Anda di halaman 1dari 25

TRIASE PADA

GAWAT
DARURAT
NAMA KELOMPOK

Agista Rahmayanti 19216002


Andini Eka Septyani 19216015
Annisa Maulinda 19216017
Clara Aulia Rachmah 19216027
Deby Aulia Arvianti 19216031
Dewi Wulandari 19216036
Dhea Restika Wahyu P. 19216038
Dini Nurani 19216043
Dwi Putri Cahyaseno 19216046

2
DEFINISI TRIASE
Triase adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan
tipe dan tingkatan kegawatan kondisinya. Triase juga diartikan
sebagai suatu Tindakan pengelompokan penderita berdasarkan
pada beratnya cedera yang diprioritaskan ada tidaknya
gangguan pada airway (A), breathing (B), circulation (C)
dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia dan
probabilitas hidup penderita (Mardalena, 2016).

3
TUJUAN TRIASE

Tujuan triase menurut ( iman,dkk,2020)antara lain :


✘ Mengidentifikasi kondisi pasien
✘ Menetapkan tingkat kegawatan pasien
✘ Menetapkan prioritas tindakan
✘ Menempatkan pasien pada lokasi penanganan sesuai kondisi
pasien
✘ Mendapatkan data yang lengkap
✘ Melakukan tindakan penanganan dengan tepat,cepat,dan
cermat.

4
SISTEM TRIASE
Sistem triase digunakan untuk pasien yang benar-benar membutuhkan
pertolongan pertama, yakni pasien yang apabila tidak mendapatkan tirase
segera. Dapat menimbulkan trauma, berikut 4 triase sering digunakan
( mardalena,2016) :
✘ Spot check = Spot check adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasi dan
mengkaji pasien dalam waktu dua sampai tiga menit.
✘ Triase komprehensif = Sistem triase komprehensif adalah standar dasar yang telah
didukung oleh Emergency Nurse Association (ENA). Sistem ini menekankan penanganan
dengan konsep ABC (Airway control, Breathing support, Circulation support) ketika
menghadapi pasien gawat darurat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, triage
komprehensif menekankan pada konsep ABC, A (airway control: jalan nafas), B(breathing
support: pernapasan), dan C (circulation support: sirkulasi). Sebenarnya ada tiga elemen lain
selain ABC, yaitu disability of neurity (D), expose (E), full-set of vital
sign (F). Namun demikian, penanganan yang sering digunakan dilapangan
adalah penangan ABC.

5
Lanjutan..

✘Triage two-tier = Triase two-tier merupakan Tindakan


pertolongan pasien yang melibatkan dua orang petugas, untuk
dilakukan pengkajian lebih rinci. Selain triage two-tier, ada
juga triage bedside. Pasien yang dating langsung ditangani
oleh perawat tanpa menunggu petugas perawat lainnya
✘Triage expended = Perawat melakukan pertolongan pertama
dengan bidai, kompres, atau rawat luka. Penanganan ini
disertai dengan pemeriksaan diagnostik dan pemberian obat.

6
“prinsip triase “
✘ triase harus dilakukan segera
dan tepat waktu
✘ Pengkajian triase harus
adekuat, komprehensif dan
akurat
✘ Ketepatan dan akurasi menjadi
kunci dalam proses triase
✘ Keputusan triase didasarkan
pada temuan pengkajian
✘ Kemampuan berespon dengan
cepat, tepat dan teliti
memungkinkan dapat
menyelamatkan nyawa pasien

7
✘ Informasi yang akurat dan
adekuat mengefektifkan
perawatan
✘ Tindakan pertolongan
berdasarkan keakutan, keluhan
serta temuan klinis
✘ Perawat harus bertanggung
jawab pada proses triase
✘ Meningkatkan kepuasan pasien
✘ Pasien ditempatkan pada area
perawatan yang benar dengan
sarana pelayanan yang
menunjang
✘ Penggunaan sumber daya yang
efisien
✘ Dokumentasi yang benar

8
Keterampilan dalam penilaian
triase
Menurut ( oman,2008) penilaian triase terdiri dari :
• Primary survey prioritas ( ABC ) untuk menghasilkan prioritas I dan
seterusnya.

• Secondary survey pemeriksaan menyeluruh (Head to Toe) untuk


menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya

• Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan perubahan


pada (A,B,C) derajat kesadaran dan tanda vital lainnya. Perubahan
prioritas karena perubahan kondisi korban. Dalam menangani pasien di
IGD, perawat harus melaksanakan triase sesuai dengan protap
pelayanan triase agar penanganan pasien tidak terlalu lama
KLASIFIKASI TRIASE
Penggolongan atau sistem klasifiksi triage dibagi menjadi
beberapa level perawatan. Level keperawatan didasarkan pada
tingkat prioritas, tingkat
keakutan, dan klasifikasi triage (Mardalena, 2016). Berikut
kelima klasifikasi
secara lengkap:
✘ Klasifikasi kegawatan triase = Klasifikasi triase menjadi tiga prioritas. Ketiga
prioritas tersebut
adalah emergency, urgent dan nonurgent. Pertimbangan yang
dilakukan didasarkan pada keadaan fisik, psikososial, dan tumbuh
kembang. Termasuk, mencakup segala bentuk gejala ringan,
gejala berulang, atau gejala peningkatan. Berikut klasifikasi pasien
dalam sistem triase.

10
Lanjutan klasifikasi..
✘ Gawat darurat ( prioritas 1:P1) =
Gawat darurat merupakan keadaan yang mengancam nyawa,
dimana pasien membutuhkan tindakan segera. Jika tidak diberi
tindakan pasien akan mengalami kecacatan. Kemungkinan paling
fatal, dapat menyebabkan kematian (Wijaya, 2010). Kondisi gawat darurat dapat
disebabkan adanya gangguan ABC
dan/ atau mengalami beberapa gangguan lainnya. Gangguan ABC
meliputi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Adapun kondisi
gawat darurat yang dapat berdampak fatal, seperti gangguan
cardiacarrest, trauma mayor dengan pendarahan, dan mengalami
penurunan kesadaran.
✘ Gawat tidak darurat ( prioritas 2:P2)
Pasien yang
memiliki penyakit yang mangancam nyawa, namun keadaannya
tidak memerlukan tindakan gawat darurat dikategorikan di prioritas
dua. Pasien yang termasuk di kelompok P2 antara lain penderita
kanker tahap lanjut. Misalnya kanker serviks, sickle cell, dan banyak
lagi, dan banyak penyakit yang sifatnya mengancam nyawa namun
masih ada waktu penanganan.

11
Lanjutan klasifikasi..
✘ Darurat tidak gawat ( prioritas 3:P3)
situasi dimana pasien mengaami kondisi seperti P1 dan P2.
Namun, ada kondisi pasien darurat tidak gawat. P3 memilki penyakit
yang tidak mengancam nyawa, namun memerlukan tindakan darurat.
Jika pasien P3 dalam kondisi sadar dan tidak mengalami gangguan
ABC, maka pasien dapat ditindaklanjuti ke poliklinik. Pasien dapat
diberi terapi definitif, laserasi, otitis media, fraktur minor atau
tertutup,dan sejenisnya.
✘ Tidak gawat tidak darurat (prioritas 4:P4)
Klasifikasi triase ini adalah yang paling ringan di antara triase
lainnya. Pasien yang masuk ke kategori P4 tidak memerlukan
tindakan gawat darurat. Penyakit P4 adalah penyakit ringan. Misalnya,
penyakit panu,flu,batuk pilek, dan gangguan seperti demam ringan.

12
KLASIFIKASI TINGKAT PRIORITAS
RED
Warna merah digunakan untuk YELLOW GREEN
menandai pasien yang harus Warna hijau merupakan tingkat
segera ditangani atau tingkat prioritas Pasien yang diberi tanda kuning juga
prioritas ketiga. Warna hijau
pertama. Warna merah berbahaya dan harus
mengisyaratkan bahwa pasien
menandakan bahwa pasien dalam segera ditangani. Hanya saja, tanda
hanya perlu penanganan dan
keadaan mengancan jiwa yang kuning menjadi tingkat prioritas
menyerang bagian vital. Pasien dengan pelayanan biasa. Dalam artian,
kedua setelah tanda merah. Dampak
triase merah memerlukan pasien tidak dalam kodisi gawat
jika tidak segera ditangani,
tindakan bedah dan resusitasi sebagai darurat dan tidak dalam kondisi
akan mengancam fungsi vital organ
langkah awal sebelum terancan nyawanya. Pasien yang
dilakukan tindakan lanjut, seperti
tibuh bahkan mengancam
diberi prioritas warna hijau
operasi atau pembedahan. Pasien nyawanya.
menandakan nahwa pasien hanya
bertanda merah, jika tidak segera
ditangani bisa menyebabkan
mengalami luka ringan atau sakit
pasien kehilangan nyawanya. ringan, misalnya luka supervisial.

13
LANJUTAN TINGKAT PRIORITAS
BLACK
Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki
kemungkinan
hidup sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami luka
atau
penyakit parah akan diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga
digunakan untuk pasien yang belum ditemukan cara
menyembuhkannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan
untuk
memperpanjang nyawa pasien adalah dengan terapi suportif.
Warna hitam juga diberikan kepada pasien yang tidak
bernapas
setelah dilakukan intervensi live saving.

14
KLASIFIKASI TINGKAT KEDARURATAN TRIASE

Klasifikasi berdasarkan tingkat kedaruratan triase memiliki arti


penting sebagai proses mengkomunikasikan kegawatdaruratan di
IGD. Perawat melakukan kajian dan mengumpulkan data secara
akurat dan konsisten. Ada dua cara yang biasa dilakukan. Pertama,
secara validitas. Validitas merupakan tingkat akurasi sistem
kedaruratan. Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkatan triase
dan membedakan tingkat kedaruratan sesuai standard. Kedua,
reliabilitas, perawat yang menangani pasien sama dan menentukan
tingakat kedaruratan yang sama pula. Kedua cara tersebut sering
digunakan untuk menganalisi dan menentukan kebijakan untuk
pasien yang dirawat di IGD.

15
KLASIFIKASI TINGKAT
KEAKURATAN
a. Kelas I
Kelas I meliputi pasien yang masih mampu menunggu lama
tanpa menyebabkan bahaya dan tidak mengancam nyawa.
Misalnya, pasien mengalami memar minor.
b. Kelas II
Pasien termasuk kelas dua adalah penyakit ringan, yang tidak
membahayakan diri pasien. Misalnya flu, demam biasa, atau
sakit gigi.
c. Kelas III
Pasien yang berada dikelas III, pasien berada dalam kondisi
semi mendesak. Pasien tidak mampu menunggu lebih lama.
Pasien hanya mampu menunggu kurang lebih selama dua jam
sebelum pengobatan. Misalnya pasien yang mengalami otitis
media.

16
Lanjutan tingkat keakuratan..
d. Kelas IV
pasien yang tidak mampu menahan kurang dari dua
jam dikategorikan pasien kelas IV. Pasien hanya mampu
bertahan selama pengobatan, sebelum ditindaklanjuti. Pasien
kelas IV ini termasuk urgen dan mendasar. Misalnya, pasien
penderita asma, fraktur panggul, laserasi berat.

e. Kelas V
Pasien yang berada di kelas V adalah gawat darurat. Apabila
pasien diobati terlambat, dapat menyebabkan kematian, yang
termasuk kelas V adalah syok, henti jantung dan gagal jantung.

17
Klasifikasi berdasarkan lokasi
kejadian
• Triase pre-hospital = merupakan Tindakan penyelamatan pasien yang telah mengalami gangguan medical
ataupun trauma. Triase pre hospital menurut (Irman, dkk, 2020), sangat penting untuk pasien karena
setidaknya pasien memiliki kesempatan mempereoleh perawat. an dan fasilitas medis terdekat, Triase yang
sering digunakan pada situasi ini yaitu Metode Simple Triage and Rapid Treatment (START). pertama
yang bertugas memilah pasien pada korban bencana dalam waktu < 30 detik dengan melakukan
pemeriksaan primer yaitu: Respirasi, Perfusi (mengecek nadi radialis) dan status mental. Tugas utama
penolong yaitu memeriksa pasien secepat mungkin dan memilah serta memprioritaskan berdasrkan berat
ringannya trauma/cedera, selanjutnya pasien diberi label agar mudah dikenali oleh penolong lain saat tiba di
lokasi bencana.

• Triase in-hospital = Menurut (Irman, dkk, 2020) ada 3 tipe umum dalam system triage in hospital , yaitu

- Trafic director atau non nurse = dilakukan oleh petugas yang tidak berijazah, petugas triase melakukan
pengkajian minimal dan terbatas pada keluhan utama melalui pendataan visual, tidak ada dokumentasi,
tidak menggunakan protokol, tidak terdapat standar operasional prosedur baku yang dijadikan intervensi
oleh petugas

18
Lanjutan berdasrkan lokasi
kejadian…
- spot check triage = Spot Check Triage dilakukan oleh petugas professional seperti perawat atau
dokter. Pengkajian dilakukan secara cepat termasuk riwayat kesehatan juga dikaji, terutama
yang berhubungan dengan keluhan utama. Evaluasi yang dilakukan terbatas dan bertujuan untuk
meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan awal.
- Comprehensive triage = Comprenhesive Triage dilakukan oleh petugas atau perawat atau
dengan Pendidikan yang sesuai dan berpengalama, sudah memiliki standarisasi kemampuan dan
pelatihan yang cukup, kategori prioritas dan protokol standar tertulis dengan lengkap untuk
proses termasuk tes diagnostik

19
JENIS-JENIS TRIASE

Menurut ( addiarto,W. dan wahyusari,S.,2018) terdiri dari :


✘ Triase ditempat ( triase 1 ) = pemilihan korban bencana
yang dilakukan di tempat korban ditemukan atau pada
tempat penampungan yang dilakukan oleh tim
pertolongan pertama atau tenaga Kesehatan gawat
darurat. Triase di tempat mencakup pemeriksaan,
klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke
pos medis lanjutan.

20
Lanjutan jenis triase..

✘ Triase medis ( triase 2 ) = Triase ini dilakukan


saat korban memasuki pos medis lanjutan oelh
tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya
dipilih dari perawat atau dokter yang dengan
pelatihan PPGD). Tujuan triase medis adalah
menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan
oleh korban

21
Lanjutan triase..

✘ Triase evakuasi (triase 3) = Merupakan triase yang


dilakukan tenaga kesehatan di pos medis lanjutan
dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan Rumah
Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban, yang mana
akan membuat keputusan korban mana yang harus
dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis
kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan

22
Kategori tingkat triase
Kategori tingkat triase menurut ( iman,dkk,2020) antara lain:
✘ Triase 2 tingkat = Dalam sistem triase dua tingkat, pasien dikategorikan sakit atau tidak sakit. Pasien sakit
memerlukan perawatan darurat dengan kondisi yang membahayakan nyawa, tubuh, dan organ sedangkan
pasien yang tidak sakit, tidak menunjukkan tanda-tanda yang serius, bisa menunggu jika perawatan sedikit
tertunda
✘ Triase 3 tingkat = Pada skala ini ada penambahan level yaitu tingkat 1 yang berarti gawat darurat tertinggi
dari tingkat 5 untuk pasien dengan kondisi yang ringan. ACEP dan ENA merekomendasika sistem triase ini,
seperti pada
a. Canadian Triage and Aculty Scale (CTAS) merupakan sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Kanada.
Sekelompok dokter dan perawat di Kanada mengembangkan skala akuitas dan triase 5 tingkat. Setiap tingkat triase
mewakili beberapa keluhan dari pasien.. Triase yang dilakukan oleh perawatn harus berdadarkan ilmu dan
pengalaman tentang proses pemilihan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya. Dalam melaksanakan
proses triase, perawat mengambil keputusan tentang: seberapa lama pasien dapat menunggu tindakan sebelum
perawat melakukan pengkajian secara komprehensif dan seberapa lama pasienn dapat menunggu untuk selanjutnya
dapat diperiksa dokter yang merawatnya.

23
Lanjutan kategori triase
b. Emergency Severity Index (ESI) = Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Amerika Serikat. Sistem ini
mewajibkan perawat memiliki sertifikat atau pernah mengikuti pelatihan triase. Pasien dikategorika dalam ESI 1
sampai ESI 5 sesuai kondisi pasien ketersediaan sumber daya rumah sakit. ESI tidak mempertimbangkan diagnosis
pada penentuan kategori dan tidak ada batas waktu kapan dokter menemui pasien.
c. Australian Triage Scale (ATS) = Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Australia. Skala triase ini banyak
digunakan di IGD rumah sakit Australis. Perhitungan waktu dimulai sejak pasien tiba pertama kali tiba di IGD,
pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan hanya jika perawat mengambil keputusan tingkat kedaruratan triase.
Selain itu, proses triase meliputi pemeriksaan kondisi kegawatandaruratan secara menyeluruh.
d. Manchester Triage System (MTS) = Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Inggris. Sistem ini pada tiap
tingkatannya diberi nama, nomor dan warna sebagai pedoman perawat dalam memberikan perawatn kepada
pasien. Perawat menanyakan kepada pasien dan jawaban dari pasien menunjukan tingkat kegawatdaruratan pasien.

24
THANK YOU FOR
ATTENTION !!!

25

Anda mungkin juga menyukai