Anda di halaman 1dari 16

Hubungan pengaruh dan peran Metode Triase Start Terhadap

Pengetahuan Relawan Medis dan Non Medis


Oleh :
Hana Amelia puspa, Sifa Nur Fauziah, Zulfitria Saelawati

Fakultas Kesehatan

S1 Ilmu Keperawatan

Universitas muhammadiyah Tasikmalaya

ABSTRAK

Latar belakang: Triase adalah suatu tindakan melakukan pemilihan korban


sebelum ditangani secara cepat berdasarkan berat cedera yang harus di
prioritaskan, apakah ada terdapat gangguan airway, breathing, dan circulation
sesuai dengan sarana, sumberdaya manusia dan apa yang terjadi pada pasien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan metodr triase
start terhadap relawan medis dan non-medis. Metode penelitian ini adalah Jenis
penelitian ini menggunakan deskriptif kuatitatif berdasarkan studi literature
review jurnal diperoleh dari google scholar dengan penelitian baru 5 tahun
terakhir. Hasil penelitian Hasil dari 3 jurnal yang telah didapatkan didapatkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan metode triase Start terhadap relawan medis dan
non medis dikategorikan cukup baik. Maka dari itu agar perawat lebih
meingkatkan pendidikan dan pengetahuan untuk penanganan pasien gawat
darurat terutama dengan menggunakan metode triase start.kesimpulan : Semakin
tinggi tingkat pengetahuan baik sangat dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan,
integritas, social ekonomi, dan social budaya. Dimana semakin tua unur makan
pengetahuannya semakin baik, semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin
baik pula, dan semakin maju perekonomian dan social budaya semakin baik pula
pengetahuan yang dimiliki.

Kata kunci : Pengetahuan,Metode Triase Start,Relawan medis non medis


PENDAHULUAN tindakan segera. Warna hitam
merupakan korban ada tanda-tanda
Triase adalah suatu tindakan
meninggal (Ramsi, IF, dkk, 2014)
melakukan pemilihan korban
sebelum ditangani secara cepat Triase juga merupakan
berdasarkan berat cedera yang harus sebagai suatu tindakan
di prioritaskan, apakah ada terdapat pengelompokan penderita
gangguan airway, breathing, dan berdasarkan pada berat cedera yang
circulation sesuai dengan sarana, diprioritaskan ada tidaknya gangguan
sumberdaya manusia dan apa yang pada airway, breathing, dan
terjadi pada pasien (Siswa Nurhasim, circulation dengan
2015). Menurut (Nursalam dan mempertimbangkan sarana, sumber
Ferry Effendy, 2008) Kelebihan daya manusia, dan probabilitas hidup
metode simulasi adalah untuk penderita (Dewi K, 2013)
Memperkaya pengetahuan, sikap dan
Stein, L., (2008) menjelaskan sistem
keterampilan, serta pengalaman yang
START tidak harus dilakukan oleh
tidak langsung diperlukan dalam
penyedia layanan kesehatan yang
menghadapi berbagai masalah sosial.
sangat terampil. Bahkan, dapat
Metode START (Simple triage and dilakukan oleh penyedia dengan
rapid treatment) adalah sistem triase tingkat pertolongan pertama
yang mudah digunakan dalam pelatihan. Tujuannya adalah untuk
pemilahan mengunakan warna merah dengan cepat mengidentifikasi
merupakan prioritas tertinggi yaitu individu yang membutukan
korban yang terancam jiwajika tidak perawatan, waktu yang dibutukan
segera dilakukan pertolongan untuk triase setiap korban kurang
pertama. Warna kuning merupakan dari 60 detik.
prioritas tinggi yaitu korban
Metode START membagi korban
moderete dan emergent. Warna hijau
menjadi 4 kelompok dan
merupakan korban gawat tetapi tidak
masingmasing memberikan
darurat meskipun kondisi dalam
mengelompokan warna. Metode
keadaan gawat ia tidak memerlukan
START triase memiliki tag empat ulang lebih besar dari 2 detik,
warna untuk mengidentifikasi status menandai korban RED (Immediate).
korban. Langkah pertama adalah
Jika ada pendarahan yang jelas,
meminta semua korban yang
maka kontrol pendarahan dengan
membutukan perhatian untuk pindah
tekana. Minta yang lain, bahkan
kedaerah perawatan. Ini
korban GREEN untuk menerapkan
mengidentifikasi semua korban
tekanan dan melanjutkan untuk triase
dengan luka ringan yang mampu
dan tag individu jika ada nadi radial,
merespon perintah dan berjalan
nilai status mental korban dengan
singkat jarak ke area pengobatan. Ini
meminta mereka untuk mengikuti
adalah GREEN kelompok dan
perintah sederhana seperti meremas
diidentifikasi untuk pengobatan
tangan. Jika tidak bisa mengikuti
delayed, mereka memang
perintah sederhana, maka tag mereka
membutukan perhatian. Jika anggota
RED (Immediate) dan jika mereka
kelompok ini tidak merasa bahwa
dapat mengikuti perintah sederhana,
mereka yang menerima pengobatan
maka tag mereka YELLOW
mereka sendiri akan menyebarkan ke
(delayed).
rumah sakit pilihan mereka. Langkah
selanjutnya menilai pernapasan jika Penerapan metode triase START
respirasi lebih besar dari 30 tag maupun SALT telah disepakati di
korban sebagai RED (immediate), Amerika Serikat dalam rangka
jika tidak ada reposisi respirasi jalan penyeragaman dan menstandarkan
napas. Jika tidak ada respirasi jalan dalam pemilahan kategori pasien
napas. Jika tidak adarespirasi setela (Lee, C.H, 2010). Dari kedua metode
reposisi untuk membuka jalan napas, tersebut mengunakan tingkat triase
tag korban BLACK (mati). Jika dan coding warna yang
tingkat pernapasan kurang dari 30 mengkategorikan korban bencana,
bpm, periksa denyut nadi radial dan yaitu :
refill kapiler. Jika tidak ada pulsa
1) Triase Tag Merah
radial teraba atau jika kapiler isi
(“Immediate-delayed” atau
T2 atau Prioritas 1) : Pasien kemungkinan yang dapat
yang hidupnya berbeda dalam menyelamatkan pasien dari kondisi
bahaya lansung dan yang sakit atau cedera yang mengancam
membutukan pengobatan nyawa dalam dapartemen gawat
segera. darurat, Pengkajian harus dilakukan
2) Triase Tag Kuning secara adekuat dan akurat,
(“tertundah-delayed” atau T2 Keakuratan dan ketepatan data
atau Prioritas 2) : Pasien yang merupakan kunci dalam proses
hidupnya tidak dalam bahaya pengkajian, Keputusan dibuat
langsung dan siapa yang yang berdasarkan pengkajian,
akan membutukan mendesak, Keselamatan dan keefektifan
tidak langsung, perawatan perawatan pasien dapat direncanakan
medis. jika terdapat data dan informasi yang
3) Triase tag Hijau (“Minimal” akurat dan adekuat, Intervensi yang
atau T3 atau Prioritas 3): dilakukan berdasarkan kondisi
Pasien dengan luka ringan kekuatan pasien, Tanggung jawab
yang akhirnya akan yang paling utama dari proses triase
memerlukan pengobata. yang dilakukan relawan bencana
4) Tag Triase Hitam “hamil- adalah keakuratan dalam mengkaji
expectand” atau tidak korban dan memberikan perawatan
Prioritas): Pasien yang mati sesuai dengan prioritas korban.,
atau yang memiliki luka yang Tercapainya kepuasan korban :
luas sehingga mereka tidak
1. Relawan triase harus
bisa diselamatkan dengan
menjalankan triase secara
sumber daya terbatas yang
cepat dan lansung sesuai
tersedia.
keluhan korban.
Prinsip Triase: Triase harus 2. Menghindari keterlambatan
dilakukan dengan segera dan singkat, dalam perawatan pada
Kemampuan untuk menilai dan kondisi yang kritis.
merespon dengan cepat
3. Memberi dukungan memerlukan tindakan darurat
emosional pada korban dan misalnya kangker stadium
keluarga. lanjut. Kategori yang
4. Menempatkan korban yang mengidentifikasi bahwa klien
benar dan tepat yang benar harus dilakukan tindakan
saat waktu yang benar segera, tetapi keadaan yang
dengan menyediakan mengancam kehidupan tidak
pelayanan yang benar (Dewi muncul saat itu. Misalnya
K, 2011). klien dengan serangan
pneumonia (sepanjang gagal
Sistem klasifikasi
nafas tidak muncul segera),
mengidentifikasi tipe pasien yang
nyeri abdomen, kolik ginjal,
memerlukan berbagai level
laserasi kompleks tampa
perawatan, sebagai berikut:
adanya pendarahan mayor,
1. Prioritas 1 (Emergency / disklokasi, riwayat kejang
Gawat Darurat) Klien yang sebelum tiba dan suhu lebih
tiba-tiba berada dalam dari 370C,
keadaan gawat atau akan 3. Prioritas 3 (Non Urgent /
menjadi gawat dan terancam Darurat Tidak Gawat) Klien
nyawanya atau anggota yang datang dengan musibah
badannya (akan menjadi tiba-tiba, tetapi tidak
cacat), bila tidak mengancam nyawa dan
mendapatkan pertolongan anggota tubuhnya, misalnya
secepatnya. Misalnya klien luka sayat dangkal (Krisanty
dengan nyeri dada substernal, et al, 2014).
nafas pendek, dan trauma
Pengetahuan adalah suatu
kritis atau seseorang dengan
pengindraan manusia dan
pendengaran aktif,
pengetahuan seseorang terhadap
2. Prioritas 2 (Urgent / Gawat
objek melalui indra yang dimilikinya
Tidak Darurat) Klien berada
seperti mata, hidung, telinga, dan
dalam keadaan gawat tetapi,
sebagainya). Pengetahuan seseorang dan dapat mengintretasikan
itu diperoleh sebagian besar dengan materi tersebut secara benar.
melalui indra penglihatan (mata) dan 3. Aplikasi (application)
indra pendengaran/ telinga merupakan sebagai
(Notoatmodjo, 2010). kemampuan untuk
mengunakan materi yang
Tingkat pengetahuan
dipelajari pada situasi atau
Menurut Notoatmodjo (2010)
kondisi yang benar. Analisis
terdapat 6 tingkat pengetahuan,
(analysis) merupakan suatu
Tingkat pengetahuan yang dicapai
kemampuan untuk
dalam domain kognitif yaitu:
memjabarkan materi atau
1. Tahu (know) merupakan suatu objek kedalam
sebagai pengingat suatu komponen, tetapi masih ada
materi yang telah dipelajari kaitannya satu sama yang
sebelumnya, termasuk ke lain. Kemampuan analisa
dalam pengetahuan tingkat dapat melihat dari pengunaan
ini adalah mengingat kembali kata kerja seperti dapat
(recall) terhadap suatu yang menggambarkan bagan,
spesipik dari seluruh bahan mengelompokan, memisakan
yang dipelajari atau dan sebagainya,.
ransangan yang telah 4. Sistesis (synthesis) : Sistesis
diterima. Oleh sebab itu tahu menunjukan kepada suatu
ini merupakan tingkat kemampuan untuk
pengetahuan yang paling menghubungkan bagian-
rendah,. bagian di dalam suatu bentuk
2. Memahami (comprehension) keseluruhan yang benar.
merupakan sebagai suatu Dengan kata lain sistensis
kemampuan untuk adalah suatu kemampuan
menjelaskan secara benar untuk menyusunformulasi
tentang objek yang diketahui baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada,.
5. Evaluasi (evaluation) : cepat dan tepat dalam
Evaluasi berkaitan dengan mengambil keputusan
kemampuan untuk dibandingkan dengan
melakukan justifikasi atau masyarakat yang
penelitian terhadap suatu intelegensinya yang rendah,
suatu materi atau objek. 4. Sosial ekonomi : Sosial
ekonomi dapat
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi tingkah laku
Mempengaruhi Pengetahuan
seseorang yang tinggi
diantarannya :
dimungkinkan lebih memiliki
1. Usia :Semakin bertambanya sikap positif memandang diri
usia tingkat kemampuan atau dan masa depannya, tetapi
kematangan akan lebih bagi masyarakat yang sosial
mudah untuk berfikir dan ekonominya rendah akan
mudah menerima informasi, merasa takut untuk
2. Tingkat Pendidikan : mengambil sikap dan
Pendidikan sangat tindakan,
mempengaruhi cara 5. Sosial budaya : Ini dapat
pandangan atau masyarakat mempengaruhi proses
yang pendidikannya tinggi pengetahuan khususnya
akan lebih mudah menerima dalam penerapan nilai-nilai
informasi atau penyuluhan sosial keagamaaan super
yang akan diberikan dan egonya.
lebih cepat merubah sikapnya
METODOLIGI
dalam kehidupan sehari-hari,
3. Intelegensi : Pada prinsipnya Jenis penelitian ini
mempengaruhi kemampuan menggunakan deskriptif kuatitatif
diri dan cara pengambilan berdasarkan studi literature review
keputusan masyarakat yang jurnal diperoleh dari google scholar
intelegensinya tinggi akan dengan penelitian terbaru 5 tahun
banyak berpastisipasi lebih terakhir. Metode yang digunakan
dalam Literature review ini diawali sukarelawan di Kota Bukittinggi,
dengan pemilihan topik, kemudian penelitian ini menggunakan metode
menulisakan kata kunci sesuai pengambilan sampel dengan
dengan judul yang kita cari yaitu stratified sampling. Analisis
“Pengetahuan”,”Metode Triase pengetahuan relawan diperoleh p =
Start”,”Relawan medis non medis”. 0,001, dengan OR = 0,203,
Jurnal yang digunakan dalam sedangkan sikap relawan diperoleh p
literature review didapatkan melalui = 0,3474, dengan OR = 3,474.
database antara Google Scholar.
Hasil jurnal ke 2: Hasil penelitian
Pencarian jurnal ini dibatasi
didapatkan, metode ceramah dan
tanggalnya, yaitu mulai dari tahun
simulasi tentang START Triage data
2019 sampai dengan jurnal terbaru.
pengetahuan sebelum 84% kurang
HASIL sesudah 52% cukup dan data nilai
(pengetahuan : ρ = 0,000,.
Hasil dari jurnal 1 : Hasil penelitian
lebih dari separuh responden yang Hasil jurnal ke 3 : Hasil penelitian
terampil memiliki pengetahuan dianalisis menggunakan metode
tinggi 47 (52,8%) dan hasil Miles and Huberman, didapatkan
penelitian lebih dari setengah tiga tema besar yaitu level triase
responden memiliki sikap positif berdasarkan pengkajian primer,
yaitu 48 (53,9%), sedangkan hasil perawat belum mandiri, kolaborasi
keterampilan penelitian lebih dari dokter dan perawat. Pelaksanaan
setengah sukarelawan terampil triase belum menjadi tindakan
adalah 55 (61,8%) dalam triase mandiri perawat dan bagian dari tim
metode START, sehingga ada triase dimana keputusan triase masih
hubungan yang bermakna antara bergantung pada dokter.
pengetahuan dan sikap relawan
Hasil dari 3 jurnal yang telah
dengan keterampilan untuk
didapatkan didapatkan hasil bahwa
melakukan triase metode START di
tingkat pengetahuan metode triase
kota. Bukittinggi. Sampel dalam
Start terhadap relawan medis dan
penelitian ini berjumlah 89
non medis dikategorikan cukup baik.
Maka dari itu agar perawat lebih
meingkatkan pendidikan dan
pengetahuan untuk penanganan
pasien gawat darurat terutama
dengan menggunakan metode triase
start. Dan juga bagi relawan medis
belum menjadikan tindakan triase ini
sebaai tindakan mandiri dan harus
berkolaloras dengan dokter atau
masih ketergantungan dengan dokter.
PEMBAHASAN

No Penulis Judul Pembahasan


1 Aldo Yuliano, Hubungan Berdasarkan tabel. 1 dapat
Kalpana Pengetahuan diketahui lebih dari separuh
Kartika, M. Dan Sikap responden memiliki pengetahuan
Alfandi Relawan yang tinggi yaitu 47 (52,8%) dalam
Bencana melakukan triase metode START
Dengan di Kota Bukittinggi tahun 2019.
Keterampilan Pengetahuan dipengaruhi oleh
Melakukan beberapa faktor diantaranya adalah
Triase pendidikan, pengalaman terhadap
Metode Start suatu kejadian dan fasilitas,
Di Kota Menurut Notoadmojo (2011).
Bukittinggi Berdasarkan teori Notoadmojo
(2010) bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin tinggi tingkat
pengetahuannya. Hal tersebut
diperkuat oleh Fitriani dalam
Widia Astuti (2015) salah satu
factor penting yang mendukung
pengetahuan tinggi adalah tingkat
pendidikan. Sehingga dengan
adanya pengetahuan yang dimiliki
seseorang membuat mereka bisa
dengan mudah mencari dan
menerima informasi yang
dibutukan sehingga bisa mengubah
pola piker dan membuat cara
pandang yang luas dalam
menghadapi masalah yang terjadi
disekitarnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Nurhakiki (2016) relawan siaga
bencana berjumlah 259 didelapan
desa Kecamatan Meuraxa dan
dilatih oleh Palang Merah
Indonesia sesudah bencana
tsunami yang banyak memakan
korban, relawan sibat mengabdi
untuk di desanya sendiri dan
diharapkan mendapatkan materi
pelatihan dan kaderisasi setiap
tahun sesuai dengan isu yang
berkembang, salah satunya
memberikan pelatihan dan
pengetahuan dengan metode
START, agar relawan siaga
bencana dapat menolong korban
bencana. Pada musibah massal,
triase START sangat dibutukan
sebelum pihak kesehatan datang
memberikan pertolongan.
2 Eka Rudy Pengaruh Metode Berdasarkan hasil penelitian
Purwana , Ceramah dan pengetahuan 50orang relawan non
Zulkifli, Simulasi Start Triage medis setelah diberikan metode
Terhadap ceramah dan simulasi tentang
Pengetahuan START Triage terdapat kriteria
Relawan Non-Medis terbanyak adalah kategori cukup
yaitu sebanyak 26 responden
(52%). Dari hasil kuisioner
penelitian terjadi penigkatan
pengetahuan tentang START
Triage setelah diberikan metode
ceramah dan simulasi, sebagian
besar responden menjawab dengan
benar pada point pertanyaan
tentang definisiSTART Triage
sebanyak 49 orang (98%), dan
kategori START Triage sebanyak
47 orang (94%).
Peningkatan pengetahuan juga
berubah dari tingkat kurang ke
tingkat cukup maupun ke tingkat
baik.Hal ini sesuai dengan
penelitian yang membuktikan
terjadi peningkatan pengetahuan
nilai pre dan posttest sebelum dan
sesudah pelatihan tentang
pertolongan pertama (Abd El-Hay,
Ibrahim, & Hassan, 2015;
Bandyopadhyay et al., 2017;
Kapoor et al., 2017).Peningkatan
ini juga dikarenakan ketertarikan
siswa/siswi pada saat
berlangsungnya kegiatan dengan
dilakukannya metode simulasi,
sehingga peserta dapat
mempraktikkan pertolongan
pertama seolah-olah dengan kasus
nyata.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon
didapatkan hasil uji sig p (0,000)
р=0,000< ɑ (0,05), maka H0
ditolak atau dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh metode
ceramah dan simulasi terhadap
pengetahuan relawan non medis
tentang START
Triage.Peningkatan pengetahuan
juga berubah dari tingkat kurang
ke tingkat cukup maupun ke
tingkat baik.
3 Zulmah Peran Perawat Dalam Prosedur pengkajian primer
Astuti, Penetapan Level merupakan prosedur yang ada
Misbah Triase dalam proses triase yang terdiri
Nurjannah, dari pengkajian terhadap kondisi
Dwi umum dan ABC. College of
Widyastuti Emergency Nursing Australia
Keperawatan, (2009) Menjabarkan bahwa salah
Akper Yarsi, satu tugas perawat triase adalah
Samarinda melakukan pengkajian dan
mengkategorikan pasien
berdasarkan temuan dari survey
primer dan pengkajian resiko dan
memulai intervensi keperawatan
yang sesuai dan
mengorganisasikan panduan untuk
intervensi emergency agar dapat
memperbaiki outcome pasien dan
memastikan keamanan bagi pasien,
memastikan pengkajian lanjutan,
mengelola pasien yang masih di
ruang tunggu sesuai dengan
kondisi dan waktu yang ditentukan
berdasarkan kategori, serta
menyediakan layanan edukasi bagi
pasien dan keluarga. Triase yang
dilaksanakan di Indonesia
menggunakan tim triase yang
terdiri dari perawat dan dokter.
Berdasarkan penelitian Subash
(2004), dengan adanya kombinasi
perawat dan dokter triase
mengurangi lama waktu
pengkajian medik pada pasien
khususnya pada pasien dengan
kondisi yang memerlukan tindakan
segera.
Dokter dan perawat dapat memulai
hubungan professional dengan
meningkatkan frekuensi
komunikasi antara keduanya
terkait dengan informasi pasien
yang sedang ditangani dan saling
memberikan masukan berdasarkan
sudut pandang keilmuan masing-
masing yang bersifat saling
mendukung pelayanan pasien.
Beberapa penelitian menjelaskan
bahwa dengan adanya dokter di
area triase dan melakukan triase
memperbaiki pelayanan bagi
pasien karena mengurangi waktu
tunggu pasien untuk mendapatkan
intervensi (Travers and Lee, 2006).
Persatuan perawat
kegawatdaruratan dunia
menyatakan bahwa perawat triase
harus memiliki pengalaman
bekerja di IGD minimal 6 bulan
dan telah mengikuti pelatihan
triase yang disarankan (Mirhagi,
2011; Hedayati, 2011).
KESIMPULAN pengetahuan yang dimiliki. Dan juga
dalam hal medis perawat belum bisa
Ada hubungan yang
mengerjakannya secara mandiri dan
bermakna antara pengetahuan
hrus didamping atau kolaborasi
relawan dengan peran relawan
dengan dokter.
melakukan triase metode START.
SARAN
Factor yang menjadi
acunayan adalah Semakin tinggi Dari hasil literature review ari 3
tingkat pengetahuan baik sangat penelitian yang telah ditelaah
didapatkan bahwa Ada hubungan
dipengaruhi oleh usia, tingkat
yang bermakna antara pengetahuan
pendidikan, integritas, social relawan dengan peran relawan
ekonomi, dan social budaya. melakukan triase metode START
untuk menanganin bencana di rumah
Dimana semakin tua umur sakit atau di luar rumah sakit agar
relawan semakain siapsiaga dalam
makan pengetahuannya semakin
mengahadapi masalah yang akan
baik, semakin tinggi tingkat datang.
pendidikannya semakin baik pula,
DAFTAR PUSTAKA
dan semakin maju perekonomian dan
social budaya semakin baik pula Astuti, Z., Nurjannah, M., &
Widyastuti, D. (2018). Studi
Fenomenologi: Peran perawat dalam Pengetahuan Relawan Non-
Penetapan Level Triase. Jurnal Care Medis. Bima Nursing Journal, 3(2),
Vol, 6(2). 104-108..

Kamal, A. K. A. (2016).
PENGETAHUAN RELAWAN
SIAGA BENCANA
TERHADAPPENILAIAN
KORBAN METODE
TRIASESTARTDI BANDA
ACEH. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Keperawatan, 1(1).

M ALFANDI, M. A.
(2019). Hubungan pengetahuan dan
sikap relawan bencana dengan
keterampilan melakukan triase
metode start kota Bukittinggi tahun
2019 (Doctoral dissertation, stikes
perintis padang).

Putra, A. Y. M., Kartika, K., &


Alfandi, M. (2019, December).
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Relawan Bencana Dengan
Keterampilan Melakukan Triase
Metode Start Di Kota Bukittinggi.
In Prosiding Seminar Kesehatan
Perintis (Vol. 2, No. 1, pp. 52-52).

Purwana, E. R., & Zulkifli, Z.


(2022). Pengaruh Metode Ceramah
Dan Simulasi Start Triage Terhadap

Anda mungkin juga menyukai