilakukan pada anak RM?
5. Bagaiman Evaluasi pada anak RM ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, gejala, pemeriksaan penunjang
dari masalah retardasi mental (RM) pada anak?
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak RM?
3. Untuk mengetahui Diagnosis yang muncul pada anak RM?
4. Untuk mengetahui Intervensi yang dilakukan pada anak RM?
5. Untuk mengetahui Evaluasi pada anak RM?

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan
intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan tetapi gejala yang utama ialah intelegensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (Maramis,2009).
Retardasi mental atau tunagrahita merupakan kondisi dimana
perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga tidak mencapai
tahap perkembangan yang optimal (Soemantri, 2007). Retardasi mental
ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya gangguan keterampilan baik
kecakapan ataupun skill selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada semua tingkat intelegensi yaitu kemampuan kognitif,
verbal, motorik, maupun sosial (Lumbantobing, 2006).
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental
disebut juga oligofrenia (oligo=kurang atau sedikit dan fren=jiwa) atau
tuna mental (Muhith, 2015).
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental
merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan
gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi
mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik
lainnya.

7
Hasil bagi intelegensi (IQ = Intelegence Quotient) bukanlah
merupakan satu-satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan
berat ringannya retardasi mental. Sebagai criteria dapat dipakai juga
kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja.
Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang, sampai berat, dan
sangat berat.

2. Etiologi
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik)
atau tak jelas sebabnya (simpleks) keduanya disebut retardasi mental
primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar yang
berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak (Muhith,
2015).
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu (Muhith, 2015) :
a. Akibat infeksi dan atau intoksikasi
Dalam kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena
kerusakan jaringan otak akibat infeksi intracranial, karena serum, obat
atau zat toksis lainnya.
b. Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir juga trauma lain, seperti sinar x, bahan
kontrasepsi dan usaha melakukan aborsi dapat mengakibatkan
kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak
begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
c. Akibat gangguan metabolism, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolism (misalkan gangguan metabolism lemak, karbohidrat, dan
protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama
sebelum umur 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan
dapat mengakibatkan retardasi mental. keadaan dapat diperbaiki
dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun

8
anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu
sudah sukar ditingkatkan.
d. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)
Dalam kelompok ini, termasuk retardasi mental akibat neoplasma
(tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau
peradangan) dan beberapa rekasi sel-sel otak yang nyata, tetapi yang
belum diketahui betul etiologiya (diduga herediter). Reaksi sel-sel
otak ini dapat bersifat degenerative, infiltrative, radang, proliferative,
sklerotik atau reparatif.
e. Akibat penyakit atau pengaruh prenatal yang tidak jelas
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak
diketahui etiologinya, termasuk anomali cranial primer dan defek
congenital yang tidak diketahui sebabnya.
f. Akibat kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam
bentuknya.
g. Akibat prematuritas
Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan
keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram
dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak
terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnose ini harus
jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat
tanda-tanda patologi otak.
i. Akibat deprivasi psikososial
Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor-faktor biomedik
maupun sosiobudaya.

3. Manisfestasi Retardasi Mental


Menurut Maramis (2005) yang di kutib dari buku Prabowo (2014),
Retardasi mental dalam PPDGJ I diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan:

9
1. Retardasi mental ringan (IQ 52-69: umur mental 8-12 tahun),
karakteristik:
a. Usia prasekolah tidak tampak sebagai anak retardasi mental, tetapi
terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara, makan sendiri dan
lainlain.
b. Usia sekolah dapat melakukan keterampilan membaca dan
aritmatik dengan pendidikan khusus, diarahkan pada kemampuan
aktifitas sosial.
c. Usia dewasa melakukan keterampilan sosial dan vokasional,
diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak,
kemampuan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.
2. Retardasi mental sedang (IQ 50-55: umur mental 3-7 tahun),
karakteristik :
a. Usia prasekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik,
terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
b. Usia sekolah dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar
kesehatan, perilaku aman serta keterampilan mulai sederhana, tidak
ada kemampuan membaca dan berhitung.
c. Usia dewasa melakukan aktifitas latihan tertentu, berpartisipasi
dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ketempat yang
dikenal, tidak biasa membiayai sendiri.
3. Retardasi mental berat (IQ 20-25 s/d 35-40; umur mental <3 Thaun)
Karakteristik:
a. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik,
kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bias berespon
dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
b. Usia sekolah gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan,
memahami sejumlah komunikasi atau berespon, membantu bila
dilatih sistematis.

10
c. Usia dewasa melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu
arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara
minimal, menggunakan gerak tubuh.
4. Retardasi mental sangat berat (IQ 20-25 : umur mental sepereti bayi),
karakteristik :
a. Usia prasekolah retardasi mencolok fungsi sensorimotor minimal,
butuh perawatan total.
b. Usia sekolah, kelambatan nyata disemua area berkembang,
memperlihatkan respon emosional dasar, keterampilan latihan kaki,
tangan dan rahang butuh pengawasan pribadi, usia mental bayi
muda.
c. Usia dewasa mungkin biasa berjalan, butuh perawatan total
biasanya diikuti dengan kelainan fisik.

Di bawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering pada
retardasi mental (Prabowo, 2014) :

1) Kelainan pada mata


a. Katarak: Syndrom cockayne, Syndrom lowe,
Galactosemia, Krelin, Rebela prenatal.
b. Bintik chorry-merah pada daerah macula: Mukulipidosis,
Penyakit nicmann-pick, Penyakit tay-sachs.
c. Korioretinitis: Lues congenital, Penyakit sitomigaid virus,
Rubella prenatal.
d. Kornea keruh: Syndrom hunter, Syndrom hurler.
e. Kejang
f. Kejang umum tonik klonik: Defisiensi glikogen
senthetase, Hiperlisinemia, Hipoglikemia terutama yang
disertai glyeogen storage disease I, III, IV, dan VI, Phenyi
ketonuria, Syndrom melabsorbsi methinion dan lain-lain.
2) Kejang pada masa neonatal: Arginosicconic Asiduria,
Hiperammonemia I dan II, Laktik asidosis.

11
3) Kelainan kulit: Bintik café-au-lait, Ataksia-telengiektasia,
Syndrom blomm, Neurofibromatosis, Tuberous selerosis.
4) Kelainan rambut
a. Rambut rontok: Familial laktik asidosis dengan netrotising
ensefalopati.
b. Rambut cepat memutih: Atrofi progresif serebral hemisfer,
Ataksia telangi ektasia, Syndrom malabsorbsi menthionin.
c. Rambut halus: Hipotiroid, Malnutrisi.
5) Kepala: Mikrosefali, Makrosefali, Hidrosefalus,
Mucopolisakaridase, Efusi subdural.
6) Perawatan pendek: Kretin, Syndrom prader willi.
7) Distonia: Syndroma Hailer vorde-spaz.

4. Klasifikasi Retardasi Mental


Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi. Di
Indonesia, 1-3% penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit
diketahui karena retardasi mental kadang-kadang tidak dikenali sampai
anak-anak berada di usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam
taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak
umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih
banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Klasifikasi retardasi mental adalah sebagai berikut (Muhith, 2015):


Klasifikasi retardasi mental IQ

Retyardasi mental berat sekali IQ di bawah 20 atau 25. Sekitar 1


sampai 2% dari orang yang terkena
retardasi mental

Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40


Sebanyak 4% dari orang yang

12
terkena retardasi mental

Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55


Sekitar 10% dari orang yang
terkena retardasi mental

Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70 Sekitar


85% dari orang yang terkena
retardasi mental

Tingkat dan Tingkah Laku Adaptif Untuk Rentang Kehidupan


Tingkat Usia Prasekolah 0-5 Usia Sekolah 6-21 Dewasa 21+

Ringan Anak-anak prasekolah ini Anak-anak muda yang Orang-orang dewasa ini
dapat mengembangkan berusia sekolah ini dapat mampu melakukan
keterampilanketerampilan mempelajari keterampilan sosial dan
sosial dan komunikasi keterampilanketerampilan vokasional bila diberi
dengan retardasi ringan akademis sampai kira- pendidikan dan latihan
pada bidang-bidang kira kelas VI SD pada yang tepat. Mereka
sensorik-motor. Sampai usia mereka yang sudah kadang-kadang
usia selanjutnya anakanak belasan tahun. Secara membutuhkan
ini jarang dibedakan dari khas mereka tidak dapat pengawasan dan
anak normal. mempelajari bahanbahan bimbingan bila mereka
pelajaran Sekolah mengalami tekanan sosial
Menengah Umum dan dan ekonomis yang berat
membutuhkan pendidikan
khusus, terutama pada
tingkat usia sekolah
menengah.
Sedang Anak-anak prasekolah ini Anak-anak muda ini Orang-orang dewasa ini
dapat berbicara dan dapat mempelajari mampu membiayai

13
belajar berkomunikasi keterampilanketerampilan hidupnya sendiri dengan
tetapi kurang akademis fungsional melakukan
memperlihatkan sampai kira-kira kelas IV pekerjaanpekerjaan yang
kesadaran sosial dan SD pada usia mereka tidak membutuhkan
hanya memperlihatkan pada akhir belasan tahun, keterampilan atau
perkembangan motor pendidikan khusus pekerjaanpekerjaan yang
yang cukup (sedang). dibutuhkan. membutuhkan semi
Mereka dapat ditangani terampil, tetapi mereka
dengan pengawasan yang memerlukan pengawasan
sederhana. dan bimbingan bila
mereka mengalami
kesulitan sosial dan
ekonomis yang ringan.

Berat Anak-anak prasekolah ini Anak-anak muda usia Orang-orang dewasa


kurang memperlihatkan sekolah ini dapat muda ini dapat
perkembangan motor, berbicara atau belajar menyumbang sebagian
dan hanya berbicara berkomunikasi, dan dapat untuk memenuhi
sedikit. Pada umumnya, dilatih dalam kebiasaan- kebutuhannya sendiri
mereka tidak mampu kebiasaan kesehatan yang dengan pengawasan yang
memperolehkeuntungan mendasar. Mereka tidak penuh, dan mereka dapat
dari latihan dalam dapat mempelajari mengembangkan
membantu dirinya keterampilanketerampilan keterampilanketerampilan
sendiri, dan mereka akademis fungsional, untuk melindungi dirinya
memperlihatkan sedikit tetapi mereka dapat sendiri sampai pada suatu
keterampilanketerampilan memperoleh keuntungan tingkat yang sedikit
komunikasi atau tidak dari latihan berguna dalam suatu
memperlihatkan kebiasaankebiasaan yang lingkungan yang
keretampilanketerampilan sistematis. terkontrol.
komunikasi.
Sangat Retardasi yang hebat; Suatu perkembangan Orang-orang dewasa ini

14
Berat kemampuannya hanya motor pada anakanak hanya memperlihatkan
sedikit yang berfungsi muda ini tetapi mereka suatu perkembangan
dalam bidang-bidang tetapi mereka tidak motor dan cara berbicara.
sensorik motor. memperoleh keuntungan Mereka sama sekali tidak
Anakanak ini dari latihan dalam mampu memelihara
membutuhkan perawatan. membantu dirinya dirinya sendiri dan benar-
sendiri. Mereka benar- benar membutuhkan
benar membutuhkan perawatan dan
perawatan. pengawasan.

5. Penatalaksanaan dan Pencegahan


Menurut Maramis (2005) yang di kutib dari buku Prabowo (2014),
penatalaksanaan dan pencegahan retardasi mental adalah:
a. Penatalaksanaan medis
1) Psikostimulan untuk anak yang menunjukkan gangguan
konsentrasi atau hiperaktif.
2) Obat psikotropika (untuk anak dengan perilaku yang
membahayakan diri)
3) Anti depresan
b. Pencegahan
1) Pencegahan Primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan sosioekonomi, konseling genetic dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik,
pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen
dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan keradangan otak
pada anak-anak. Tiap usaha mempunyai cara sendiri untuk
berbagai aspeknya).

15
2) Pencegahan Sekunder
Meliputi diagnose dan pengobatan dini keradangan otak,
peradangan subdural, kraniostenosis sutura tengkorak menutup
terlalu cepat, dapat di buka dengan kraniotomi, pada mikrosefali
yang congenital, operasi tidak menolong.
3) Pencegahan Tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus, sebaiknya
disekolah luar biasa (SLB) dapat diberi neroleptika kepada yang
gelisah hiperaktif atau destruktif. Amfetamine dan kadang-kadang
juga anti histamine berguna juga pada hiperkinesa berbiturat
kadang-kadang dapat menimbulkan efek paradokal dengan
menambah kegelisahan dan ketegangan dapat dicoba juga dengan
obat-obatan yang memperbaiki mikrosirkulasi diotak (membuat
masuknya zat asam dn makanan dari darah ke sel otak lebih
mudah) atau yang langsung memperbaiki metabolism sel-sel otak,
akan tetap hasilnya, kalau ada tidak segera dapat dilihat.

6. Latihan dan Pendidikan


1. Pendidikan
Anak dengan retardasi mental secara umum ialah:
1) Mempergunakan dan mengembangkansebaik-baiknya kapasitas
yang ada
2) Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti social
3) Mengajarkan suatu keahlian atau (skill) agar anak itu dapat
mencari nafkah kelak (Prabowo, 2014)
2. Latihan
Latihan anak-anak ini lebih sukar dari pada anak-anak biasa karena
perhatian mereka mudah sekali tertarik pada hal-hal yang lain. Harus
di usahakan untuk mengikat perhatian mereka dengan merangsang
pancaindra, misalnya dengan alat permainan yang berwarna atau yang
berbunyi, dan semuanya harus konkret, artinya dapat di lihat, didengar

16
dan diraba. Prinsi-prinsip ini yang mula-mula dipakai oleh Froebel dan
Pestalozzi, hingga sekarang masih digunakan di taman kana-kanak.
Mereka diajari membuat gedung-gedung, jembatan, menara dan
sebagainya dengan blok-blok, kemudian baru membaca, menulis, dan
berhitung. Selanjutnya diberi pelajaran yang praktik dan yang tidak
memerlukan intelegensi yang tinggi, seperti menjahir, membuat
keranjang, membuat keset dan alat-alat dari kayu (Maramis, 2009).
Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi (Maramis, 2009):
1) Latihan di rumah
Pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri,
kebersihan badan.
2) Latihan di sekolah
Yang penting dalam hal ini ialah perkembangan rasa sosial.
3) Latihan teknis
Diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan
sosial. Pada pria umpamanya peternakan, pertanian, pekerjaan
administrasi, tukang sepatu, tukang kaya, percetakan, penjahit, dan
sebagainya. Pada wanita umpamanya tukang masak, penjahit, dan
sebagainya.
4) Latihan moral
Dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang
tidak baik. Agaria mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin
perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu
disertai hadiah. Hukuman dapat berupa : dimarahi, tidak diberikan
makan yang disukai, larangan bermain untuk sementara waktu, dan
sebagainya. Hadiah dapat berupa mainan, makanan, kata-kata
pujian, dan sebagainya. Selanjutnya perhatian kita perlu juga
dicurahkan pada lingkungan anak tersebut : Ayah, ibu dan orang-
orang lain disekitarnya harus member contoh yang baik.

17
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan melalui:
a. Neuroradiology dapat menemukan kelainan dalam struktur
cranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan
intracranial.
b. Ekoesafalografi dapat memperlihatkan tumor dan hematoma
c. Biopsy otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasi
mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima
pengambilan jaringan otak dalam jumlah kecil sekalipun karena
dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
d. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan
metabolic yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak
ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia
pada neonatus premature, penumpukan glikogen pada otot dan
neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang
tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
a) Lakukan pengkajian fisik
b) Lakukan pengkajian perkembangan
c) Dapatkan riwayat keluarga, terutama mengenai retardasi mental
dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah satu
jenisnya yang utama
d) Dapatkan riwayat kesehatan untuk mendaptkan bukti-bukti
adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, dan cedera fisik
e) Infeksi maternal prenatal (misalnya, Rubella), alkoholisme,
konsumsi obat
f) Nutrisi tidak adekuat
g) Penyimpangan lingkungan
h) Gangguan psikiartik (misalnya, Autisme)

18
i) Infeksi, trauma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,
ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi
j) Abnormalitias kromosom
k) Bantu dengan tes diagnotik misalnya : analisis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi
l) Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia, Stanford, binet,
wechscler intellence, scale, American association of mental
retardation adaptif behavior scale
m) Obeservasi adanya manisfestasi dini dari retardasi mental
n) Tidak responsive terhadap kontak-kontak mata buruk selama
menyusui
o) Penurunan aktivitas spontan
p) Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
q) Peka rangsang
r) Menyusui lambat
s) Stimulasi anak usi 60-72 tahun
- Kemampuan gerak kasar: naik sepeda, bermain sepak bola.
- Kemampuan gerak halus: berlatih mengingat-ngingat,
mengenal kalender, bermain “berjualan”, mengenal waktu,
menggambar dari sudut pandang, belajar memasak,
mengumpulkan benda-benda, belajar mengukur.
- Kemampuan bicara dan bahasa: bermain tebak-tebakan,
beralatih mengingat-ingat, menjawab pertanyaan
“mengapa?”, mengamati/meneliti keadaan sekitar.
- Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian : berkomunikasi
dengan teman sebaya, berteman dan bergaul, mematuhi
peraturan keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal
2. Gangguan interaksi social
3. Gangguan tumbuh kembang

19
4. Resiko cedera

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa
Keperawatan/Masa Tujuan dan Kriteria Intervensi
lah Kolaborasi Hasil
1. Gangguan NOC: Hambatan NIC: Penigkatan system
Komunikasi Verbal komunikasi verbal dukungan
Indikator: a. Identifikasi
a. Menggunakan respon psikologi
bahasa tertulis terhadap situasi
b. Menggunakan dan ketersediaan
bahasa lisan system dukungan
c. Menggunakan b. Tentukan
bahasa isyarat kecukupan dari
d. Menggunakan jaringan social
foto dan gambar yang ada
e. Menggunakan c. Identifikasi
bahasa non tingkat dukungan
verbal keluarga,
f. Mengenali pesan dukungan
yang diterima keuangan, dan
g. Interpretasi sumber daya
akurat terhadap lainnya
pesan yang d. Tentukan
diterima hambatan
h. Mengarahkan terhadap system
pesan pada dukungan yang
penerima yang tidak terpakai
tepat dan kurang di
i. Pertukaran pesan manfaatkan

20
yang akurat e. Monitor sesuai
dengan orang keluarga saat ini
lain dan jaringan
dukungan
f. Identifikasi
kekuatan dan
kelemahan
sumber daya
masyarakat dan
advokasi terkait
perubahan jika
diperlukan

2. Gangguan Interkasi NOC: Keterlibatan NIC: Peningkatan Sosial


Sosial social a. Tingkatkan
Indikator: hubungan
a. Mampu dengan orang-
berinteraksi orang yang
dengan teman memiliki minat
dekatnya dan tujuan yang
b. Mampu sama
berinteraksi b. Anjurkan
dengan anggota kegiatan social
keluarganya dan masyarakat
c. Mampu c. Fasilitasi
berinteraksi pasrtisipasi
dengan cepat pasien dalam
terhadap kelompok
lingkungannya mendongeng

21
d. Lakukan
bermain peran
dalam rangka
berlatih
e. Meningkatkan
keterampilan dan
teknik
komunikasi

3. Gangguan Tumbuh NOC: Perkembangan NOC: Modifikasi


Kembang Anak: Usia Anak perilaku: Kecakapan
Pertengahan social
Indikator: a. Bantu pasien
a. Menunjukkan untuk
kebiasaan sehat mengidentifikasi
dan baik masalah dari
b. Bermain kurangnya
berkelompok keterampilan
c. Mengembangkan social
persahabatan b. Bantu pasien
d. Menunjukkan untuk
perasaan secara mengidentifikasi
konstruktif langkah-langkah
e. Menunjukkan dalam
kreatifitas berperilaku
f. Menunjukkan dalam rangka
kemampuan mencapai
pada tingkat kemampuan
mampu di keterampilan
sekolah social
c. Bantu pasien

22
untuk
mengidentifikasi
kemungkinan
tindakan dan
konsekuensi dari
hubungan
interpersonal/rasi
onalnya
d. Dukung pasien
untuk verbalisasi
perasaannya
berkaitan dengan
masalah
Interpersonal

4. Resiko Cedera NOC: Kinerja NIC: Manajemen


pengasuhan: Keamanan Lingkungan
fisik kehidupan masa
a. Identifikasi
awal/tengah anak-anak
kebutuhan
Indikator: keamanan pasien
berdasarkan
a. Memilih mainan
fungsi fisik dan
yang aman dan
kognitif serta
sesuai dengan
riwayat perilaku
usia
di masa lalu
b. Menyediakan
b. Identifikasi hal-
pengawasan di
hal yang
sekitar binatang
membahayakan
c. Memberikan
di lingkungan
pengawasan di
c. Singkirkan
air
bahan berbahaya

23
d. Memelihara dari lingkungan,
lingkungan jika diperlukan
untuk tindakan d. Modifikasi
pencegahan lingkungan
jatuh yang untuk
membahayakan meminimalkan
e. Menjaga bahan berbahaya
lingkungan dan beresiko
untuk mencegah
kebakaran,
tersengat listrik,
dan terpapar
pada bahan
kimia
f. Memberikan
pengawasan
terkait peralatan
di area bermain

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retadarsi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan
fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh
kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari
suatu bagian, satu organ, atau system kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap
individu/manusia karena adanya factor-faktor dari dalam maupun
dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental
umumnya rasa cemas, takut, halusinasi, serta delusi yang besar.

B. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan
dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-
obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman
keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu
melakukan langkah preventif guna menanggulangi gangguan
mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja
caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi
mental kepada masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Diakses di http://repository.um-surabaya.ac.id/2338/3/BAB_2.pdf pada tanggal 13


Oktober 2021 pukul 10.00 WIB

Diakses di https://xdocs.tips/doc/makalah-keperawatan-anak-insyaallah-
d8m35pwke2op pada tanggal 13 Oktober 2021 pukul 10.00 WIB

26

Anda mungkin juga menyukai